Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU PADA ANAK


MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH :
LIANI SUMARNI : 433131420118174
NANI SURYANI : 433131420118176
LITA WIATI : 433131420118172
ENDANG SULASTRI : 433131420118150
HERNI DEWI M : 433131420118152

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STRATA I


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA KARAWANG
Jl. Pangkal Perjuangan Km 1 By Pass Karawang 41316
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jumlah kasus penyakit TB Paru pada anak mengalami perkembangan pesat
terutama pada tahun 2014 .Negara Indonesia menjadi salah satu negara yang
sebenarnya memiliki proporsi jumlah penderita TB anak yang ternotifikasi
dalam batas normal yaitu sebesar 8 – 11 % , tetapi jika dilihat lebih jauh untuk
tingkat provinsi sampai fasilitas pelayanan kesehatan maka data penderita TB
paru anak di Indonesia memperlihatkan variasi proporsi yang cukup lebar yaitu
sebesar 1,80 – 15,90 % .Untuk menangani permasalahan TB paru anak yang
sudah banyak terjadi di berbagai negara maka sudah dilakukan gebrakan
dengan menerbitkan berbagai panduan tingkat global yang dikeluarkan WHO
dan sudah mulai diadopsi oleh berbagai negara di dunia termasuk Indonesia
(Kemenkes RI, 2016)

Prevalensi kejadian Tb berdasarkan diagnosis menujukkan angka 4% dari


jumlah penduduk , hal ini memperlihatkan bahwa dari setiap 100.000
penduduk yang ada di indonesia ternyata terdapat 400.00 orang yang telah
didiagnosis menderita TB oleh tenaga kesehatan .Salah satu upaya yang
dilakukan kementrian kesehatan RI untuk mengendalikan penyakit TB paru
yaitu dengan melakukan pengobatan namun berdasarkan data kemenkes RI
tahun 2013 menunjukan bahwa dari sebanyak 194.853 orang menderita TB
Paru di Indonesia dan tingkat kesembuhan untuk pasien TB Paru hanya
sebanyak 161.365 ( 82,80 % ) dengan pengobatan lengkap hanya sebanyak
14.964 kasus ( 7.70 % ) ( kemenkes RI 2013 )

Penularan bakteri ketika pasien Tb paru mengalami batuk atau bersin sehingga
bakteri mycobacterium Tuberculosisi juga tersebar ke udara dalam bentuk
percikan dahak atau droplet yang dikeluarkan penderita TB paru .Jika Tb Paru
sekali mengeluarkan batuk maka akan menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak dan percikan dahak tersebut telah mengandung bakteri mycobacterium
Tuberculosis . Pasien suspek TB paru mengalami gejala batuk 48 kali /
malam akan menginfeksi 28 % dari orang yang kontak dengan pasien yang
suspek Tuberculosis Paru( kemenkes 2016 ).

Data Riset kesehatan dasar ( riskesdas ) tahun 2013 menyebutkan bahwa TB


Paru telah didiagnosisi pada kelompok umur < 1 tahun sebesar 2 % ,
kelompok umur 1-4 tahun sebesar 4%, kelompok umur 5- 14 tahun sebesar
0,30 % sedangkan pada kelompok umur orang dewasa lainnya juga
menunjukan prevalensi yang sama sedesar 3% . hasil penelitian Riskesdas
tahun 2013 juga memperlihatkan bahwa terjadi suatu masalah kesehatan
terbaru terkait kejadian TB paru yang sudah menyerang kelompok umur anak
anak dan balita ( kemenkes RI , 2013 ) jawa Barat sebanyak 33.400
penderita Tb Paru kemudian diikuti jawa timur yaitu sebanyak 23.703
penderita Tb Paru dan provinsi sumatra utara juga memiliki jumlah proporsi
BTA ( + ) yang tinggi sebanyak 16. 930 penderita TB paru ( Kemenkes RI ,
2016 ).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan di Karawang, penyakit TBC


merupakan salah satu kasus penyakit yang menonjol di Karawang. Tahun
2018, di Jawa Barat angka Prevalensi TB paru anak sebesar 2 . 2 9 5 k a s u s . Di
kabupaten karawang tahun 2016 sampai Tahun 2018 penyakit TBC pada anak
dinyatakan cukup tinggi, sampai mencapai angka 2.173 orang dari jumlah
penduduk 2.013.128 orang ( Program P2PM, P2 TB.Paru. (Dinkes Kabupaten
Karawang ).

B. Tujuan penulisan
1. Untuk menjelaskan definisi TB Paru
2. Untuk menjelaskan penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala serta
patofisiologinya
3. Untuk menjelaskan apa saja obat-obatan untuk pasien TB paru.
4. Untuk mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada pasien TBC.
5. Untuk menjelaskan peran perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
utamanya terhadap penderita TB Par
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistemik.Tuberculosis primer biasanya mulai secara
perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama.
Kadang terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering
disertai tanda-tanda infeksi saluran napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak
diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat tmbul komplikasi yang berat
dan reinfeksi pada usia dewasa.

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium bovis (jaringan
oleh mycobacterium avium). Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen
beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati di dalam cairan yang
bersuhu 60⁰ selama 15-20 menit. Fraksi protein basil tyberkulosis
menyebabkan nekrosis jaringan, sendang lemaknya menyebabkan sifat tahan
asam dan merupakan factor penyebab untuk terjadinya fibrosis serta
terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil tuberculosis tidak membentuk
toksin.

Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikrobakterium


tuberkulosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Sebagian besar kuman TBC menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya(Depkes RI, 2002).

Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh kuman/bakteri Mycobacterium


tuberculosis. Kuman ini pada umumnya menyerang paru - paru dan
sebagianlagi dapat menyerang di luar paru - paru, seperti kelenjar getah
bening(kelenjar), kulit, usus/saluran pencernaan, selaput otak, dan
sebagianya(Laban, 2008).
B. Etiologi
Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang
lain melalui percikan dahak (droplet nuclei) yang dibatukkan. Jadi kalau Cuma
bersin atau tukar-menukar piring atau gelas minum tidak akan terjadi penularan
(Aditama, 2000)
Faktor Risiko TBC anak (admin., 2007)
a. Resiko Infeksi TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah
endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan
yang tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius. Resiko
timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika
pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat
infiltrat luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer,
batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat,
terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang
menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena
TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC
sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat
batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum. Bahkan
jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam
konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak.
b. Resiko Penyakit TBC
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang
sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara
bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi
TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5
tahun, yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada
dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun memiliki resiko lebih tinggi mengalami
TBC diseminata dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi .
Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan
imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan silikosis. Status
sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang kurang, kepadatan hunian,
pengangguran, dan pendidikan yang rendah.

C. Patofisiologi
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. Pada
TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di
dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di
paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Nah, pada
saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap
oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).

Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau langsung, seperti
saat batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini
diantaranya adalah sebagai berikut: tuberculosis paru primer dan tuberculosis
post primer. Tuberculosis primer sering terjadi pada anak, proses ini dapat
dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei, yaitu statu proses terinfeksinya
partikel yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang hidup dan
terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli, yang akan terjadi eksudasi
dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin
serta makrofag ke dalam alveolar spase. Tuberculosis post primer, dimana
penyakit ini terjadi pada pasien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis (Hidayat, 2008).

Sebagian besar infeksi tuberculosis menyebar melalui udara melalui


terhirupnya nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel dari
seseorang yang terinfeksi. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan
oleh respon imunitas yang diperantarai oleh sel dengan sel elector berupa
makropag dan limfosit (biasanya sel T) sebagai sel imuniresponsif. Tipe
imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag pada bagian yang terinfeksi oleh
limfosit dan limfokin mereka, responya berupa reaksi hipersentifitas selular
(lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar membangkitkan
reaksi peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh makropag. Alveoli
yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal pneumobia akut, yang dapat
sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat berjalan terus
dengan bakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson, 2006).

Menurut Admin (2007) patogenesis penyakit tuberkulosis pada anak terdiri


atas :
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga
sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC
berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang
mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa
kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai
kompleks primer predileksinya disemua lobus, 70% terletak subpelura.
Fokus primer dapat mengalami penyembuhan sempurna, kalsifikasi atau
penyebaran lebih lanjut. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi
dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif
menjadi positif.
2. TBC Pasca primer( post Primeri TBC )
TBC pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari TBC pasca primer
adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadi kavitas atau efuspleura
Pathway TB Paru Pada Anak

D. Tanda dan Gejala TB paru anak


Menurut Wirjodiardjo (2008) gejala TBC pada anak tidak serta-merta muncul.
Pada saat-saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, biasanya anak hanya demam
sedikit. Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak
batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan setelah infeksi), anak tidak
napsu makan, kurang gairah, dan berat badan turun tanpa sebab. Juga ada
pembesaran kelenjar di leher, sementara di paru-paru muncul gambaran vlek.
Pada saat itu, kemungkinannya ada dua, apakah akan muncul gejala TBC yang
benar benar atau sama sekali tidak muncul. Ini tergantung kekebalan anak.
Kalau anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya tidak muncul. Tapi
bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul, bukan di
paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Ini yang
berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya.
Gejala-gejala lain untuk diagnosa antara lain (TBC (Wirjodiardjo, 2008).
1. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau reaksi
BCG sangat cepat. Misalnya, bengkak hanya seminggu setelah diimunisasi
BCG. Ini juga harus dicurigai TBC, meskipun jarang
2. Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau kenaikan berat badan
setiap bulan berkurang.
3. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi. Kalaupun
ada, setelah diperiksa, ternyata tipus atau demam berdarah
4. Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini terkadang tersamar dengan alergi.
Kalau tidak ada alergi dan tidak ada penyebab lain, baru dokter boleh curiga
kemungkinan anak terkena TBC.
5. Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa ditengarai
sebagai kemungkinan gejala TBC. Yang sekarang sudah jarang adalah
adanya pembesaran kelenjar di seluruh tubuh, misalnya di selangkangan,
ketiak, dan sebagainya
6. Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata ada kemerahan
yang khas.
7. Pemeriksaan lain juga dibutuhkan diantaranya pemeriksaan tuberkulin
(Mantoux Test, MT) dan foto. Pada anak normal, Mantoux Test positif jika
hasilnya lebih dari 10 mm. Tetapi, pada anak yang gizinya kurang,
meskipun ada TBC, hasilnya biasanya negatif, karena tidak memberikan
reaksi terhadap MT.

E. Komplikasi.
Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut
1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasis

Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat


mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran
bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses
pemulihan atau reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga
pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran
infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

F. Penatalaksanaan Medis
Menurut Price dan Wilson (2006) pengobatan TBC terutama berupa pemberian
obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis. ATS (1994)
menekankan tiga prinsip dalam pengobatan tuberculosis yang berdasarkan
pada:
1. Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap
mikroorganisme
2. Obat-obatan harus diminum secara teratur
3. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk
menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang
paling singkat.
Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua
obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari
pengobatan ini adalah (FKUI, 2001):
1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin
melalui kegiatan bakterisid
2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan
kegiatan sterilisasi.
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya
tahan imunologis.

G. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan
dengan melakukan:
1. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
2. Pemberian oksigen yang adekuat
3. Latihan batuk efektif
4. Fisioterapi dada
5. Pemberian nutrisi yang adekuat
6. Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid,
streptomisin, etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain).

Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan


perkembangan anak yang tenderita tuberculosis dengan membantu memenuhi
kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan, yaitu (Suriadi
dan Yuliani, 2001) :
1. Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan,
ketrampilan tangan, vidio game, televisi)
2. Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang
bervariasi bagi anak
3. Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang
diinginkan
4. Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit,
menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika
memungkinka
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua;
asal kota dan daerah, jumlah keluarga)
2. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi
selama hamil
b. Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi
menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
c. Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit
infeksi , asfiksia icterus
4. Riwayat Masa Lampau
a. Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit
batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat
kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak
sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak
sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
b. Pernah dirawat dirumah sakit
c. Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
d. Riwayat kontak dengan penderita TBC
e. Alergi
f. Daya tahan yang menurun.
g. Imunisasi/Vaksinasi : BCG
5. Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal,
axilla dan sub mandibula)
6. Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi
lainnya, Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
a. Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi,
limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang
kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak), pola sosialisasi
anak.
b. Kondisi rumah
c. Merasa dikucilkan
d. Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,
menarik diri)
e. Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
f. Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh
perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak
g. Tidak bersemangat dan putus harapan.
8. Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan
anggota keluarga, Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan
secara umum, Pelaksanaan spiritual)
9. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan
b. Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi –
metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor
kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan
sakit menelan, turgor kulit jelek.
c. Pola eliminasi. Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan
pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada
kuadran kiri atas dan splenomegaly
d. Pola aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia, aktifitas
berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
e. Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam
hari.
f. Pola kognitif perseptual. Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul
limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari
keluarga tidak mampu.
g. Pola persepsi diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
h. Pola peran hubungan Anak menjadi ketergantungan terhadap orang
lain (ibu/ayah)/tidak mandiri. Pola seksualitas/reproduktif. Anak
biasanya dekat dengan ibu daripada ayah. Pola koping toleransi
stres, Menarik diri, pasif
10. Pemeriksaan Fisik
1. Demam
fibril (40-41°C) hilang timbul
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai
batuk purulen (menghasilkan sputum).
3. Sesak Napas
Terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru.
4. Malaise
Ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala,
nyeri otot dan kering diwaktu malam hari. Pada tahap dini sulit
diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring. Hipersonor/timpani
bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi
suara limforik. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut
dan fibrosis. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak). Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
11. Pemeriksaan Diagnostik Dan Pengobatan
a. Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+).® hipersensitifitas tipe lambat
®imunitas seluler Infeksi TB
b. Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang,
sendi, abdomen. Rontgent paru tidak selalu khas
c. Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil
normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62%
dengan cara lama. Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
d. Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas. LED dapat meninggi)
e. Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas
indikasi. Sumber infeksiAdanya kontak dengan penderita TB
menambah kriteria diagnose
f. Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)
12. Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST
a. Pertumbuhan
1. Kaji BBL, BB saat kunjungan
2. BB normal
3. BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
4. Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64
x 77R = usia dalam tahun
5. LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
b. Perkembangan
1. lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti
objek dengan mata, mengoceh,
2. usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih
benda, tertawa, dan mengais meringis
3. usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik
sendiri, merangkak, meraih benda, memindahkan benda dari
tangan satu ke tangan yang lain dan mengeluarkan kata-kata
tanpa arti.
4. usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu
mengeluarkan kat-kata, mengerti ajakan sederhana, dan
larangan berpartisipasi dalam permainan.
5. usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya
menyusun 2-3 kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu,
bersaing
6. usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata
menunjuk kata dan hidung, belajar makan sendiri, menggambar
garis, memperlihatkan minat pada anak lain dan bermain
dengan mereka.
7. usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan
dengan 3 kotak, menyusun kalimat dan lain-lain.
8. usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar
berbicara dengan baik, menyebut warna, dan menyayangi
saudara.
9. usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan
menghitung.

B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Ketidak seimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
berhubungan dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi
4. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang proses penyakit
C. Intervensi keperawatan
Nursing Care Plan
No. NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
1 Ketidakefektifan Bersihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
Jalan Nafas b.d obstruksi selama …. x 24 jam jalan nafas klien - Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
jalan napas berswuh dengan - Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
Definisi : Kriteria Hasil : - Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
Ketidakmampuan untuk - Mendemonstrasikan batuk efektif dan - Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
membersihkan sekresi atau suara nafas yang bersih, tidak ada suksion nasotrakeal
obstruksi dari saluran sianosis dan dyspneu (mampu - Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
pernafasan untuk mengeluarkan sputum, mampu bernafas - Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah
mempertahankan kebersihan dengan mudah, tidak ada pursed lips) kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
jalan nafas. - Menunjukkan jalan nafas yang paten - Monitor status oksigen pasien
Batasan Karakteristik : (klien tidak merasa tercekik, irama - Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
- Tidak ada batuk nafas, frekuensi pernafasan dalam - Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien
- Suara napas tambahan rentang normal, tidak ada suara nafas menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.Airway
- Perubahan frekuensi abnormal) Management
napas - Mampu mengidentifikasikan dan - Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
- Perubahan irama napas mencegah factor yang dapat perlu
- Sianosis menghambat jalan nafas - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Nursing Care Plan
No. NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
- Kesulitan - Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
berbicara/mengeluarkan suara buatan
- Penurunan bunyi napas - Pasang mayo bila perlu
- Dispnea - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Sputum dalam jumlah yang - Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
berlebihan - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Batuk yang tidak efektif - Lakukan suction pada mayo
- Ortopnea - Berikan bronkodilator bila perlu
- Gelisah - Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Mata terbuka lebar - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Faktor yang berhubungan: - Monitor respirasi dan status O2
- Lingkungan
- Perokok pasif
- Mengisap asap
- Obstruksi jalan napas
- Spasme jalan napas
- Mucus dalam jumlah yang
berlebiha
Nursing Care Plan
No. NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
- Eksudat dalam alveoli
- Materi asing dalam jumlah
napas
- Adanya jalan napas buatan
- Sekresi yang tertahan/sisa
sekresi
- Sekresi dalam bronki
Fisiologis
- Jalan napas alergik
- Asma
- Penyakit paru obstruksi kronis
- Hyperplasia dinding bronchial
- Infeksi
- Disfungsi neuromuskular
2 Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
kelemahan umum selama …. x 24 jam klien dapat melakukan - Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap
Definisi : aktivitas secara normal dengan keterbatasan
- Ketidakcukupan energu Kriteria Hasil : - Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
Nursing Care Plan
No. NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
secara fisiologis maupun - Berpartisipasi dalam aktivitas fisik - Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
psikologis untuk meneruskan tanpa disertai peningkatan tekanan - Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
atau menyelesaikan aktifitas darah, nadi dan RR berlebihan
yang diminta atau aktifitas - Mampu melakukan aktivitas sehari hari - Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
sehari hari. (ADLs) secara mandiri - Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Batasan karakteristik : - Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
- Respons tekanan darah dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
abnormal terhadap aktivitas - Bantu klien/keluarga untuk mengidentifikasi aktivitas yang
- Respon frekuensi jantung mampu dilakukan
abnormal terhadap aktivitas - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan
- Perubahan EKG yang kemampuan fisik, psikologi dan social
mencerminkan aritmia - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
- Perubahan EKG yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
mencerminkan iskemia - Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi
- Ketidaknyaman setelah roda, krek
beraktivitas - Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
- Dispnea setelah beraktivitas - Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
- Menyatakan merasa letih - Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
Nursing Care Plan
No. NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
Faktor yang berhubungan : dalam beraktivitas
- Tirah baring - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
- Kelemahan umum - Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
- Ketidakseimbangan antara penguatan
suplai dan kebutuhan - Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
oksigen
- Imobilitas
- Gaya hidup monoton
3 Ketidak seimbangan Nutrisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji adanya alergi makanan
Kurang Dari Kebutuhan selama …. x 24 jam nutrisi klien dapat - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
Tubuh b.d Ketidakmampuan terpenuhi dengan dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
untuk mengabsorpsi nutris Kriteria Hasil : - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Definisi : - Adanya peningkatan berat badan sesuai - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
- Intake nutrisi tidak cukup dengan tujua - Berikan substansi gula
untuk keperluan metabolisme - Berat badan ideal sesuai dengan tinggi - Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
tubuh. bada mencegah konstipasi
Batasan karakteristik : - Mampu mengidentifikasi kebutuhan - Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan
- Kram abdomen nutrisi ahli gizi.
Nursing Care Plan
No. NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
- Nyeri abdomen - Tidak ada tanda tanda malnutris - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
- Menghindari makan - Tidak terjadi penurunan berat badan - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berat badan 20% atau lebih di yang berarti - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
bawah berat badan ideal - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
- Kerapuhan kapiler dibutuhkan
- Diare - BB pasien dalam batas normal
- Kehilangan rambut berlebihan - Monitor adanya penurunan berat badan
- Bising usung hiperaktif - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Kurang makan - Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
- Kurang informasi - Monitor lingkungan selama makan
- Kurang minat pada makanan - Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Penurunan berat badan dengan - Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
asupan makanan adekuat - Monitor turgor kulit
- Kesalahan konsepsi - Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Kesalahan informasi - Monitor mual dan muntah
- Membrane mukosa pucat - Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
- Ketidakmampuan memakan - Monitor makanan kesukaan
makanan - Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Nursing Care Plan
No. NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
- Tonus otot menurun - Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
- Mengeluh gangguan sensasi konjungtiva
rasa - Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Mengeluh asupan makanan - Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
kurang dari RDA cavitas oral.
(recommended daily - Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
allowance)
- Cepat kenyang setelah makan
- Sariawan rongga mulut
- Steatore
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistemik.Tuberculosis primer biasanya mulai secara
perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama.
Kadang terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering
disertai tanda-tanda infeksi saluran napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak
diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat tmbul komplikasi yang berat
dan reinfeksi pada usia dewasa.

Riwayat penyakit TBC anak sulit dideteksi penyebabnya, Penyebab TBC


adalah kuman TBC (mycobacterium tuberculosis). Sebetulnya, untuk
mendeteksi bakteri TBC (dewasa) tidak begitu sulit. Pada orang dewasa bisa
dideteksi dengan pemeriksaan dahak langsung dengan mikroskop atau
dibiakkan dulu di media. Mendeteksi TBC anak sangat sulit, karena tidak
mengeluarkan kuman pada dahaknya dan gejalanya sedikit. Diperiksa
dahaknya pun tidak akan keluar, sehingga harus dibuat diagnosis baku untuk
mendiagnosis anak TBC sedini mungkin. Yang harus dicermati pada saat
diagnosis TBC anak adalah riwayat penyakitnya. Apakah ada riwayat kontak
anak dengan pasien TBC dewasa. Kalau ini ada, agak yakin anak positif TBC

B. Saran
1. Perlu dilakukan berbagai penyuluhan dan konselling agar masyarakat tahu
tentang penanggulangan dari tuberkulosis paru
2. Perlu tambahan sumber tinjauan pustaka lebih banyak lagi agar penulis
dapat menyusun laporan pendahuluan lebih baik untuk di masa yang akan
datang
3. Perlu kritikan dan saran dari pembaca untuk perbaikan laporan
pendahuluan selanjutny
DAFTAR PUSTAKA

Buleche, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.). (2008). Nursing
Interventions Classification (NOC) (5th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier

Herdman, T. Heather. (2012). Nursing Diagnosis : Defenitions and Clasification


2012 -2014. Jakarta : EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (Eds). (2008). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (4th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier

Perawatan anak sakit/ ngastiyah; editor, monica Ester-Ed.2 – Jakarta: EGC.2005

http://www.lpkeperawatanku.cf/2017/04/laporan-pendahuluan-tuberkulosis-
paru.html

Butarnutar,M.H.2018 hubungan perilaku dan santasi lingkungan dengan tb paru


.journal of holistic health 1 ( 1) ,51-61

Siregar ,P.A ,2018 Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian


Tuberculosis Paru Anak di RSUD Sibuan jurnal berkala epidemologi .6.(1)
hal 268-275

Anda mungkin juga menyukai