Nama :
Ayu Qoriah
Nim :
201701002
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.Rx
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 48 tahun
BB : 75 Kg
TB : 170cm
BBI : 63 kg
IMT : 25,95 (obesitas)
B. Data Subyektif
1. Riwayat Penyakit
- Penyakit dahulu = tidak ada
- Penyakit sekarang = merasa sakit perut bagian atas disertai mual,
muntah dan didiagnosa cholitis cronik
- Riwayat penyakit keluarga = tidak ada
2. Riwayat Nutrisi (Dahulu, Sekarang, Sosial Ekonomi)
Intake makanan yang kurang
A. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Antropometri :
- Usia : 48 tahun
- BB : 75 kg
- TB : 170cm = 1,7m
- BBI : 63 kg
- IMt : 25,95
3. Pemeriksaan Laboratorium
- Cholesterol: 280 mg/ dl (T)
- Leukosit: 15000 mm3 (T)
- Bilirubin: 3 mg/ dl(T)
- Bilirubin indirect: 1,99 mg/dl (T)
- SGPT: 358 U/dl(T)
- Bilirubin urin: +3 (T)
- SGOT: 290 U/dl (R)
BAB II
PATOFISIOLOGI
A. Devinisi
Kolelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah
kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung
empedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang
membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung
empedu. Batu Empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau
di dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu
disebut kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut
koledokolitiasis (Nucleus Precise Newsletter, edisi 72, 2011).
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu
kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium,protein,asam lemak & fosfolipid
(Price & Wilson, 2005).
Kolelitiasis adalah batu terbentuk oleh colesterol, kalsium, bilirubinat atau
campuran yang disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu ( Marlyn
E Doengoes, 2000).
B. Klasifikasi
Menurut Lesmana L, 2000 dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I
gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di
golongkankan atas 3 (tiga) golongan:
1. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari
70% kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang
mengandung > 50% kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol
diperlukan 3 faktor utama :
1. Supersaturasi kolesterol
2. Hipomotilitas kandung empedu
3. Nukleasi/ pembentukan nidus cepat.
2. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang
mengandung <20% kolesterol. Jenisnya antara lain:
- Batu pigmen kalsium bilirubinat (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan
mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen
cokelat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu.
Stasis dapat disebabkan oleh adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur,
operasi bilier, dan infeksi parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu,
khususnya E. Coli, kadar enzim B-glukoronidase yang berasal dari bakteri
akan dihidrolisasi menjadi bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium
mengikat bilirubin menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Dari
penelitian yang dilakukan didapatkan adanya hubungan erat antara infeksi
bakteri dan terbentuknya batu pigmen cokelat. Umumnya batu pigmen
cokelat ini terbentuk di saluran empedu dalam empedu yang terinfeksi.
C. Etiologic
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam
chenodeoxycholic), 22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein dan
0,3% bilirubin. komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol yang
biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena
kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan
di luar empedu.
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini.
Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain :
1. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
2. Usia lebih dari 40 tahun .
3. Kegemukan (obesitas).
4. Faktor keturunan
5. Aktivitas fisik
6. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
7. Hiperlipidemia
8. Diet tinggi lemak dan rendah serat
9. Pengosongan lambung yang memanjang
10. Nutrisi intravena jangka lama
11. Dismotilitas kandung empedu
12. Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
13. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati,
pankreatitis dan kanker kandung empedu) dan penyakit ileus
(kekurangan garam empedu)
14. Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit
putih, baru orang Afrika)
D. Komplikasi
Komplikasi Kolelitiasis
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis :
(Sjamsuhidajat,2005)
1. Asimtomatik
2. Obstruksi duktus sistikus
3. Kolik bilier
4. Kolesistitis akut
5. Perikolesistitis
6. Peradangan pankreas (pankreatitis)-angga
7. Perforasi
8. Kolesistitis kronis
9. Hidrop kandung empedu
10. Empiema kandung empedu
11. Fistel kolesistoenterik
12. Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali
dan batu empedu muncul lagi)
13. Ileus batu empedu (gallstone ileus)
Kolesistokinin yang disekresi oleh duodenum karena adanya makanan
menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu yang tadi ada dalam
kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus sistikus, batu dapat
menetap ataupun dapat terlepas lagi. Apabila batu menutupi duktus sitikus
secara menetap maka mungkin akan dapat terjadi mukokel, bila terjadi infeksi
maka mukokel dapat menjadi suatu empiema, biasanya kandung empedu
dikelilingi dan ditutupi oleh alat-alat perut (kolon, omentum), dan dapat juga
membentuk suatu fistel kolesistoduodenal. Penyumbatan duktus sistikus
dapat juga berakibat terjadinya kolesistitis akut yang dapat sembuh atau dapat
mengakibatkan nekrosis sebagian dinding (dapat ditutupi alat sekiatrnya) dan
dapat membentuk suatu fistel kolesistoduodenal ataupun dapat terjadi
perforasi kandung empedu yang berakibat terjadinya peritonitis generalisata.
Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus pada
saat kontraksi dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai duktus
koledokus kemudian menetap asimtomatis atau kadang dapat menyebabkan
kolik. Batu yang menyumbat di duktus koledokus juga berakibat terjadinya
ikterus obstruktif, kolangitis, kolangiolitis, dan pankretitis.
(Sjamsuhidajat,2005)
Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui
terbentuknya fistel kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup besar
dapat menyumbat pad bagian tersempit saluran cerna (ileum terminal) dan
menimbulkan ileus obstruksi.
E. Prognosis
Prognosis dari kolelitiasis adalah tergantung pada keberadaan dan
tingkat keparahan komplikasi. Diagnosis dan pembedahan yang cepat,
tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit ini sangat kecil.
BAB III
PERENCANAAN ASUHAN GIZI
A. Identitas Pasien
Atas nama Tn Rx, yang berjenis kelamin laki-laki, dengan usia 48 tahun,
memiliki Berat Badan 75kg, dan Tinggi Badan 170 cm. Dari data Tn. Rx maka
kita dapat mengetahui IMT Tn. adalah 25,95 dalam kategori obesitas, dan
didapat BBI adalah 63kg.
E. Intervensi
- Intervensi yang diberikan adalah Memberikan makanan untuk membuat
kondisi klien nyaman serta menurunkan BB karena Obesitas dengan target
terapi Menghilangkan rasa nyeri mual dan muntah dan menurunkan BB selain
itu juga bentuk terapi yang digunakan adalah diet rendah lemak yang
memiliki prinsip Protein dan KH cukupemak diberikan 25% karena masa
kronik dengan syarat diet Hindari kue, kacang, coklat, makanan berlemak,
digoreng dan bergas
- Mengurangi makanan berserat, berbumbu tajam, dan tinggi sisa.
- Makanan dimasak dengan di panggang,dikukus,direbus,disetyp, gunakan
daging rendah lemak.
- Rasa makanan ditingkatkan dengan menggunakan bumbu.
Gunakan susu skim yang difortifikasi dan sayuran hijau untuk menjamin
vit A cukup Dengan kebutuhan yang sesuai dalam sehari sebesar
- Kebutuhan Energi : 1872,13 kal
- Kebutuhan Protein : 94,59 gram
- Kebutuhan Lemak : 52 gram
- Kebutuhan KH : 256,56 gram
F. Terapi Gizi
dengan target terapi Menghilangkan rasa nyeri mual dan muntah dan
menurunkan BB selain itu juga bentuk terapi yang digunakan adalah diet
rendah lemak yang memiliki prinsip Protein dan KH cukup dan memberikan
enyuluhan dan konsultasi tentang menu makanan yang sehat dan beragam
G. Monitoring & Evaluasi
monitoring yang harus di lakukan Pemantau BB pasien dari data
antropometri dan asupan makanan, Pemantau terhadap hasil lab supaya tidak
memperparah penyakit colitis Pemantauan terhadap Pola makan kurang
bervariasi dan tidak sehat Dan asupan kurang Memberikan konsultasi dan
E.1.3penyuluhan tentang makanan yangberfariasi dan sehat dan tidak
memperparah penyakit colitis
Evaluasi yang harus dilakukan Sakit perut bagian atas disertai mual dan
muntah , ada batu pada daerah ductus koledokus, Perlu ada dukungan dan
pengawasan pola makan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
NCP DAN LEAFLET