Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOGLIKEMIA

Disusun Oleh:

NURMAULIDINA SYAIFUL
14420222141

CI LAHAN CI INSTITUSI

( Rahmawati Pangerang, S.Kep,Ns) (Ernasari, S.Kep,Ns,M.Biomed)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023
LAPORAN
PENDAHULUAN
CHOLELITIASIS

A. Konsep Dasar Medis


1. Konsep Dasar Cholelithiasis
a. Definisi
Cholelithiasis atau dikenal sebagai penyakit batu empedu
merupakan penyakit yang didalamnya terdapat batu empedu yang
dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran
empedu atau pada kedua-duanya. Cholelithiasis adalah material atau
kristal yang terbentuk di dalam kandung empedu. Fungsi dari empedu
sendiri sebagai ekskretorik seperti ekskresi bilirubin dan sebagai
pembantu proses pencernaan melalui emulsifikasi lemak oleh garam-
garam empedu. Selain membantu proses pencernaan dan penyerapan
lemak, empedu juga berperan dalam membantu metabolisme dan
pembuangan limbah dari tubuh, seperti pembuangan hemoglobin
yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan
kolesterol. (Musbahi etal., 2019).
b. Etiologi
Cholelithiasis dapat terjadi dengan atau tanpa fackor resiko di
bawah ini. Namun, semakin banyak factor resiko yang dimiliki
seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya
cholelithiasis. Faktor resiko tersebut antara lain:
1) Jenis kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena cholelithiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon estrogen
berpengaruh terhadap peningkatan eksresi kolesterol oleh kandung
empedu. Kehamilan, yang mengingkatkan kadar estrogen juga
meningkatkan resiko terkena cholelithiasis. Penggunaan pil
kontrasepsi dan terapi hormone (estrogen) dapat meningkatkan
kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas
pengosongan kandung empedu.
2) Usia
Resiko untuk terkena cholelithiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung
untuk terkena cholelithiasis dibandingkan dengan orang dengan
usia yang lebih muda.
3) Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat
mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan
dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
4) Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadinya cholelithiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung
empedu lebih sedikit berkontraksi.
5) Nutrisi intravena jangka lama
Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu
tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan /
nutrisi yang melewatiintestinal. Sehingga resiko untuk terbentunya
batu menjadi meningkat (Nuari, 2015)
c. Klasifikasi
Secara umum, batu kandung empedu dibedakan menjadi tiga
bentuk, batu kolesterol, batu kalsium bilirubinat, dan batu saluran
empedu.
1) Batu kolesterol mengandung 70% Kristal kolerterol, sedangkan
sisanya adalah kalsium karbonat dan kalsium bilirubinat.
Bentuknya bervariasi dan hampir selalu terbentuk di dalam
kandung empedu. Proses pembentukan batu ini melalui empat
tahap, yaitu penjenuhan empedu oleh kolesterol, pembentukan
nidus atau sarang, kristalisasi, dan pertumbuhan batu.
2) Batu kalsium bilirubinat atau batu lumpur (batu pigmen) Batu ini
mengandung 25% kolesterol. Batu yang tidak banyak dalam
bentuk tidak teratur dan warnanya bervariasi antara cokelat,
kemerahan, sampai hitam. Batu ini berbentuk seperti lumpur atau
tanah yang rapuh.
3) Batu saluran empedu masih berupa dugaan bahwa kelainan
anatomi atau pengisian di ventrikula oleh makanan akan
meneyebabkan obstruksi intermiten duktus koleduktus dan
bendungan ini memeudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan
batu. (Ratmiani, 2019).
d. Manifestasi Klinis
1) Rasa nyeri dan kolik bilier
Kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi.
Nyeri yang khas timbul pada perut kanan atas. Nyeri yang timbul
dapat disertai mual muntah.
2) Ikterus
Ikterus biasanya terjadi pada obstruksi duktus koleduktus. Akibat
obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum makan
akan terjadi peningkatan kadar empedu dalam darah.
3) Perubahan warna urin dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna
sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu
aka tampak kelabu danbisanya pekat.
4) Defisiensi vitamin
Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorpsi
vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E dan K). karena
itu, pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin
ini jika obstruksi bilier berjalan lama (Nanda, 2020)
Sedangkan menurut (Nuari, 2015: 204), selain manifestasi
diatas ada beberapa tambahan menafestasi klinik lainnya, yaitu:
a) Metabolisme lemak meningkat
b) Kolesterol meningkat
c) Bila ada gangguan fungsi hepar SGOT dan SGPT meningkat.
e. Patofisiologi
Berdasarkan berbagai teori, ada empat penjelasan yang mungkin
untuk pembentukan batu empedu, yaitu:
1) Perubahan komposisi empedu
Perubahan komposisi empedu ini membentuk inti, lalu lambat
laun menebal dan mengkristal. Proses pengkristalan dapat
berlangsung lama, bisa sampai bertahun-tahun dan akhirnya akan
menghasilkan batu empedu.
2) Adanya peradangan pada empedu
Peradangan empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan
supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan
pengendapan beberapa unsur konstituen empedu seperti
kolesterol, kalsium dan bilirubin. Adanya proses infeksi. Infeksi
bakteri dalam saluran dalam saluran empedu dapat berperan
sebagian dalam pembentukan batu, melalui peningkatan
deskuamasi sel dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan
viskositas dan unsur seluler atau bakteri dapat berperan sebagai
pusat presipitasi.
3) Genetik
Salah satu factor yang menyebabkan terjadinya batu empedu
adalah obesitas karena orang dengan obesitas cenderung
mempunyai kadar kolesterol yang tinggi. Kolesterol tersebut dapat
mengendap di saluran pencernaan juga di daluran kandung
empedu, yang lama kelamaan akan berubah menjadi batu empedu
(Ferreira Junior et al., 2019).
f. Komplikasi
1) Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu yang terjadi
karena adanyainfeksi yang menyebar akibat obstruksi pada
saluran empedu.
2) Hidrops merupakan obstruksi kronik dari kandung empedu
sehingga kandungempedu tidak dapat diisi lagi oleh empedu.
3) Emfiema adalah kandung empedu yang berisi nanah.
4) Kolesistisis merupakan peradangan pada kandung empedu,
dimana terdapat obstruksi atau sumbatan pada saluran kandung
empedu, yang menyebakan infeksi dan peradangan pada kandung
empedu (Baloyi, Rose, & Morare, 2020).
g. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan sinar X pada abdomen
2) Ultrasonografi
Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai
prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan cepat serta akurat dan dapat digunakan pada
penderita disfungsi hati dan icterus.
3) Pemeriksaan pencitraan radionuklida atau koleskintografi Dalam
prosedur ini preparat radioaktif disuntikan secara intravena. Preparat
ini kemudian diambil oleh hepatosit dan dengan cepat
disekresikan ke dalam sistem bilier. Selanjutnya dilakukan
pemindaian saluran empedu dan percabangan bilier.
4) Kolesistografi
Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu
empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk
melakukan pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta
mengosongkan isinya.
5) Pemeriksaan laboratorium
a) Darah lengkap : leukositosis sedang (akut).
b) Bilirubin dan amilase serum meningkat.
c) Enzim hati serum: AST (SGOT); ALT (SGPT); LDH agak
meningkat; alkali fosfat dan 5-nukleotidase : ditandai
peningkatan onstruksi bilier.
d) Kadar protombin menurun bila obstruksi aliran empedu dalam
usus menurun absorpsi vitamin K (Bini et al., 2020)
h. Penatalaksanaan Medis dan Farmakologi
1) Penatalaksanaan non bedah Farmakologis
a) Untuk menghancurkan batu : ursodiol/actigal
b) Efek samping diare
c) Mengurangi konten kolesterol dalam batu empedu :
chenidiol/chenix
d) Untuk mengurangi rasa gatal-gatal cholestyramine
(Questran).
e) Menurunkan rasa nyeri: analgesic
f) Mengobati infeksi: antibiotik.
2) Penatalaksanaan bedah
a) Cholecystectomy
Dalam prosedur ini, kandung empedu diangkat setelah arteri
dan duktus sistikus diligasi. Sebuah drain ditempatkan dalam
kandung empedu dan dibiarkan menjulur ke luar lewat luka
operasi untuk mengalirkan darah dan cairan getah empedu ke
dalam kasa absorben
b) Cholecystectomy laparaskopik
Dilakukan lewat luka insisi yang kecil atau luka tusukan
melalui dinding abdomen pada umbilikus. Rongga abdomen
ditiup dengan gas karbon monoksida untuk membantu
pemasangan endoskop.
c) Koledokostomi
Insisi dilakukan pada duktus koleduktus untuk mengeluarkan
batu. Setelah batu dikeluarkan biasanya dipasang sebuah
kateter ke dalam duktus tersebut untuk drainase getah empedu
sampai edema mereda, kateter ini dihubungkan dengan selang
drainase gravitas.
3) Manajemen diet
a) Mengurangi pemasukan makanan selama fase akut.
b) Pemasangan NGT untuk mengurangi rasa mual dan muntah.
c) Pembatasan diet lemak terutama pada pasein dengan obesitas
(Suratun, 2014).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan tiga
metode, yaitu wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik (Bolat & Teke,
2020). Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan, Data yang
dikumpulkan meliputi (Lestari et al., 2019) :
a. Identitas
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor
register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas
klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan
dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang
terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien
saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan
adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui
metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama
keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri
atau gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal
menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang
dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time
(T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.
3) Riwayat kesehatan yang lalu
4) Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau
pernah di riwayat sebelumnya.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita
penyakit kolelitiasis
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum :
a) Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien
b) Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan
klien.
c) Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan
respirasi(TPRS)
2) Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu.
Biasanya pada penyakit ini kantung empedu dapat terlihat dan
teraba oleh tangan karena terjadi pembengkakan pada kandung
empedu
d. Pola aktivitas
1) Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
2) Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan
aktivitasdan anjuran bedrest
3) Aspek Psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana
hati.
4) Aspek penunjang
a. Hasil pemeriksaan Laboratorium (bilirubin, amylase serum
meningkat)
b. Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran dokter.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (post op)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan program pembatasan
gerak
c. Risiko infeksi dengan factor risiko efek prosedur invasif
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosis Tujuan dan Kriteria


Keperawatan Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
agen pencendera intervensi keperawatan Observasi
biologis selama 1x8 jam 1. Identifikasi PQRST nyeri 1. Agar dapat membantu untuk berfokus
2. Identifikasi skala
diharapkan tingkat nyeri terhadap penyebab nyeri dan
nyeri Terapeutik
menurun dengan kriteria manajemennya
3. Berikan teknik nonfarmalogis untuk
hasil 2. Dapat mengetahui skala nyeri klien,
mengurangi nyeri (mis. Terapi
- Skala nyeri menurun dapat membantu untuk mengetahui
- Klien tidak musik, kompres hangat/ dingin,
tingkat nyeri klien
tampak meringis relaksasi nafas dalam)
3. Pemberian tehnik nonfarmakologi
- Klien tidan 4. Fasilitasi istirahat dan
dapat membantu klien dalam
tampak gelisah tidur Edukasi
mengurangi kecemasan nyeri
5. Ajarkan tehnik nonfarmakologi
4. Untuk mengurangi rasa nye8ri yang
untuk mengurangi rasa nyeri
dirasakan
Kolaborasi
5. Dilakukan agar dapat mengetahui
6. Kolaborasi pemberian analgetik
seberapa kuat nyeri yang dirasakan
oleh klien
6. Pemberian analgetik dapat memblok
nyeri pada susunan saraf pusat
Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi
mobilitas fisik intervensi keperawatan Observasi
b/d program selama 1x8 jam, maka 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan 1. Untuk mengetahui kualitas nyeri yang
fisik lainnya dirasakan dan efek lain yang dirasakan
pembatasan mobilitas fisik
2. Monitor kondisi umum selama
gerak meningkat dengan 2. Membantu menentukan intervensi
melakukan mobilisasi
krtiteria: Terapeutik selanjutnya
- Pergerakan ekstremitas 3. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan 3. Untuk menjaga pasien agar tetap
meningkat alat bantu (misal pagar tempat tidur) dalam kondisi aman dan nyaman
- Kekuatan otot 4. Libatkan keluarga untuk membantu 4. Agar keluarga berperan dalam proses
meningkat pasien dalam meningkatkan pergerakan penyembuhan pasien
- Rentanng gerak
(ROM) meningkat

Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi


dengan factor intervensi keperawatan Observasi 1. Untuk mempertahankan luka post op
risiko efek selama 1x8 jam 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local tetap steril
dan sistematik 2. Pembatasan jumlah pengunjung
prosedur invasif diharapkan tingkat
Terapeutik bertujuan untuk mengurangi paparan
infeksi menurun dengan mikroorganisme penyebab infeksi
2. Batasi jumlah pengunjung
kriteria hasil 3. Pertahankan teknik aseptic pada pasien 3. Teknik aseptic dapat meminimalisir
-
Demam menurun beresiko tinggi terjadinya infeksi
-
Kemerahan menurun Edukasi 4. Pemenuhan nutrisi yang cukup dapat
-
Bengkak menurun 4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi membantu proses penyembuhan
C. Kajian Islami tentang Penyakit
Bacaan doa ini dipercaya mampu menghilangkan kegalauan, stres, sedih,
dan rasa cemas yang dihadapi sebelum operasi. Doa ini juga ditujukan untuk
memohon kelancaran dan dihindari dari hambatan saat operasi berlangsung.
1. Surat Al-Fatihah
‫هّٰلِل‬ ‫هّٰللا‬
َ‫ اِيَّاك‬٤ - ‫ك يَوْ ِم ال ِّدي ۗ ِْن‬ِ ِ‫ مٰ ل‬٣ - ‫ الرَّحْ مٰ ِن ال َّر ِحي ۙ ِْم‬٢ - َ‫ اَ ْل َح ْم ُد ِ َربِّ ْال ٰعلَ ِم ْي ۙن‬١ - ‫بِس ِْم ِ الرَّحْ مٰ ِن ال َّر ِحي ِْم‬
‫ب‬
ِ ْ‫و‬z ‫ض‬ ُ ‫ر ْال َم ْغ‬z ِ ٦ - ۙ ‫ص َراطَ ْال ُم ْستَقِ ْي َم‬
ِ z‫ص َراطَ الَّ ِذ ْينَ اَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم ەۙ َغ ْي‬ ِّ ‫ اِ ْه ِدنَا ال‬٥ - ُ‫ك نَ ْست َِعي ْۗن‬
َ ‫نَ ْعبُ ُد َواِيَّا‬
٧ - ࣖ َ‫َعلَ ْي ِه ْم َواَل الض َّۤالِّ ْين‬
Bismillahir rahmanir rahim. Alhamdu lillahi rabbil alamin. Ar rahmanir
rahim. Maliki yaumid din. Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. Ihdinas
siratal mustaqim. Siratal lazina an’amta ‘alaihim ghairil maghdubi
‘alihim wa lad dallin.
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha pemurah
lagi Maha Penyayang. Yang menguasai Hari Pembalasan. Hanya
Engkaulah yang kamu sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta perolongan. Tunjukilah jalan yang lurus. (yaitu) Jalan orang-
orang yang Engkai beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."
2. Ayat Kursi
‫هّٰللَا‬
ْ‫ض َم ْن َذا الَّ ِذي‬ ِ ۗ ْ‫ا فِى ااْل َر‬zz‫ت َو َم‬ ِ ‫ُ ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل ه ۚ َُو اَ ْل َح ُّي ْالقَيُّوْ ُم ەۚ اَل تَْأ ُخ ُذ ٗه ِسنَةٌ َّواَل نَوْ ۗ ٌم لَهٗ َما فِى السَّمٰ ٰو‬
‫ َع‬z‫ ۤا ۚ َء َو ِس‬z‫ا َش‬z‫ه ِااَّل بِ َم‬z ٓ ٖ ‫ ْي ٍء ِّم ْن ِع ْل ِم‬z‫وْ نَ بِ َش‬zُ‫يَ ْشفَ ُع ِع ْند ٗ َٓه ِااَّل بِا ِ ْذنِ ٖ ۗه يَ ْعلَ ُم َما بَ ْينَ اَ ْي ِد ْي ِه ْم َو َما َخ ْلفَهُ ۚ ْم َواَل يُ ِح ْيط‬
‫ض َواَل يَـُٔوْ د ُٗه ِح ْفظُهُ َم ۚا َوهُ َو ْال َعلِ ُّي ْال َع ِظ ْي ُم‬َ ۚ ْ‫ت َوااْل َر‬ِ ‫ُكرْ ِسيُّهُ السَّمٰ ٰو‬
Allaahu Laailaaha illa huwal hayyul qayyuum. Laa ta'khudzuhu sinatuw
walaa nauum. Lahuu maa fissamaawaati wamaa fil ardhi. Mangdzalladzii
yasyfa'u 'indahuu illai bi idznih. Ya'lamu maa baina aiydiihim wamaa
kholfahum walaa yukhiithuuna bisyayin min 'ilmihii illaa bimaa syaaa a.
wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ardho. Walaa yauduhuu
khifdhuhumaa wa huwal'aliyyul 'adhiim.
Artinya: "Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk, dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada seorang pun yang
dapat memberi syafaat di sisi Allah melainkan dengan seizin-Nya. Allah
mengetahui semua apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka,
dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi
Mahabesar." (QS. Al Baqarah: 255)
3. Doa sebelum operasi
‫َلى هللاِ تَ َو َّك ْلنَا‬ َ ‫َح ْسبُنَا هللاُ َونِ ْع َم ْا‬
َ ‫لو ِك ْي ُل ع‬
Hasbunallahu wa ni’mal wakilu ‘alallahi tawakkalna.
Artinya: "Cukuplah Allah sebagai pelindung kami, danp Dia sebaik-baik
pelindung. Hanya kepada Allah kami berserah diri."
4. Cara berdoa secara Islami sesuai Al-Qur’an dan Sunnah untuk memohon
kesembuhan dari penyakit batu empedu

ِ ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن الر‬، ‫َأعُو ُذ بِاهَّلل ِ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن ال َّر ِج ِيم‬
‫َّح ِيم‬

‫ َو َعلَى آ ِل سيدنا ِإب َْرا ِهي َم‬،‫صلَّيْتَ َعلَى سيدنا ِإب َْرا ِهي َم‬
َ ‫ص ِّل َعلَى سيدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل سيدنا ُم َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫اللَّهُ َّم‬
‫ َو َعلَى آ ِل سيدنا ِإب َْرا ِهي َم فِي‬،‫ َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى سيدنا ِإب َْرا ِهي َم‬،‫ار ْك َعلَى سيدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل سيدنا ُم َح َّم ٍد‬ ِ َ‫وب‬
َ ‫ْال َعالَ ِم ْينَ ِإن‬
‫ك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬ َّ

‫َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل الل‬

Audzubillahiminasyaitonirojim bismillahirohmanirohim
Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammad wa ‘ala ali sayyidina
muhammad, kama shallaita ‘ala sayyidina ibrahima wa ‘ala ali
sayyidina ibrahim wa barik ‘ala sayyidina muhammad wa ‘ala ali
sayyidina muhammad, kama barakta ‘ala sayyidina ibrahima wa ‘ala
ali sayyidina ibrahim fil ‘alamina innaka hamidum majid.
Asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.
“Ya allah. Aku memohon kepada-Mu, jika penyakit batu empedu yang
kualami disebabkan oleh kesalahan dan dosa-dosaku, dimana aku sering
mengumbar aib keluarga maupun orang lain. Jika itu salah dan dosa di
hadapan-Mu Ya Allah, maka ampunilah dosa dan kesalahanku.
“Ya Allah. Berikanlah kesembuhan kepadaku dari penyakit batu empedu
yang kualami. Semoga dengan sembuhnya penyakitku ini bisa
meningkatkan keimanan dan ketaqwaanku kepada-Mu”
D. Terapi Komplementer yang berkaitan dengan penyakit
a. Paket minyak jarak.
Oleskan minyak ke kain bersih dan lembut dan letakkan di perut. Tutup
dengan bungkus plastik, letakkan sumber panas (botol air panas atau
bantalan pemanas) di atas kemasan, dan diamkan selama 30 hingga 60
menit. Untuk hasil terbaik, gunakan selama 3 hari berturut-turut. Oleskan
pada perut, terutama area kandung empedu, untuk membantu mengurangi
pembengkakan.
b. Akupunktur
Akupunktur mungkin sangat membantu dalam menghilangkan rasa sakit,
mengurangi kejang, memperlancar aliran empedu, dan memulihkan fungsi
hati dan kandung empedu.
E. MIND MAPPING
Etiologi : Pengkajian :
1. Jenis kelamin 1. Identitas (identitas pasien dan penanggung jawab)
Pengertian : Cholelithiasis merupakan 2. Riwayat Kesehatan (keluhan utama, riw. kesehatan sekarang, riw. kesehatan
2. Usia
penyakit yang didalamnya terdapat 3. Makanan yang lalu, riw. kesehatan keluarga)
batu empedu yang ditemukan di 4. Aktifitas fisik 3. Pemeriksaan fisik (keadaan umum, sistem endokrin
dalam kandung empedu atau di dalam 5. Nutrisi IV 4. Pola aktivitas
saluran empedu atau pada kedua- jangka lama
duanya. Diagnosa
keperawatan :
Klasifikasi :
Nyeri akut b.d
1. Batu kolesterol
agen pencedera
2. Batu kalsium
biologis
bilirubinat/batu lumpur
Intervensi
3. Batu saluran empedu
keperawatan :
Manajemen
Maninfestasi
klinis : Diagnosa
1. Rasa nyeri dan keperawatan :
kolik bilier Gangguan
2. Icterus mobilitas fisik
3. Perubahan b.d
warna urin dan
feses Konsep dasar Cholelitiasis Konsep dasar
Medis Asuhan keperawatan prog
4. Defisiensi (Batu empedu) ram
Patofisiologi : pem
1. Perubahan
komposisi Diagnosa
empedu keperawatan :
Risiko infeksi
dengan factor
Komplikasi : risiko efek
1. Kolangitis
2. Hirdrops
3. Emfiema
4. Kolesistisis
Kajian Islami tentang penyakit (Cholelistiasis)
“Ya allah. Aku memohon kepada-Mu, jika penyakit batu empedu
Pemeriksaan
Terapi keperawatan atau Holistik/komplementer terkait kasus yang kualami disebabkan oleh kesalahan dan dosa-dosaku, dimana
diagnostik :
1. Pemeriksaan a. Paket minyak jarak. aku sering mengumbar aib keluarga maupun orang lain. Jika itu
sinar X pada Oleskan minyak ke kain bersih dan lembut dan letakkan di perut. Tutup salah dan dosa di hadapan-Mu Ya Allah, maka ampunilah dosa dan
abdomen dengan bungkus plastik, letakkan sumber panas (botol air panas atau kesalahanku.
2. Ultrasonografi bantalan pemanas) di atas kemasan, dan diamkan selama 30 hingga 60 “Ya Allah. Berikanlah kesembuhan kepadaku dari penyakit batu
3. Pemeriksaan menit. Untuk hasil terbaik, gunakan selama 3 hari berturut-turut. Oleskan empedu yang kualami. Semoga dengan sembuhnya penyakitku ini
pada perut, terutama area kandung empedu, untuk membantu bisa meningkatkan keimanan dan ketaqwaanku kepada-Mu”
mengurangi pembengkakan.
b. Akupunktur
Akupunktur mungkin sangat membantu dalam menghilangkan rasa sakit,
mengurangi kejang, memperlancar aliran empedu, dan memulihkan
fungsi hati dan kandung empedu.
F. Penyimpangan KDM
DAFTAR PUSTAKA

Baloyi, E. R. J., Rose, D. M., & Morare, N. M. T. (2020). Incidental


gastric diverticulum in a young female with chronic gastritis: A
case report. International Journal of Surgery Case Reports, 66, 63–
67. http://doi.org/10.1016/j.ijscr.2019.11.030
Bini, J., Chan, J. C., Rivera, C., & Tuda, C. (2020). IDCases Sporadic
leptospirosis case inFlorida presenting as Weil ` s disease.
IDCases, 19, e00686. http://doi.org/10.1016/j.idcr.2019.e00686
Musbahi, A., Abdulhannan, P., Bhatti, J., Dhar, R., Rao, M., & Gopinath,
B. (2019). Outcomes and risk factors of cholecystectomy in high
risk patients: A Case Series.Annals of Medicine
and Surgery.
http://doi.org/10.1016/j.amsu.2019.12.003
Nuari Afrian Nian. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: TIM

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Diagnosis Luaran Indonesia Definisi


dan Indikator Diagnostik (1st ed.). Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Ratmiani. 2019. ASuhan Keperawatan Pada Ny.J Yang Mengalami Pot


Op Colelhitiasis Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Diruang
Perawatan Garuda Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

Anda mungkin juga menyukai