Anda di halaman 1dari 16

CLEARANCE

Mata Kuliah : Kapita Selekta Kimia Klinik


Dosen pengampu : Dr.H.Herman, S.Pd.,M.Kes

NAMA : RISTINA YASIS

NIM :PO714203232038

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2023
CLEARANCE

1. Pengertian Analisa Batu


Analisa batu adalah pemeriksaan untuk menentukan jenis batu yang terdapat pada saluran
kemih ataupun batu empedu setelah dikeluarkan, baik keluar sendiri pada batu saluran kemih,
maupun melalui metode operatif.

2. Jenis Analisa Batu


2.1 Analisa Batu Ginjal
Analisa batu ginjal merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada batu untuk melihat bahan
kimia apa yang ada di dalamnya. Tes ini dilakukan pada batu ginjal yang dikeluarkan melalui urin atau
dikeluarkan dari ginjal system selama operasi. Analisis kimiawi batu ginjal menunjukkan jenis batu
yang dapat memandu pengobatan dan memberikan informasi yang dapat mencegah terbentuknya
lebih banyak batu. Orang yang pernah menderita batu ginjal mempunyai peluang untuk mengalami
batu ginjal lagi, jadi tindakan pencegahan sangatlah penting.
Batu ginjal (kalkulus ginjal) terbentuk di ginjal dari zat yang biasanya keluar dari tubuh melalui
urin. Ketika ada sejumlah besar zat ini, mereka terpisah dari urin dan membentuk batu ginjal. Batu
ginjal bisa sekecil butiran pasir atau sebesar bola golf. Terkadang batu mungkin meninggalkan ginjal
dan bergerak ke bawah asaluran kencing ke dalam kandung kemih. Dari kandung kemih, batu
melewati uretra dan keluar dari tubuh dalam urin. Melewati batu ginjal melalui ureter atau uretra
mungkin tidak menimbulkan rasa sakit atau dapat menyebabkan rasa sakit yang parah. Batu ginjal
dapat menyebabkan gejala lain, seperti darah dalam urin (hematuria), nyeri saat buang air kecil, atau
rasa ingin buang air kecil yang parah.

2.2 Analisa Batu Empedu


Analisa batu empedu merupakan pemeriksaan untuk melihat beberapa unsur yang membentuk
suatu material mirip batu yang dapat ditemukan dalam kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di
dalam saluran empedu (koledokolitiasis) atau pada kedua-duanya. Batu empedu adalah batu yang
terdapat di dalam kandung empedu dan pada semua saluran empedu sesuai dengan proses
pembentukannya. Setegah sampai dua pertiga penderita batu empedu adalah asimptomatis. Pada
yang simptomatis manifestasi klinis dapat berupa nyeri di perut kanan atas (kolik bilier), obstuctive
jaundice, kolangitis atau pankreatitis. Komposisi batu empedu terbanyak terdiri dari kolestreol,
bilirubin dan kalsium.
Etiologi secara pastinya belum diketahuiakan tetapi ada faktor predisposisi yang penting
diantaranya gangguan metabolisme, yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu,
adanya statis empedu, dan infeksi atau radang pada empedu. Perubahan yang terjadi pada
komposisi empedu sangat mungkin menjadi faktor terpenting dalam terjadinya pembentukan batu
empedu karena hati penderita cholelitiasis kolesterol mengekskresi empedu yang sangat jenuh
dengan kolesterol. Tatalaksana Analisa batu empedu dapat dibagi menjadi dua, yaitu bedah dan non
bedah.
3. Patofisiologi
3.1 Patofisiologi Batu Ginjal

Batu ginjal terbentuk saat urin mengandung lebih banyak zat pembentuk kristal, seperti kalsium,
oksalat, dan asam urat, sehingga sulit untuk hancur oleh cairan dalam urine. Pada saat yang sama,
urine mungkin kekurangan zat yang mencegah kristal saling menempel, sehingga menciptakan
tempat yang ideal untuk pembentukan batu ginjal. Sementara itu, batu ginjal tidak akan selalu
menetap di dalam organ ginjal alias bisa berpindah tempat. Jika ukurannya cenderung besar, batu
ginjal akan cukup sulit untuk berpindah sehingga memicu terjadinya iritasi pada saluran kemih.
Apabila kondisi tersebut bisa dokter ketahui dan tangani sejak awal, risiko terjadinya kerusakan
fungsi ginjal secara permanen pun bisa terhindari.

3.2 Patofisiologi Batu Empedu

Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan empedu yang
supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3) berkembang karena bertambahnya
pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting dalam pembentukan
semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan kolesterol terjadi bila
perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah
harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam media yang mengandung air. Empedu
dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol,
dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang
berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang
litogenik. Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan
kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari larutan membentuk
suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin
bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan untuk
dipakai sebagai benih pengkristalan

4. Faktor Resiko
4.1 Faktor Resiko Batu Ginjal

Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena batu ginjal meliputi:

a) Riwayat keluarga dan medis. Jika seseorang dalam keluarga mengidap batu ginjal, kemungkinan
besar kamu juga akan terkena batu. Selain itu, jika kamu sudah memiliki satu atau lebih batu
ginjal, kamu berisiko lebih tinggi untuk mengembangkan yang lain.
b) Usia. Sebagian besar penyakit batu ginjal terjadi pada orang-orang dengan rentang usia antara
30 hingga 50 tahun.
c) Dehidrasi. Tidak minum cukup air setiap hari dapat meningkatkan risiko batu ginjal. Selain itu,
ada banyak kondisi yang terjadi ketika tubuh mengalami dehidrasi.
d) Asupan garam berlebih. Mengonsumsi makanan yang tinggi natrium (garam) dapat
meningkatkan risiko beberapa jenis batu ginjal. Sebab, asupan garam berlebih meningkatkan
jumlah kalsium yang harus ginjal saring
e) Kegemukan. Indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi, ukuran pinggang yang besar, dan
penambahan berat badan berkaitan dengan peningkatan risiko batu ginjal.
f) Penyakit pencernaan dan pembedahan. Operasi bypass lambung, penyakit radang usus atau
diare kronis dapat menyebabkan perubahan dalam proses pencernaan. Kondisi ini akan
mempengaruhi penyerapan kalsium dan air, meningkatkan jumlah zat pembentuk batu dalam
urine.
g) Kondisi medis lain. Misalnya seperti asidosis tubulus ginjal, sistinuria, hiperparatiroidisme, dan
infeksi saluran kemih berulang juga dapat meningkatkan risiko batu ginjal.
h) Suplemen dan obat-obatan tertentu. Misalnya seperti vitamin C atau obat pencahar (bila kamu
gunakan secara berlebihan) dapat meningkatkan risiko batu ginjal.

4.2 Faktor Resiko Batu Empedu

Adapun sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena batu empedu meliputi:

a) Usia. Risiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang
dengan usia > 40 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan
orang dengan usia yang lebih muda.

b) Jenis kelamin. Wanita mempunyai risiko dua kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap
peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu.

c) Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi
kolelitiasis. Ini dikarenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung
empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi
kontraksi/pengosongan kandung empedu.

d) Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak hewani berisiko untuk
menderita kolelitiasis. Kolesterol merupakan komponen dari lemak. Jika kadar kolesterol
yang terdapat dalam cairan empedu melebihi batas normal, cairan empedu dapat
mengendap dan lama kelamaan menjadi batu.

e) Faktor lain yang meningkatkan resiko terjadinya batu empedu antara lain: obesitas,
makanan, riwayat keluarga, aktifitas fisik, dan nutrisi parenteral yang lama.

5. Manifestasi Klinis
5.1 Gejala Klinis Batu Ginjal
Batu ginjal biasanya tidak menimbulkan gejala sampai bergerak di dalam ginjal atau masuk ke
salah satu ureter. Ureter adalah saluran yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih. Jika batu
ginjal tersangkut di ureter, kondisi ini bisa menghalangi aliran urin dan menyebabkan ginjal
membengkak dan ureter kejang. Pada saat itu, pengidap batu ginjal mungkin mengalami gejala
berikut:

a) Sakit parah dan tajam di bagian samping dan belakang, pada bawah tulang rusuk.
b) Nyeri yang menjalar ke perut bagian bawah dan selangkangan.
c) Rasa sakit yang datang dalam gelombang dan intensitasnya berfluktuasi.
d) Nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil.

Tanda dan gejala lain mungkin termasuk:

a) Urine merah muda, merah atau coklat.


b) Tampilan urine yang keruh atau berbau busuk.
c) Kebutuhan terus-menerus untuk buang air kecil, buang air kecil lebih sering dari biasanya
atau buang air kecil dalam jumlah kecil.
d) Mual dan muntah.
e) Demam dan menggigil jika ada infeksi.

Selain itu, rasa sakit yang timbul akibat batu ginjal dapat berubah. Misalnya, berpindah ke
lokasi yang berbeda atau meningkat intensitasnya saat batu bergerak melalui saluran kemih.

5.2 Gejala Klinis Batu Empedu

Gejala klinik Batu empedu (kolelitiasis) bervariasi dari tanpa gejala hingga munculnyagejala.
Lebih dari 80% batu kandung empedu memperlihatkan gejala asimptomatik (pasien tidak
menyadari gejala apapun). Gejala klinik yang timbulpada orang dewasa biasanya dijumpai
gejala:

1. Rasa nyeri yang tiba-tiba dan meningkat dengan cepat di bagian kanan atas perut.
2. Rasa nyeri yang tiba-tiba dan meningkat dengan cepat di bagian tengah perut, tepat di
bawah tulang dada.
3. Dispepsia non spesifik
4. Mual, muntah
5. Demam
6. Perubahan warna urine dan feses

6. Tujuan pemeriksaan

Analisa batu ginjal merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan batu ginjal, yaitu
suatu kondisi terdapat satu atau lebih batu di dalam saluran kencing. Batu ginjal dapat terbentuk
dari kalsium, fosfat atau kombinasi asam. Selain itu, analisis batu ginjal dilakukan untuk:
a) Temukan susunan kimiawi batu ginjal.
b) Panduan pengobatan batu ginjal.
c) Beri informasi cara mencegah terbentuknya batu ginjal lebih banyak.

Pada Analisa batu empedu merupakan pemeriksaan untuk dapat memberikan informasi penting
terkait penyebab, dasar metabolisme pembentukannya, dan menentukan faktor risiko yang
memengaruhi individu tertentu, serta dapat bermanfaat untuk edukasi diet terhadap pasien.

7. Pengambilan sampel

Pada pengambilan sampel Batu Ginjal yaitu Menyaring spesimen urine pertama di pagi hari
adalah hal yang penting. Itu karena batu bisa masuk ke kandung kemih Anda pada malam hari.
Perhatikan baik-baik saringan untuk mencari batu ginjal. Ini mungkin terlihat seperti butiran pasir
atau kerikil kecil. Batu apa pun yang Anda temukan harus dijaga tetap kering—jangan dimasukkan ke
dalam cairan atau urin. Masukkan ke dalam cangkir dengan penutup atau kantong plastik. Bawa ke
kantor dokter atau laboratorium untuk dianalisis. Jangan menempelkan selotip pada batu ginjal.
Tape dapat mengubah hasil tes. Batu ginjal yang Anda bawa ke laboratorium akan dibersihkan dari
darah atau jaringan apa pun dan kemudian diperiksa untuk mengetahui bahan kimia penyusunnya.
Pada Pengambilan sampel Batu Empedu menggunakan metode Endoscopic retrograde
cholangiopancreatography (ERCP) adalah sebuah prosedur medis yang menggabungkan
pemeriksaan endoskopi dan juga fluoroskopi. Biasanya dokter akan menyarankan prosedur ini jika
MetroFriends memiliki permasalahan di bagian saluran empedu, kantung empedu, pankreas atau
hati. ERCP ini juga menjadi tindakan awal untuk diagnosis penyakit batu empedu. Karena, ERCP
memungkinkan dokter untuk melihat dan mengambil gambar kondisi saluran empedu hingga
pankreas secara detail. ERCP juga dapat memberikan informasi penting yang tidak dapat diperoleh
dari pemeriksaan diagnostik lain, seperti USG, CT scan, atau MRI. ERCP juga digunakan sebagai
prosedur untuk melebarkan saluran empedu yang mengalami penyempitan dan juga mengeluarkan
atau menghancurkan batu saluran empedu.

8. Pemeriksaan Analisa Batu


Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti memeriksa bagian pinggang, perut bagian
bawah, atau selangkangan yang mengalami nyeri. Guna memastikan diagnosis, dokter perlu
melakukan serangkaian tes penunjang yang meliputi :
a. Tes urine
Pemeriksaan urine rutin digunakan untuk melihat eritrosuria, leukosuria, bakteriuria, nitrit, pH
urine, dan atau kultur urine. Hanya pasien dengan risiko tinggi terjadinya kekambuhan, maka
perlu dilakukan analisis spesifik lebih lanjut. Analisis komposisi batu sebaiknya dilakukan apabila
didapatkan sampel batu pada pasien BSK. Pemeriksaan analisis batu yang dianjurkan
menggunakan sinar X terdifraksi atau spektroskopi inframerah. Selain pemeriksaan di atas, dapat
juga dilakukan pemeriksaan lainnya yaitu kadar hormon PTH dan kadar vitamin D, bila dicurigai
hiperparatiroid primer.
b. Tes darah
Pemeriksaan darah berupa hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, dan hitung jenis darah,
apabila pasien akan direncanakan untuk diintervensi, maka perlu dilakukan pemeriksaan darah
berupa, ureum, kreatinin, uji koagulasi (activated partial thromboplastin time/aPTT, international
normalised ratio/INR), natrium, dan kalium. Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan
kalsium dan atau C-reactive protein (CRP).
Pada pemeriksaan Laboratorium batu empedu berupa pemeriksaan kolesterol, fosfolipid,
protrombin serum timer, bilirubin total, transaminase (Normal < 0,4 mg/dl)6) Penurunan
urobilirubin7) Peningkatan sel darah putih: 12.000 - 15.000/iu (Normal : 5000 -
10.000/iu)8) Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu diduktus
utama (Normal: 17 - 115 unit/100ml).
c. Pemindaian, seperti foto Rontgen, USG, dan CT scan
USG merupakan pencitraan yang awal dilakukan dengan alasan aman, mudah diulang, dan
terjangkau. USG juga dapat mengidentifikasi batu yang berada di kaliks, pelvis, dan UPJ. USG
memiliki sensitivitas 45% dan spesifisitas 94% untuk batu ureter serta sensitivitas 45% dan
spesifisitas 88% untuk batu ginjal. Pemeriksaan CT- Scan non kontras sebaiknya digunakan
mengikuti pemeriksaan USG pada pasien dengan nyeri punggung bawah akut karena lebih akurat
dibandingkan IVP. CT-Scan non kontras juga memberikan informasi cepat secara 3D termasuk
ukuran dan densitas batu, jarak antara kulit dan batu, serta anatomi sekitarnya, namun dengan
konsekuensi adanya paparan radiasi. Pemeriksaan CT-Scan Kontras, dapat dilakukan bila
direncanakan penatalaksanaab ISK yang memerlukan anatomi dan fungsi ginjal.
Pada Pemeriksaan batu empedu Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung
empedu atau duktus koleduktus yang mengalami dilatasi.
d. Pemeriksaan Analisa Batu
Adapun Prosedur Kerja dari Pemeriksaan Batu sebagai berikut;
1. Dilaksanakan oleh petugas laboratorium/analis yang telah jika perlu dikonfirmasi oleh dokter
yang bertugas.
2. Pra analitik
1. Persiapan pasien : Tidak ada persiapan khusus
2. Persiapan sampel : Batu dapat keluar bersama urin atau diperoleh dengan jalan
operasi, ditempatkan dalam wadah yang kering dan bersih.
Untuk tes kimia, batu harus digerus lebih dahulu, jika batu
berukuran besar, sebaiknya dibelah sehingga tampak lapisan
lapisan konsentris.sebagai tanda bahwa ssuannya terdiri dari
berbagai macam zat.
3. Prinsip tes : Memperhatikan struktur (jumlah, besar, warna, kerasnya dan
bentuk permukaan) sampel secara visual (makroskopik) dan
menentukan berbagai macam komponen batu secara
semikuantitatif. Metode titrimetrik untuk kalsium, metode
kolorimetrik untuk oksalat, fosfat, magnesium, amonium, asam
urat dan sistin.
4. Alat dan Bahan : Wadah penampung bersih dan kering, lumping, kit analisis
kalkuli urin: spatula, regensia (R1-R16), botol kecil transparan
bergaris merah, gelas transparan vol 50 ml, sendok merah
besar, sendok merah dan hitam kecil.
5. Reagen : R1 : Sulfuric acid 95-97%
R2 : Sodium hydroxide solution 27%
R3 : Calconcarboxylicacid trituration
R4 : Titriplex@ I1l solution
R5 : Borate buffer solution
R6 : Iron (III) chloride solution
R7 : Sulfosalycilic acid solution
R8 : Potassium tetraiodomercurate (II)
R9 : Ammonium molybdate solution
R10 : Reduction solution (4-methylaminophenol sulfate sodium
disulfite)
R11:Buffer solution (borate buffer)
R12:Colour reagen (1-azo-2-hydroxy-3-(2,4-di-methyl-
carboxanilido)-naphtalene-1'-(2hydroxybenzene-5-sodium
sulfonate) solution
R13: Molybdatophosphoric acid solution
R14: Ammonia solution (10%)
R15: Reducing solution (sodium sulfite)
R16: Sodium nitroprusside trituration
3. Analitik
a. Tes Makroskopik:
Catat jumlah batu, besar, warna, keras dan bentuk permukaannya
b. Tes Kimia:
 Gerus batu hingga halus. Ambil sampel 1 sendok spatula, tambahkan 5 tetes reagen
H2SO4 (R1) lalu aduk. Selanjutnya dilihat ada tidaknya gelembung. Adanya
gelembung menandakan adanya karbonat (CaCO3).
 Pindahkan sampel ke tempat khusus (wadah gelas berskala),selanjutnya tambahkan
aquadest sampai 50 ml, aduk hingga tercampur baik.
 Siapkan 7 botol-botol bergaris merah. Isi masing-masing botol 5 ml dari campuran
tersebut, kecuali botol ke 5 hanya berisi 1 ml, selanjutnya ditambahkan aquadest
sampai 5 ml.
Lakukan langkah-langkah berikut untuk menilai:
1) Kalsium
Botol 1. Tambahkan 2 tetes R2, sambildikocok. Kemudian tambahkan 1 sendok
spatula R3 dan R4 tetes demi tetes hingga terjadi perubahan warna dari merah
jambu kebiru
muda. Hitung banyaknya tetesan. Jumlahtetesan dikalikan 5, didapatkan prosentase
kalsium.
2) Oksalat
Botol 2. Sambil dikocok tambahkan 2 tetes R5, 3 tetes R6, 3 tetes R7. Setelah 2 menit
sesuaikan warna yang terjadi dengan warna di brosur. Catat prosentase sesuai
warna.
3) Ammonium
Botol 3. Sambil dikocok tambahkan 3 tetes R8 dan 3 tetes R2. Sesuaikan warna yang
terjadi dengan warna di brosur. Catat prosentase sesuai warna.
4) Phospat
Botol 4. Sambil dikocok tambahkan 5 tetes R9 dan 5 tetes R10. Setelah 5 menit
sesuaikan warna yang terjadi dengan warna di brosur. Catat prosentase sesuai
warna.

5) Magnesium
Botol 5. Sambil dikocok tambahkan 10 tetes R11 dan 10 tetes R12. Setelah 1 menit
sesuaikan warna yang terjadi dengan warna di brosur. Catat prosentase sesuai
warna.
6) Urid Acid
Botol 6. Tambahkan 3 tetes R13, kocok kemudian diamkan selama 2 menit.
Selanjutnya tambahkan 2 tetes R5, kemudian kocok. Dalam 10 detik sesuaikan warna
yang terjadi dengan warna di brosur. Catat prosentase sesuai warna.
7) Sistin
Botol 7. Sambil dikocok tambahkan 10 tetes R14 dan 1 sendok merah penuh R15.
Setelah 1 menit tambahkan 1 sendok hitam penuh R16 dan kocok. Setelah 30 detik
sesuaikan warna yang terjadi dengan warna di brosur. Catat prosentase sesuai warna

Lakukan perhitungan :

Senyawa yang mungkin ada dengan jumlah relative ditentukan dengan bantuan alat
bantu (mistar penghitung), yaitu:

1) Kalsium oxalate (whewellite)


Set (setel) prosentase oksalat yangdiperoleh pada skala oksalat. Garis merahakan
berhubungan dengan nilai kalsium oksalat, stop pada skala kalsium oksalat. Periksa
banyaknya kalsium pada skala kalsium. Jika kalsium yang didapat dalam analisis lebih
banyak, nilai ditentukan olehselisih perbedaan prosentase kalsium.
2) Magnesium ammonium phospat (Struvite)
Set (setel) presentase magnesium yang diperoleh pada skala magnesium. Baca nilai
magnesium amonium phosphat (struvite), stop pada skala struvite. Periksa jumlah
ammonium dan phosphate masing-masing pada skala ammonium dan skala
phosphat. Jika ammonium atau phosphat yang didapat dalam analisis lebih banyak,
nilai ditentukan oleh selisih perbedaan prosentase ammonium atau prosentase
phosphate.
3) Ammonium urat
Set (setel) prosentase amonium yang diperoleh atau selisih perbedaan prosentase
ammonium dari 2.2 pada skala amonium. Baca nilai ammonium urat, stop pada
skala ammonium urat. Periksa jumlah uric acid pada skala uric acid. Jika uric acid
yang didapat dalam analisis lebih banyak, nilai ditentukan oleh selisih perbedaan
prosentase uric acid.
4) Kalsium phosphate
Set (setel) kalsium yang diperoleh atau perbedaan selisih prosentase yang diperoleh
pada 1.2 pada skala kalsium. Pada waktu yang sama baca skala phosphate. Baca
brushite atau apatite.
4. Pasca Analitik
Perhatikan kesesuaian antara tes makroskopis dan tes kimia.
 Batu kalsium posphat dan kalsium oksalat: biasanya keras, berwarna gelap, permukaan
kasar, ukuran kecil sampai sedang, senantiasa multiple.
 Batu asam urat: kuning, gampang pecah (rapuh), ukuran dapat besar berbentuk tanduk
(staghorn).
 Batu struvite: ukuran dapat menjadi besar. Terutama Pada wanita akibat infeksi saluran
kemin dengan bakteri yang menghasilkan urease.
 Batu sistin: kuning jeruk dan berkilauan, ukuran dapat menjadi besar, permukaan agak
kotor (berlemak).
 Batu struvite, sisten dan asam urat: secara bertahap mengisi pelvis renalis dan dapat
keluar sampai ke klaiks menimbulkan gambaran seperti tanduk.
5. Catat hasil pada buku hasil dan formular hasil.

9. Pengobatan Analisa Batu


9.1 Pengobatan Batu Ginjal
1. Terapi Konservatif atau Terapi Ekspulsif Medikamentosa (TEM)
Terapi yang ditujukan pada kasus dengan batu yang ukuranya masih kurang dari 5mm. Dapat
juga diberikan pada pasien yang belum memiliki indikasi pengeluaran batu secara aktif.
Terapi konservatif terdiri dari peningkatan asupan minum dan pemberian diuretik;
pemberian nifedipin atau agen alfa-blocker. Pemantauan berkala setiap 1-14 hari sekali
selama 6 minggu untuk menilai posisi batu dan derajat hidronefrosis.
2. Pemeriksaan ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Bekerja dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan di luar tubuh untuk
menghancurkan batu di dalam tubuh. Batu akan dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
3. PCNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)
Merupakan salah satu tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu yang berada di
saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke dalam kalises melalui insisi pada
kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
kecil.
4. Bedah Terbuka
Untuk pelayanan kesehatan yang belum memiliki fasilitas PCNL dan ESWL, tindakan yang
dapat dilakukan melalui bedah terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain pielolitotomi
atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal.
9.2 Pengobatan Batu Empedu
1. Penatalaksanaan pendukung dan diet
Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan
istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Intervensi bedah
harus ditunda sampai gejala akut mereda dan evalusi yang lengkap dapat dilaksanakan,
kecuali jika kondisi pasien memburuk.
2. Disolusi medis
Oral Dissolution Therapy adalah cara penghancuran batu dengan pemberian obat-obatan
oral. Ursodeoxycholic acid lebih dipilih dalam pengobatan daripada chenodeoxycholic
karena efek samping yang lebih banyak pada penggunaan chenodeoxycholic seperti
terjadinya diare, peningkatan aminotransfrase dan hiperkolesterolemia sedang.

3. Disolusi kontak
Terapi contact dissolution adalah suatu cara untuk menghancurkan batu kolesterol dengan
memasukan suatu cairan pelarut ke dalam kandung empedu melalui kateter perkutaneus
melalui hepar atau alternatif lain melalui kateter nasobilier. Larutan yang dipakai adalah
methyl terbutyl eter. Larutan ini dimasukkan dengan suatu alat khusus ke dalam kandung
empedu dan biasanya mampu menghancurkan batu kandung empedu dalam 24 jam.
4. Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)
Prosedur non invasive ini menggunakan gelombang kejut berulang (Repeated Shock Wave)
yang diarahkan pada batu empedu didalam kandung empedu atau duktus koledokus dengan
maksud memecah batu tersebut menjadi beberapa sejumlah fragmen. (Smeltzer,SC dan
Bare,BG 2002).
5. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)
Pada ERCP, suatu endoskop dimasukkan melalui mulut, kerongkongan, lambung dan ke
dalam usus halus. Zat kontras radioopak masuk ke dalam saluran empedu melalui sebuah
selang di dalam sfingter oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar sehingga
batu empedu yang menyumbat saluran akan berpindah ke usus halus. ERCP dan
sfingterotomi telah berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1.000
penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi, sehingga prosedur ini lebih
aman dibandingkan pembedahan perut.
6. Kolesistektomi laparaskopik
Indikasi pembedahan karena menandakan stadium lanjut, atau kandung empedu dengan
batu besar, berdiameter lebih dari 2cm. kelebihan yang diperoleh klien luka operasi kecil (2-
10mm) sehingga nyeri pasca bedah minimal.
7. Kolesistektomi terbuka
Kolesistektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara mengangkat kandung
empedu dan salurannya dengan cara membuka dinding perut. Operasi ini merupakan
standar terbaik untuk penanganan klien dengan kolelitiasis sitomatik.
Pemeriksaan CT- Scan non
kontras sebaiknya digunakan
mengikuti
pemeriksaan USG pada pasien
dengan nyeri punggung bawah
akut karena lebih
akurat dibandingkan IVP
Pemeriksaan CT- Scan non
kontras sebaiknya digunakan
mengikuti
pemeriksaan USG pada pasien
dengan nyeri punggung bawah
akut karena lebih
akurat dibandingkan IVP
Pemeriksaan CT- Scan non
kontras sebaiknya digunakan
mengikuti
pemeriksaan USG pada pasien
dengan nyeri punggung bawah
akut karena lebih
akurat dibandingkan IVP
Pemeriksaan CT- Scan non
kontras sebaiknya digunakan
mengikuti
pemeriksaan USG pada pasien
dengan nyeri punggung bawah
akut karena lebih
akurat dibandingkan IVP
Pemeriksaan CT- Scan non
kontras sebaiknya digunakan
mengikuti
pemeriksaan USG pada pasien
dengan nyeri punggung bawah
akut karena lebih
akurat dibandingka
10. Pencegahan
10.1 Pencegahan Batu Ginjal
Cara terbaik untuk mencegah terbentuknya batu ginjal adalah dengan menurunkan risiko
terjadinya kondisi ini. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah :
1. Mengkonsumsi banyak air putih 8-10 gelas perhari merupakan cara sederhana mencegah
penyakit batu ginjal, terutama saat cuaca panas.
2. Berkonsultasi dengan dokter jika harus mengonsumsi suplemen kalsium atau vitamin yang
berpotensi menyebabkan pembentukan batu ginjal.
3. Mengurangi konsumsi makanan yang menyebabkan asam urat tinggi. pencegahan yang harus
anda lakukan adalah mengurangi jenis- jenis makanan yang yang banyak mengandung purin
seperti ikan sarden, jeroan, hati, otak, kerang dan makanan lainnya karena jenis makanan ini
bisa meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Selain itu mengurangi pembentukan asam
urat juga bisa dilakukan dengan pemberian allopurinol karena batu asam urat terbentuk jika
keasaman air kemih bertambah, oleh karena itu untuk menciptakan air kemih yang basa atau
alkalis bisa dilakukan dengan pemberian kalium sitrat.
4. Menurunkan berat badan atau menjaga berat badan agar tetap ideal.
5. Mengkonsumsi banyak air putih 8-10 gelas perhari merupakan cara sederhana mencegah
penyakit batu ginjal, terutama saat cuaca panas.
6. Berkonsultasi dengan dokter jika harus mengonsumsi suplemen kalsium atau vitamin yang
berpotensi menyebabkan pembentukan batu ginjal.
7. Mengurangi konsumsi makanan yang menyebabkan asam urat tinggi. pencegahan yang harus
anda lakukan adalah mengurangi jenis- jenis makanan yang yang banyak mengandung purin
seperti ikan sarden, jeroan, hati, otak, kerang dan makanan lainnya karena jenis makanan ini
bisa meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Selain itu mengurangi pembentukan asam
urat juga bisa dilakukan dengan pemberian allopurinol karena batu asam urat terbentuk jika
keasaman air kemih bertambah, oleh karena itu untuk menciptakan air kemih yang basa atau
alkalis bisa dilakukan dengan pemberian kalium sitrat.
8. Menurunkan berat badan atau menjaga berat badan agar tetap ideal.
9. Menghindari mengonsumsi makanan tinggi kalsium secara berlebihan, seperti keju, susu sapi,
dan yogurt.
10. Memilih makanan yang rendah garam dan protein hewani.

10.2 Pencegahan Batu Empedu


Upaya untuk mencegah peningkatan kasus Batu Empedu (cholelithiasis) pada masyarakat
dengan cara tindakan promotif dan preventif. Tindakan promotif yang dapat dilakukan adalah
dengan cara mengajak masyarakat untuk hidup sehat, menjaga pola makan, dan perilaku atau gaya
hidup yang sehat. Sedangkan tindakan preventif yang dapat dilakukan adalah dengan
meminimalisir faktor risiko penyebab Batu Empedu, seperti menurunkan makanan yang berlemak
dan berkolesterol, meningkatkan makan sayur dan buah, olahraga teratur dan perbanyak minum
air putih. Pada pasien yang sudah didiagnosa mengalami Batu Empedu dapat dilakukan tindakan
dengan cara bedah maupun non-bedah. Penanganan secara bedah adalah dengan cara
kolesistektomi. Sedangkan penanganan secara non-bedah adalah dengan cara melarutkan batu
empedu menggunakan MTBE, ERCP, dan ESWL.

PENUTUP
Analisa batu adalah pemeriksaan untuk menentukan jenis batu yang terdapat pada saluran
kemih ataupun batu empedu setelah dikeluarkan, baik keluar sendiri pada batu saluran kemih,
maupun melalui metode operatif. Adapun jenis batu tersebut adalah Batu Ginjal dan Batu Empedu.
Batu ginjal adalah komponen kristal yang sering ditemukan di kaliks atau pelvis ginjal dan bila keluar
melalui ureter menimbulkan gesekan, yang menyebabkan nyeri yang bergantung pada besarnya
kristal tersebut. Penyebab batu ginjal masih idiopatik, namun terdapat faktor predisposisi seperti
genetik, makanan dan minuman, volume air yang diminum, infeksi saluran kemih, aktivitas, vitamin
dan obat-obatan, jenis kelamin dan berat badan. Seseorang yang mengalami batu ginjal biasanya
memiliki tanda seperti rasa mual ingin muntah. Hal tersebut dikarenakan infeksi pada saluran kemih
akibat tersimpan lamanya batu. Selain itu, semua batu pada saluran kemih dapat menyebabkan
nyeri, namun lokasi nyeri bergantung pada lokasi batu. Selain itu, gejala dengan batu ginjal, yakni
nokturia yang merupakan gejala pengeluaran urine pada waktu malam hari yang menetap sampai
sebanyak 700 ml atau pasien terbangun untuk berkemih beberapa kali waktu malam ini. Gejala-
gejala di atas cukup membuktikan bahwa seseorang mengidap batu ginjal.
Analisa batu empedu merupakan pemeriksaan untuk melihat beberapa unsur yang membentuk
suatu material mirip batu yang dapat ditemukan dalam kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di
dalam saluran empedu (koledokolitiasis) atau pada kedua-duanya. Batu empedu adalah batu yang
terdapat di dalam kandung empedu dan pada semua saluran empedu sesuai dengan proses
pembentukannya. Setegah sampai dua pertiga penderita batu empedu adalah asimptomatis. Pada
yang simptomatis manifestasi klinis dapat berupa nyeri di perut kanan atas (kolik bilier), obstuctive
jaundice, kolangitis atau pankreatitis. Komposisi batu empedu terbanyak terdiri dari kolestreol,
bilirubin dan kalsium.

DAFTAR PUSTAKA

Dwi Nur Patria Krisna. 2016. Faktor Risiko Penyakit Batu Ginjal. Jurnal Kesehatan Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Negri Semarang.

Felicia Suryanto, Anak Agung, & Ngurah Subawa. (2017). Gambaran Hasil Analis Batu Saluran Kemih Di
Laboratorium Patologi Klinis Rsup Sanglah Denpasar Periode November 2013 – Oktober 2014. E-Jurnal
Medika, 6(1).

Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI). (2018). Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu Saluran Kemih. Edisi
Pertama. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia.

Nucleus Precise Newsletter. (2011). Batu Empedu. Jakarta : PT.Nucleus Precis.

Purnomo,Basuki (2007). Dasar-dasar urologi. Sagung seto. ISBN 979-9472-00-8.

Rasyid, N., & Tarmono, W. (2018). Panduan Penatalaksanan Klinis Batu Saluran Kemih. Jakarta:IAUI.

Anda mungkin juga menyukai