DISUSUN OLEH :
6
7
b. Statis Bilier
Stagnasi cairan empedu menyebabkan air ditarik ke kapiler, sehingga
garam empedu menjadi lebih banyak yang akan mengubah kelarutan
kolestrol.
c. Peradangan
Oleh karena proses peradangan, kandungan cairan empedu menjadi
berubah, sehingga keasaman cairan empedu bertambah dan daya larut
kolestrol menjadi menurun. (Diyono & Mulyanti, 2013)
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko. Namun, semakin
banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan
untuk terjadinya kolelitiasis. Sebuah penelitian menyebutkan faktor
risiko batu empedu mencakup 5F, yaitu :
1. Fat (obesitas)
2. Forty (umur)
3. Female (jenis kelamin)
4. Fertile (estrogene)
5. Fair (etnik)
c. Obesitas
Kondisi obesitas akan meingkatkan metabolisme umum, resistensi
insulin, diabetes mellitus tipe II, hipertensi, dan hiperlipidemia
berhubungan dengan peningkatan sekresi kolestrol hepatika dan
merupakan faktor resiko utama untuk pengembangan batu empedu.
d. Kehamilan
Sering terjadi pada wanita yang sering mengalami kehamilan
multiple. Hal ini disebabkan oleh tingkat progesteron pada saat
kehamilan tinggi. Progesteron mengurangi kontraktilitas kandung
empedu, menyebabkan resistensi berkepanjangan dan konsentrasi lebih
besar empedu dikandung empedu.
e. Statis Bilier
Kondisi yang bisa meningkatkan kondisi statis, seperti cedera
tulang belakang, puasa berkepanjangan atau pemberian diet nutrisi
total parenteral dan penurunan berat badan berhubungan dengan kalori
dan pembatasan lemak (misalnya diet, operasi byass lambung).
Kondisi statis biler akan menurunkan produksi garam empedu, serta
meningkatkan kehilangan garam empedu ke intestinal.
f. Keturunan
Sekitar 25% dari batu empedu kolesterol faktor predisposisinya
adalah turun temurun seperti dinilai dari penelitan terhadap kembar
identik.
g. Gangguan Intestinal
Gangguan pencernaan, misalnya pasien pasca reseksi usus dan
penyakit Chron memiliki resiko kehilangan garam empedu dari
intestinal
h. Obat-obatan dan Pola hidup
Estrogen yang diberikan untuk Kontrasepsi dan pengobatan kanker
.prostat meningkatkan risiko peningkatan batu empedu kolestrol
9
3. Klasifikasi
Secara umum batu kandung empedu dibedakan menjadi tiga
bentuk utama, yaitu batu kolestrol, batu kalsium bilirubinat (pigmen), dan
batu saluran empedu (Naga, 2012).
a. Batu kolesterol
Batu kolestrol mengandung 70% Kristal kolestrol, sedangkan sisanya
adalah kalsium karbonat dan kalsium bilirubinat. Bentuknya
bervariasi dan hampir selalu terbentuk didalam kandung empedu.
Permukaannya licin atau multifaser, bulat dan berduri. Proses
pembentukan batu ini melalui empat tahap, yaitu penjenuhan empedu
oleh kolestrol, pembentukan nidus atau sarang, kristalisasi, dan
pertumbuhan batu.
b. Batu Bilirubinat atau Batu Lumpur ( Batu Pigmen)
Batu ini mengandung 25% kolestrol. Batu yang tidak banyak variasi
ini sering ditemukan dalam bentuk tidak teratur, kecil-kecil,
berjumlah banyak, dan warnanya bervariasi antara cokelat,
kemerahan, sampai hitam. Batu ini berbentuk seperti lumpur atau
tanah yang rapuh dan juga sering ditemukan dalam ukuran besar,
karena terjadi penyatuan dari batu-batu kecil.
c. Batu Saluran Empedu
Masih berupa dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian di
vertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten
duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi
dan pembentukan.
10
4. Patofisiologi
Batu empedu terjadi karena adanya zat tertentu dalam empedu
yang hadir dalam konsentrasi. Bila empedu terkosentrasi di kandung
empedu, larutan akan menjadi jenuh dengan bahan-bahan tersebut,
kemudian endapan dari larutan akan membentuk kristal mikroskopis
terperangkap dalam mukosa bilier, akan menghasilkan suatu endapan.
Oklusi dari saluran oleh endapan dan batu kolesterol menghasilkan
komplikasi penyakit batu empedu. Pada kondisi normal kolesterol tidak
mengendap di empedu karena mengandung garam empedu terkonjugasi
dan fosfatidikolin (lesitin) dalam jumlah cukup agar kolesterol berada di
dalam larutan misel, jika rasio konsetrasi kolesterol berbanding garam
empedu dan lesitin meningkat, maka larutan misel menjadi sangat jenuh.
Kondisi yang sangat jenuh ini mungkin karena hati memproduksi kolestrol
dalam bentuk konsentrasi tinggi. Zat ini kemudian mengendap pada
lingkungan cairan dalam bentuk kristal kolesterol. Kristal ini merupakan
prekursor batu empedu.
Bilirubin, pigmen kuning yang berasal dari pemecahan heme,
secara aktif disekresikan ke dalam empedu oleh sel hati. Sebagian besar
bilirubin dalam empedu adalah berada dalam bentuk konjugat glukoronida
yang larut dalam air dan stabil, tetapi sebagian kecil terdiri atas bilirubin
tak terkonjugasi. Bilirubin tak terkonjugasi, seperti asam lemak,fosfat,
karbonat, dan anion lain, cenderung untuk membentuk presipitat tak larut
dengan kalsium. Kalsium memasuki empedu secara pasif bersama dengan
elektrolit lain. Dalam situasi pergantian heme tinggi, seperti hemolisis
kronis atau sirosis, bilirubin tak terkonjugasi mungkin berada dalam
empedu pada konsentrasi yang lebih tinggi dari biasanya. Kalsium
bilirubinat mungkin kemudian mengkristal dari larutan dan akhirnya
membentuk batu. Seiring waktu berbagai oksidasi menyebabkan bilirubin
presipitat untuk mengambil jet warna hitam. Batu yang terbentuk dengan
cara ini yang disebut batu pigmen hitam. Empedu biasanya steril, tetapi
dalam beberapa kondisi yang tidak biasa (misalnya diatas struktur bilier),
11
5. WOC
Batu kolestrol
Batu empedu
Preoperatif Postoperatif
Tekanan bililaris
duktus akan
meningkat dan
peningkatan kontaksi
peristaltik
Psikologis Postoperatif
selama
perawatan dan
penatalakasanaan
pengobatan Respon local
saraf
Mk. Resiko
Infeksi
Mk. Nyeri
Mk. Ansietas
Mk. Gangguan
rasa nyaman
6. Manifestasi Klinis
Sebagian besar bersifat asimtomatik (tidak ada gejala apapun).
a. Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas atau
midepigastrik samar yang menjalar ke punggung atau region bahu
kanan.
b. Sebagian penderita, rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan
persisten.
c. Mual, muntah serta demam.
d. Ikterus Obstruksi pengaliran getah empedu kedalam duodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu : getah empedu yang tidak lagi
dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan
empedu ini membuat kulit dan membrane mukosa berwarna kuning.
Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal – gatal pada kulit.
e. Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh
ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak
lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya
pekat yang disebut “Clay-colored”.
f. Defisiensi vitamin Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu
absorbsi vitamin A,D,E,K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat
memperlihatkan gejala.
g. Terjadi regurgitasi gas : sering flatus dan sendawa. (Nurarif &
Kusuma, 2015)
7. Komplikasi
Komplikasi kolelitiasis yang bisa terjadi adalah colecystitis akut dan
kronik, choledokolitiasis, peritonitis, kolangitis, abses Kantong empedu,
sirosis bilier, dan ikterus obstruktif (Naga, 2012). Berikut penjelasan dari
penyakit komplikasi akibat kolelitiasis, menurut Tanto, et.all (2014) :
a. Kolesistitis Akut
Kolesistitis akut terkait dengan batu empedu terjadi pada 90-95%
kasus yang ditandai dengan kolik bilier akibat obstruksi duktus
14
8. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nuratif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada klien dengan Kolelitiasis adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap)
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak
menunjukkan kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi
peradangan akut, dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi sindroma
mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum akibat
15
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan non
Bedah
1. Disolusi Medis
Harus memenuhi kriteria terapi non operatif, seperti batu kolestrol
diameternya <20 mm dan batu < 4 batu, fungsi kandung empedu baik,
dan duktus sistik paten.
2. Endocospic Retrograde Cholangiopancreatography (ERC)
Batu didalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket kawat atau
balon ekstraksi melalui muara yang sudah besar menuju lumen
duodenum sehingga batu dapat keluar bersama tinja. Untuk batu
besar, batu yang terjepit disaluran empedu atau batu yang terletak
diatas saluran empedu yang sempit diperlukan prosedur
endoskopik tambahan sesudah sfingterotomi seperti pemecahan
batu dengan litotripsi mekanik dan litotripsi laser.
3. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) Merupakan
pemecahan batu dengan gelombang suara. (Nurarif & Kusuma, 2015)
Penatalaksanaan Bedah
1. Kolesistektomi Laparoskopik
Indikasi pembedahan karena menandakan stadium lanjut, atau
kandung empedu dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2 cm.
Kelebihan yang diperoleh pasien, luka operasi kecil (2-10 mm)
sehingga nyeri pasca bedah minimal.
17
2. Kolesistektomi Laparatomi
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan
pasien dengan kolelitiasis simtomatik. Indikasi yang paling umum
untuk kolesistektomi adalah kolik billiaris rekuren, diikuti oleh
kolesistitis akut (Nurarif & Kusuma 2015). Kolesistektomi terbuka/
laparatomi dilakukan dengan melakukan insisi sekitar 8 – 12 cm pada
bagian abdomen kanan atas menembus lemak dan otot hingga ke
kandung empedu. Duktus-duktus lainnya diklem, kemudian kandung
empedu diangkat. (Batticaca, 2009)
c. Pendokumentasian Data
1. Identitas
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, suku/bangsa,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, tanggal/rencana
operasi, nomor medrec/ register, diagnosa medis, dan alamat.
Pada kasus Kolelitiasis.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, hubungan dengan klien, dan alamat. (Sandra,2013)
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Keluhan utama pasien dengan Kolelitiasis adalah nyeri
kolik abdominal. Keluhan nyeri seperti terbakar dan
tumpul. Rasa sakit yang paling hebat sering terletak di
abdomen kanan atas dan dapat menyebar ke bahu kanan
atau daerah punggung. Skala nyeri pada klien dengan
Kolelitiasis bervariasi pada rentang 2-7 (dari 0-7) yaitu
nyeri berat sampai nyeri tak tertahankan/berat sekali. Onset
nyeri bervariasi sesuai dengan derajat okulasi atau obstruksi
duktus dan keterlibatan saraf local akibat peningkatan
kontraksi peristaltik bilier. Lama nyeri biasanya berkisar
30-90 menit sampai relaksasi peristaltik terjadi. Kondisi
nyeri biasanya juga disertai demam sampai menggigil dan
disertai gangguan gastrointestinal seperti: rasa seperti
mual, muntah (Muttaqin & Sari, 2013)
2. Keluhan Saat Dikaji
Pada klien Kolelitiasis yang telah menjalani Operasi akan
mengeluh nyeri pada luka operasi. Nyeri terasa seperti
21
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
3.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang dilakukan berdasarakan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (PPNI T. P., 2018) dengan kriteria hasil
berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (PPNI T. P., 2019)
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Post op kolelitiasis
NO DIAGNOSA TUJUAN RASIONAL
KEPERAWATAN
SLKI SIKI
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan SIKI: Manajemen nyeri Observasi :
dengan agen pencedera Keperawatan, diharapkan: 1. Mengidentifikasi lokasi,
fisik (tindakan operasi) SLKI : Tingkat Nyeri Observasi : karekteristik, durasi,
Ekspetasi: Cukup Menurun 1. Identifikasi lokasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Gejala dan Tanda Mayor 1. Menurun karekteristik, durasi, frekuensi, nyeri
DS: 2. Cukup menurun kualitas, intensitas nyeri 2. Mengidentifikasi skala nyeri
1. Mengeluh nyeri 3. Sedang 2. Identifikaasi skala nyeri 3. Mengidentifikasi respon nyeri
DO: 4. Cukup meningkat 3. Identifikasi respon nyeri non non verbal
2. Tampak meringis 5. Meningkat verbal 4. Mengidentifikasi faktor yang
3. Bersikap protektif Dengan kriteria hasil: 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Gelisah 1. Keluhan nyeri cukup memperberat dan memperingan nyeri
5. Frekuensi nadi menurun memperingan nyeri 5. Mengidentifikasi
meningkat 2. Meringis cukup menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan pengetahuan dan keyakinan
6. Sulit tidur 3. Sikap protektif cukup keyakinan tentang nyeri tentang nyeri
Gejala dan Tanda Minor menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya 6. Mengidentifikasi pengaruh
DS: 4. Gelisah cukup menurun terhadap respon nyeri budaya
(Tidak tersedia) 5. Kesulitan tidurcuk menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap respon nyeri
DO: pada kualitas hidup 7. Mengidentifikasi pengaruh
1. Tekanan darah 8. Monitor keberhasilan terapi nyeri pada kualitas hidup
meningkat komplementer yang sudah 8. Memonitor keberhasilan
2. Pola napas berubah diberikan terapi komplementer yang
3. Nafsu makan berubah 9. Monitor efek samping sudah diberikan
4. Proses berpikir terganggu penggunaan analgesic 9. Memonitor samping
5. Menarik diri penggunaan analgesik
31
6. Berfokus pada diri Terapeutik : Terapeutik :
sendiri 1. Berikan teknik 1. Memberikan teknik
7. Diaphoresis nonfarmakologis untuk nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri. mengurangi rasa nyeri.
a. Relaksasi napas dalam a. Relaksasi nafas dalam
2. Kontrol lingkungan yang dapat mengurangi rasa
memperberat rasa nyeri nyeri pada pasien post
(mis. Suhu ruangan, operasi
pencahayaan, kebisingan) 2. Mengontrol lingkungan yang
3. Fasilitas istirahat dan tidur memperberat rasa nyeri (mis.
4. Pertimbangkan jenis dan Suhu ruangan, pencahayaan,
sumber nyeri dalam kebisingan)
pemilihan strategi meredakan 3. Mefasilitari pasien istirahat
nyeri dan tidur
Edukasi : 4. Mempertimbangkan jenis dan
1. Menjelaskan penyebab, sumber nyeri dalam pemilihan
periode, dan pemicu nyeri strategi meredakan nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan Edukasi :
nyeri 1. Memberikan informasi terkait
3. Anjurkan memonitor nyeri nyeri yang dirasakan pasien
secara mandiri 2. Membantu pasien mengatasi
4. Anjurkan menggunakan mengatasi saat rasa nyeri
analgetik secara tepat muncul
5. Ajarkan teknik 3. Pasien dapat mengetahui
nonfarmakologis untuk sendiri karakteristik,
mengurangi rasa nyeri penyebab, lokasi saat nyeri
Kolaborasi : muncul
1. Kolaborasi pemberian analgetik, 4. Menganjurkan menggunakan
jika perlu analgesik secara tepat
32
5. Memudahkan pasien untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Analgetik bekerja
untuk mengatasi dalam
upaya menurunkan
nyeri pada
pasien
2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan asuhan SIKI: Terapi relaksasi Observasi:
berhubungan dengan gejala Keperawatan, diharapkan 1. Mengetahui penuruanan
penyakit (SDKI) SLKI : Status kenyaman Observasi: tingkat energi,
Ekspetasi: Menurun 1. Identifikasu penurunan tingkat ketidakmampuan
Gejala dan tanda Mayor 1. Menurun energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
Subjektif: 2. Cukup menurun berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
1. Mengeluh tidak nyaman 3. Sedang lain yang menggangu kemampuan kognitif
4. Cukup meningkat kemampuan kognitif 2. Identifikaksi teknik relaksasi
Objektif: 5. Meningkat 2. Identifikasi teknik yang pernah dan efektif
1. Gelisah Kriteria hasil: relaksasi yang efektif digunakan
1. Keluhan tidak nyaman digunakan 3. Identifikasi kesediaan,
Gejala dan Tanda Minor cukup menurun 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan
Subjektif: 2. Gelisah cukup menurun kemampuan dan teknik sebelumnya
1. mengeluh sulit tidur 3. Lelah cukup menurun penggunaan teknik 4. Periksa ketegangan otot,
2. Tidak mampu rileks 4. Merintih cukup menurun sebelumnya frekuensi nadi, tekanan darah,
3. Mengeluh Tidak 4. Periksa ketegangan otot, dan suhu sebelum dan
kedinginan/kepansan frekuensi nadi, tekanan darah, sesudah latihan
4. Merasa gatal dan suhu sebelum dan 5. Monitor respon terhadap
5. Mengeluh mual sesudah latihan terapi relaksasi
6. Mengeluh lelah 5. Monitor respon terhadap Terapeutik:
terapi relaksasi 1. Ciptakan lingkungan yang
Terapeutik: tenang dan tanpa gangguan
1. Ciptakan lingkungan yang
tenang dan tanpa gangguan
33
Objektif: dengan pencayaan dan suhu dengan pencayaan dan suhu
1. Menunjukan ruang nyaman, jika ruang nyaman, jika
gejala distress memungkinkan memungkinkan
2. Tampak 2. Berikan informasi tertulis 2. Berikan informasi
merintih/menagis tentang persiapan dan tertulis tentang persiapan
3. Pola eliminasi berubah prosedur teknik relaksasi dan prosedur teknik
4. Postur butuh berubah 3. Gunakan pakaian longgar relaksasi
5. Iritabilitas 4. Gunakan nada suara 3. Membuat rasa yang nyaman
lembut dengan irama dan membantu untuk
lambat dan berirama menghangatkan tubuh
5. Gunakan relaksasi sebagai 4. Membantu untuk membuat
strategi penunjang dengan suasana terasa nyaman
analgesik atau tindakan 5. Membantu untuk mengurangi
medis lain, jika sesuai rasa nyeri dengan kolaborasi
Edukasi: tindakan medis
1. Jelaskan tujuan manfaat, Edukasi:
batasan, dan jenis relaksasi 1. Jelaskan tujuan manfaat,
yang tersedia (mis: batasan, dan jenis relaksasi
relaksasi napas dalam) yang tersedia (mis:
2. Jelaskan secara rinci relaksasi napas dalam)
intervensi relaksasi yang 2. Menjelaskan secara
dipilih rinci intervensi relaksasi
3. Anjurkan mengambil yang dipilih
posisi nyaman 3. Mampu mebuat
4. Anjurkan rileks dan posisi nyaman
merasakan sensi relaksasi 4. Mampu untuk rileks dalam
5. Anjurkan sering mengulangi nyaman
atau melatih teknik yang 5. Merasakan sensi rileks dan
dipilih nyaman
6. Demonstrasikan dan latih 6. Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis:
relaksasi
34
napas dalam terbimbing) teknik relaksasi (mis:
relaksasi napas
dalam terbimbing)
35
36
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria yang diharapkan
(potter & perry, 2005). Implementasi terapi rileksasi akan dilakukan dalam
3 hari dilakukan dengan usapan perlahan dan berirama dengan tarik nafas
dalam selama 10 menit, dilakukan pada pagi hari jam 10:00 wib, selama
30 menit, dan dilakukan selama 3 hari berturut-turut (Purwanto, 2013).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dari proses keperawatan. Dalam
konteks ini, evaluasi adalah aktivitas terencana, berkelanjutan yang
tujuannya adalah menentukan kemajuan klien dalam mencapai tujuan/hasil
tertentu dan menilai efektivitas rencana asuhan keperawatan. Evaluasi
merupakan aspek penting dari proses keperawatan karena kesimpulan
yang diambil dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan
harus dihentikan, dilanjutkan, atau diubah. (Audrey Berman, 2016).
Melalui evaluasi, perawat menunjukkan tanggung jawab dan akuntabilitas
atas tindakan mereka, menunjukkan keberhasilan atas kegiatan
keperawatan dan menunjukkan rencana untuk tidak melanjutkan tindakan
yang tidak efektif yang kemudian digantikan dengan tindakan yang lebih
efektif. (Audrey Berman, 2016)
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
37
38
D. Definisi Operasional
1. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau tahap kegiatan dalam pratik
keperawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai
tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan kepaerawatan ini di lakukan dalam
rangka memenuhi kebutuhan rasa nyaman nyeri yang diperlukan oleh
penerima. Asuhan keperawatan (pasien) yang tahapannya terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan,perencanaan pelaksanaan, dan evaluasi
dengan pendekatan keperawatan medical bedah.
2. Pasien dalam kasus ini adalah pasien yang didiagonosis post op
kolelitiasis oleh dokter yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
rasa nyaman nyeri dan dirawat diruang Seruni RSUD Dr. M. Yunus Kota
Bengkulu sebagai orang yang menerima pelayanan atas penyakit yang di
alami.
3. Kolelitiasis adalah suatu diagnosis yang ditetapkan oleh doktor
berdasarkan manifestasi klinis, hasil pemeriksaan fisik dan hasil
pemeriksaan diagnostic lainnya.
4. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri adalah semua upaya yang
diberikan kepada pasien yang mengalami post op kolelitiasis dengan
gangguan rasa nyaman nyeri selama di rawat di rumah sakit.
H. Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan oleh peneliti dengan cara peneliti
pengumpulkan data secara langsung pada pasien dan keluarga dengan
menggunakan format pengkajian dari yang baku dari kampus, pengumpulan
data dilakukan pada pengkajian dengan pasien langsung dan keluarga.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
41
42
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut bagian atas kanan tembus ke
punggung yang dirasakan 4 jam setiap saat, mata kuning, urine
kuning, makan sedikit sudah terasa penuh.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 Juni 2022, Ny. A
mengatakan abdomen setelah operasi masih terasa nyeri, namun rasa
nyeri telah berkurang. Ny. A mengatakan nyeri di area abdomen, (P):
nyeri Post operasi Kolelitiasis, (Q): seperti ditekan, (R): Abdomen,
(S): Skala 7, (T): ± 10 menit (hilang timbul). GCS 15, Pasien tampak
gelisah, pasien tampak meringis, Tanda-tanda vital TD: 130/80
mmHg, N: 90x/menit, RR: 22x/menit S: 36,9℃, SPO2 99%.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah rawat inap di
RSUD Kabupaten Rejang Lebong hanya 3 hari dan berobat ke
puskesmas. Tidak memiliki riwayat operasi, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi minuman berakohol, dan tidak memiliki riwayat alergi
obat dan makan-makanan.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidakada keluarga yang memiliki penyakit
yang sama seperti pasien.
f. Genogram
f. Sistem intugumen
Terdapat luka pembedahan di daerah abdomen pada rasio epigastric
dan umbilical ukuran luka ±5cm, ada luka kecil ±0,1cm. Luka bersifat
steril, kulit tidak elasti.
5. Riwayat psikososial dan spiritual
Pasien mengatakan keluarga terdekat pasien adalah anak dan
suami pasien, interaksi dalam keluarga baik, pembuatan keputusan dengan
musyawarah, tidak ada dampak penyakit pasien pada keluarga, mekanisme
koping terhadap masalah baik, hal yang dipikirkan saat ini adalah pasien
ingin segera sembuh, dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Aktivitas
agama seperti sholat masih tetap dilakukan.
DO:
1. Pasien tidak mampu rileks
2. Pasien tampak gelisah
3. Pasien tampak meringis
Tabel 4.4 Diagnosa Keperawatan
TANGGAL TANDA
NO NAMA PASIEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN DITEGAKKAN TANGAN
1. Ny. A Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencederaan fisik (post op) 14 Juni 2022 AZEL
DS:
1. Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut kanan atas
2. Pasien mengeluh nyeri saat
istirahat (P): nyeri Post operasi
Kolelitiasis (Q): seperti ditekan
(R): Abdomen
(S): Skala 7
(T): ± 10 menit (hilang timbul)
DO:
1. Pasien tampak meringis, Pasien tampak gelisah.
2. TTV
TD: 130/80 mmHg,
N: 90x/menit
RR: 22x/menit
S: 36,9℃
SPO2 99%
2. Ny. A Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala 14 Juni 2022 AZEL
penyakit DS:
1. Pasien mengeluh tidak nyaman di daerah perut
2. Pasien mengeluh mual setelah post op
DO:
1. Pasien tidak mampu rileks
2. Pasien tampak gelisah
3. Pasien tampak meringis
46
Tabel 4.5 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN RASIONAL
KEPERAWATAN
SLKI SIKI
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan SIKI: Manajemen nyeri Observasi :
dengan agen pencedera Keperawatan, diharapkan: 1. Mengidentifikasi lokasi,
fisik SLKI : Tingkat Nyeri Observasi : karekteristik, durasi, frekuensi,
Ekspetasi: Cukup Menurun 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, kualitas, intensitas nyeri
DS: 1. Menurun durasi, frekuensi, kualitas, 2. Mengidentifikasi skala nyeri
1. Pasien mengeluh nyeri 2. Cukup menurun intensitas nyeri Terapeutik :
pada bagian perut 3. Sedang 2. Identifikaasi skala nyeri 3. Memberikan teknik
kanan atas 4. Cukup meningkat Terapeutik : nonfarmakologis untuk
2. Pasien mengeluh nyeri 5. Meningkat 3. Berikan teknik nonfarmakologis mengurangi rasa nyeri.
saat istirahat Dengan kriteria hasil: untuk mengurangi rasa nyeri. Relaksasi nafas dalam dapat
(P) : nyeri Post operasi 1. Keluhan nyeri cukup menurun Relaksasi napas dalam mengurangi rasa nyeri pada
Kolelitiasis 2. Meringis cukup menurun 4. Kontrol lingkungan yang pasien post operasi
(Q) : seperti 3. Sikap protektif cukup menurun memperberat rasa nyeri (mis. Suhu 4. Mengontrol lingkungan yang
ditekan (R): 4. Gelisah cukup menurun ruangan, pencahayaan, kebisingan) memperberat rasa nyeri (mis.
Abdomen 5. Kesulitan tidur cukup menurun 5. Fasilitas istirahat dan tidur Suhu ruangan, pencahayaan,
(S) : Skala 7 Edukasi : kebisingan)
(T) : ± 10 menit 6. Jelaskan strategi meredakan nyeri 5. Mefasilitari pasien istirahat dan
(hilang timbul) 7. Ajarkan teknik nonfarmakologis tidur
DO: untuk mengurangi rasa nyeri Edukasi :
1. Pasien tampak Kolaborasi : 6. Memberikan informasi terkait
meringis, Pasien 8. Kolaborasi pemberian analgetik, nyeri yang dirasakan pasien
tampak gelisah Jika perlu 7. Membantu pasien mengatasi
2. TTV mengatasi saat rasa nyeri muncul
TD: 130/80 mmHg, Kolaborasi :
N: 90x/menit 8. Analgetik bekerja untuk
RR: 22x/menit mengatasi dalam upaya
S: 36,9℃
47
SPO2 99%. menurunkan nyeri pada pasien
2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan asuhan SIKI: Terapi relaksasi Observasi:
berhubungan dengan gejala Keperawatan, diharapkan 1. Mengetahui penuruanan tingkat
penyakit (SDKI) SLKI : Status kenyaman Observasi: energi, ketidakmampuan
Ekspetasi: Cukup Menurun 1. Identifikasu penurunan tingkat berkonsentrasi, atau gejala lain
DS: 1. Menurun energi, ketidakmampuan yang mengganggu kemampuan
1. Pasien mengeluh tidak 2. Cukup menurun berkonsentrasi, atau gejala lain kognitif
nyaman di daerah 3. Sedang yang menggangu kemampuan 2. Identifikaksi teknik relaksasi
perut 4. Cukup meningkat kognitif yang pernah dan efektif
2. Pasien mengeluh mual 5. Meningkat 2. Identifikasi teknik relaksasi yang digunakan
setelah post op Kriteria hasil: efektif digunakan 3. Periksa ketegangan otot,
1. Keluhan tidak nyaman cukup 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi frekuensi nadi, tekanan darah,
DO: menurun nadi, tekanan darah, dan suhu dan suhu sebelum dan sesudah
1. Pasien tidak mampu 2. Gelisah cukup menurun Terapeutik: latihan
rileks 3. Lelah cukup menurun 6. Ciptakan lingkungan yang tenang Terapeutik:
2. Pasien tampak gelisah 4. Merintih cukup menurun dan tanpa gangguan dengan 6. Ciptakan lingkungan yang
3. Pasien tampak pencayaan dan suhu ruang tenang dan tanpa gangguan
meringis nyaman, jika memungkinkan dengan pencayaan dan suhu
7. Berikan informasi tertulis tentang ruang nyaman, jika
persiapan dan prosedur teknik memungkinkan
relaksasi 7. Berikan informasi tertulis
8. Gunakan relaksasi sebagai tentang persiapan dan prosedur
strategi penunjang dengan teknik relaksasi
analgesik atau tindakan medis lain, 8. Membantu untuk mengurangi
jika sesuai rasa nyeri dengan kolaborasi
Edukasi: tindakan medis
9. Jelaskan tujuan manfaat, batasan, Edukasi:
dan jenis relaksasi yang tersedia 9. Jelaskan tujuan manfaat, batasan,
(mis: relaksasi napas dalam) dan jenis relaksasi yang tersedia
10. Anjurkan mengambil posisi (mis: relaksasi napas dalam)
48
nyaman 10. Mampu mebuat posisi nyaman
11. Anjurkan rileks dan merasakan 11. Mampu untuk rileks dalam
sensi relaksasi nyaman
12. Anjurkan sering mengulangi atau 12. Merasakan sensi rileks dan
melatih teknik yang dipilih nyaman
49
Tabel 4.6 Implementasi dan evaluasi keperawatan
Nama pasien Ny. A Ruangan Seruni
Umur 50 tahun No. RM 84.97.57
Hari/tanggal 14 Juni 2022 Implementasi Hari ke-1
50
TD: 130/80 mmHg intravena, tidak ada tanda- napas dalam mengurangi rasa
N: 90x/menit tanda alergi nyeri
RR: 22x/menit 5. Memberikan injeksi obat
S: 36,9℃ sesuai terapi:
- santagesik (drip)
Nyeri akut berada pada - Injeksi Omeprazole
level 4 (Cukup meningkat) 40mg
- Injeksi Ceftriaxone 1g
Planning :
SIKI : Manajemen nyeri
Gangguan rasa nyaman II 10.00 1. Memonitoring teknik relaksasi 1. Pasien mengatakan Subjektif :
berhubungan dengan gejala napas dalam mampu melakukan teknik - Pasien mengatakan
penyakit II 10.30 2. Melakukan TTV: frekuensi nadi, nafas dalam kurang nyaman
tekanan darah, dan suhu 2. TD: 120/80MmHg - Pasien megeluh mual
Subjektif : II 11.00 3. Memonitor respon terapi relaksasi N: 80x/menit Objektif:
II 11.30 4. Menjelaskan tujuan manfaat jenis S: 36,0º - Pasien tampak tidak
1. Pasien mengeluh relaksasi yang telah dilakukan 3. Pasien mengatakan rileks rileks
tidak nyaman II 12.00 5. Memberikan semi fowler 4. Pasien dan keluarga - Pasien tampak meringis
2. Pasien Mengeluh II 12.00 6. Menganrjurkan pasien rileks dan kooperatif Analisa:
mual
merasakan sensi relaksasi 5. Pasien terihar nyaman dengan Gangguan rasa nyaman Cukup
Objektif : II 12.30
7. Memberitahuakan untuk sering posisi semi fowler meningkat
1. Pasien tampak
gelisah mengulangi atau melatih teknik 6. Pasien mengatakan Planning:
2. Pasien tidak rileksasi merasakan rileks 1. Identifikasi teknik relaksasi
mampu rileks 7. Pasien dan keluarga melatih yang efektif digunakan
3. Pasien tampak terapi berulang 2. Periksa ketegangan otot,
meringis frekuensi nadi, tekanan
Gangguan rasa nyaman darah, dan suhu sebelum dan
berada pada level 4 (Cukup sesudah latihan
meningkat) 3. Monitor respon terhadap
terapi relaksasi
51
Planning : 4. Jelaskan tujuan manfaat,
SIKI : Terapi rileksasi batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia
5. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
6. Anjurkan rileks dan
merasakan sensi relaksasi
7. Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang
dipilih
52
Nama pasien Ny. A Ruangan Seruni
Umur 50 tahun No. RM 84.97.57
Hari/tanggal 15 Juni 2022 Implementasi Hari ke-2
53
2. Pasien tampak untuk istirahat
meringis 4. Mengajarkan teknik rileksasi
3. TTV napas dalam mengurangi
TD:120/80mmHg rasa nyeri
N: 85x/menit 5. Memberikan injeksi obat
RR: 20x/menit sesuai terapi:
S: 36,0℃ - santagesik (drip)
Analisa: Nyeri akut -
(Sedang)
Planning :
SIKI : Manajemen nyeri
54
Gangguan rasa nyaman II 10.00 1. Menanyakan apakah teknik 1. Pasien mengatakan mampu Subjektif :
berhubungan dengan gejala relaksasi mampu mengurangi melakukan teknik nafas 1. Pasien mengatakan
penyakit II 10.30 nyeri dalam nyaman berkurang
Subjektif : 2. Melakukan TTV: frekuensi nadi, 2. TD: 120/80MmHg Objektif:
1. Pasien mengeluh II 11.00 tekanan darah, dan suhu N: 82x/menit 2. Pasien tampak rileks
tidak nyaman II 11.30 3. Monitor respon terapi relaksasi S: 36,0º berkurang
berkurang 4. Menjelaskan tujuan manfaat jenis 3. Pasien mengatakan rileks Analisa:
Objektif : II 12.00 relaksasi yang telah dilakukan 4. Pasien dan keluarga Gangguan rasa nyaman Sedang
1. Pasien tampak II 12.00 5. Memberikan posisi nyaman kooperatif Planning:
gelisah berkurang 6. Menganrjurkan pasien rileks dan 5. Posisi semi fowler (sekitar 1. Monitor respon
2. Pasien tampak II 12.30 merasakan sensi relaksasi 30º) terhadap terapi relaksasi
meringis berkurang 7. Memberitahuakan untuk sering 6. Pasien mengatakan 2. Memberikan posisi nyaman
Gangguan rasa nyaman mengulangi atau melatih teknik merasakan rileks 3. Anjurkan rileks dan
(Sedang) rileksasi 7. Pasien dan keluarga melatih merasakan sensi relaksasi
Planning : terapi berulang 4. Menganjurkan sering
SIKI : Terapi rileksasi mengulangi atau melatih
teknik rileksasi
55
Nama pasien Ny. A Ruangan Seruni
Umur 50 tahun No. RM 84.97.57
Hari/tanggal 16 Juni 2022 Implementasi Hari ke-3
PENGKAJIAN IMPLEMENTASI EVALUASI
(S-O-A-P)
NO. PUKUL TINDAKAN FORMATIF (RESPON HASIL) SUMATIF (RESPON
DX PERKEMBANGAN)
Nyeri akut berhubungan I 10.00 1. Melakukan pengajian nyeri secara 1. Pasien mengatakan Subjektif :
dengan agen pencederaan komprehensif (P):- - Pasien mengeluh nyeri
fisik I 10.30 2. Membuka jendela untuk membuat (Q) :- berkurang
sirkulasi udara (R) :- Objektif:
Subjektif : I 11.00 3. Mengatur posisi tempat tidur untuk (S) : 4 - 20x/menit
1. Pasien mengeluh istirahat (T) :- - Pasien tidak sulit untuk
nyeri pada bagian I 11.30 4. Mengajarkan teknik rileksasi napas 2. Pasien mengatakan nyaman berbicara
perut kanan atas dalam mengurangi rasa nyeri dengan lingkungan sekitar Analisa:
berkurang I 12.30 5. Memberikan injeksi obat sesuai 3. Pasien tampak istirahat Nyeri akut Cukup menurun
(P) :- terapi: nyaman dengan posisi Planning:
(Q) :- - santagesik (drip) fowler, posisi tempat tidur Intervensi dihentikan pasien
(R) :- (sekitar 90º) pulang, Pasien kontrol tanggal 27
(S) : Skala 4. Pasien sudah mampu juni 2022
4 (T):- mengikuti terapi yang
Objektif: diberikan
1. Pasien tampak 5. Obat masuk melalui
gelisah cukup intravena, tidak ada tanda-
menurun tanda alergi
2. Pasien tampak
meringis cukup
menurun
3. TTV
TD: 130/90 mmHg
56
N: 90x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,2℃
57
Gangguan rasa nyaman II 10.00 1. Monitor respon terhadap terapi 1. Pasien mengatakan rileks Subjektif :
berhubungan dengan gejala relaksasi 2. Posisi fowler (sekitar 90º) - Pasien mengatakan
penyakit II 10.30 2. Memberikan posisi nyaman sudah nyaman untuk duduk nyaman
Subjektif : II 11.00 3. Anjurkan rileks dan 3. Pasien mengatakan merakan -
merasakan sensi relaksasi rileks Objektif:
1. Pasien mengeluh II 11.30 4. Menganjurkan sering mengulangi 4. Pasien dan keluarga melatih - Pasien tampak sangat
tidak nyaman atau melatih teknik rileksasi terapi berulang rileks
berkurang Analisa:
Gangguan rasa nyaman Cukup
Objektif : menurun
1. Pasien tampak Planning:
gelisah Intervensi dihentikan pasien
2. Pasien tidak pulang, Pasien kontrol tanggal 27
mampu rileks juni 2022
3. Pasien tampak
meringis
Nyeri akut berada pada
level 2 (Cukup
menurun) Planning :
SIKI : Terapi rileksasi
58
59
B. PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pasien datang IGD RSUD Dr. M. yunus Kota Bengkulu pada hari
Minggu 12 Juni 2022 pukul 20:15 WIB. Pasien datang dengan keluhan
nyeri ulu hati dan perut bagian atas kanan tembus ke punggung yang
dirasakan 4jam setiap saat, BAB dempul, seluruh badan kuning sejak 1
bulan yang lalu, urine kuning, mulut terasa asam, pasien tidak nafsu
makan, mual tapi tidak muntah, Pada saat masuk rumah sakit pada
tanggal keadaan umum baik, kesadaran composmentis, GCS 15, TD:
130/80 mmHg, N: 90x/menit, RR: 22x/menit S: 36,9℃, SPO2 99%. Di
dapatkan data: pasien tampak meringis, gelisah mengeluh nyeri di daerah
abdomen di inpeksi perut sedikit membesar, palpasi abdomen terasa
keras ada nyeri tekan tekan, temperature teraba dingin, ada kesulitan
dalam bergerak pada bagian ekstremitas atas, ada nyeri pada tulang.
Faktor pencetusnya disebabkan oleh setelah lebaran pasien nyeri ulu hati
dan perut bagian atas kanan tembus ke punggung yang dirasakan 4 jam
setiap saat, BAB dempul, seluruh badan kuning, urine kuning, mulut
terasa asam, pasien tidak nafsu makan, mual tapi tidak muntah. Dan
dibawa ke Puskesmas dan diberikan obat. Dan pada tanggal 23 mei
dibawak ke RSUD Rejang Lebong rawat inap 4 hari. Dan dirujukan ke
Pada saat di kaji tanggal 14 Juni 2022 mengatakan abdomen setelah
operasi masih terasa nyeri, namun rasa nyeri telah berkurang. Ny. A
mengatakan nyeri di area abdomen, (P): nyeri Post operasi Kolelitiasis,
(Q): seperti ditusuk-tusuk, (R): Abdomen, (S): Skala 7, (T): ± 10 menit
(hilang timbul). Pemeriksaan fisik didapatkan hasil terdapat 1 data yang
tidak dialami oleh pasien, yaitu kesulitan berbicara. Kesulitan berbicara
tidak dialami pasien karena dari hasil pengukuran skala nyeri
menggunakan instrumen skala numerik diperoleh skala 7 (sangat berat)
dimana pasien kesulitan berbicara. Penggunaan skala ini dimulai dengan
cara menentuka angka dari 0-10.
60
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala
yang dirasakan oleh Ny. A. Diagnosa keperawatan pertama yang muncul
pada masalah Ny. A yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen
penceferaan fisik dengan data subjektif pasien mengeluh mengatakan
abdomen setelah operasi masih nyeri. Ny. A mengatakan nyeri di area
abdomen, (P): nyeri Post operasi Kolelitiasis, (Q): seperti ditusuk-tusuk,
(R): Abdomen, (S): Skala 7, (T): ± 10 menit (hilang timbul) dan data
objektif pasien terlihat pasien tampak meringis dan gelisah 130/80 mmHg,
N: 90x/menit, RR: 22x/menit S: 36,9℃, SPO2 99%. Diagnosa
keperawatan kedua yang muncul pada masalah Ny.A yaitu Gangguan rasa
nyaman berhubungan dengan Gejala penyakit dengan data subjektif
pasien mengeluh pasien mengeluh tampak tidak nyaman setelah pos op
setiap saat dan data objektif, pasien tampak meringis, tampak tak nyaman.
Diagnosa ini ditegakkan karena terhadap masalah kesehatan. (PPNI T. P.,
2017)
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan
perawat direncanakan pada kasus Ny. A sesuai diagnosa keperawatan
yang mengacu pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari
PPNI 2018. Untuk membuat intervensi yang disusun berdasarkan diagnosa
Nyeri akut berhubungan dengan agen penceferaan fisik dan manajemen
nyeri, Pada masalah Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Gejala
penyakit adalah terapi rileksasi. Yang bertujuan untuk melihar respon hasil
dari asuhan keperawatan.
4. Implementasi Keperawatan
Setelah menyusun rencana keperawatan, kemudian dilanjutkan dengan
melakukan tindakan keperawatan atau implementasi yang mengacu pada
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dari PPNI 2019.
Penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari yaitu pada
pasien Ny. A mulai tanggal 14 Juni 2022 sampai dengan tanggal 16 Juni
61
63
64
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan observasi mengidefikasi karakteristik nyeri, kolaborasi
pemberian terapi analgetik. terapeutik memberikan terapi nonfarmakologis
relaksasi nafas dalam. Tindakan edukasi menganjurkan melapor jika
mengalami keluhan saat ketika nyeri di abdomen. Selain itu, perlu
dilaksanakan tindakan kolaborasi bersama tenaga kesehatan lain.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi pada hari ketiga semua indikator telah berhasil
dicapai sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan standar
intervensi yang telah disusun tersebut dengan pendokumentasian evaluasi
keperawatan menggunakan format evaluasi formatif dan sumatif. Penulis
berhasil melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman nyeri pada pasien Post op kolelitiasis.
B. Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Intervensi yang disusun penulis dalam karya tulis ilmiah ini bisa menjadi
suatu pedoman yang dapat dimanfaatkan oleh pasien dan keluarga
sehingga dapat mengidentifikasi nyeri dan melakukan terapi napas dalam
secara mandiri.
2. Bagi Perawat
Karya tulis ilmiah ini sebaiknya dapat digunakan perawat sebagai
wawasan tambahan dan acuan intervensi yang dapat diberikan pada pasien
Post op Kolelitiasis dengan gangguan rasa nyaman nyeri. Perawat
hendaknya dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
dan menyeluruh serta mempratikan teknik relaksasi dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman nyeri pada pasien Post Op Kolelitiasis.
3. Bagi Institusi Pendidikan
a. Dosen
Diharapkan dosen melatih dan mendampingi mahasiswa dalam
melaksanakan pengkajian, pengembangan intervensi yang dapat
dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien Post
65
DAFTAR PUSTAKA
Soekardjo Tasikmalaya.
Saputro, D., & Sani, F. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
Pembedahan Cholelitiasis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan
Nyaman. Jurnal Keperawatan, 23(1), 6.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
Utami, R. N., & Khoiriyah, K. (2020). Penurunan Skala Nyeri Akut Post
Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon. Ners Muda, 1(1), 23.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.5489
LAMPIRAN
Nama lengkap : Azelya Putri Alessandra
Tempat/tanggal lahir : Muara Enim, 19-09-2000
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : JL. Kopel tangsi No. 157, RT/RW: 002/004,
Kel/Desa: Pasar Dua, Kecamatan: Muara
Enim Kabupaten: Muara Enim, Sumatra
Selatan
Nama orang tua
Ayah : Yus Asril
Ibu : Neneng Hamidah
Alamat Email : alessandraputri19@gmail.com
Judul Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Nyaman Nyeri Pada Pasien Post op
Kolelitiasis di RSUD M. Yunus Kota
Bengkulu Tahun 2022
Riwayat Pendidikan : 1. TK Bhayakari Muara Enim
2. SD Negeri 6 Muara Enim
3. SMP Negeri 1 Muara Enim
4. SMA Negeri 2 Muara Enim
DOKUMENTASI
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
1. Pesiapan Pasien :
Lakukan Informed Concent
2. Persiapan Lingkungan
Atur lingkungan Senyaman Mungkin , tenang, cukup
cahaya dan terjaga Privacy
3. Persiapan Petugas
Perawat cuci tangan (Gunakan Sarung tangan sesuai
Indikasi / Keadaan Pasien)
B PELAKSANAAN TINDAKAN
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin dan sesuai
indikasi (Posisi pasen diatur sedemikian rupa agar
rileks,diupayakan agar tidak ada bagian tubuh
menerima beban anggota tubuh yang lain.posisi dapat
duduk atau berbaring telentang)
5. Tanyakan skala nyeri yang dirasakan pasien