Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLEOLITIASIS

1. DEFINISI
Cholelitiasis (batu empedu) adalah timbunan Kristal di dalam kandung empedu atau di
dalam saluran empedu. Batu yang di temukan di dalam kandung empedu disebut koledokolitiasis.
Batu empedu juga dapat didefinisikan sebagai endapan satu atau lebih komponen empedu, seperti
berupa kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, dan protein.
Cholelitiasis (batu empedu) adalah penyakit dengan keadaan dimana terdapat atau
terbentuk batu empedu, bisa terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam
duktus choledochus (choledocholithiasis).

2. ETIOLOGI

Etiologi batu empedu (cholelitiasis) masih belum diketahui secara pasti, namun
cholelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor risiko di bawah ini. Namun, semakin banyak
faktor risiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis.
Faktor risiko tersebut antar lain :

a. Jenis Kelamin

Wanita mempunyai risiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandungkan dengan
pria. Ini dikarenakan oleh hormone estrogen berpangaruh terhadap peningkatan eskresi
kolesterol oleh kandung empedu.Kehamilan,yangmeningkatkankadarestrogenjuga
meningkatkan risiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormone
(estrogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas
pengosongan kandung empedu.
b. Usia

Risikountukterkenakolelitiasismenigkatkansejalandengan bertambahnya usia. Orang


dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang
usia yang lebih muda.

c. Berat Badan (BMI)

Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai risiko lebih tinggi untuk
terjadi kolelitiasis. Ini dikarenakan dengan tingginya BMI maka kadar mengurangi garam
empedu serta mengurangi kontraksi / pengosongan kandung empedu.

d. Makanan

Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi
gastrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat
menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.

e. Riwayat Keluarga

Organ dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai risiko lebih besar dibandingkan
dengan tanpa riwayat keluarga.

f. Aktifitas Fisik

Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan risiko terjadiya kolelitiasis.


Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.

g. Penyakit Usus Halus

Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn disease,


diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.

h. Nutrisi Intravena Jangka Lama

Nutrisi intravena jangka lama mrngakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk
berkontraksi, karena tidak ada makanan / nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga risiko
untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu.

3. PATOFISYOLOGI

Berdasarkan berbagai teori, ada empat penjelasan yang mungkin untuk pembentukan batu
empedu, yaitu :
a. Perubahan komposisi empedu. Perubahan komposisi membentuk inti, lalu lambat laun
menebal dan mengkristal. Pross pengkristalan dapat berlangsung lama, bisa sampai bertahun-
tahun dan akhirnya akan menghasilkan batu empedu.
b. Adanya peradangan pada empedu. Peradangan empedu dalam kandung empedu dapat
mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia, dan pengendapan beberapa
unsure konstituen empedu seperti kolesterol, kalsium, bilirubin.
c. Adanya proses infeksi. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian
dalam pemebentukan bat, melalui peningkatan deskuamasi sel dan pembentukan mukus.
Mukus meningkatkan viskositas dan unsure seluler atau bakteri dapat berperan sebagai pusat
presipitasi.
Adanya proses infeksi ini terkait mengubah komposisi empedu dengan meningkatkan
reabsorbsi garam empedu dan lesitin.
d. Genetik. Salah satu faktor genetik yang menyebabkan terjadinya batu empedu adalah
obesitas karena orang dengan obesitas cenderung mempunyai kadar kolesterol yang tinggi.
Kolesterol tersebut dapat mengendap di saluran pencernaan juga di saluran kandung empedu,
yang lama kelamaan akan berubah menjadi batu empedu.
Patwey :

4. MANIFESTASI KLINIS

Dapat bersifat asimtomatis. Gejala muncul saat terjadi inflamasi dan obstruksi ketika batu
bermigrasi ke duktus sistikus. Keluhan khas berupa kolik bilier. Karakteristik kolik bilier antara
lain :
1. Ikterus
Perubahan warna kulit, membrane mukosa lain dan sclera menjadi warna kuning.
2. Rasa Nyeri
Pasien mungkin akan merasa nyeri pada abdomen kanan atas yang dapat menjalar ke
punggung serta bahu kanan dan akan merubah posisinya secara terus-menerus untuk
mengurangi intensitas nyeri.
3. Disertai mual serta muntah.
4. Selera makan hilang dan demam
5. Feses berwarna tanah liat karena kurangnya urobilinogen didalam
6. usus (biasanya dikonversi dari bilirubin yang telah diblok dengan aliran empedu)
7. Penyakit kuning-kulit warna kekuningan dan membrane mukosa berubah warna.
8. ikterus-perubahan warna menjadi krkuningan pada sklera (putih pada mata)
9. urine warna gelap dan berbusakarena ginjal berusaha membersihkan
10. bilirubin.
11. Intoleransi terhadap makanan berlemak

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. USG Kandung Kemih


USG adalah salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat fungsi pengosongan
batu empedu serta mendeteksi adanya komplikasi kolelitiasis dan pankreatitis.
b. Rontgen abdomen / pemeriksaan sinar X / Foto polos abdomen
Dapat dilakukan pada klien yang dicurigai akan penyakit kandung empedu. Akurasi
pemeriksaannya hanya 15-20 %. Tetapi bukan merupakan pemeriksaan pilihan.
c. Pemeriksaan radiologi
d. Periksaan laboratorium

6. PENATALAKSANAAN

Sasaran utama terapi medis adalah untuk mengurangi insidensi episode nyeri akut kantung
empedu dan kolesistitis dengan penatalaksanaan suportif dan diet dan, jika memungkinkan,
menghilangkan penyebabnya dengan menggunakan farmakoterapi, prosedur endoskopik, atau
intervensi bedah.

1) Terapi Nutrisi dan Suportif


 Capai remisi dengan istirahat, cairan IV, pengisapan nasogatrik, analgesik, dan
antibiotic.
 Diet segera setelah episode biasanya berupa cairan rendah lemak dengan protein dan
karbohidrat tinggi dilanjutkan dengan makanan padat lembut, hinadri telur, krim,
babi, makanan gorengan, keju, rich dressings, sayuran pembentuk gas, dan alkohol.
2) Terapi Farmakologis
 Asamursodeoksikolat(UDCA[Urso,Actigall])danasam kenodeoksikolat (kenodiol atau
CDCA [Chenix]) efektif dalam melarutkan batu kolesterol primer.
 Pasien dengan gejala signifikan dan sering sumbatan duktus kisitk atau batu pigmen
bukan merupakan kandidat untuk terapi dengan UDCA.

c. Pengangkatan Batu Empedu Secara Non-Bedah

Selain dengan melarutkan batu empedu, batu empedu dapat dikeluarkan dengan
instrument lain (mis, kateter dan instrument yang dilengkapi keranjang disusupkan ke saluran
slang T atau fistula yang dibentuk pada saat pemasangan slang T, endoskopi ERCP), litotripsi
intrakorporeal (denyutnadilaser),atauterapigelombang syok ekstrakorporal (litotripsi atau
litotripsi gelombang syok ekstrakorporal [ESWL]).

d. Penatalaksanaan Bedah

Tujuan pembedahan adalahuntuk meredakan gejala yang persisten, untuk menghilangkan


penyebab kolik bilier, dan untuk mengatasi kolesistitis akut.

1) Kolesistektomi laparoskopik: Dilakukan melalui insisi ataua tusukan kecil yang dibuat
menembus dinding abdomen di umbilicus.

2) Kolesistektomi: Kantung empedu dikeluarkan melallui sebuah insisi abdomen (biasanya


subkosta kanan) setelah ligasi duktus kistik dan arteri.

3) Minikolesistektomi: Kantung emepdu dikeluarkan melalui sebuah insisi keci.

4) Kolesistostomi (bedah atau perkutan): Kantung empedu dibuka, dan batu, empedu, atau
drainase purulen dikeluarkan.

7. KOMPLIKASI

Komplikasi kolelitiasis (batu empedu) yang biasa terjadi antara lain:

a. Kolesistitis akut (radang kandung empedu)


b. Koledokolitiasis (batu empedu pada duktus sistikus)
c. Kolangitis akut (radang saluran empedu)
d. Pankreatitis akut
e. Mukokel, empiema, hingga gangrene pada kandung empedu
f. Keganasan kandung empedu.

8. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1) Pengkajian
Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan data yang dikumpulkan meliputi:
a. Identitias
Cholelitiasis(batu empedu) merupakan batu pada kandung empedu yang banyak terjadi
pada individu yang berusiadi atas 40 tahun dan semakin meningkat pada usia 75 tahun. Dan
wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena cholelitiasis dibandingkan dengan pria.
b. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.
Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas,
dan mual muntah.
3) Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif
atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana
nyeri/gatal dirasakan oleh klien , regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S)
yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman
dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.

Klien sering mengalami nyeri di ulu hati yang menjalar ke punggung, dan bertambah
berat setelah makan disertai dengan mual dan muntah.

4) Riwayat penyakit dahulu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat
sebelumnya. Klien memiliki Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih untuk
terjadi cholelitiasis. Ini dikarenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam
kandung empedu pun tinggi.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit cholelitiasis.
Penyakit cholelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok manusia
yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat
keluarga cholelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa riwayat keluarga.

6) Riwayat psikososial
Pola piker sangat sederhana karena ketidaktahuan informasi dan mempercayakan
sepenuhnya dengan rumah sakit. Klien pasrah terhadap tindakan yang dilakukan oleh rumah
sakit asal cepat sembuh. Persepsi diri baik, klien merasa nyaman, nyeri tidak timbul
sehubungan telah dilakukan tindakan cholesistektomi.
7) Riwayat lingkungan
Lingkungan tidak berpengaruh terhadap penyakit cholelitiasis.
Karena cholelitiasis dipengaruhi oleh pola makan dan gaya hidup yang tidak baik.
8) Pemeriksaan fisik
I. Keadaan umum
Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan:
 Inspeksi: datar, eritmen (-), sikatrik (-)
 Auskultasi : peristaltic (+)
 Perkusi: timpani
 Palpasi: supel, nyeri tekan (+) region kuadran kanan atas, hepar-lien tidak teraba, massa
(-)
II. Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kandung empedu. Biasanya pada penyakit ini
kandung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi pembengkakan
pada kandung empedu.
9) Pola aktivitas
I. Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
II. Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas dan anjurkan
bedrest.
III. Aspek psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati.
IV. Aspek penunjang
V. Hasil pemeriksaan laboratorium (bilirubin, amylase serum meningkat).
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan . Data yang dikumpulkan meliputi :

1. Identitas
Kolelitiasis merupakan batu pada kandung empedu yang banyak terjadi pada individu yang
berusia di atas 40 tahun dan semakin meningkat pada usia 75 tahun. Dan wanita mempunyai
resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan pria.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya
keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, dan mual
muntah.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau
provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana
nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S)
yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman
dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut. Klien sering mengalami
nyeri di ulu hati yang menjalar ke punggung , dan bertambah berat setelah makan disertai
dengan mual dan muntah.

c. Riwayat penyakit dahulu


Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat
sebelumnya. Klien memiliki Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi
untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam
kandung empedu pun tinggi.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit kolelitiasis. Penyakit
kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok manusia yang
memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat keluarga
kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa riwayat keluarga.
e. Riwayat psikososial
Pola pikir sangat sederhana karena ketidaktahuan informasi dan mempercayakan sepenuhnya
dengan rumah sakit. Klien pasrah terhadap tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit asal
cepat sembuh. Persepsi diri baik, klien merasa nyaman, nyeri tidak timbul sehubungan telah
dilakukan tindakan cholesistektomi.
f. Riwayat lingkungan
Lingkungan tidak berpengaruh terhadap penyakit kolelitiasis. Karena kolelitiasis dipengaruhi
oleh pola makan dan gaya hidup yang tidak baik.

3. Pemeriksaan fisik
Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan :
a) Inspeksi : datar, eritem (-), sikatrik (-)
b) Auskultasi : peristaltik (+)
c) Perkusi : timpani
d) Palpasi : supel, nyeri tekan (+) regio kuadran kanan atas, hepar-lien tidak teraba, massa (-)
e) Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya pada penyakit ini
kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi pembengkakan pada
kandung empedu.
4. Pola aktivitas
1. Nutrisi
2. Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
1. Aktivitas
2. Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas dan anjuran
bedrest
1. Aspek Psikologis
2. Kaji tentang emosi, Pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati.
1. Aspek penunjang
2. Hasil pemeriksaan Laboratorium (bilirubin,amylase serum meningkat).
3. Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran dokter
5. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Pasien mengeluh nyeri di Sumbatan empedu / koleltiasis Nyeri
daerah ulu hati
DO : nyeri tekan di
epigastrium Aliran balik cairan empedu ke
hepar

Proses radang di sekitar


hepatobilier

Infeksi

Nyeri
DS : - Penurunan peristaltik karena Penurunan volume cairan
DO : pasien lemah, mata efek kolelitiasis
cowong, turgor kulit buruk
Makanan tertahan di dalam
lambung

Peningkatan rasa mual

Mual / muntah

Penurunan volume cairan


DS : Pasien mengatakan Penurunan peristaltik karena Nutrisi kurang dari kebutuhan
perutnya tidak enak karena efek kolelitiasis tubuh
mual muntah
DO : Distensi abdomen Makanan tertahan di dalam
lambung

Peningkatan rasa mual

Mual / muntah

Peubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, proses pembedahan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan obstruksi aliran
empedu, mual, muntah
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahaan drainase bilier sesudah
dilakukan tindakan bedah.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi.
C. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, proses pembedahan
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria hasil : pasien akan menunjukkan penggunaan ketrampilanrelaksasi dan aktivitas
distraksi, skala nyeri mengalami penurunan, tanda vital dalam batas normal.

No Intervensi Rasional
Observasi dan catat Membedakan penyebab nyeri dan memberikan
1 lokasi, beratnya (skala1- informassi tentang kemajuan/ perbaikan
10) dan karakteristik penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan
nyeri (menetap, hilang intervensi.
timbul, kolik)
Catat respon terhadap Nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan
2 obat dan laporkan pada rutin dapat menun jukkan terjadinya komplikasi/
dokter bila nyeri hilang kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut
Tingkatkan tirah baring, Tirah baring pada posisi fowler rendah
3 biarkan pasien menurunkan tekanan intraabdomen: namun
melakukan posisi yang pasien akan melakukan posisi yang
nyaman menghilangkan nyeri secara alamiah
Dorong penggunaan Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali
4 teknik relaksasi,contoh perhatian dan dapat meningkatkan koping
bimbingan imajinasi,
visualisasi, latihan nafas
dalam
5 Kolaborasi :

Berikan obat sesuai Anti biotik mengobati proses infeksi.


indikasi: anti biotik, anti Antikolinergik menghilangkan spasme/kontraksi
kolinergik, sedatif otot halus dan membantu menghilangkan nyeri.
seperti phenobarbital, Sedatif meningkatkan istirahat dan relaksasi
narkotik seperti otot. Narkotik menurunkan nyeri hebat
meperidin hidoklorida.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri


Tujuan : pola nafas menjadi efektif
Kriteria hasil : frekuensi pernafasan normal (RR= 16-20 x/ mnt), tidak ada pergerakan
otot bantu nafas, nyeri pasien terkontrol.
No Intervensi Rasional
1 Observasi frekuensi/ Nafas dangkal, disstres pernafasan,
kedalaman pernafasan menahan nafas, dapat mengakibatkan
hipoventilasi/ atelektasis
2 Auskultasi bunyi nafas Area yang menurun/ tak ada bunyi nafas
diduga atelektasis, sedangakan bunyi
adventisius (mengi/ ronchi) menunjukkan
kongesti.
3 Bantu pasien batuk dan Meningkatkan ventilasi semua segmen paru
No Intervensi Rasional
nafas dalam secara periodik. dan memobilisasi serta mengeluarkan secret
4 Tinggikan kepala tempat Memudahkan ekspansi paru, penekanan,
tidur, pertahankan posisi memberkan sokongan pada insisi untuk
fowler menurunkan tegangan otot dan
meningkatkan kerja sama dalam program
pengobatan.

c. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan obstruksi aliran
empedu, mual, muntah
Tujuan : Masalah nutrisi tidak menjadi aktual
Kriteria hasil : Mual dan muntah hilang, berat badan tidak turun
No Intervensi Rasional
1 Kaji distensi abdomen, Tanda non verbal ketidaknyamanan
sering bertahak, berhati- berhubungan dengan gangguan pencernaan,
hati, menolak bergerak nyeri gas
2 Hitung intake kalori Mengidentifikasi kekurangan/ kebutuhan
nutrisi
3 Mengukur ratio TB dan BB Mengawasi keefektifan rencana diet
4 Kaji makanan kesukaan, Melibatkan pasien dalam perencanaan,
makanan yang memampukan pasien memiliki rasa kontrol
menyebabkan distres, dan dan mendorong untuk makan
jadwal makan yang disukai
5 Oral hygiene sebelum Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
makan makan
6 Ambulasi dan tingkatkan Membantu dalam mengeluarkan flatus,
aktifitas sesuai toleransi penurunan distensi abdomen, mempengaruhi
penyembuhan dan rasa sehat dan
menurunkan kemungkinan masalah
sekunder sehubungan imobilisasi seperti
pneumonia, tromboflebitis.
No Intervensi Rasional
7 Kolaborasi :
a. Konsultasi dengan ahli Berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi
gizi sesuai indikasi individu melalui rute yang tepat

b. Mulai diet cair rendah Pembatasan lemak menurunkan rangsangan


lemak setelah NGT dilepas. pada kandung empedu dan nyeri
sehubungan dengan tidak semua lemak
dicerna
c. Tambahkan diet sesuai
toleransi biasanya rendah Memenuhi kebutuhan nutrisi dan
lemak tinggi serat, batasi meminimalkan rangsangan pada kandung
makana yang banyak empedu
mengandung gas

d. Berikan garam empedu


seperti biliron : zanchol : Meningkatkan pencernaan dan absorbsi
asam dehidrokolik lemak, vitamin larut lemak, kolesterol.
(decholin) sesuai indikasi Bergna pada kolesistitis kronis.

e. Lab BUN, alb, protein


serum, kadar transverin Memberi informasi kekurangan
nutrisi/keefektifan terapi

d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahaan drainase bilier sesudah dilakukan
tindakan bedah.
Tujuan : tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil : penyembuhan luka tepat waktu dan tanpa komplikasi.
No Intervensi Rasional
1 Periksa selang T dan drain Selang T dapat dimassukkan pada ductus
insisi, yakinkan aliran koleduktus selama 7 sampai dengan 10 hari
bebas. untuk membuang batu yang tertahan. Drain
insisi digunakan untuk membuang cairan
yang terkumpul sehingga mencegah aliran
balik empedu ke daerah operasi.

2 Pertahankan selang T pada Mencegah iritasi kuliat dan mencegah


system penampungan haluaran. Menurunkan resiko kontaminasi.
tertutup.
No Intervensi Rasional
3 Observasi warna dan Pada awalnya drainase mengandung darah
karakter drainase. dan campuran air. Secara normal berubah
menjadi warna coklat kehijauan (warna
empedu) setelah jam-jam pertama. Kantung
ostomi digunakan untuk menampung
drainase besar tentang pengeluaran.

4 Observasi adanya cegukan, Perubahan posisi selang T dapat


distensi abdomen atau tanda mengakibatkan iritasi diafragma atau
peritonitis, pankratitis komplikasi lebih serius bila
empedu mengalir ke dalam abdomen atau
ductus pancreas terhambat.

5 Observasi kulit, sclera dan Terjadinya icterik mengindikasikan adanya


perubahan warna urin obstruksi aliran empedu.
6 Kolaborasi
Pemberian antibiotic sesuai Diperlukan untuk pengobatan abses/ infeksi.
indikasi.

e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan


informasi yang tidak adekuat
Tujuan : Pasien menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan
Kriteria hasil : Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan
No Intervensi Rasional
1 Beri penjelasan/ alasan Informasi dapat menurunkan cemas dan
pemeriksaan dan rangsang simpatis
persiapannya
2 Kaji ulang program terapi Batu empedu sering berulang, perlu terapi
dan kemungkinan efek jangka panjang terjadinya diare/kram selama
samping terapi senidiol dapat dihubungkan dengan
dosis/dapat diperbaiki. Catatan : wanita yang
melahirkan harus dikonsultasikan tentang
KB untuk mencegahkehamilandan resiko
kerusakan hepatik fetal
3 Kaji ulang proses Memberi dasar pengetahuan dimana pasien
penyakit/prognosis. dapat membuat pilihan berdasarkan
Diskusikan perawatan dan informasi. Komunikasi efektif dan dukungan
pengobatan. Dorong turunkan cemas dan tingkatkan
pertanyaan, ekspresi penyembuhan
masalah
4 Diskusikan penurunan berat Kegemukan adalah faktor resiko yang
badan bila diindikasikan berhubungan dengan kolelitiasis, dan
No Intervensi Rasional
penurunan BB menguntungkan dalam
manajemen medik terhadaap kondisi kronik
5 Anjurkan pasien untuk Mencegah terulangnya serangan kandung
menghindari makanan tinggi empedu
lemak (mentega, gorengan,
kacang, susu segar, es krim,
minuman karbonat) dan zat
iritan gaster (pedas, kafein,
sitrun)

6 Anjurkan istirahat pada Meningkatkan aliran empedu dan relaksasi


posisi semi fowler setelah umum selama proses pencernaan awal
makan

7 Anjurkan untuk Meningkatkan pembentukan gas, yang dapat


tidak mengunyah permen meningkatkan distensi dan ketidaknyamanan
karet, menghisap permen gaster
atau merokok

8 Diskusikan menghindari Menurunkan resiko perdarahan sehubungan


produk yang mengandung dengan perubahab waktu koagulasi, iritasi
aspirin, meniup lewat mukosa, dan trauma.
hidung keras-keras, gerakan
tegang pada usus, olah raga
kontak, anjurkan
menggunakan sikat gigi
halus, pencukur elektrik
DAFTAR PUSTAKA
Andessa, 2011, Asuhan Keperawatan Kolelitiasis, diakses tanggal 4 Oktober 2011 pukul
12.00 WIB. http://hesa-andessa.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-kolelitiasis.html
Anonim, 2009, Asuhan Keperawatan pada kolelitiasis, diakses pada tanggal 1 Oktober 2011
pukul 10.00 WIB<http://keperawatankita.wordpress.com/2009/02/11/kolelitiasis-definisi-
serta-askepnya/>
Diyono., Mulyanti Sri. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Penceranaan
(Dilengkapi Contoh Studi Kasus Dengan Aplikasi NANDA NOC NIC). Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Gagola, P., Timban, J., & Ali, R. (2015). Gambaran ultrasonografi batu empedu pada pria &
wanita. Manado : Jurnal e-Clinic (eCl). Vol. 3, No. 1: 428- 429.
Naga,S.,Soleh. (2013). Buku Panduan Lengkap Penyakit Dalam. Jogjakarta: DIVA Press.

Anda mungkin juga menyukai