KOLEOLITIASIS
1. DEFINISI
Cholelitiasis (batu empedu) adalah timbunan Kristal di dalam kandung empedu atau di
dalam saluran empedu. Batu yang di temukan di dalam kandung empedu disebut koledokolitiasis.
Batu empedu juga dapat didefinisikan sebagai endapan satu atau lebih komponen empedu, seperti
berupa kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, dan protein.
Cholelitiasis (batu empedu) adalah penyakit dengan keadaan dimana terdapat atau
terbentuk batu empedu, bisa terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam
duktus choledochus (choledocholithiasis).
2. ETIOLOGI
Etiologi batu empedu (cholelitiasis) masih belum diketahui secara pasti, namun
cholelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor risiko di bawah ini. Namun, semakin banyak
faktor risiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis.
Faktor risiko tersebut antar lain :
a. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai risiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandungkan dengan
pria. Ini dikarenakan oleh hormone estrogen berpangaruh terhadap peningkatan eskresi
kolesterol oleh kandung empedu.Kehamilan,yangmeningkatkankadarestrogenjuga
meningkatkan risiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormone
(estrogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas
pengosongan kandung empedu.
b. Usia
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai risiko lebih tinggi untuk
terjadi kolelitiasis. Ini dikarenakan dengan tingginya BMI maka kadar mengurangi garam
empedu serta mengurangi kontraksi / pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi
gastrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat
menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
e. Riwayat Keluarga
Organ dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai risiko lebih besar dibandingkan
dengan tanpa riwayat keluarga.
f. Aktifitas Fisik
Nutrisi intravena jangka lama mrngakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk
berkontraksi, karena tidak ada makanan / nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga risiko
untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu.
3. PATOFISYOLOGI
Berdasarkan berbagai teori, ada empat penjelasan yang mungkin untuk pembentukan batu
empedu, yaitu :
a. Perubahan komposisi empedu. Perubahan komposisi membentuk inti, lalu lambat laun
menebal dan mengkristal. Pross pengkristalan dapat berlangsung lama, bisa sampai bertahun-
tahun dan akhirnya akan menghasilkan batu empedu.
b. Adanya peradangan pada empedu. Peradangan empedu dalam kandung empedu dapat
mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia, dan pengendapan beberapa
unsure konstituen empedu seperti kolesterol, kalsium, bilirubin.
c. Adanya proses infeksi. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian
dalam pemebentukan bat, melalui peningkatan deskuamasi sel dan pembentukan mukus.
Mukus meningkatkan viskositas dan unsure seluler atau bakteri dapat berperan sebagai pusat
presipitasi.
Adanya proses infeksi ini terkait mengubah komposisi empedu dengan meningkatkan
reabsorbsi garam empedu dan lesitin.
d. Genetik. Salah satu faktor genetik yang menyebabkan terjadinya batu empedu adalah
obesitas karena orang dengan obesitas cenderung mempunyai kadar kolesterol yang tinggi.
Kolesterol tersebut dapat mengendap di saluran pencernaan juga di saluran kandung empedu,
yang lama kelamaan akan berubah menjadi batu empedu.
Patwey :
4. MANIFESTASI KLINIS
Dapat bersifat asimtomatis. Gejala muncul saat terjadi inflamasi dan obstruksi ketika batu
bermigrasi ke duktus sistikus. Keluhan khas berupa kolik bilier. Karakteristik kolik bilier antara
lain :
1. Ikterus
Perubahan warna kulit, membrane mukosa lain dan sclera menjadi warna kuning.
2. Rasa Nyeri
Pasien mungkin akan merasa nyeri pada abdomen kanan atas yang dapat menjalar ke
punggung serta bahu kanan dan akan merubah posisinya secara terus-menerus untuk
mengurangi intensitas nyeri.
3. Disertai mual serta muntah.
4. Selera makan hilang dan demam
5. Feses berwarna tanah liat karena kurangnya urobilinogen didalam
6. usus (biasanya dikonversi dari bilirubin yang telah diblok dengan aliran empedu)
7. Penyakit kuning-kulit warna kekuningan dan membrane mukosa berubah warna.
8. ikterus-perubahan warna menjadi krkuningan pada sklera (putih pada mata)
9. urine warna gelap dan berbusakarena ginjal berusaha membersihkan
10. bilirubin.
11. Intoleransi terhadap makanan berlemak
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
6. PENATALAKSANAAN
Sasaran utama terapi medis adalah untuk mengurangi insidensi episode nyeri akut kantung
empedu dan kolesistitis dengan penatalaksanaan suportif dan diet dan, jika memungkinkan,
menghilangkan penyebabnya dengan menggunakan farmakoterapi, prosedur endoskopik, atau
intervensi bedah.
Selain dengan melarutkan batu empedu, batu empedu dapat dikeluarkan dengan
instrument lain (mis, kateter dan instrument yang dilengkapi keranjang disusupkan ke saluran
slang T atau fistula yang dibentuk pada saat pemasangan slang T, endoskopi ERCP), litotripsi
intrakorporeal (denyutnadilaser),atauterapigelombang syok ekstrakorporal (litotripsi atau
litotripsi gelombang syok ekstrakorporal [ESWL]).
d. Penatalaksanaan Bedah
1) Kolesistektomi laparoskopik: Dilakukan melalui insisi ataua tusukan kecil yang dibuat
menembus dinding abdomen di umbilicus.
4) Kolesistostomi (bedah atau perkutan): Kantung empedu dibuka, dan batu, empedu, atau
drainase purulen dikeluarkan.
7. KOMPLIKASI
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif
atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana
nyeri/gatal dirasakan oleh klien , regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S)
yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman
dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.
Klien sering mengalami nyeri di ulu hati yang menjalar ke punggung, dan bertambah
berat setelah makan disertai dengan mual dan muntah.
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat
sebelumnya. Klien memiliki Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih untuk
terjadi cholelitiasis. Ini dikarenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam
kandung empedu pun tinggi.
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit cholelitiasis.
Penyakit cholelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok manusia
yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat
keluarga cholelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa riwayat keluarga.
6) Riwayat psikososial
Pola piker sangat sederhana karena ketidaktahuan informasi dan mempercayakan
sepenuhnya dengan rumah sakit. Klien pasrah terhadap tindakan yang dilakukan oleh rumah
sakit asal cepat sembuh. Persepsi diri baik, klien merasa nyaman, nyeri tidak timbul
sehubungan telah dilakukan tindakan cholesistektomi.
7) Riwayat lingkungan
Lingkungan tidak berpengaruh terhadap penyakit cholelitiasis.
Karena cholelitiasis dipengaruhi oleh pola makan dan gaya hidup yang tidak baik.
8) Pemeriksaan fisik
I. Keadaan umum
Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan:
Inspeksi: datar, eritmen (-), sikatrik (-)
Auskultasi : peristaltic (+)
Perkusi: timpani
Palpasi: supel, nyeri tekan (+) region kuadran kanan atas, hepar-lien tidak teraba, massa
(-)
II. Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kandung empedu. Biasanya pada penyakit ini
kandung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi pembengkakan
pada kandung empedu.
9) Pola aktivitas
I. Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
II. Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas dan anjurkan
bedrest.
III. Aspek psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati.
IV. Aspek penunjang
V. Hasil pemeriksaan laboratorium (bilirubin, amylase serum meningkat).
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan . Data yang dikumpulkan meliputi :
1. Identitas
Kolelitiasis merupakan batu pada kandung empedu yang banyak terjadi pada individu yang
berusia di atas 40 tahun dan semakin meningkat pada usia 75 tahun. Dan wanita mempunyai
resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan pria.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya
keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, dan mual
muntah.
3. Pemeriksaan fisik
Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan :
a) Inspeksi : datar, eritem (-), sikatrik (-)
b) Auskultasi : peristaltik (+)
c) Perkusi : timpani
d) Palpasi : supel, nyeri tekan (+) regio kuadran kanan atas, hepar-lien tidak teraba, massa (-)
e) Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya pada penyakit ini
kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi pembengkakan pada
kandung empedu.
4. Pola aktivitas
1. Nutrisi
2. Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
1. Aktivitas
2. Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas dan anjuran
bedrest
1. Aspek Psikologis
2. Kaji tentang emosi, Pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati.
1. Aspek penunjang
2. Hasil pemeriksaan Laboratorium (bilirubin,amylase serum meningkat).
3. Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran dokter
5. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Pasien mengeluh nyeri di Sumbatan empedu / koleltiasis Nyeri
daerah ulu hati
DO : nyeri tekan di
epigastrium Aliran balik cairan empedu ke
hepar
Infeksi
Nyeri
DS : - Penurunan peristaltik karena Penurunan volume cairan
DO : pasien lemah, mata efek kolelitiasis
cowong, turgor kulit buruk
Makanan tertahan di dalam
lambung
Mual / muntah
Mual / muntah
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, proses pembedahan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan obstruksi aliran
empedu, mual, muntah
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahaan drainase bilier sesudah
dilakukan tindakan bedah.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi.
C. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, proses pembedahan
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria hasil : pasien akan menunjukkan penggunaan ketrampilanrelaksasi dan aktivitas
distraksi, skala nyeri mengalami penurunan, tanda vital dalam batas normal.
No Intervensi Rasional
Observasi dan catat Membedakan penyebab nyeri dan memberikan
1 lokasi, beratnya (skala1- informassi tentang kemajuan/ perbaikan
10) dan karakteristik penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan
nyeri (menetap, hilang intervensi.
timbul, kolik)
Catat respon terhadap Nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan
2 obat dan laporkan pada rutin dapat menun jukkan terjadinya komplikasi/
dokter bila nyeri hilang kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut
Tingkatkan tirah baring, Tirah baring pada posisi fowler rendah
3 biarkan pasien menurunkan tekanan intraabdomen: namun
melakukan posisi yang pasien akan melakukan posisi yang
nyaman menghilangkan nyeri secara alamiah
Dorong penggunaan Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali
4 teknik relaksasi,contoh perhatian dan dapat meningkatkan koping
bimbingan imajinasi,
visualisasi, latihan nafas
dalam
5 Kolaborasi :
c. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan obstruksi aliran
empedu, mual, muntah
Tujuan : Masalah nutrisi tidak menjadi aktual
Kriteria hasil : Mual dan muntah hilang, berat badan tidak turun
No Intervensi Rasional
1 Kaji distensi abdomen, Tanda non verbal ketidaknyamanan
sering bertahak, berhati- berhubungan dengan gangguan pencernaan,
hati, menolak bergerak nyeri gas
2 Hitung intake kalori Mengidentifikasi kekurangan/ kebutuhan
nutrisi
3 Mengukur ratio TB dan BB Mengawasi keefektifan rencana diet
4 Kaji makanan kesukaan, Melibatkan pasien dalam perencanaan,
makanan yang memampukan pasien memiliki rasa kontrol
menyebabkan distres, dan dan mendorong untuk makan
jadwal makan yang disukai
5 Oral hygiene sebelum Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
makan makan
6 Ambulasi dan tingkatkan Membantu dalam mengeluarkan flatus,
aktifitas sesuai toleransi penurunan distensi abdomen, mempengaruhi
penyembuhan dan rasa sehat dan
menurunkan kemungkinan masalah
sekunder sehubungan imobilisasi seperti
pneumonia, tromboflebitis.
No Intervensi Rasional
7 Kolaborasi :
a. Konsultasi dengan ahli Berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi
gizi sesuai indikasi individu melalui rute yang tepat
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahaan drainase bilier sesudah dilakukan
tindakan bedah.
Tujuan : tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil : penyembuhan luka tepat waktu dan tanpa komplikasi.
No Intervensi Rasional
1 Periksa selang T dan drain Selang T dapat dimassukkan pada ductus
insisi, yakinkan aliran koleduktus selama 7 sampai dengan 10 hari
bebas. untuk membuang batu yang tertahan. Drain
insisi digunakan untuk membuang cairan
yang terkumpul sehingga mencegah aliran
balik empedu ke daerah operasi.