TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Apendisitis
Apendisitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi.
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendisitis disebut juga
umbai cacing. Apendiks merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan yang
paling umum ditemukan dan yang paling sering dikeluhkan abdomen yang akut.
2. Penyebab Apendisitis
ulserasi pada mukosa, obstruksi pada colon oleh fecalit ( feses ysng keras ),
faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan
cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan terdapat pula penyebab yang
dapat menimbulkan apendisitis yaitu erosi mukosa apendiks karena parasit seperti
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
(PPNI, 2016). Nyeri seringkali dikaitkan dengan kerusakan pada tubuh yang
potensial. Nyeri adalah bentuk suatu rasa sensorik ketidaknyamanan yang bersifat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam
Menurut ( PPNI, 2016) beberapa penyebab terjadinya nyeri akut seperti agen
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis akibat
9
peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut menimbulkan mucus
ulserasi mukosa pada saat inilah terjadi apendiditis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium.
Sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersebut akan
disebut dengan apendisitis sukuratif akut. Aliran arteri terganggu akan terjadi
infark dinding apendiks yang diikuti dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding
Semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut
panjang maka dinding apendik lebih pendek, keadaan tersebut ditambah dengan
sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan
10
5. Tanda dan gejala nyeri akut
Pasien dengan nyeri akut memiliki tanda dan gejala mayor maupun minor
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur.
2) Secara objektif nyeri akut ditandai dengan tekanan darah meningkat, pola
napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri,
Secara spesifik tanda gejala nyeri akut pada pasien apendisitis menurut (Wijaya
& Putri, 2013) tanda dan gejala nyeri akut yang muncul data subyektif seperti
kembung, tidak nafsu makan, demam, tungkai kanan tidak dapat diluruskan , diare
atau konstipasi, data obyektif seperti nyeri tekan di titik mc.burney, spasme otot,
takikardi, takipnea, pucat, gelisah, bising usus berkurang atau tidak ada, demam
38-38,5°c.
Persepsi individu terhadap nyeri di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
(Andarmoyo, 2013) :
11
a. Usia
Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur
mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau petugas kesehatan. Pada sebagian
disebabkan mereka takut akan tindakan perawatan yang harus mereka terima
nantinya.
b. Jenis kelamin
(menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh
menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama).
c. Kebudayaan
Sejak dini pada masa kanak-kanak, individu belajar dari sekitar mereka respon
nyeri yang bagaimana yang dapat diterima atau tidak diterima. Latar belakang
lebih memilih menahan perasaan mereka dan tidak ingin merepotkan orang lain
d. Makna nyeri
12
mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi
e. Perhatian
f. Ansietas
Ansietas seringkali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaman yang tidak
percaya bahwa mereka mampu mengontrol nyeri yang mereka rasakan akan
mengalami peurunan rasa takut dan kecemasan yang akan menurunkan persepsi
nyeri mereka.
g. Keletihan
nyeri. Rasa kelelahan akan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
h. Pengalaman sebelumnya
Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri individu dan
serangkaian nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat maka
ansietas atau bahkan rasa takut akan muncul. Dan, apabila individu mengalami
nyeri dengan jenis yang sama berulang-ulang tetapi kemudian nyeri tersebut
13
dengan berhasil dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk
i. Gaya koping
asuhan keperawatan dalam upaya mendukung klien dan mengurangi nyeri sampai
tingkat tertentu
orangorang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Individu
yang mengalamai nyeri sering kali bergantung pada anggota keluarga atau teman
tetap klien rasakan, kehadiran orang yang dicintai klien akan meminimalkan
kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga atau teman seringkali
berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuraan nyeri dengan pendekatan
objektif yang paling mungkin dilakukan adalah melalui respon fisiologi tubuh
14
terhadap nyeri itu sendri. Penilaian nyeri akut pada post operasi apendiktomi sama
dengan nyeri pada umum nya .Penilaian terhadap intensitas nyeri dapat dilakukan
lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, pasien
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala ini efektif untuk digunakkan
Keterangan :
0 : tidak nyeri
7-9 : nyeri berat secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti
15
C. Asuhan Keperawatan Pada Post Operasi Apendisitis Dengan Nyeri Akut
1. Pengkajian Keperawatan
sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012). Pada klien dengan nyeri akut dalam
mengkaji data mayor dan minor yang tercantum dalam buku Standar Diagnosa
tidur). Tanda dan gejala minor diantaranya yaitu obyektif (tekanan darah
meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu,
2. Diagnosa Keperawatan
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
16
Penelitian ini memfokuskan diagnosa keperawatan nyeri akut. Diagnosa
keperawatannya jika diuraikan dalam PES, maka akan menjadi P (problem): nyeri
agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan), agen pencedera fisik
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, diaforesis (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
Tabel 1
Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi Dengan Nyeri
Akut
Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Standar Diagonosis Keperawatan Indonesia, 2016
17
3. Perencanaan Keperawatan
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan. (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018a) Selama
tim kesehatan lain, modifikasi asuhan keperawatan dan catat informasi yang
klinik. Tujuan dan kriteria hasil untuk masalah nyeri akut mengacu pada standar
meliputi kondisi, perilaku, atau persepsi pasien, keluarga atau komunitas sebagai
Tabel 2
Perencanaan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi Dengan Nyeri
Akut
Diagnosa Keperawatan Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SLKI)
1 2 3
Nyeri Akut berhubungan 1. Tingkat nyeri menurun Manajemen nyeri
dengan agen pencedera Dengan kriteria hasil : a Observasi :
fisik (prosedur operasi) a. Keluhan nyeri 1. Identifikasi lokasi,
ditandai dengan menurun karakteristik, durasi,
mengeluh nyeri, tampak b. Meringis menurun frekuensi, kualitas,
meringis, bersikap c. Tidak bersikap intensitas nyeri
protektif (misalnya protektif 2. Identifikasi respon
waspada, posisi d. Tidak gelisah nyeri non verbal
menghindari nyeri), e. Kesulitan tidur 3. Identifikasi faktor yang
gelisah, frekuensi nadi menurun memperberat dan
meningkat, sulit tidur, f. Frekuensi nadi memperingan nyeri
tekanan darah meningkat, membaik 4. Identifikasi
pola napas berubah, nafsu g. Melaporkan nyeri pengetahuan dan
makan berubah, proses terkontrol keyakinan nyeri
berpikir terganggu, h. Kemampuan 5. Identifikasi pengaruh
menarik diri mengenali onset budaya terhadap
nyeri meningkat respon nyeri
18
i. Kemampuan 6. Identifikasi pengaruh
mengenali nyeri terhadap kualitas
penyebab nyeri 7. Monitor keberhasilan
meningkat terapi komplementer
j. Kemampuan yang sudah diberikan
menggunakan 8. Monitor efek samping
teknik non penggunaan analgetik
farmakologis b. Terapeutik :
meningkat 1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
(misalnya akupresure,
terapi pijat, kompres
hangat/dingin).
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (misalnya
suhu ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur)
D. Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
E. Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
Sumber : (Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia) & (Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia)
4. Implementasi Keperawatan
bagian dari proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dalam asuhan keperawatan dilakukan dan
19
diselesaikan (Potter & Perry, 2010). Terdapat berbagai tindakan yang bisa
2013). Pelaksanaan implementasi nyeri akut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
meliputi :
nyeri
20
5. Evaluasi keperawatan
keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif
dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon (jangka panjang)
kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau
disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera
Metode SOAP ini merupakan salah satu metode yang terdiri dari S (subjektif)
yaitu informasi berupa ungkapan atau perasaan yang didapat dari pasien setelah
(assesment) yaitu membandingkan antara data subjektif dan data objektif yang
Evaluasi keperawatan untuk nyeri akut diuraikan dalam SOAP maka akan
: meringis menurun ( skala 5), sikap protektif menurun (skala 5), gelisah menurun
(skala 5), kesulitan tidur menurun (skala 5), menarik diri menurun (skala 5),
berfokus pada diri sendiri menurun (skala 5), diaforesis menurun (skala 5),
21
perasaan depresi menurun (skala 5), perasaan takut mengalami cedera berulang
menurun (skala 5), anoreksia menurun (skala 5), perineum terasa tertekan
menurun (skala 5), uterus teraba membulat menurun (skala 5), ketegangan otot
menurun (skala 5), pupil dilatasi menurun (skala 5), muntah menurun (skala 5),
mual menurun (skala 5), pola napas membaik (skala 5), tekananan darah membaik
(skala 5), proses berfikir membaik (skala 5). A (asessment) : masalah bisa teratasi
22