DISUSUN OLEH :
LIANI SUMARNI : 433131420118174
NANI SURYANI : 433131420118176
LITA WIATI : 433131420118172
ENDANG SULASTRI : 433131420118150
HERNI DEWI M : 433131420118152
A. Latar Belakang
Jumlah kasus penyakit TB Paru pada anak mengalami perkembangan pesat
terutama pada tahun 2014 .Negara Indonesia menjadi salah satu negara yang
sebenarnya memiliki proporsi jumlah penderita TB anak yang ternotifikasi
dalam batas normal yaitu sebesar 8 – 11 % , tetapi jika dilihat lebih jauh untuk
tingkat provinsi sampai fasilitas pelayanan kesehatan maka data penderita TB
paru anak di Indonesia memperlihatkan variasi proporsi yang cukup lebar yaitu
sebesar 1,80 – 15,90 % .Untuk menangani permasalahan TB paru anak yang
sudah banyak terjadi di berbagai negara maka sudah dilakukan gebrakan
dengan menerbitkan berbagai panduan tingkat global yang dikeluarkan WHO
dan sudah mulai diadopsi oleh berbagai negara di dunia termasuk Indonesia
(Kemenkes RI, 2016)
Penularan bakteri ketika pasien Tb paru mengalami batuk atau bersin sehingga
bakteri mycobacterium Tuberculosisi juga tersebar ke udara dalam bentuk
percikan dahak atau droplet yang dikeluarkan penderita TB paru .Jika Tb Paru
sekali mengeluarkan batuk maka akan menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak dan percikan dahak tersebut telah mengandung bakteri mycobacterium
Tuberculosis . Pasien suspek TB paru mengalami gejala batuk 48 kali /
malam akan menginfeksi 28 % dari orang yang kontak dengan pasien yang
suspek Tuberculosis Paru( kemenkes 2016 ).
B. Tujuan penulisan
1. Untuk menjelaskan definisi TB Paru
2. Untuk menjelaskan penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala serta
patofisiologinya
3. Untuk menjelaskan apa saja obat-obatan untuk pasien TB paru.
4. Untuk mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada pasien TBC.
5. Untuk menjelaskan peran perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
utamanya terhadap penderita TB Par
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistemik.Tuberculosis primer biasanya mulai secara
perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama.
Kadang terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering
disertai tanda-tanda infeksi saluran napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak
diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat tmbul komplikasi yang berat
dan reinfeksi pada usia dewasa.
C. Patofisiologi
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. Pada
TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di
dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di
paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Nah, pada
saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap
oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).
Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau langsung, seperti
saat batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini
diantaranya adalah sebagai berikut: tuberculosis paru primer dan tuberculosis
post primer. Tuberculosis primer sering terjadi pada anak, proses ini dapat
dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei, yaitu statu proses terinfeksinya
partikel yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang hidup dan
terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli, yang akan terjadi eksudasi
dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin
serta makrofag ke dalam alveolar spase. Tuberculosis post primer, dimana
penyakit ini terjadi pada pasien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis (Hidayat, 2008).
E. Komplikasi.
Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut
1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasis
F. Penatalaksanaan Medis
Menurut Price dan Wilson (2006) pengobatan TBC terutama berupa pemberian
obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis. ATS (1994)
menekankan tiga prinsip dalam pengobatan tuberculosis yang berdasarkan
pada:
1. Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap
mikroorganisme
2. Obat-obatan harus diminum secara teratur
3. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk
menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang
paling singkat.
Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua
obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari
pengobatan ini adalah (FKUI, 2001):
1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin
melalui kegiatan bakterisid
2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan
kegiatan sterilisasi.
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya
tahan imunologis.
G. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan
dengan melakukan:
1. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
2. Pemberian oksigen yang adekuat
3. Latihan batuk efektif
4. Fisioterapi dada
5. Pemberian nutrisi yang adekuat
6. Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid,
streptomisin, etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain).
A. Pengkajian
1. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua;
asal kota dan daerah, jumlah keluarga)
2. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi
selama hamil
b. Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi
menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
c. Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit
infeksi , asfiksia icterus
4. Riwayat Masa Lampau
a. Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit
batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat
kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak
sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak
sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
b. Pernah dirawat dirumah sakit
c. Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
d. Riwayat kontak dengan penderita TBC
e. Alergi
f. Daya tahan yang menurun.
g. Imunisasi/Vaksinasi : BCG
5. Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal,
axilla dan sub mandibula)
6. Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi
lainnya, Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
a. Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi,
limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang
kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak), pola sosialisasi
anak.
b. Kondisi rumah
c. Merasa dikucilkan
d. Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,
menarik diri)
e. Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
f. Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh
perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak
g. Tidak bersemangat dan putus harapan.
8. Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan
anggota keluarga, Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan
secara umum, Pelaksanaan spiritual)
9. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan
b. Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi –
metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor
kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan
sakit menelan, turgor kulit jelek.
c. Pola eliminasi. Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan
pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada
kuadran kiri atas dan splenomegaly
d. Pola aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia, aktifitas
berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
e. Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam
hari.
f. Pola kognitif perseptual. Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul
limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari
keluarga tidak mampu.
g. Pola persepsi diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
h. Pola peran hubungan Anak menjadi ketergantungan terhadap orang
lain (ibu/ayah)/tidak mandiri. Pola seksualitas/reproduktif. Anak
biasanya dekat dengan ibu daripada ayah. Pola koping toleransi
stres, Menarik diri, pasif
10. Pemeriksaan Fisik
1. Demam
fibril (40-41°C) hilang timbul
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai
batuk purulen (menghasilkan sputum).
3. Sesak Napas
Terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru.
4. Malaise
Ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala,
nyeri otot dan kering diwaktu malam hari. Pada tahap dini sulit
diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring. Hipersonor/timpani
bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi
suara limforik. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut
dan fibrosis. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak). Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
11. Pemeriksaan Diagnostik Dan Pengobatan
a. Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+).® hipersensitifitas tipe lambat
®imunitas seluler Infeksi TB
b. Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang,
sendi, abdomen. Rontgent paru tidak selalu khas
c. Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil
normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62%
dengan cara lama. Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
d. Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas. LED dapat meninggi)
e. Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas
indikasi. Sumber infeksiAdanya kontak dengan penderita TB
menambah kriteria diagnose
f. Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)
12. Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST
a. Pertumbuhan
1. Kaji BBL, BB saat kunjungan
2. BB normal
3. BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
4. Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64
x 77R = usia dalam tahun
5. LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
b. Perkembangan
1. lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti
objek dengan mata, mengoceh,
2. usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih
benda, tertawa, dan mengais meringis
3. usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik
sendiri, merangkak, meraih benda, memindahkan benda dari
tangan satu ke tangan yang lain dan mengeluarkan kata-kata
tanpa arti.
4. usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu
mengeluarkan kat-kata, mengerti ajakan sederhana, dan
larangan berpartisipasi dalam permainan.
5. usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya
menyusun 2-3 kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu,
bersaing
6. usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata
menunjuk kata dan hidung, belajar makan sendiri, menggambar
garis, memperlihatkan minat pada anak lain dan bermain
dengan mereka.
7. usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan
dengan 3 kotak, menyusun kalimat dan lain-lain.
8. usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar
berbicara dengan baik, menyebut warna, dan menyayangi
saudara.
9. usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan
menghitung.
B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Ketidak seimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
berhubungan dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi
4. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang proses penyakit
C. Intervensi keperawatan
Nursing Care Plan
No. NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
1 Ketidakefektifan Bersihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
Jalan Nafas b.d obstruksi selama …. x 24 jam jalan nafas klien - Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
jalan napas berswuh dengan - Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
Definisi : Kriteria Hasil : - Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
Ketidakmampuan untuk - Mendemonstrasikan batuk efektif dan - Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
membersihkan sekresi atau suara nafas yang bersih, tidak ada suksion nasotrakeal
obstruksi dari saluran sianosis dan dyspneu (mampu - Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
pernafasan untuk mengeluarkan sputum, mampu bernafas - Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah
mempertahankan kebersihan dengan mudah, tidak ada pursed lips) kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
jalan nafas. - Menunjukkan jalan nafas yang paten - Monitor status oksigen pasien
Batasan Karakteristik : (klien tidak merasa tercekik, irama - Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
- Tidak ada batuk nafas, frekuensi pernafasan dalam - Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien
- Suara napas tambahan rentang normal, tidak ada suara nafas menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.Airway
- Perubahan frekuensi abnormal) Management
napas - Mampu mengidentifikasikan dan - Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
- Perubahan irama napas mencegah factor yang dapat perlu
- Sianosis menghambat jalan nafas - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Nursing Care Plan
No. NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
- Kesulitan - Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
berbicara/mengeluarkan suara buatan
- Penurunan bunyi napas - Pasang mayo bila perlu
- Dispnea - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Sputum dalam jumlah yang - Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
berlebihan - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Batuk yang tidak efektif - Lakukan suction pada mayo
- Ortopnea - Berikan bronkodilator bila perlu
- Gelisah - Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Mata terbuka lebar - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Faktor yang berhubungan: - Monitor respirasi dan status O2
- Lingkungan
- Perokok pasif
- Mengisap asap
- Obstruksi jalan napas
- Spasme jalan napas
- Mucus dalam jumlah yang
berlebiha
Nursing Care Plan
No. NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
- Eksudat dalam alveoli
- Materi asing dalam jumlah
napas
- Adanya jalan napas buatan
- Sekresi yang tertahan/sisa
sekresi
- Sekresi dalam bronki
Fisiologis
- Jalan napas alergik
- Asma
- Penyakit paru obstruksi kronis
- Hyperplasia dinding bronchial
- Infeksi
- Disfungsi neuromuskular
2 Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
kelemahan umum selama …. x 24 jam klien dapat melakukan - Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap
Definisi : aktivitas secara normal dengan keterbatasan
- Ketidakcukupan energu Kriteria Hasil : - Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
Nursing Care Plan
No. NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
secara fisiologis maupun - Berpartisipasi dalam aktivitas fisik - Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
psikologis untuk meneruskan tanpa disertai peningkatan tekanan - Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
atau menyelesaikan aktifitas darah, nadi dan RR berlebihan
yang diminta atau aktifitas - Mampu melakukan aktivitas sehari hari - Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
sehari hari. (ADLs) secara mandiri - Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Batasan karakteristik : - Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
- Respons tekanan darah dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
abnormal terhadap aktivitas - Bantu klien/keluarga untuk mengidentifikasi aktivitas yang
- Respon frekuensi jantung mampu dilakukan
abnormal terhadap aktivitas - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan
- Perubahan EKG yang kemampuan fisik, psikologi dan social
mencerminkan aritmia - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
- Perubahan EKG yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
mencerminkan iskemia - Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi
- Ketidaknyaman setelah roda, krek
beraktivitas - Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
- Dispnea setelah beraktivitas - Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
- Menyatakan merasa letih - Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
Nursing Care Plan
No. NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
Faktor yang berhubungan : dalam beraktivitas
- Tirah baring - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
- Kelemahan umum - Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
- Ketidakseimbangan antara penguatan
suplai dan kebutuhan - Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
oksigen
- Imobilitas
- Gaya hidup monoton
3 Ketidak seimbangan Nutrisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji adanya alergi makanan
Kurang Dari Kebutuhan selama …. x 24 jam nutrisi klien dapat - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
Tubuh b.d Ketidakmampuan terpenuhi dengan dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
untuk mengabsorpsi nutris Kriteria Hasil : - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Definisi : - Adanya peningkatan berat badan sesuai - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
- Intake nutrisi tidak cukup dengan tujua - Berikan substansi gula
untuk keperluan metabolisme - Berat badan ideal sesuai dengan tinggi - Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
tubuh. bada mencegah konstipasi
Batasan karakteristik : - Mampu mengidentifikasi kebutuhan - Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan
- Kram abdomen nutrisi ahli gizi.
Nursing Care Plan
No. NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
- Nyeri abdomen - Tidak ada tanda tanda malnutris - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
- Menghindari makan - Tidak terjadi penurunan berat badan - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berat badan 20% atau lebih di yang berarti - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
bawah berat badan ideal - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
- Kerapuhan kapiler dibutuhkan
- Diare - BB pasien dalam batas normal
- Kehilangan rambut berlebihan - Monitor adanya penurunan berat badan
- Bising usung hiperaktif - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Kurang makan - Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
- Kurang informasi - Monitor lingkungan selama makan
- Kurang minat pada makanan - Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Penurunan berat badan dengan - Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
asupan makanan adekuat - Monitor turgor kulit
- Kesalahan konsepsi - Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Kesalahan informasi - Monitor mual dan muntah
- Membrane mukosa pucat - Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
- Ketidakmampuan memakan - Monitor makanan kesukaan
makanan - Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Nursing Care Plan
No. NANDA: Nursing Diagnosis
Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
- Tonus otot menurun - Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
- Mengeluh gangguan sensasi konjungtiva
rasa - Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Mengeluh asupan makanan - Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
kurang dari RDA cavitas oral.
(recommended daily - Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
allowance)
- Cepat kenyang setelah makan
- Sariawan rongga mulut
- Steatore
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistemik.Tuberculosis primer biasanya mulai secara
perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama.
Kadang terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering
disertai tanda-tanda infeksi saluran napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak
diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat tmbul komplikasi yang berat
dan reinfeksi pada usia dewasa.
B. Saran
1. Perlu dilakukan berbagai penyuluhan dan konselling agar masyarakat tahu
tentang penanggulangan dari tuberkulosis paru
2. Perlu tambahan sumber tinjauan pustaka lebih banyak lagi agar penulis
dapat menyusun laporan pendahuluan lebih baik untuk di masa yang akan
datang
3. Perlu kritikan dan saran dari pembaca untuk perbaikan laporan
pendahuluan selanjutny
DAFTAR PUSTAKA
Buleche, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.). (2008). Nursing
Interventions Classification (NOC) (5th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (Eds). (2008). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (4th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
http://www.lpkeperawatanku.cf/2017/04/laporan-pendahuluan-tuberkulosis-
paru.html