Anda di halaman 1dari 8

1

13. Tes Diagnostik

a. Laboratorium

b. Foto Rontgen

14. Terapi Saat Ini (ditulis dengan rinci)

15. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang,

sebagai akibat dari masalah kesehatan. Adapun diagnosa keperawatan pada

klien dengan Pneumonia menurut Anisa (2019) adalah :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

secret (SDKI. D.0001)

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi (SDKI. D.0005)

c. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan

(SDKI. D.0023)

d. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi alveoli (SDKI. D.0130)

e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakefektifan

pertukaan gas di alveoli (SDKI. D.0003)

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen (SDKI. D.0056)

g. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua

tentang perawatan anak (SDKI. D.0080)


Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif (I.01006)
tidak efektif keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi
berhubungan dengan masalah bersihan jalan napas 1. Identifikasi kemampuan
penumpukan secret tidak efektif dapat teratasi dengan batuk
kriteria hasil : 2. Monitor adanya retensi
1. Batuk efektif membaik sputum
2. Produksi sputum menurun 3. Monitor tanda dan gejala
3. Ronkhi menurun infeksi saluran napas
4. Sianosis membaik 4. Monitor input dan output
5. Frekuensi napas membaik cairan (mis. Jumlah dan
6. Pola napas membaik karakteristik)
Terapeutik
1. Atur posisi semi fowler
2. Buang sekret pada
tempatnya
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2. Anjurkan teknik relaksasi
napas dalam
3. Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3x
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran jika perlu
2 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan (I.01011)
hiperventilasi masalah pola napas tidak efektif Observasi
dapat teratasi dengan 1. Monitor pola napas
kriteria hasil : (ferkuensi, kedalaman,
1. Ventilasi semenit upaya napas)
meningkat 2. Monitor bunyi napas
2. Pernapasan cuping hidung tambahan (mis. Mengi,
menurun gurgling, wheezing,
3. Frekuensi napas membaik ronkhi)
4. Kedalaman napas 3. Monitor sputum (jumlah,
membaik warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan
jalan napas
2. Posisikan semi-fowler atau
fowler, jika perlu
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
6. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilaor, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3 Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan (I. 03116)
kehilangan cairan masalah hipovolemia teratasi Observasi
berlebihan dengan kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejala
1. Kekuatan nadi meningkat hipovolemia
2. Turgo kulit meningkat 2. Monitor intake dan output
3. Dispnea menurun cairan
4. Suara napas tambahan Terapeutik
menurun 1. Hitung kebutuhan cairan
5. Perasaan lemah menurun 2. Berikan posisi modified
6. Suhu tubuh membaik trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak
cairan oral
2. Anjurkan menghindari
posisi mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan hipotonis (mis,
glukosa 2,55, NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis,
albumin, plasmanate)
4 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan (I.15506)
proses inflamasi alveoli masalah hipertermia teratasi Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Identefikasi penyebap
1. Mengigil menurun hipertermia (mis,
2. Pucat menurun dehidrasi, terpapar
3. Takikardia menurun lingkungan panas,
4. Takipnea menurun penggunaan inkubator
5. Hipoksia menurun 2. Monitor suhu tubuh
6. Suhu tubuh menurun 3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Berikan cairan oral
4. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering
5. Lakukan pendinginan
eksternal (mis, selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher)
6. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
7. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
5 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
gas berhubungan keperawatan 3x24 jam diharapkan (I.01014)
dengan masalah gangguan pertukaran gas Observasi
ketidakefektifan teratasi dengan kriteria hasil : 1. Monitor frekuensi irama
pertukaan gas di alveoli 1. Pola napas membaik kedalaman dan upaya
2. Sianosis membaik napas
3. Bunyi napas tambahan 2. Monitor pola napas
menurun 3. Monitor kemapuan batuk
4. Gelisah menurun efektif
4. Monitor adanya produksi
sputum
5. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
6. Auskultasi bunyi napas
7. Monitor saturasi oksegen
8. Monitor nilai AGD
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan jika perlu
6 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan (I.05178)
ketidakseimbangan masalah intoleransi aktivitas Observasi
antara suplai dan teratasi dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi gangguan
kebutuhan oksigen 1. Frekuensi nadi meningkat fungsi tubuh yang
2. Saturasi oksigen mengakibatkan kelelahan
meningkat 2. Monitor kelelahan fisik
3. Frekuensi napas membaik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah
stimulus (mis, cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/ aktif
3. Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
7 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
dengan kurangnya keperawatan 3x24 jam diharapkan (I.09314)
pengetahuan orang tua masalah ansietas teratasi dengan Observasi
tentang perawatan kriteria hasil : 1. Identifikasi saat tingkat
anak 1. Verbalisasi kebingungan ansietas berubah (mis,
menurun kondisi waktu dan
2. Verbalisasi khawatir stressor)
akibat kondisi yang 2. Identifikasi kemampuan
dihadapi menurun mengambil keputusan
3. Perilaku gelisah menurun 3. Monitor tanda-tanda
4. Perilaku tegang menurun ansietas
5. Konsentrasi membaik Terapeutik
6. Pola tidur membaik 1. Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
1. Jelaskan prosedur
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis pengobatan dan
prognosis
3. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
4. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
DAFTAR PUSTAKA

Agustyana. 2019. Hubungan kondisi fisik rumah dengan kejadian pneumonia


pada balita di daerah perkotaan.Jurnal Kesehatan Masyarakat
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019. diakses melalui
http://ejournal3.undip.ac.id/indeks.php//jkm pada tanggal 28
januari 2020
Anwar, A. & Dharmayanti, I. 2014. ‘’Pneumonian pada Anak Balita di
Indonesia’’ jurnal kesehatan masyarakat Nasional vol.8, hal 359-
360
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2018. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Efenddy, C. & Niluh, G.Y. 2010. Keperawatan medical bedah klien dengan
gangguan system pernapasan. Jakarta:buku kedokteran EGC.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.

Maidarti, 2014. Upaya Mempertahankan Bersihan Jalan Nafas


dengan Fisioterapi Pada Anak Pneumonia.

Manurung, S. 2009. Gangguan system pernafasan akibat infeksi, Jakarta:


kementrian kesehatan RI 2015.

Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit


Dalam. Yogyakarta:Nuha Medika.

Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Jakarta:Salemba Medika

Oktiawati, A. & Julianti, E. 2019. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan
Anak. Jakarta:Trans Info Media.

Puspasari, S.F.A. 2019. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem pernapasan. Yogyakarta:Pustaka Baru Press.

Ridha. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Somantri, I. 2012. Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem


pernapasan.Jakarta:Salemba Medika.

Tim Pokja. SDKI DPP PPNI, (2016), Standar diagnosis keperawatan indoensia (SDKI),

Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja. SIKI DPP PPNI, (2016), Standar diagnosis keperawatan indoensia (SIKI),

Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja. SLKI DPP PPNI, (2016), Standar diagnosis keperawatan indoensia (SLKI),

Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai