A. Definisi
suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Batu empedu
adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu.
batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis ( Muttaqin, Arif dan Sari,
Kumala. 2011).
Cholelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk dalam
pigmen empedu, kalsium dan matriks inorganik. Lebih dari 70% batu saluran
empedu adalah tipe batu pigmen, 1520% tipe batu kolesterol dan sisanya dengan
komposisi yang tidak diketahui. Di negara Barat, komponen utama dari batu
tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh
3) Obesitas
4) Wanita
dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan
3) Kegemukan (obesitas).
4) Faktor keturunan
5) Aktivitas fisik
7) Hiperlipidemia
13) Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati,
pankreatitis
14) dan kanker kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan garam
empedu)
15) Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit
putih,
C. Patofisiologi
2) Statis empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting pada
kelompok ini. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan
pusat presipitasi.
Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi
maksud lain. Batu baru akan memberikan keluhan bila bermigrasi ke leher
sistikus akan menyebabkan obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi zat kimia
dan infeksi. Tergantung beratnya efek yang timbul, akan memberikan gambaran
klinis kolesistitis akut atau kronik. Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus
dapat lewat ke doudenum atau tetap tinggal diduktus yang dapat menimbulkan
ikterus obstruktif.
Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut.
1. Gejala Akut
Tanda
4) Ikterus ringan
Gejala
3) Febris (38,5 C)
2. Gejala Kronis
Tanda
Gejala
epigastrium),
5) Flatulensi
6) Eruktasi (bersendawa)
E. Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium :
Kapilar : 2 - 6 mnt).
prosedur diagnostik)
ductus
duodenum.
di
sistim billiar.
empedu,
obstruksi/obstruksi joundice.
pengapuran
F. Penatalaksanaan
Penanganan kolelitiasis dibedakan menjadi dua yaitu penatalaksanaan non
bedah dan bedah. Ada juga yang membagi berdasarkan ada tidaknya gejala yang
Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh
dengan
Intervensi
bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda dan evalusi yang lengkap dapat
2002).
Manajemen terapi :
4) Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok
Oral Dissolution Therapy adalah cara penghancuran batu dengan pemberian obat-
hiperkolesterolemia sedang
c) Disolusi kontak
kateter
perkutaneus melalui hepar atau alternatif lain melalui kateter nasobilier. Larutan
yang dipakai adalah methyl terbutyl eter. Larutan ini dimasukkan dengan suatu
alat khusus ke dalam kandung empedu dan biasanya mampu menghancurkan batu
Kelemahan teknik ini hanya mampu digunakan untuk kasus dengan batu yang
kandung
empedu.
Shock Wave) yang diarahkan pada batu empedu didalam kandung empedu atau
ESWL sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu. Analisis biaya-
manfaat
pada saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas pada pasien yang
dan ke dalam usus halus. Zat kontras radioopak masuk ke dalam saluran empedu
melalui sebuah selang di dalam sfingter oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter
dibuka agak lebar sehingga batu empedu yang menyumbat saluran akan berpindah
ke usus halus.
ERCP dan sfingterotomi telah berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4
dari setiap 1.000 penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi,
sehingga prosedur ini lebih aman dibandingkan pembedahan perut. ERCP saja
biasanya efektif dilakukan pada penderita batu saluran empedu yang lebih tua,
2. Penatalaksanaan Bedah
a) Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga kolelitiasis
simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera
duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan
untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk
b) Kolesistektomi laparaskopi
ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi. 80-90% batu empedu
komplikasi pada jantung dan paru. Kandung empedu diangkat melalui selang
mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan pasien
rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali bekerja, nyeri
cedera duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering selama
kolesistektomi laparoskopi.
G. Komplikasi
1) Asimtomatik
3) Kolik bilier
4) Kolesistitis akut
5) Perikolesistitis
7) Perforasi
8) Kolesistitis kronis
12) Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan
1. Pengkajian
a) Data subjektif.
diabetes, cirhosis.
2) Pengobatan
3) Pengkajian umum
4) Nyeri
bagian tengah, skapula, atau ke puncak bahu, disertai mual dan muntah.
(Sjamsuhidajat,2005).
5) Integumen
6) Gastrointestinal
7) Urinary
b) Data Obyektif:
1) Keadaan umum
Gelisah
2) Integumen
Jaundice, sklera ikterik
3) Pernapasan
4) Cardiovaskulaer
Tachycardia
5) Gastrointestinal
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus kolelitiasis adalah sebagai berikut :
1) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya proses peradangan, agen cidera.
jaringan (nekrosis).
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan 1
kriteria hasil :
Intervensi :
2) Observasi dan catat lokasi (beratnya skala 0-10) dan karakteristik nyeri
keefektifan intervensi
Diagnosa keperawatan. 2
kriteria hasil :
4) Bb kembali normal
Intervensi :
1) Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, BB, integritas mukosa, riwayat
mual/muntah.
nutrisi
makan.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit (diet cair rendah lemak,
metabolik pasien.
Diagnosa Keperawatan 3
kriteria hasil :
3) Bibir lembab
Intervensi :
3) Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha,
Diagnosa Keperawatan. 4
mencegah
1) kerusakan kulit.
Intervensi :
empedu.
2) Berikan masase pada daerah kulit yang mengalami gangguan.
Diagnosa. 5
kriteria hasil :
Intervensi :
1) Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan haluaran kurang dari
kebutuhan penggantian.
4) Kaji perdarahan yang tidak biasa, contoh: perdarahan terus-menerus pada sisi
ketidakseimbangan.
Daftar Pustaka