Anda di halaman 1dari 71

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN RASA NYAMAN NYERI PADA PASIEN POST OP
KOLELITIASIS DI RSUD DR. M.YUNUS KOTA BENGKULU
TAHUN 2022

DISUSUN OLEH :

AZELYA PUTRI ALESSANDRA


NIM.P0 5120219056

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
BENGKULU PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR KOLELITIASIS


1. Definisi
Kolelitiasis atau dikenal sebagai penyakit batu empedu merupakan
penyakit yang di dalamnya terdapat batu empedu yang dapat ditemukan di
dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu atau pada kedua-
duanya (Muttaqin & Sari, 2013). Kandung empedu adalah sebuah kantung
terletak di bawah hati yang mengonsentrasikan dan menyimpan empedu
sampai ia dilepaskan ke dalam usus. Kebanyakan batu duktus koledokus
berasal dari batu kandung empedu, tetapi ada juga yang terbentuk primer
di dalam saluran empedu.
Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu
mengalami aliran balik karena adanya penyempitan saluran. Batu empedu
di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat saluran
empedu (kolangitis). Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan
tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri
bisa menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di bagian
tubuh lainnya.

2. Tanda dan Gejala


Penyebab pasti dari kolelitiasis atau koledokolitiasis atau batu empedu
belum diketahui. Satu teori menyatakan. (Nurarif & Kusuma, 2015).
Penyebab yang jelas belum diketahui tetapi bebarapa faktor etiologi
dapat diidentifikasi, antara lain :
a. Faktor metabolik
Cairan empedu mengandung air, HCO3, pigmen empedu, garam
empedu, dan kolestrol. Kandungan kolestrol yang tinggi dalam cairan
empedu memungkinkan terbentuknya batu. Tidak dijumpai korelasi
antara kolestrol darah dan kolestrol empedu.

6
7

b. Statis Bilier
Stagnasi cairan empedu menyebabkan air ditarik ke kapiler, sehingga
garam empedu menjadi lebih banyak yang akan mengubah kelarutan
kolestrol.
c. Peradangan
Oleh karena proses peradangan, kandungan cairan empedu menjadi
berubah, sehingga keasaman cairan empedu bertambah dan daya larut
kolestrol menjadi menurun. (Diyono & Mulyanti, 2013)

Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko. Namun, semakin
banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan
untuk terjadinya kolelitiasis. Sebuah penelitian menyebutkan faktor
risiko batu empedu mencakup 5F, yaitu :

1. Fat (obesitas)
2. Forty (umur)
3. Female (jenis kelamin)
4. Fertile (estrogene)
5. Fair (etnik)

Sedangkan menurut Muttaqin & Sari (2013) faktor resiko


terjadinya kolelitiasis adalah sebagai berikut :
a. Jenis kelamin perempuan
Perempuan lebih cenderung untuk mengembangkan batu empedu
kolestrol daripada laki-laki, khususnya pada masa reproduksi.
Peningkatan batu empedu disebabkan oleh faktor estrogen dan
progesteron sehingga meningkatkan sekresi kolestrol bilier.
b. Peningkatan usia
Peningkatan usia baik pada pria dan wanita, keduanya
meningkatkan risiko terbentuknya batu pada empedu.
8

c. Obesitas
Kondisi obesitas akan meingkatkan metabolisme umum, resistensi
insulin, diabetes mellitus tipe II, hipertensi, dan hiperlipidemia
berhubungan dengan peningkatan sekresi kolestrol hepatika dan
merupakan faktor resiko utama untuk pengembangan batu empedu.
d. Kehamilan
Sering terjadi pada wanita yang sering mengalami kehamilan
multiple. Hal ini disebabkan oleh tingkat progesteron pada saat
kehamilan tinggi. Progesteron mengurangi kontraktilitas kandung
empedu, menyebabkan resistensi berkepanjangan dan konsentrasi lebih
besar empedu dikandung empedu.
e. Statis Bilier
Kondisi yang bisa meningkatkan kondisi statis, seperti cedera
tulang belakang, puasa berkepanjangan atau pemberian diet nutrisi
total parenteral dan penurunan berat badan berhubungan dengan kalori
dan pembatasan lemak (misalnya diet, operasi byass lambung).
Kondisi statis biler akan menurunkan produksi garam empedu, serta
meningkatkan kehilangan garam empedu ke intestinal.
f. Keturunan
Sekitar 25% dari batu empedu kolesterol faktor predisposisinya
adalah turun temurun seperti dinilai dari penelitan terhadap kembar
identik.
g. Gangguan Intestinal
Gangguan pencernaan, misalnya pasien pasca reseksi usus dan
penyakit Chron memiliki resiko kehilangan garam empedu dari
intestinal
h. Obat-obatan dan Pola hidup
Estrogen yang diberikan untuk Kontrasepsi dan pengobatan kanker
.prostat meningkatkan risiko peningkatan batu empedu kolestrol
9

3. Klasifikasi
Secara umum batu kandung empedu dibedakan menjadi tiga
bentuk utama, yaitu batu kolestrol, batu kalsium bilirubinat (pigmen), dan
batu saluran empedu (Naga, 2012).
a. Batu kolesterol
Batu kolestrol mengandung 70% Kristal kolestrol, sedangkan sisanya
adalah kalsium karbonat dan kalsium bilirubinat. Bentuknya
bervariasi dan hampir selalu terbentuk didalam kandung empedu.
Permukaannya licin atau multifaser, bulat dan berduri. Proses
pembentukan batu ini melalui empat tahap, yaitu penjenuhan empedu
oleh kolestrol, pembentukan nidus atau sarang, kristalisasi, dan
pertumbuhan batu.
b. Batu Bilirubinat atau Batu Lumpur ( Batu Pigmen)
Batu ini mengandung 25% kolestrol. Batu yang tidak banyak variasi
ini sering ditemukan dalam bentuk tidak teratur, kecil-kecil,
berjumlah banyak, dan warnanya bervariasi antara cokelat,
kemerahan, sampai hitam. Batu ini berbentuk seperti lumpur atau
tanah yang rapuh dan juga sering ditemukan dalam ukuran besar,
karena terjadi penyatuan dari batu-batu kecil.
c. Batu Saluran Empedu
Masih berupa dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian di
vertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten
duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi
dan pembentukan.
10

4. Patofisiologi
Batu empedu terjadi karena adanya zat tertentu dalam empedu
yang hadir dalam konsentrasi. Bila empedu terkosentrasi di kandung
empedu, larutan akan menjadi jenuh dengan bahan-bahan tersebut,
kemudian endapan dari larutan akan membentuk kristal mikroskopis
terperangkap dalam mukosa bilier, akan menghasilkan suatu endapan.
Oklusi dari saluran oleh endapan dan batu kolesterol menghasilkan
komplikasi penyakit batu empedu. Pada kondisi normal kolesterol tidak
mengendap di empedu karena mengandung garam empedu terkonjugasi
dan fosfatidikolin (lesitin) dalam jumlah cukup agar kolesterol berada di
dalam larutan misel, jika rasio konsetrasi kolesterol berbanding garam
empedu dan lesitin meningkat, maka larutan misel menjadi sangat jenuh.
Kondisi yang sangat jenuh ini mungkin karena hati memproduksi kolestrol
dalam bentuk konsentrasi tinggi. Zat ini kemudian mengendap pada
lingkungan cairan dalam bentuk kristal kolesterol. Kristal ini merupakan
prekursor batu empedu.
Bilirubin, pigmen kuning yang berasal dari pemecahan heme,
secara aktif disekresikan ke dalam empedu oleh sel hati. Sebagian besar
bilirubin dalam empedu adalah berada dalam bentuk konjugat glukoronida
yang larut dalam air dan stabil, tetapi sebagian kecil terdiri atas bilirubin
tak terkonjugasi. Bilirubin tak terkonjugasi, seperti asam lemak,fosfat,
karbonat, dan anion lain, cenderung untuk membentuk presipitat tak larut
dengan kalsium. Kalsium memasuki empedu secara pasif bersama dengan
elektrolit lain. Dalam situasi pergantian heme tinggi, seperti hemolisis
kronis atau sirosis, bilirubin tak terkonjugasi mungkin berada dalam
empedu pada konsentrasi yang lebih tinggi dari biasanya. Kalsium
bilirubinat mungkin kemudian mengkristal dari larutan dan akhirnya
membentuk batu. Seiring waktu berbagai oksidasi menyebabkan bilirubin
presipitat untuk mengambil jet warna hitam. Batu yang terbentuk dengan
cara ini yang disebut batu pigmen hitam. Empedu biasanya steril, tetapi
dalam beberapa kondisi yang tidak biasa (misalnya diatas struktur bilier),
11

mungkin terkolonisasi dengan bakteri. Bakteri menghidrolisis bilirubin


terkonjugasi dan hasil peningkatan bilirubin tak terkonjugasi dapat
menyababkan presipitasi terbentuknya kristal kalsium bilirubinat. Bakteri
hidrolisis lestini menyebabkan pelepasan asam lemak yang kompleks
dengan kalsium dan endapan dari larutan. Konkresi yang dihasilkan
memiliki konsistensi disebut batu pigmen coklat. Tidak seperti kolesterol
atau pigmen hitam batu, yang membentuk hampir secara eksklusif di
kandung empedu, batu pigmen coklat sering disebut denovo dalam saluran
empedu.
Jika terdapat batu yang menyumbat duktus sistikus atau duktus biliaris
komunis untuk sementara waktu, tekanan di duktus biliaris akan
meningkat dan peningkatan kontraksi peristaltik di tempat penyumbatan
mengakibatkan nyeri visera di daerah epigastrium, mungkin dengan
perjalaran ke punggung. (Muttaqin & Sari 2013).
12

5. WOC

Penuranan garam empedu

Batu kolestrol

Batu empedu

Oklusi dan obruksi dari batu

Intervensi bedah Obstruksi duktus


sistikus atau Ikterus
duktus

Preoperatif Postoperatif
Tekanan bililaris
duktus akan
meningkat dan
peningkatan kontaksi
peristaltik
Psikologis Postoperatif
selama
perawatan dan
penatalakasanaan
pengobatan Respon local
saraf
Mk. Resiko
Infeksi

Mk. Nyeri
Mk. Ansietas

Mk. Gangguan
rasa nyaman

2.1 Bagan WOC Kolelitiasis


13

6. Manifestasi Klinis
Sebagian besar bersifat asimtomatik (tidak ada gejala apapun).
a. Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas atau
midepigastrik samar yang menjalar ke punggung atau region bahu
kanan.
b. Sebagian penderita, rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan
persisten.
c. Mual, muntah serta demam.
d. Ikterus Obstruksi pengaliran getah empedu kedalam duodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu : getah empedu yang tidak lagi
dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan
empedu ini membuat kulit dan membrane mukosa berwarna kuning.
Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal – gatal pada kulit.
e. Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh
ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak
lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya
pekat yang disebut “Clay-colored”.
f. Defisiensi vitamin Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu
absorbsi vitamin A,D,E,K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat
memperlihatkan gejala.
g. Terjadi regurgitasi gas : sering flatus dan sendawa. (Nurarif &
Kusuma, 2015)

7. Komplikasi
Komplikasi kolelitiasis yang bisa terjadi adalah colecystitis akut dan
kronik, choledokolitiasis, peritonitis, kolangitis, abses Kantong empedu,
sirosis bilier, dan ikterus obstruktif (Naga, 2012). Berikut penjelasan dari
penyakit komplikasi akibat kolelitiasis, menurut Tanto, et.all (2014) :
a. Kolesistitis Akut
Kolesistitis akut terkait dengan batu empedu terjadi pada 90-95%
kasus yang ditandai dengan kolik bilier akibat obstruksi duktus
14

sistikus. Apabila obstruksi berkanjut, kandung empedu mengalami


distensi, inflamasi dan edema. Gejala yang dirasakan adalah nyeri
kuadran kanan atas yang lebih lama daripada episode sebelumnya,
demam, mual dan muntah.
b. Kolesistitis Kronik
Inflamasi dengan episode kolik bilier atau nyeri dari obstruksi duktus
sitikus berulang mengacu pada kolesistitis kronis. Gejala utama
berupa nyeri (kolik bilier) yang konstan dan berlangsung aekitar 1-5
jam, mual, muntah, dan kembung.
c. Kolangitis
Kolangitia merupakn komplikasi dari batu saluran empedu. Kolangitis
akut adalah infeksi bakteri asenden disertai dengan obstruksi
duktus bilier. Gejala yang ditemukan adalah demam, nyeri
epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas, dan ikterik yang disebut
trias charcot.
d. Pankreatitis Akut
Pankreatitis akut juga merupakan salah satu komplikasi yang dapat
terjadi jika batu empedu keluar dan menyumbat saluran
pancreas. Peradangan pancreas ini akan menyebabkan sakit yang
hebat pada bagian tengah perut. Rasa sakit ini akan bertambah parah
dan menjalar ke punggung, terutama setelah makan. (Muttaqin & Sari,
2013)

8. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nuratif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada klien dengan Kolelitiasis adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap)
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak
menunjukkan kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi
peradangan akut, dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi sindroma
mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum akibat
15

penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang


tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledukus.
b. Pemeriksaan radiologi
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran
yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang
bersifat radioopak. Kadang kandung empedu yang mengandung cairan
empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada
peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau
hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan
lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara
dalam usus besar, di fleksura hepatika.
c. Pemeriksaan Ultrosonografi (USG)
Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang
tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran
empedu intrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat
dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau
udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang
terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit dideteksi karena
terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum
rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas
daripada dengan palpasi biasa.
d. Kolesistografi
Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik
karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu
radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu.
Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah,
kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi pilorus, dan hepatitis
karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai
hati. Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna pada penilaian
fungsi kandung empedu.
16

e. Endocospic Retrograde Cholangiopancreatography (ERC) Lebih


untuk mendeteksi batu pada saluran empedu
f. Foto polos abdomen
Menyatakan gambaran radiologi (klasifikasi) batu empedu,
klasifikasi dinding atau pembesaran kandung empedu.

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan non
Bedah
1. Disolusi Medis
Harus memenuhi kriteria terapi non operatif, seperti batu kolestrol
diameternya <20 mm dan batu < 4 batu, fungsi kandung empedu baik,
dan duktus sistik paten.
2. Endocospic Retrograde Cholangiopancreatography (ERC)
Batu didalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket kawat atau
balon ekstraksi melalui muara yang sudah besar menuju lumen
duodenum sehingga batu dapat keluar bersama tinja. Untuk batu
besar, batu yang terjepit disaluran empedu atau batu yang terletak
diatas saluran empedu yang sempit diperlukan prosedur
endoskopik tambahan sesudah sfingterotomi seperti pemecahan
batu dengan litotripsi mekanik dan litotripsi laser.
3. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) Merupakan
pemecahan batu dengan gelombang suara. (Nurarif & Kusuma, 2015)

Penatalaksanaan Bedah
1. Kolesistektomi Laparoskopik
Indikasi pembedahan karena menandakan stadium lanjut, atau
kandung empedu dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2 cm.
Kelebihan yang diperoleh pasien, luka operasi kecil (2-10 mm)
sehingga nyeri pasca bedah minimal.
17

2. Kolesistektomi Laparatomi
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan
pasien dengan kolelitiasis simtomatik. Indikasi yang paling umum
untuk kolesistektomi adalah kolik billiaris rekuren, diikuti oleh
kolesistitis akut (Nurarif & Kusuma 2015). Kolesistektomi terbuka/
laparatomi dilakukan dengan melakukan insisi sekitar 8 – 12 cm pada
bagian abdomen kanan atas menembus lemak dan otot hingga ke
kandung empedu. Duktus-duktus lainnya diklem, kemudian kandung
empedu diangkat. (Batticaca, 2009)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPARAWATAN


Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam kelangsungan hidup pasien
dan aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitasi, dan preventif perawatan
kesehatan. Menurut shore, untuk sampai hal ini, profesi keperawatan telah
mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang menggabungkan elemen
yang paling relevan dari system teori, dengan menggunakan metode ilmiah
(Bararah & Jauhar 2013). Proses asuhan keperawatan adalah proses yang
terdiri dari 5 tahap, yaitu pengkajian keperawatan, identifikasi/analisa masalah
(diagnosa keperawatan), perencanaan (intervensi), tindakan (implementasi)
dan evaluasi.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap
pengkajian keperawatan merupakan pemikiran dasar dalam memberikan
18

asuhan keperawatan yang sesuai kebutuhan individu. Pengkajian yang


lengkap, akurat sesuai kenyataan, dan kebenaran data sangat penting untuk
merumuskan suatu diagnosa keperawatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, juga harus sesuai dengan
respon individu. Pengkajian keperawatan tidak sama dengan pengkajian
medis. Pengkajian medis difokuskan pada keadaan patologis, sedangkan
pengkajian keperawatan ditujukan pada respon klien terhadap berbagai
masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah pengumpulan data
objektif dan subjektif dari klien. Dalam pengkajian, terdapat sub tahapan
yang meliputi, pengumpulan data (macam dan sumber), teknik
pengumpulan, dan dokumentasi data (Evania, 2013).
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah kejadian yang untuk menghimpun informasi
tentang status kesehatan klien (Rohman,2012).
1. Macam Data
Adapun macam data yang dikaji ada empat macam yaitu :
a) Data Dasar
Data dasar seluruh informasi tentang status kesehatan klien.
Data dasar ini meliputi : data demografi, riwayat keperawatan,
pola fungsi kesehatan, dan pemeriksaan
b) Data Fokus
Data fokus adalah informasi tentang status kesehatan klien
yang menyimpang dari keadaan normal. Data fokus dapat
berupa ungkapan klien maupun hasil pemeriksaan langsung
oleh perawat. Data ini nantinya akan mendapat porsi yang lebih
banyak dan menjadi dasar timbulnya masalah keperawatan.
c) Data Subjektif
Data subjektif merupakan ungkapan keluhan klien secara
langsung dari klien maupun keluarga dalam menyampaika
masalah yang terjadi kepada perawat berdasarkan keadaan yang
19

terjadi pada klien untuk mendapatkan data ini dilakukan secara


langsung.
d) Data Objektif
Data yang diperoleh oleh perawat secara langsung melalui
obeservasi dan pemeriksaan pada klien. Data objektif harus
dapat diukur dan diobservasi, bukan merupakan interpretasi
atau asumsi perawat.
2. Sumber data
Adapun sumber data yang perlu dikaji, yaitu :
a) Sumber data primer
Sumber data primer adalah klien.
b) Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah selain klien, seperti keluarga,
orang terdekat, teman dan orang lain yang tahu tentang status
klien. Selain itu, tenaga kesehatan yang lain seperti dokter, ahli
gizi, ahli fisioterapi, laboratorium, radiologi juga termasuk
sumber data sekunder.
b. Teknik pengumpulan data
1. Anamnesis
Anamnesis adalah tanya jawab atau komunikasi secara langsung
dengan klien (auto anamnesis) maupun tidak langsung (allo
anamnesis) dengan keluarga untuk menggali informasi tentang
status kesehatan klien. Komunikasi yang digunakan disini adalah
komunikasi terapeutik, yaitu suatu pola hubungan interpersonal
antara klien dan perawat yang bertujuan untuk menggali informasi
mengenai status kesehatan klien.
2. Observasi
Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara umum. Terhadap
perilaku dan keadaan klien. Observasi memerlukan keterampilan,
disiplin, dan praktek klinik.
20

c. Pendokumentasian Data
1. Identitas
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, suku/bangsa,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, tanggal/rencana
operasi, nomor medrec/ register, diagnosa medis, dan alamat.
Pada kasus Kolelitiasis.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, hubungan dengan klien, dan alamat. (Sandra,2013)
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Keluhan utama pasien dengan Kolelitiasis adalah nyeri
kolik abdominal. Keluhan nyeri seperti terbakar dan
tumpul. Rasa sakit yang paling hebat sering terletak di
abdomen kanan atas dan dapat menyebar ke bahu kanan
atau daerah punggung. Skala nyeri pada klien dengan
Kolelitiasis bervariasi pada rentang 2-7 (dari 0-7) yaitu
nyeri berat sampai nyeri tak tertahankan/berat sekali. Onset
nyeri bervariasi sesuai dengan derajat okulasi atau obstruksi
duktus dan keterlibatan saraf local akibat peningkatan
kontraksi peristaltik bilier. Lama nyeri biasanya berkisar
30-90 menit sampai relaksasi peristaltik terjadi. Kondisi
nyeri biasanya juga disertai demam sampai menggigil dan
disertai gangguan gastrointestinal seperti: rasa seperti
mual, muntah (Muttaqin & Sari, 2013)
2. Keluhan Saat Dikaji
Pada klien Kolelitiasis yang telah menjalani Operasi akan
mengeluh nyeri pada luka operasi. Nyeri terasa seperti
21

ditusuk-tusuk pada area operasi dan sangat jarang terjadi


penyebaran kecuali jika ada komplikasi. Skala nyeri sangat
hebat pada 2 jam pertama pasca/ post operasi di karenakan
pengaruh obat anestesi mulai hilang, Nyeri dapat hilang
timbul maupun menetap sepanjang hari (Sandra, 2013).
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Disesuaikan dengan predisposisi penyebab Kolelitiasis. Seperti
kondisi obesitas, penyakit DM, hipertensi, dan hiperlpidemia
berhubungan dengan peningkatan sekresi kolestrol hepatika
merupakan faktor risiko utama untuk pengembangan batu
empedu kolestrol. Kondisi kehamilan multipara, pasca bedah
reseksi usus, penyakit crohn, reseksi lambung dan penggunaan
obat-obatan hormonal merupakan kejadian masa lalu yang
harus dipertimbangkan. Serta riwayat sirosis hepatis yang
menyebabkan splenomegali menjadi predisposisi utama
gangguan heme yang bisa meningkatkan risiko batu kalsium
(Muttaqin & Sari, 2013).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Beberapa pasien cenderung memiliki kondisi penyakit
herediter, sehingga perlu mengkaji kondisi sakit dari generasi
terdahulu (Muttaqin & Sari 2013).
d. Pola Aktivitas Sehari-hari
1. Pola rasa nyaman
Pola rasa nyaman nyeri karena membuat ataupun tidak
nyaman akibat proses pembedahan (Sandra, 2013).
2. Pola istirahat tidur
Pola tidur bisa saja terganggu pada pasien post operasi,
karena adanya rasa nyeri, cemas ataupun tidak nyaman
akibat proses pembedahan (Sandra, 2013).
22

3. Pola aktivitas fisik


Aktivitas klien terganggu karena kelemahan dan
keterbatasan gerak akibat nyeri luka post operasi (Dongoes,
2010).
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran dapat compos mentis sampai koma tergantung
beratnya kondisi penyakit yang dialami, dapat terlihat
adanya kesakitan, lemah atau kelelahan. (Muttaqin & Sari,
2013).
2. Sistem pernafasan
Terjadi perubahan dan frekuensi pernapasan menjadi
lebih cepat akibat nyeri, penurunan ekspansi paru.
3. Sistem cardiovaskuler
Ditemukan adanya perdarahan sampai syok, tanda-tanda
kelemahan, kelelahan yang ditandai dengan pucat,
mukosa bibir kering dan pecah-pecah, tekanan darah dan
nadi meningkat.
4. Sistem pencernaan
Ditemukan perut kembung, penurunan bising usus
karena puasa, penurunan berat badan dan konstipasi.
Cairan empedu tidak masuk ke dalam duodenum,
menyebabkan gangguan ingesti dan absorbsi karbohidrat
dan lemak berkurang maka akan menyebabkan nausea,
muntah, diare, distensi abdomen.
5. Sistem musculoskeletal
Ditemukan kelemahan dan keterbatasan gerak akibat
nyeri.
6. Sistem Integumen
Adanya luka operasi pada abdomen. Turgor kulit menurun
akibat kurangnya volume cairan, suhu tubuh dapat
23

meningkat apabila terjadi infeksi. Bilirubin terkonjugasi


akan meningkat dalam darah di akibatkan oleh absorpsi
cairan empedu oleh kapiler darah sebagai dampak adanya
obstruksi. Ikterus akan timbul. (Dongoes, 2010)
f. Data Psikologi dan Spiritual
Klien mengalami peningkatan kecemasan, serta perlunya
pemenuhan informasi intervensi keperawatan dan pengobatan
atau intervensi bedah, Mengenai keyakinan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan pelaksanaan ibadah sebelum atau selama
dirawat. Aktivias ibadah klien dapat terganggu karena
keterbatasan aktivitas (Muttaqin & Sari, 2013)
g. Data Penunjang
Pemeriksaan
laboratorium:
a) Elektrolit : Dapat ditemukan adanya penurunan kadar
elektrolit akibat kehilangan cairan tubuh berlebihan.
b) Hemoglobin : Dapat menurun akibat kehilangan darah.
c) Leukosit : Dapat meningkat jika terjadi infeksi (Haryono,
Rudi 2012)
24

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
3.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang dilakukan berdasarakan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (PPNI T. P., 2018) dengan kriteria hasil
berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (PPNI T. P., 2019)
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Post op kolelitiasis
NO DIAGNOSA TUJUAN RASIONAL
KEPERAWATAN
SLKI SIKI
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan SIKI: Manajemen nyeri Observasi :
dengan agen pencedera Keperawatan, diharapkan: 1. Mengidentifikasi lokasi,
fisik (tindakan operasi) SLKI : Tingkat Nyeri Observasi : karekteristik, durasi,
Ekspetasi: Cukup Menurun 1. Identifikasi lokasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Gejala dan Tanda Mayor 1. Menurun karekteristik, durasi, frekuensi, nyeri
DS: 2. Cukup menurun kualitas, intensitas nyeri 2. Mengidentifikasi skala nyeri
1. Mengeluh nyeri 3. Sedang 2. Identifikaasi skala nyeri 3. Mengidentifikasi respon nyeri
DO: 4. Cukup meningkat 3. Identifikasi respon nyeri non non verbal
2. Tampak meringis 5. Meningkat verbal 4. Mengidentifikasi faktor yang
3. Bersikap protektif Dengan kriteria hasil: 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Gelisah 1. Keluhan nyeri cukup memperberat dan memperingan nyeri
5. Frekuensi nadi menurun memperingan nyeri 5. Mengidentifikasi
meningkat 2. Meringis cukup menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan pengetahuan dan keyakinan
6. Sulit tidur 3. Sikap protektif cukup keyakinan tentang nyeri tentang nyeri
Gejala dan Tanda Minor menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya 6. Mengidentifikasi pengaruh
DS: 4. Gelisah cukup menurun terhadap respon nyeri budaya
(Tidak tersedia) 5. Kesulitan tidurcuk menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap respon nyeri
DO: pada kualitas hidup 7. Mengidentifikasi pengaruh
1. Tekanan darah 8. Monitor keberhasilan terapi nyeri pada kualitas hidup
meningkat komplementer yang sudah 8. Memonitor keberhasilan
2. Pola napas berubah diberikan terapi komplementer yang
3. Nafsu makan berubah 9. Monitor efek samping sudah diberikan
4. Proses berpikir terganggu penggunaan analgesic 9. Memonitor samping
5. Menarik diri penggunaan analgesik

31
6. Berfokus pada diri Terapeutik : Terapeutik :
sendiri 1. Berikan teknik 1. Memberikan teknik
7. Diaphoresis nonfarmakologis untuk nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri. mengurangi rasa nyeri.
a. Relaksasi napas dalam a. Relaksasi nafas dalam
2. Kontrol lingkungan yang dapat mengurangi rasa
memperberat rasa nyeri nyeri pada pasien post
(mis. Suhu ruangan, operasi
pencahayaan, kebisingan) 2. Mengontrol lingkungan yang
3. Fasilitas istirahat dan tidur memperberat rasa nyeri (mis.
4. Pertimbangkan jenis dan Suhu ruangan, pencahayaan,
sumber nyeri dalam kebisingan)
pemilihan strategi meredakan 3. Mefasilitari pasien istirahat
nyeri dan tidur
Edukasi : 4. Mempertimbangkan jenis dan
1. Menjelaskan penyebab, sumber nyeri dalam pemilihan
periode, dan pemicu nyeri strategi meredakan nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan Edukasi :
nyeri 1. Memberikan informasi terkait
3. Anjurkan memonitor nyeri nyeri yang dirasakan pasien
secara mandiri 2. Membantu pasien mengatasi
4. Anjurkan menggunakan mengatasi saat rasa nyeri
analgetik secara tepat muncul
5. Ajarkan teknik 3. Pasien dapat mengetahui
nonfarmakologis untuk sendiri karakteristik,
mengurangi rasa nyeri penyebab, lokasi saat nyeri
Kolaborasi : muncul
1. Kolaborasi pemberian analgetik, 4. Menganjurkan menggunakan
jika perlu analgesik secara tepat

32
5. Memudahkan pasien untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Analgetik bekerja
untuk mengatasi dalam
upaya menurunkan
nyeri pada
pasien
2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan asuhan SIKI: Terapi relaksasi Observasi:
berhubungan dengan gejala Keperawatan, diharapkan 1. Mengetahui penuruanan
penyakit (SDKI) SLKI : Status kenyaman Observasi: tingkat energi,
Ekspetasi: Menurun 1. Identifikasu penurunan tingkat ketidakmampuan
Gejala dan tanda Mayor 1. Menurun energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
Subjektif: 2. Cukup menurun berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
1. Mengeluh tidak nyaman 3. Sedang lain yang menggangu kemampuan kognitif
4. Cukup meningkat kemampuan kognitif 2. Identifikaksi teknik relaksasi
Objektif: 5. Meningkat 2. Identifikasi teknik yang pernah dan efektif
1. Gelisah Kriteria hasil: relaksasi yang efektif digunakan
1. Keluhan tidak nyaman digunakan 3. Identifikasi kesediaan,
Gejala dan Tanda Minor cukup menurun 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan
Subjektif: 2. Gelisah cukup menurun kemampuan dan teknik sebelumnya
1. mengeluh sulit tidur 3. Lelah cukup menurun penggunaan teknik 4. Periksa ketegangan otot,
2. Tidak mampu rileks 4. Merintih cukup menurun sebelumnya frekuensi nadi, tekanan darah,
3. Mengeluh Tidak 4. Periksa ketegangan otot, dan suhu sebelum dan
kedinginan/kepansan frekuensi nadi, tekanan darah, sesudah latihan
4. Merasa gatal dan suhu sebelum dan 5. Monitor respon terhadap
5. Mengeluh mual sesudah latihan terapi relaksasi
6. Mengeluh lelah 5. Monitor respon terhadap Terapeutik:
terapi relaksasi 1. Ciptakan lingkungan yang
Terapeutik: tenang dan tanpa gangguan
1. Ciptakan lingkungan yang
tenang dan tanpa gangguan

33
Objektif: dengan pencayaan dan suhu dengan pencayaan dan suhu
1. Menunjukan ruang nyaman, jika ruang nyaman, jika
gejala distress memungkinkan memungkinkan
2. Tampak 2. Berikan informasi tertulis 2. Berikan informasi
merintih/menagis tentang persiapan dan tertulis tentang persiapan
3. Pola eliminasi berubah prosedur teknik relaksasi dan prosedur teknik
4. Postur butuh berubah 3. Gunakan pakaian longgar relaksasi
5. Iritabilitas 4. Gunakan nada suara 3. Membuat rasa yang nyaman
lembut dengan irama dan membantu untuk
lambat dan berirama menghangatkan tubuh
5. Gunakan relaksasi sebagai 4. Membantu untuk membuat
strategi penunjang dengan suasana terasa nyaman
analgesik atau tindakan 5. Membantu untuk mengurangi
medis lain, jika sesuai rasa nyeri dengan kolaborasi
Edukasi: tindakan medis
1. Jelaskan tujuan manfaat, Edukasi:
batasan, dan jenis relaksasi 1. Jelaskan tujuan manfaat,
yang tersedia (mis: batasan, dan jenis relaksasi
relaksasi napas dalam) yang tersedia (mis:
2. Jelaskan secara rinci relaksasi napas dalam)
intervensi relaksasi yang 2. Menjelaskan secara
dipilih rinci intervensi relaksasi
3. Anjurkan mengambil yang dipilih
posisi nyaman 3. Mampu mebuat
4. Anjurkan rileks dan posisi nyaman
merasakan sensi relaksasi 4. Mampu untuk rileks dalam
5. Anjurkan sering mengulangi nyaman
atau melatih teknik yang 5. Merasakan sensi rileks dan
dipilih nyaman
6. Demonstrasikan dan latih 6. Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis:
relaksasi

34
napas dalam terbimbing) teknik relaksasi (mis:
relaksasi napas
dalam terbimbing)

35
36

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria yang diharapkan
(potter & perry, 2005). Implementasi terapi rileksasi akan dilakukan dalam
3 hari dilakukan dengan usapan perlahan dan berirama dengan tarik nafas
dalam selama 10 menit, dilakukan pada pagi hari jam 10:00 wib, selama
30 menit, dan dilakukan selama 3 hari berturut-turut (Purwanto, 2013).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dari proses keperawatan. Dalam
konteks ini, evaluasi adalah aktivitas terencana, berkelanjutan yang
tujuannya adalah menentukan kemajuan klien dalam mencapai tujuan/hasil
tertentu dan menilai efektivitas rencana asuhan keperawatan. Evaluasi
merupakan aspek penting dari proses keperawatan karena kesimpulan
yang diambil dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan
harus dihentikan, dilanjutkan, atau diubah. (Audrey Berman, 2016).
Melalui evaluasi, perawat menunjukkan tanggung jawab dan akuntabilitas
atas tindakan mereka, menunjukkan keberhasilan atas kegiatan
keperawatan dan menunjukkan rencana untuk tidak melanjutkan tindakan
yang tidak efektif yang kemudian digantikan dengan tindakan yang lebih
efektif. (Audrey Berman, 2016)
BAB III
METODOLOGI PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus


Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan studi kasus asuhan
keperawatan pada pasien kolelitiasi di Rumah Sakit RSUD Dr.M.Yunus Kota
Bengkulu. Proses keperawatan melalui pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Subyek Studi Kasus
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri pada pasien post op
kolelitiasis di Rumah Sakit RSUD Dr.M.Yunus Kota Bengkulu. Adapun
subyek penelitian yang akan diteliti berjumlah 1 orang dengan kolelitiasis.
Kriteria subyek dalam penelitian ini adalah:
1. Kriteria inklusi
a. Pasien dengan post op kolelitiasis
b. Pasien dengan masalah pemenuhan kebutuhan nyaman nyeri post op
kolelitiasis dalam kondisi composmetis (GCS 15)
c. Pasien bersedia menjadi responden selama penelitian studi kasus
berlangsung.
2. Kriteria eksklusi
a. Pasien tidak bersedia menjadi responden
b. Pasien dengan penurunan kesadaran
c. Pasien dirawat diruangan ICU
C. Fokus Studi
Fokus studi kasus ini yaitu upaya perawat dalam pemenuhan kebutuhan
rasa nyaman nyeri pada pasien post op kolelitiasis dengan masalah nyeri akut
dan gagngguan rasa nyaman.

37
38

D. Definisi Operasional
1. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau tahap kegiatan dalam pratik
keperawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai
tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan kepaerawatan ini di lakukan dalam
rangka memenuhi kebutuhan rasa nyaman nyeri yang diperlukan oleh
penerima. Asuhan keperawatan (pasien) yang tahapannya terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan,perencanaan pelaksanaan, dan evaluasi
dengan pendekatan keperawatan medical bedah.
2. Pasien dalam kasus ini adalah pasien yang didiagonosis post op
kolelitiasis oleh dokter yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
rasa nyaman nyeri dan dirawat diruang Seruni RSUD Dr. M. Yunus Kota
Bengkulu sebagai orang yang menerima pelayanan atas penyakit yang di
alami.
3. Kolelitiasis adalah suatu diagnosis yang ditetapkan oleh doktor
berdasarkan manifestasi klinis, hasil pemeriksaan fisik dan hasil
pemeriksaan diagnostic lainnya.
4. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri adalah semua upaya yang
diberikan kepada pasien yang mengalami post op kolelitiasis dengan
gangguan rasa nyaman nyeri selama di rawat di rumah sakit.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini adalah di Rumah Sakit RSUD Dr.M.Yunus Kota
Bengkulu. Studi kasus dilakukan selama 3 hari pada tanggal 14- 16 Juni
2022.
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara (hasil anamnesis yang harus didapatkan berisi tentang
identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit terdahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat psikologi,
pola-pola fungsi kesehatan. sumber data bisa dari pasien, keluarga,
perawat lainnya).
39

b. Observasi dan Pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum,


pemeriksaan integumen, pemeriksaan kepala leher, pemeriksaan dada,
pemeriksaan abdomen, pemeriksaan genetalia, anus, pemeriksaan
ekstermitas, data fokus yang harus di dapatkan adalah pemeriksaan
abdomen dan genetalia.
c. Studi dokumentasi dan integumen dilakukan dengan melihat dari data
MR (Medikal Recod) pasien, melihat hasil laboratorium, melihat
catatan harian perawat ruangan, memeriksa hasil pemeriksaan
diagnostit

2. Instrumen Pengumpulan Data


Alat atau instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian
asuhan keperawatan sesuai ketentuan yang ada di prodi DIII Keperawatan
Bengkulu.
3. Penyajian Data
Pada studi kasus ini peneliti menyajikan data secara tekstural atau narasi,
disertai dengan ungkapan verbal dan respon.

G. Etika Studi Kasus


Penulis akan mempertimbangkan etik dan legal penelitian untuk melindungi
responden agar terhindar dari segala bahaya serta ketidaknyamanan fisik dan
psikologis. ethical clearance mempertimbangkan hal-hal di bawah ini.
1. Self Determinan
Pada studi kasus ini, responden di beri kebebasan untuk
berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Peneliti menjaga kerahasiaan responden dengan cara tidak
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, peneliti
hanya akan memberi inisial sebagai pengganti idenditas responden.
3. Kerahasiaan (Confidentialy)
Semua informasi yang dapat dari responden tidak akan disebarluaskan
ke orang lain dan hanya peneliti yang mengetahuinya.
40

4. Asas kemanfaatan (Beneficiency)


Asas kemanfaatan harus memiliki tiga prinsip yaitu bebas penderitaan,
bebas eksploitasi dan bebas resiko. Bebas penderitaan yaitu peneliti
menjamin responden tidak akan mengalami cidera, mengurangi rasa sakit,
dan tidak akan memberikan penderitaan pada responden. Bebas
eksploitasi dimana pemberian informasi dari responden akan di gunakan
sebaik mungkin dan tidak akan di gunakan secra sewenang-wenang demi
keuntungan peneliti. Bebas resiko yaitu responden terhindar dari resiko
bahaya kedepannya. tujuan dari penelitian adalah untuk menambah
pengetahuan, menerapkan penkajian pada pasien tuberkulosis serta
berperan dalam mengurangi hari lama rawat.
5. Maleficience
Peneliti menjamin tidak akan menyakiti, membahayakan, atau
memberikan ketidaknyamanan baik secara fisik maupun psikologis.

H. Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan oleh peneliti dengan cara peneliti
pengumpulkan data secara langsung pada pasien dan keluarga dengan
menggunakan format pengkajian dari yang baku dari kampus, pengumpulan
data dilakukan pada pengkajian dengan pasien langsung dan keluarga.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. HASIL STUDI KASUS


Pengambilan data dilakukan di RSUD Dr. M. yunus Kota Bengkulu
Ruang Seruni kelas III. Bab ini menjelaskan tentang studi kasus asuhan
keperawatan pada pasien post op kolelitiasis melalui pendekatan asuhan
keperawatan yang dilakukan dengan 1 pasien yaitu Ny. A dengan diagnosa
keperawatan nyeri akut dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
gejala penyakit, dimulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan. Pengkajian dilakukan dengan metode auto anamnesa
(wawancara dengan klien langsung), tenaga kesehatan lain (perawat ruangan),
pengamatan, observasi, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan
keperawatan.
1. Identitas
Nama pasien Ny. A, berjenis kelamin perempuan, usia 50 tahun,
tanggal lahir 15 Mei 1972, status sudah menikah, agama islam, pendidikan
terakhir SD, pekerjaan petani, alamat Dusun Sungai Lisai Kabupaten
Rejang Lebong, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia. Identitas
penanggung jawab nama Tn. A (Anak pasien), bekerja sebagai
wiraswasta, usia 30 tahun. Nomor registrasi pasien 849757.
2. Pengkajian riwayat kesehatan pasien
a. Keluhan utama masuk rumah sakit (MRS)
Pasien datang ke IGD Pasien datang IGD RSUD Dr. M. yunus
Kota Bengkulu dengan keluhan nyeri ulu hati dan perut bagian atas
kanan tembus ke punggung yang dirasakan 4jam setiap saat, BAB
dempul, seluruh badan kuning sejak 1 bulan yang lalu, urine kuning,
mulut terasa asam, pasien tidak nafsu makan, mual tapi tidak muntah.

41
42

b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut bagian atas kanan tembus ke
punggung yang dirasakan 4 jam setiap saat, mata kuning, urine
kuning, makan sedikit sudah terasa penuh.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 Juni 2022, Ny. A
mengatakan abdomen setelah operasi masih terasa nyeri, namun rasa
nyeri telah berkurang. Ny. A mengatakan nyeri di area abdomen, (P):
nyeri Post operasi Kolelitiasis, (Q): seperti ditekan, (R): Abdomen,
(S): Skala 7, (T): ± 10 menit (hilang timbul). GCS 15, Pasien tampak
gelisah, pasien tampak meringis, Tanda-tanda vital TD: 130/80
mmHg, N: 90x/menit, RR: 22x/menit S: 36,9℃, SPO2 99%.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah rawat inap di
RSUD Kabupaten Rejang Lebong hanya 3 hari dan berobat ke
puskesmas. Tidak memiliki riwayat operasi, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi minuman berakohol, dan tidak memiliki riwayat alergi
obat dan makan-makanan.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidakada keluarga yang memiliki penyakit
yang sama seperti pasien.
f. Genogram

Keterangan: : Laki-laki-----------Tinggal satu rumah


: Perempuan P : Pasien
: Meninggal
4.1 Bagan Genogram
43

3. Pola fungsional kesehatan


a. Kebutuhan rasa nyaman
Pasien mengatakan setelah operasi ada rasa nyeri abdomen, pasien
tampak gelisah, pasien tampak meringis saat nyeri, ada perasaan mual
muntah, (P): nyeri Post operasi Kolelitiasis, (Q): seperti ditekan, (R):
Abdomen, (S): Skala 7, (T): ± 10 menit (hilang timbul) .
b. Kebutuhan istirahat dan tidur
Pasien mengatakan lama tidur siang ±2 jam, lama tidur malam ±5
jam, kebiasaan sebelum tidur nyeri abdomen selalu hilang tibul pasca
operasi, sering terbangun saat tidur karena pasien merasa nyeri
dibagian abdomen.
c. Kebutuhan aktivitas mobilisasi
Saat dikaji pasien mengatakan sebagian besar aktivitasnya dibantu
oleh keluarga karena masih merasakan nyeri di abdomen.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, konjungtiva
ananemis, TTV: TD: 130/80 mmHg, N: 90x/menit, RR: 22x/menit S:
36,9℃, SPO2 99%
b. Sistem pernapasan
Frekuensi nadi 22x/menit, fase ekspirasi menurun akibat nyeri.
c. Sistem cardiovaskuler
Pasien setalah post op trafusi darah 1 kolf, Frekuensi nadi 90x/menit,
irama teratur, TD 130/80 mmHg, pucat, mukosa bibir kering dan
pecah-pecah.
d. Sistem perncernaan
Perut kembung, peneurunan bising usus karena puasa menyebabkan
passion muntah setelah post op, terpasang drain.
e. Sistem musculokeletal
Pasien mengatakan gerak masih kelemahan dan keterbatasan gerak
akibat nyeri.
44

f. Sistem intugumen
Terdapat luka pembedahan di daerah abdomen pada rasio epigastric
dan umbilical ukuran luka ±5cm, ada luka kecil ±0,1cm. Luka bersifat
steril, kulit tidak elasti.
5. Riwayat psikososial dan spiritual
Pasien mengatakan keluarga terdekat pasien adalah anak dan
suami pasien, interaksi dalam keluarga baik, pembuatan keputusan dengan
musyawarah, tidak ada dampak penyakit pasien pada keluarga, mekanisme
koping terhadap masalah baik, hal yang dipikirkan saat ini adalah pasien
ingin segera sembuh, dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Aktivitas
agama seperti sholat masih tetap dilakukan.

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan penunjang


No ITEM PARTISIPAN (Ny. A)
PENGKAJIAN JENIS HASIL NILAI
PEMERIKSAAN RUJUKAN
1. Pemeriksaan Antigen Negatif Negatif
penunjang Gula darah sewaktu 89 mg/dL 70-120 mg/dL
Hemoglobin 9,1 g/dL Pr: 12,0-16,0
gr/dL
Lk: 13,0-18,0
gr/dL
Hematokrit 27% Pr: 40-54%
Lk: 37-47%
Creatinin 0,7 mg/dL 0,5-1,2 mg/dL
SGOT 188 u/l <35 u/l
SGPT 36 u/l <35 u/l
Bilirubin total 8,4 mg/dL 0,1-1,0 mg/dL
Bilirubin total 6,0 mg/dL <0,4 mg/dL

Tabel 4.2 Penatalaksanaan terapi obat


No OBAT DOSIS RUTE
14/06/2022 15/06/2022 16/06/2022
1. IVFD RL drip 20 tpm 20 tpm 20 tpm IV
santagesik
2. Omeprazole 1x1 1x1 1x1 IV
3. Ceftriaxone 2x1 2x1 2x1 IV
4. Vitamin K 2x1 - - Oral
5. Metronidazole - 40 tpm 40 tpm IV
45

Tabel 4.3 Analis data


NO DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Agen Pencederaan Nyeri Akut
1. Pasien mengeluh nyeri fisik (post op)
pada bagian perut kanan
atas
2. Pasien mengeluh nyeri
saat istirahat
(P) : nyeri Post operasi
Kolelitiasis
(Q) : seperti
ditekan (R):
Abdomen
(S) : Skala 7
(T) : ± 10 menit
(hilang timbul)
DO:
1. Pasien tampak meringis,
Pasien tampak gelisah
2. TTV
TD: 130/80 mmHg,
N: 90x/menit
RR: 22x/menit
S: 36,9℃
SPO2 99%.
2. DS: Gejala Penyakit Gangguan Rasa
1. Pasien mengeluh tidak Nyaman
nyaman di daerah
perut
2. Pasien mengeluh mual
setelah post op

DO:
1. Pasien tidak mampu rileks
2. Pasien tampak gelisah
3. Pasien tampak meringis
Tabel 4.4 Diagnosa Keperawatan
TANGGAL TANDA
NO NAMA PASIEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN DITEGAKKAN TANGAN
1. Ny. A Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencederaan fisik (post op) 14 Juni 2022 AZEL
DS:
1. Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut kanan atas
2. Pasien mengeluh nyeri saat
istirahat (P): nyeri Post operasi
Kolelitiasis (Q): seperti ditekan
(R): Abdomen
(S): Skala 7
(T): ± 10 menit (hilang timbul)
DO:
1. Pasien tampak meringis, Pasien tampak gelisah.
2. TTV
TD: 130/80 mmHg,
N: 90x/menit
RR: 22x/menit
S: 36,9℃
SPO2 99%
2. Ny. A Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala 14 Juni 2022 AZEL
penyakit DS:
1. Pasien mengeluh tidak nyaman di daerah perut
2. Pasien mengeluh mual setelah post op

DO:
1. Pasien tidak mampu rileks
2. Pasien tampak gelisah
3. Pasien tampak meringis

46
Tabel 4.5 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN RASIONAL
KEPERAWATAN
SLKI SIKI

1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan SIKI: Manajemen nyeri Observasi :
dengan agen pencedera Keperawatan, diharapkan: 1. Mengidentifikasi lokasi,
fisik SLKI : Tingkat Nyeri Observasi : karekteristik, durasi, frekuensi,
Ekspetasi: Cukup Menurun 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, kualitas, intensitas nyeri
DS: 1. Menurun durasi, frekuensi, kualitas, 2. Mengidentifikasi skala nyeri
1. Pasien mengeluh nyeri 2. Cukup menurun intensitas nyeri Terapeutik :
pada bagian perut 3. Sedang 2. Identifikaasi skala nyeri 3. Memberikan teknik
kanan atas 4. Cukup meningkat Terapeutik : nonfarmakologis untuk
2. Pasien mengeluh nyeri 5. Meningkat 3. Berikan teknik nonfarmakologis mengurangi rasa nyeri.
saat istirahat Dengan kriteria hasil: untuk mengurangi rasa nyeri. Relaksasi nafas dalam dapat
(P) : nyeri Post operasi 1. Keluhan nyeri cukup menurun Relaksasi napas dalam mengurangi rasa nyeri pada
Kolelitiasis 2. Meringis cukup menurun 4. Kontrol lingkungan yang pasien post operasi
(Q) : seperti 3. Sikap protektif cukup menurun memperberat rasa nyeri (mis. Suhu 4. Mengontrol lingkungan yang
ditekan (R): 4. Gelisah cukup menurun ruangan, pencahayaan, kebisingan) memperberat rasa nyeri (mis.
Abdomen 5. Kesulitan tidur cukup menurun 5. Fasilitas istirahat dan tidur Suhu ruangan, pencahayaan,
(S) : Skala 7 Edukasi : kebisingan)
(T) : ± 10 menit 6. Jelaskan strategi meredakan nyeri 5. Mefasilitari pasien istirahat dan
(hilang timbul) 7. Ajarkan teknik nonfarmakologis tidur
DO: untuk mengurangi rasa nyeri Edukasi :
1. Pasien tampak Kolaborasi : 6. Memberikan informasi terkait
meringis, Pasien 8. Kolaborasi pemberian analgetik, nyeri yang dirasakan pasien
tampak gelisah Jika perlu 7. Membantu pasien mengatasi
2. TTV mengatasi saat rasa nyeri muncul
TD: 130/80 mmHg, Kolaborasi :
N: 90x/menit 8. Analgetik bekerja untuk
RR: 22x/menit mengatasi dalam upaya
S: 36,9℃

47
SPO2 99%. menurunkan nyeri pada pasien

2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan asuhan SIKI: Terapi relaksasi Observasi:
berhubungan dengan gejala Keperawatan, diharapkan 1. Mengetahui penuruanan tingkat
penyakit (SDKI) SLKI : Status kenyaman Observasi: energi, ketidakmampuan
Ekspetasi: Cukup Menurun 1. Identifikasu penurunan tingkat berkonsentrasi, atau gejala lain
DS: 1. Menurun energi, ketidakmampuan yang mengganggu kemampuan
1. Pasien mengeluh tidak 2. Cukup menurun berkonsentrasi, atau gejala lain kognitif
nyaman di daerah 3. Sedang yang menggangu kemampuan 2. Identifikaksi teknik relaksasi
perut 4. Cukup meningkat kognitif yang pernah dan efektif
2. Pasien mengeluh mual 5. Meningkat 2. Identifikasi teknik relaksasi yang digunakan
setelah post op Kriteria hasil: efektif digunakan 3. Periksa ketegangan otot,
1. Keluhan tidak nyaman cukup 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi frekuensi nadi, tekanan darah,
DO: menurun nadi, tekanan darah, dan suhu dan suhu sebelum dan sesudah
1. Pasien tidak mampu 2. Gelisah cukup menurun Terapeutik: latihan
rileks 3. Lelah cukup menurun 6. Ciptakan lingkungan yang tenang Terapeutik:
2. Pasien tampak gelisah 4. Merintih cukup menurun dan tanpa gangguan dengan 6. Ciptakan lingkungan yang
3. Pasien tampak pencayaan dan suhu ruang tenang dan tanpa gangguan
meringis nyaman, jika memungkinkan dengan pencayaan dan suhu
7. Berikan informasi tertulis tentang ruang nyaman, jika
persiapan dan prosedur teknik memungkinkan
relaksasi 7. Berikan informasi tertulis
8. Gunakan relaksasi sebagai tentang persiapan dan prosedur
strategi penunjang dengan teknik relaksasi
analgesik atau tindakan medis lain, 8. Membantu untuk mengurangi
jika sesuai rasa nyeri dengan kolaborasi
Edukasi: tindakan medis
9. Jelaskan tujuan manfaat, batasan, Edukasi:
dan jenis relaksasi yang tersedia 9. Jelaskan tujuan manfaat, batasan,
(mis: relaksasi napas dalam) dan jenis relaksasi yang tersedia
10. Anjurkan mengambil posisi (mis: relaksasi napas dalam)

48
nyaman 10. Mampu mebuat posisi nyaman
11. Anjurkan rileks dan merasakan 11. Mampu untuk rileks dalam
sensi relaksasi nyaman
12. Anjurkan sering mengulangi atau 12. Merasakan sensi rileks dan
melatih teknik yang dipilih nyaman

49
Tabel 4.6 Implementasi dan evaluasi keperawatan
Nama pasien Ny. A Ruangan Seruni
Umur 50 tahun No. RM 84.97.57
Hari/tanggal 14 Juni 2022 Implementasi Hari ke-1

PENGKAJIAN IMPLEMENTASI EVALUASI


(S-O-A-P)
NO. PUKUL TINDAKAN FORMATIF (RESPON HASIL) SUMATIF (RESPON
DX PERKEMBANGAN)
Nyeri akut berhubungan I 10.00 1. Melakukan pengkajian nyeri 1. Pasien mengatakan Pukul: 13.00
dengan agen pencederaan secara komprehensif (P) : nyeri Post operasi Subjektif :
fisik I 10.30 2. Membuka jendela untuk membuat Kolelitiasis 1. Pasien mengeluh nyeri
sirkulasi udara (Q) : ditusuk-tusuk Objektif:
Subjektif : I 11.00 3. Mengatur posisi tempat tidur untuk (R): Abdomen 2. Pasien tampak meringis
1. Pasien mengeluh nyeri istirahat (S): Skala 7 22x/menit
pada bagian perut I 11.30 4. Menjelaskan strategi meredakan (T): ± 10 menit (hilang 3. Pasien tampak gelisah
kanan atas I 12.00 nyeri dengan cara tarik nafas timbul) 4. Pasien tampak ingin
2. Pasien mengeluh nyeri dalam 2. Pasien mengatakan nyaman istirhat
saat istirahat I 12.30 5. Mengajarkan teknik rileksasi napas dengan lingkungan sekitar 5. Pasien tampak
(P) : nyeri Post operasi dalam untuk mengurangi rasa 3. Pasien tampak istirahat sulit untuk
Kolelitiasis nyeri nyaman dengan posisi berbicara
(Q) : seperti ditekan 6. Memberikan injeksi obat sesuai terlentang, posisi tempat tidur Analisa:
(R): Abdomen terapi: (sekitar 20º) Nyeri akut Cukup meningkat
(S) : Skala 7 - santagesik (drip) 4. Pasien dan keluarga Planning:
(T) : ± 10 menit (hilang - Injeksi Omeprazole 40mg memahami prosedur 1. Melakukan pengajian nyeri
timbul) - Injeksi Ceftriaxone 1g pemantauan secara komprehensif
Objektif: 5. Pasien belum mampu 2. Membuka jendela untuk
1. Pasien tampak gelisah mengikuti terapi yang membuat sirkulasi udara
2. Pasien tampak meringis diberikan 3. Mengatur posisi tempat tidur
3. TTV 6. Obat masuk melalui untuk istirahat
4. Mengajarkan teknik rileksasi

50
TD: 130/80 mmHg intravena, tidak ada tanda- napas dalam mengurangi rasa
N: 90x/menit tanda alergi nyeri
RR: 22x/menit 5. Memberikan injeksi obat
S: 36,9℃ sesuai terapi:
- santagesik (drip)
Nyeri akut berada pada - Injeksi Omeprazole
level 4 (Cukup meningkat) 40mg
- Injeksi Ceftriaxone 1g
Planning :
SIKI : Manajemen nyeri

Gangguan rasa nyaman II 10.00 1. Memonitoring teknik relaksasi 1. Pasien mengatakan Subjektif :
berhubungan dengan gejala napas dalam mampu melakukan teknik - Pasien mengatakan
penyakit II 10.30 2. Melakukan TTV: frekuensi nadi, nafas dalam kurang nyaman
tekanan darah, dan suhu 2. TD: 120/80MmHg - Pasien megeluh mual
Subjektif : II 11.00 3. Memonitor respon terapi relaksasi N: 80x/menit Objektif:
II 11.30 4. Menjelaskan tujuan manfaat jenis S: 36,0º - Pasien tampak tidak
1. Pasien mengeluh relaksasi yang telah dilakukan 3. Pasien mengatakan rileks rileks
tidak nyaman II 12.00 5. Memberikan semi fowler 4. Pasien dan keluarga - Pasien tampak meringis
2. Pasien Mengeluh II 12.00 6. Menganrjurkan pasien rileks dan kooperatif Analisa:
mual
merasakan sensi relaksasi 5. Pasien terihar nyaman dengan Gangguan rasa nyaman Cukup
Objektif : II 12.30
7. Memberitahuakan untuk sering posisi semi fowler meningkat
1. Pasien tampak
gelisah mengulangi atau melatih teknik 6. Pasien mengatakan Planning:
2. Pasien tidak rileksasi merasakan rileks 1. Identifikasi teknik relaksasi
mampu rileks 7. Pasien dan keluarga melatih yang efektif digunakan
3. Pasien tampak terapi berulang 2. Periksa ketegangan otot,
meringis frekuensi nadi, tekanan
Gangguan rasa nyaman darah, dan suhu sebelum dan
berada pada level 4 (Cukup sesudah latihan
meningkat) 3. Monitor respon terhadap
terapi relaksasi

51
Planning : 4. Jelaskan tujuan manfaat,
SIKI : Terapi rileksasi batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia
5. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
6. Anjurkan rileks dan
merasakan sensi relaksasi
7. Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang
dipilih

52
Nama pasien Ny. A Ruangan Seruni
Umur 50 tahun No. RM 84.97.57
Hari/tanggal 15 Juni 2022 Implementasi Hari ke-2

PENGKAJIAN IMPLEMENTASI EVALUASI


(S-O-A-P)
NO. PUKUL TINDAKAN FORMATIF (RESPON SUMATIF (RESPON
DX HASIL) PERKEMBANGAN)
Nyeri akut berhubungan I 10.00 1. Melakukan pengajian nyeri secara 1. Pasien mengatakan Pukul: 13.00
dengan agen pencederaan komprehensif (P) : nyeri Post operasi Subjektif :
fisik I 10.30 2. Membuka jendela untuk membuat Kolelitiasis - Pasien mengeluh nyeri
sirkulasi udara (Q) : seperti ditusuk-tusuk berkurang
Subjektif : I 11.00 3. Mengatur posisi tempat tidur (R): Abdomen - Pasien mengatakan
1. Pasien mengeluh untuk istirahat (S) : Skala 5 nyeri saat istirahat
nyeri pada bagian I 11.30 4. Mengajarkan teknik rileksasi (T) : ± 10 menit (hilang tidak dirasakan lagi
perut kanan atas napas dalam mengurangi rasa timbul) Objektif:
2. Pasien mengeluh nyeri 2. Pasien mengatakan nyaman - Pasien tampak meringis
nyeri saat istirahat I 12.30 5. Memberikan injeksi obat sesuai dengan lingkungan sekitar 20x/menit
berkurang terapi: 3. Pasien tampak istirahat - Pasien tampak tenang
(P): nyeri Post - santagesik (drip) nyaman dengan posisi - Pasien tampak nyaman
operasi Kolelitiasis - Injeksi Omeprazole 40mg terlentang, posisi tempat tidur - Pasien tampak
(Q): seperti ditekan - Injeksi Ceftriaxone 1g (sekitar20º) sudah sedikit
(R): Abdomen 4. Pasien sudah mampu berbicara
(S): Skala 5 mengikuti terapi yang Analisa:
(T): ± 10 diberikan Nyeri akut Sedang
menit (hilang 5. Obat masuk melalui Planning:
timbul) intravena, tidak ada tanda- 1. Melakukan pengajian nyeri
tanda alergi secara komprehensif
Objektif: 2. Membuka jendela untuk
1. Pasien tampak membuat sirkulasi udara
gelisah 3. Mengatur posisi tempat tidur

53
2. Pasien tampak untuk istirahat
meringis 4. Mengajarkan teknik rileksasi
3. TTV napas dalam mengurangi
TD:120/80mmHg rasa nyeri
N: 85x/menit 5. Memberikan injeksi obat
RR: 20x/menit sesuai terapi:
S: 36,0℃ - santagesik (drip)
Analisa: Nyeri akut -
(Sedang)
Planning :
SIKI : Manajemen nyeri

54
Gangguan rasa nyaman II 10.00 1. Menanyakan apakah teknik 1. Pasien mengatakan mampu Subjektif :
berhubungan dengan gejala relaksasi mampu mengurangi melakukan teknik nafas 1. Pasien mengatakan
penyakit II 10.30 nyeri dalam nyaman berkurang
Subjektif : 2. Melakukan TTV: frekuensi nadi, 2. TD: 120/80MmHg Objektif:
1. Pasien mengeluh II 11.00 tekanan darah, dan suhu N: 82x/menit 2. Pasien tampak rileks
tidak nyaman II 11.30 3. Monitor respon terapi relaksasi S: 36,0º berkurang
berkurang 4. Menjelaskan tujuan manfaat jenis 3. Pasien mengatakan rileks Analisa:
Objektif : II 12.00 relaksasi yang telah dilakukan 4. Pasien dan keluarga Gangguan rasa nyaman Sedang
1. Pasien tampak II 12.00 5. Memberikan posisi nyaman kooperatif Planning:
gelisah berkurang 6. Menganrjurkan pasien rileks dan 5. Posisi semi fowler (sekitar 1. Monitor respon
2. Pasien tampak II 12.30 merasakan sensi relaksasi 30º) terhadap terapi relaksasi
meringis berkurang 7. Memberitahuakan untuk sering 6. Pasien mengatakan 2. Memberikan posisi nyaman
Gangguan rasa nyaman mengulangi atau melatih teknik merasakan rileks 3. Anjurkan rileks dan
(Sedang) rileksasi 7. Pasien dan keluarga melatih merasakan sensi relaksasi
Planning : terapi berulang 4. Menganjurkan sering
SIKI : Terapi rileksasi mengulangi atau melatih
teknik rileksasi

55
Nama pasien Ny. A Ruangan Seruni
Umur 50 tahun No. RM 84.97.57
Hari/tanggal 16 Juni 2022 Implementasi Hari ke-3
PENGKAJIAN IMPLEMENTASI EVALUASI
(S-O-A-P)
NO. PUKUL TINDAKAN FORMATIF (RESPON HASIL) SUMATIF (RESPON
DX PERKEMBANGAN)
Nyeri akut berhubungan I 10.00 1. Melakukan pengajian nyeri secara 1. Pasien mengatakan Subjektif :
dengan agen pencederaan komprehensif (P):- - Pasien mengeluh nyeri
fisik I 10.30 2. Membuka jendela untuk membuat (Q) :- berkurang
sirkulasi udara (R) :- Objektif:
Subjektif : I 11.00 3. Mengatur posisi tempat tidur untuk (S) : 4 - 20x/menit
1. Pasien mengeluh istirahat (T) :- - Pasien tidak sulit untuk
nyeri pada bagian I 11.30 4. Mengajarkan teknik rileksasi napas 2. Pasien mengatakan nyaman berbicara
perut kanan atas dalam mengurangi rasa nyeri dengan lingkungan sekitar Analisa:
berkurang I 12.30 5. Memberikan injeksi obat sesuai 3. Pasien tampak istirahat Nyeri akut Cukup menurun
(P) :- terapi: nyaman dengan posisi Planning:
(Q) :- - santagesik (drip) fowler, posisi tempat tidur Intervensi dihentikan pasien
(R) :- (sekitar 90º) pulang, Pasien kontrol tanggal 27
(S) : Skala 4. Pasien sudah mampu juni 2022
4 (T):- mengikuti terapi yang
Objektif: diberikan
1. Pasien tampak 5. Obat masuk melalui
gelisah cukup intravena, tidak ada tanda-
menurun tanda alergi
2. Pasien tampak
meringis cukup
menurun
3. TTV
TD: 130/90 mmHg

56
N: 90x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,2℃

Nyeri akut berada pada


level 2 (Cukup
menurun) Planning :
SIKI : Manajemen nyeri

57
Gangguan rasa nyaman II 10.00 1. Monitor respon terhadap terapi 1. Pasien mengatakan rileks Subjektif :
berhubungan dengan gejala relaksasi 2. Posisi fowler (sekitar 90º) - Pasien mengatakan
penyakit II 10.30 2. Memberikan posisi nyaman sudah nyaman untuk duduk nyaman
Subjektif : II 11.00 3. Anjurkan rileks dan 3. Pasien mengatakan merakan -
merasakan sensi relaksasi rileks Objektif:
1. Pasien mengeluh II 11.30 4. Menganjurkan sering mengulangi 4. Pasien dan keluarga melatih - Pasien tampak sangat
tidak nyaman atau melatih teknik rileksasi terapi berulang rileks
berkurang Analisa:
Gangguan rasa nyaman Cukup
Objektif : menurun
1. Pasien tampak Planning:
gelisah Intervensi dihentikan pasien
2. Pasien tidak pulang, Pasien kontrol tanggal 27
mampu rileks juni 2022
3. Pasien tampak
meringis
Nyeri akut berada pada
level 2 (Cukup
menurun) Planning :
SIKI : Terapi rileksasi

58
59

B. PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pasien datang IGD RSUD Dr. M. yunus Kota Bengkulu pada hari
Minggu 12 Juni 2022 pukul 20:15 WIB. Pasien datang dengan keluhan
nyeri ulu hati dan perut bagian atas kanan tembus ke punggung yang
dirasakan 4jam setiap saat, BAB dempul, seluruh badan kuning sejak 1
bulan yang lalu, urine kuning, mulut terasa asam, pasien tidak nafsu
makan, mual tapi tidak muntah, Pada saat masuk rumah sakit pada
tanggal keadaan umum baik, kesadaran composmentis, GCS 15, TD:
130/80 mmHg, N: 90x/menit, RR: 22x/menit S: 36,9℃, SPO2 99%. Di
dapatkan data: pasien tampak meringis, gelisah mengeluh nyeri di daerah
abdomen di inpeksi perut sedikit membesar, palpasi abdomen terasa
keras ada nyeri tekan tekan, temperature teraba dingin, ada kesulitan
dalam bergerak pada bagian ekstremitas atas, ada nyeri pada tulang.
Faktor pencetusnya disebabkan oleh setelah lebaran pasien nyeri ulu hati
dan perut bagian atas kanan tembus ke punggung yang dirasakan 4 jam
setiap saat, BAB dempul, seluruh badan kuning, urine kuning, mulut
terasa asam, pasien tidak nafsu makan, mual tapi tidak muntah. Dan
dibawa ke Puskesmas dan diberikan obat. Dan pada tanggal 23 mei
dibawak ke RSUD Rejang Lebong rawat inap 4 hari. Dan dirujukan ke
Pada saat di kaji tanggal 14 Juni 2022 mengatakan abdomen setelah
operasi masih terasa nyeri, namun rasa nyeri telah berkurang. Ny. A
mengatakan nyeri di area abdomen, (P): nyeri Post operasi Kolelitiasis,
(Q): seperti ditusuk-tusuk, (R): Abdomen, (S): Skala 7, (T): ± 10 menit
(hilang timbul). Pemeriksaan fisik didapatkan hasil terdapat 1 data yang
tidak dialami oleh pasien, yaitu kesulitan berbicara. Kesulitan berbicara
tidak dialami pasien karena dari hasil pengukuran skala nyeri
menggunakan instrumen skala numerik diperoleh skala 7 (sangat berat)
dimana pasien kesulitan berbicara. Penggunaan skala ini dimulai dengan
cara menentuka angka dari 0-10.
60

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala
yang dirasakan oleh Ny. A. Diagnosa keperawatan pertama yang muncul
pada masalah Ny. A yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen
penceferaan fisik dengan data subjektif pasien mengeluh mengatakan
abdomen setelah operasi masih nyeri. Ny. A mengatakan nyeri di area
abdomen, (P): nyeri Post operasi Kolelitiasis, (Q): seperti ditusuk-tusuk,
(R): Abdomen, (S): Skala 7, (T): ± 10 menit (hilang timbul) dan data
objektif pasien terlihat pasien tampak meringis dan gelisah 130/80 mmHg,
N: 90x/menit, RR: 22x/menit S: 36,9℃, SPO2 99%. Diagnosa
keperawatan kedua yang muncul pada masalah Ny.A yaitu Gangguan rasa
nyaman berhubungan dengan Gejala penyakit dengan data subjektif
pasien mengeluh pasien mengeluh tampak tidak nyaman setelah pos op
setiap saat dan data objektif, pasien tampak meringis, tampak tak nyaman.
Diagnosa ini ditegakkan karena terhadap masalah kesehatan. (PPNI T. P.,
2017)
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan
perawat direncanakan pada kasus Ny. A sesuai diagnosa keperawatan
yang mengacu pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari
PPNI 2018. Untuk membuat intervensi yang disusun berdasarkan diagnosa
Nyeri akut berhubungan dengan agen penceferaan fisik dan manajemen
nyeri, Pada masalah Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Gejala
penyakit adalah terapi rileksasi. Yang bertujuan untuk melihar respon hasil
dari asuhan keperawatan.
4. Implementasi Keperawatan
Setelah menyusun rencana keperawatan, kemudian dilanjutkan dengan
melakukan tindakan keperawatan atau implementasi yang mengacu pada
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dari PPNI 2019.
Penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari yaitu pada
pasien Ny. A mulai tanggal 14 Juni 2022 sampai dengan tanggal 16 Juni
61

2022. Implementasi yang dilakukan adalah manajemen nyeri implementasi


dengan fokus tindakan diagnosa pertama intervensi yang direncanakan
adalah manajemen nyeri dengan fokus tindakan Observasi, terapeutik,
edukasi dan kolaborasi: mengidentifikasi karakteristik nyeri, memberikan
terapi nonfarmakologis relaksasi, Jelaskan strategi nyeri dan kolaborasi
pemberian terapi analgetik. Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari
skala nyeri berkurang dimana pada hari pengkajian terdapat nyeri dengan
skala 7 sudah berkurang menjadi skala 4. Pada diagnosa kedua penulis
melakukan implementasi serta untuk diagnosa kedua intervensi terapi
reliksasi dengan fokus tindakan Observasi dan edukasi: identifikasi teknik
rileksasi yang efektif digunakan, periksa ketegangan otot, monitor respon,
jelaskan tujuan, dan anjurkan rileks. Tindakan teknik nafas dalam baru
bisa dilakukan pada hari ke 2 yaitu pada tanggal 15 Juni 2022 dikarenakan
Ny. A baru sudah melakuikan operasi laparatomi pada hari pertama.
Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari pasien tampak nyaman, pasien
tampak rileks. Hal ini sejalan dengan penelitian nurun niah 2019 dengan
judul penerapan terapi reliksasi nafas dalam untuk mengurangi skala nyeri
pada pasien post operasi kolelitiasis (laparaskopi), pada gangguan rasa
nyeri mempengaruhi rasa nyaman pada pasien dan dapat dipulihkan
dengan melakukan teknik reliksasi nafas dalam dini secara bertahap,
sehingga pasien dapat mudah merasakan sensasi rileksasi tersebut.
Selama melakukan implementasi, penulis menemukan faktor
pendukung keberhasilan tindakan pada Ny. A yaitu pasien dan keluarga
sangat kooperatif selama tindakan serta kerjasama terjalin baik dengan
perawat ruangan, data medis dari dokter dan catatan keperawatan
didapatkan dengan baik sehingga pelaksanaan keperawatan dapat berjalan
lancar.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan, pada
tahap ini dapat diketahui apakah tujuan dalam proses keperawatan sudah
tercapai atau belum , dengan menggunakan dua jenis evaluasi yaitu
62

evaluasi proses atau formatif dan evaluasi hasil atau sumatif.(Hutahaean,


2010). Menurut evaluasi keperawatan pada hari ketiga 16 Juni 2022
masalah Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik berhasil
cukup menurun dengan kriteria mengeluh nyeri cukup menurun, meringis
tidak ada, sikap protektif tidak ada, gelisah tidak ada, kesulitan tidur tidak
ada dan Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
berhasil cukup menurun dengan kriteria hasil perubahan kondisi Ny. A
yang ditandai dengan pasien mengeluh nyaman cukup menurun , gelisah
tidak ada, lelah tidak ada, merintih tidak ada. Hal ini dapat tercapai karena
pasien kooperatif dalam menjalankan intervensi yang telah di rencanakan
oleh perawat.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Pengkajian

Hasil pengkajian pasien didapatkan Pada saat dilakukan pengkajian


pada tanggal 14 Juni 2022, Ny. A mengatakan abdomen setelah operasi
masih terasa nyeri, namun rasa nyeri telah berkurang. Ny. A mengatakan
nyeri di area abdomen, (P): nyeri Post operasi Kolelitiasis, (Q): seperti
ditekan, (R): Abdomen, (S): Skala 7, (T): ± 10 menit (hilang timbul). GCS
15, TD: 130/80 mmHg, N: 90x/menit, RR: 22x/menit S: 36,9℃, SPO2
99%. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan SGOT 188 u/l, SGPT 36
u/l dan haemoglobin 9,1 g/dl. Pasien juga mengeluh tidak nyaman di
daerah perut, pasien mengeluh mual setelah post operasi. Pasien tidak
mampu rileks, tampak gelisah, tampak meringis
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur invasif). dan diagnosa
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang direncakan pada diagnosa pertama intervensi yang
direncanakan adalah manajemen nyeri dengan fokus adalah manajemen
nyeri dengan fokus tindakan Observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi:
mengidentifikasi karakteristik nyeri, memberikan terapi nonfarmakologis
relaksasi, Jelaskan strategi nyeri dan kolaborasi pemberian terapi
analgetik. Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari skala nyeri berkurang
dimana pada hari pengkajian terdapat nyeri dengan skala 7 sudah
berkurang menjadi skala 4. Pada diagnosa kedua penulis melakukan
implementasi serta untuk diagnosa kedua intervensi terapi reliksasi dengan
fokus tindakan Observasi dan edukasi: identifikasi teknik rileksasi yang
efektif digunakan, periksa ketegangan otot, monitor respon, jelaskan
tujuan, dan anjurkan rileks.

63
64

4. Implementasi Keperawatan
Tindakan observasi mengidefikasi karakteristik nyeri, kolaborasi
pemberian terapi analgetik. terapeutik memberikan terapi nonfarmakologis
relaksasi nafas dalam. Tindakan edukasi menganjurkan melapor jika
mengalami keluhan saat ketika nyeri di abdomen. Selain itu, perlu
dilaksanakan tindakan kolaborasi bersama tenaga kesehatan lain.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi pada hari ketiga semua indikator telah berhasil
dicapai sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan standar
intervensi yang telah disusun tersebut dengan pendokumentasian evaluasi
keperawatan menggunakan format evaluasi formatif dan sumatif. Penulis
berhasil melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman nyeri pada pasien Post op kolelitiasis.
B. Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Intervensi yang disusun penulis dalam karya tulis ilmiah ini bisa menjadi
suatu pedoman yang dapat dimanfaatkan oleh pasien dan keluarga
sehingga dapat mengidentifikasi nyeri dan melakukan terapi napas dalam
secara mandiri.
2. Bagi Perawat
Karya tulis ilmiah ini sebaiknya dapat digunakan perawat sebagai
wawasan tambahan dan acuan intervensi yang dapat diberikan pada pasien
Post op Kolelitiasis dengan gangguan rasa nyaman nyeri. Perawat
hendaknya dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
dan menyeluruh serta mempratikan teknik relaksasi dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman nyeri pada pasien Post Op Kolelitiasis.
3. Bagi Institusi Pendidikan
a. Dosen
Diharapkan dosen melatih dan mendampingi mahasiswa dalam
melaksanakan pengkajian, pengembangan intervensi yang dapat
dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien Post
65

Op Kolelitiasis dan lebih sering membahas kasus-kasus lapangan


seperti ini saat pembelajaran teoritis.
b. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mempelajari lebih dalam mengenai pengkajian
dan memperluas wawasan tentang pengembangan intervensi dalam
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien Post Op Kolelitiasis.
66

DAFTAR PUSTAKA

Andriyan, J. T. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Open


Cholesistektomy per Laparatomy Atas Indikasi Kolelitiasis Dengan Nyeri
Akut di Ruang Bedah 3A RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana Bandung.
AZ, R., Tarwiyah, T., & Maulani, M. (2022). Pengaruh Teknik Relaksasi
Genggam Terhadap Skala Nyeri Pasien Post Operasi. JINTAN: Jurnal Ilmu
Keperawatan, 2(1), 27–32. https://doi.org/10.51771/jintan.v2i1.216
Cahya, M., Toana, F., Rayhana, E., Fisika, J., Institut, F., Dan, S., & Nasional, T.
(2015). Bfk-07 : Sudut Pandang Kolelitiasis ( Batu Empedu ) Manusia
Berdasarkan Ilmu Material. Sudut Pandang Kolelitiasis ( Batu Empedu )
Manusia Berdasarkan Ilmu Material, 1(1), 271–273.
Febyan, F., Singh Dhilion, H. R., Ndraha, S., & Tendean, M. (2017). Karakteristik
Penderita Kolelitiasis Berdasarkan Faktor Risiko di Rumah Sakit Umum
Daerah Koja. Jurnal Kedokteran Meditek, 23(63), 50–56.
http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/view/1565
Gobel, M. (2016). Peran Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Di
Pelayanan Kesehatan.
Hamarno, R., Ciptaningtyas, M. D., & H, M. H. (2017). Deep Breathing Exercise
(DBE) dan Tingkat Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi.
Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan), 3(1), 31.
https://doi.org/10.31290/jkt.v(3)i(1)y(2017).page:31-41
Hasanah, U., Penyakit, M., & Empedu, B. (2015). MENGENAL PENYAKIT
BATU EMPEDU Uswatun Hasanah. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 13,
28–35.
Littlefield, A., & Lenahan, C. (2019). Cholelithiasis: Presentation and
Management. Journal of Midwifery and Women’s Health, 64(3), 289–297.
https://doi.org/10.1111/jmwh.12959
Rahayu, P. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi
Cholesistektomi Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di RSUD dr.
67

Soekardjo Tasikmalaya.
Saputro, D., & Sani, F. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
Pembedahan Cholelitiasis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan
Nyaman. Jurnal Keperawatan, 23(1), 6.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
Utami, R. N., & Khoiriyah, K. (2020). Penurunan Skala Nyeri Akut Post
Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon. Ners Muda, 1(1), 23.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.5489
LAMPIRAN
Nama lengkap : Azelya Putri Alessandra
Tempat/tanggal lahir : Muara Enim, 19-09-2000
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : JL. Kopel tangsi No. 157, RT/RW: 002/004,
Kel/Desa: Pasar Dua, Kecamatan: Muara
Enim Kabupaten: Muara Enim, Sumatra
Selatan
Nama orang tua
Ayah : Yus Asril
Ibu : Neneng Hamidah
Alamat Email : alessandraputri19@gmail.com
Judul Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Nyaman Nyeri Pada Pasien Post op
Kolelitiasis di RSUD M. Yunus Kota
Bengkulu Tahun 2022
Riwayat Pendidikan : 1. TK Bhayakari Muara Enim
2. SD Negeri 6 Muara Enim
3. SMP Negeri 1 Muara Enim
4. SMA Negeri 2 Muara Enim
DOKUMENTASI
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


No. Dok : KDM I Tgl. Diterbitkan : Februari Paraf :
Jur.Kep/II/2017 2017 Ketua Jurusan
No. Revisi : 04 Hal :
FORMAT PENCAPAIAN KOMPETENSI
MENGAJARKAN TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK
MENGURANGI NYERI
N Butir Evaluasi dilakukan Tdk K
O dilakukan E
T
1 0
A PERSIAPAN

1. Pesiapan Pasien :
Lakukan Informed Concent
2. Persiapan Lingkungan
Atur lingkungan Senyaman Mungkin , tenang, cukup
cahaya dan terjaga Privacy
3. Persiapan Petugas
Perawat cuci tangan (Gunakan Sarung tangan sesuai
Indikasi / Keadaan Pasien)
B PELAKSANAAN TINDAKAN
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin dan sesuai
indikasi (Posisi pasen diatur sedemikian rupa agar
rileks,diupayakan agar tidak ada bagian tubuh
menerima beban anggota tubuh yang lain.posisi dapat
duduk atau berbaring telentang)
5. Tanyakan skala nyeri yang dirasakan pasien

6. Instruksikan agar pasen menghirup napas dalam


melalui hidung sehingga rongga paru berisi udara
yang bersih, kemudian menghembuskannya melalui
mulut
7. Minta pasien untuk kembali dengan irama normal
beberapa saat sekitar 1-2 menit
8. Minta kembali pasien mengambil nafas dalam melalui
hidung sambil membayangkan udara masuk ke
seluruh tubuh kemudian menghembuskannya melalui
mulut
9. Setelah pasen merasa rileks,perlahan-lahan irama
pernapasan di tambah.gunakan pernapasan dada atau
abdomen.bila frekuansi nyeri bertambah,gunakan
pernapasan dangkal dengan frekuensi yang lebih cepat
10. Tanyakan kembali skala nyeri setelah melakukan
relaksasi nafas dalam
11. Rapikan pasien dan perawat cuci tangan
12. Catat hasil tindakan
OUTPUT
Pasien merasa rileks,nyeri berkurang, ekspresi wajah
tidak tegang
PENGKAJIAN NYERI

P ( Pemicu) : Apakah yang menyebabkan rasa nyeri?


Q (Quality) : Bisakah jelaskan rasa nyeri? Ditusu-tusuk
R (Regional) : Apakah menyebar atas satu titik?
S (Skala) : Berapa angka rasa nyeri? 1-10
T (Time) : Kapan rasa nyeri itu mucul? Kadang-kadang,

Anda mungkin juga menyukai