Disusun Oleh:
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak pun terancam. Anak
sangat rentan selama tahun pertama dari tiga tahun kehidupan selama dan segera setelah pubertas.
Baru-baru ini, jumlah kasus TB semakin meningkat, banyak yang tercatat, terutama kaum
gelandangan, pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah, dan mereka yang terinfeksi
kuman HIV.
Tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Diperkirakan jumlah pasien TB di
Indonesia sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia. Indonesia menempati peringkat ke 3.
TB WHO (1989) memperkirakan bahwa setiap tahun terdapat 1.3 juta kasus TB ANAK. Dan
tanggal 24 maret diperingati ‘’hari TBC’’ sedunia. Oleh sebab pada tagnggal 24 maret 1882 di
berlin, jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil study mengenai penyebab dari TB yang
ditemukan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB
dan 100.000 di antaranya meninggal dunia. Disinilah masalah mulai muncul. Insiden yang terus
merangkak tidak disertai dengan kemudahan menegakkan diagnosis sedini mungkin. Demikian
papar Prof Dr. dr. Cissy B Kartasasmita, SpA(K) dalam The2007 National Symposium Update on
Tuberculosis and Respiratory Disorders, Bandung, 23-25 Maret 2006. Pada orang dewasa,
diagnosis pasti ditegakkan apabila menemukan kuman M. tuberculosis dalam sputum/dahak. Akan
tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk mengeluarkan dahak. Bila pun ada, jumlah dahak
yang dikeluarkan tidak cukup. Jumlah dahak yang cukup untuk dilakukan pemeriksaan basil tahan
asam adalah sebesar 3-5 ml, dengan konsistensi kental dan purulen.
Masalah kedua adalah jumlah kuman M. tuberculosis dalam sekret bronkus anak lebih sedikit
daripada orang dewasa. Hal itu dikarenakan lokasi primer TB pada anak terletak di kelenjar limfe
hilus dan parenkim paru bagian perifer. BTA positif baru dapat dilihat bila minimal jumlah kuman
5000/ml dahak. Selain itu, gejala klinis TB pada anak tidak khas. Hal-hal tersebutlah yang sering
membuat kita misdiagnosis atau overdiagnosis. Gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak
saja melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain seperti kulit
(skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain. Jangan sampai salah diagnosis atau
overdiagnosis!Untuk itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana cara mengetahui
anak yang terinfeksi TB dan bagaimana Asuhan Keperawatannya?
1.2 TUJUAN
TUJUAN UMUM
Untuk mendapatkan pengalaman nyata mengenai penerapan asuhan keperawatan pada anak
dengan TB paru pada anak.
Tujuan khusus
Mampu melakukan pengkajian pada pasien anak TB paru
Mampu membuat diagnose keperawatan pada pasien anak TB paru
Mampu membuat perencanaan keperawatan pada pasien anak TB paru
Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien anak TB paru
Mampu melakukan evaluasi keperawtan pada pasien anak TB paru
Mampu membuat dokumentasi yang ditujukan untuk institusi rumah sakit
BAB II
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 DEFINISI
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculusis dan
micobacterium bovil (Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC).
Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberkulosis.
Kuman batang aerobik dan tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit.
Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya
(Maryunani anik. 2010. ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta: CV. trans info media).
Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh kuman / bakteri Mycobacteriumtuberculosis. Kuman ini
pada umumnya menyerang paru – paru dan sebagianlagi dapat menyerang di luar paru – paru,
seperti kelenjar getah bening(kelenjar), kulit, usus/saluran pencernaan, selaput otak, dan
sebagianya (Alimul. A. Aziz, Hidayat. 2008. Pengantar ilmu keperawatan anak. Surabaya:
salemba medika)
2.1.2 ETIOLOGI
Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan dahak (droplet
nuclei) yang dibatukkan. Jadi kalau Cuma bersin atau tukar-menukar piring atau gelas minum tidak
akan terjadi penularan (Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC).
Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang berbentuk batang dan Tahan asam
(Price, 1997) Penyebab Tuberculosis adalah M. Tuberculosis bentuk batang panjang 1 – 4 /mm
Dengan tebal 0,3 – 0,5 mm. selain itu juga kuman lain yang memberi infeksi yang sama yaitu M.
Bovis, M. Kansasii, M. Intracellutare.
o Resiko infeksi TBC pada anak
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah endemis,
penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat. Pajanan
terhadap orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang
dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum
yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak
dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat,
terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada
anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini
disebabkan karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan
jarang terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum.
Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam konsentrasi
yang rendah pada sektret endobrokial anak. (Ngastiyah. 2005)
o Infeksi primer
TBC paru primer (infeksi pertama dengan bakteri TBC). Pada anak yang usianya lebih
dewasa, biasanya tidak menimbulkan tanda atau gejala, dan hasil foto rontgen dada tidak
terlihat adanya tanda infeksi. Sangat jarang terjadi pembengkakan kelenjar limfe dan
kemungkinan sedikit batuk.Infeksi primer ini biasanya sembuh dengan sendirinya karena
anak telah membentuk kekebalan tubuh selama periode waktu 6 hingga 10 minggu. Namun
pada beberapa kasus, jika tidak ditangani dengan benar, infeksi ini dapat berkembang
menjadi penyakit dan menyebar ke seluruh paru-paru (disebut TBC progresif). (Maryunani
anik. 2010)
o Uji bcg
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin. Bila ada anak
yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7
hari setelah penyuntikan berarti perlu dicurigai adanya tuberkulosis. Pada anak dengan
tuberkulosis BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan besar oleh karena
itu, reaksi BCG dapat dijadikan alat diagnostik.(Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit.
Jakarta: EGC).
Vaksin BCG diletakkan pada ruang/tempat bersuhu 200C-80C serta pelindung dari cahaya.
Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal atau intrakutan pada
lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bayi usia muda yang mungkin
sulit menerima injeksi terdermal. Dosis yang digunakan sebagai berikut: Untuk infant atau
anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan satu dosis vaksin BCG sebanyak 0,05 mg, Untuk
anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan satu dosis vaksin BCG sebanyak 0,1 mg.
(Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC)
Tujuan: Menyatakan pemahaman proses a. Kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat
penyakit/prognosis dan kebutuhan kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi,
pengobatan. lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media, orang
dipercaya.
Melakukan perubahan prilaku dan pola
hidup untuk memperbaiki kesehatan umur R: untuk mengetahui kondisi pasien dan tindakan apa
dan menurunkan resiko pengaktifan ulang yang akan diberikan
tuberkulosis paru.
b. Tekankan pentingnya asupan diet Tinggi Kalori
Mengidentifikasi gejala yang memerlukan Tinggi Protein (TKTP) dan intake cairan yang adekuat.
evaluasi/intervensi.
R: agar pemenuhan nutrisi terpenuhi sehingga
4 Menerima perawatan kesehatan adekuat. penyembuhan bisa lebih cepat
c. Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk
tulisan misalnya: jadwal minum obat.
R: agar keluarga pasien tidak memberikan obat dan
waktu yang keliru
d. jelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi,
tindakan dan perlunya terapi dalam jangka waktu lama.
Ulangi penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis
dengan obat lain.
R: agar keluarga pasien tidak memberikan obat dan
waktu yang keliru
e. jelaskan tentang efek samping obat: mulut kering,
konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala,
peningkatan tekanan darah
R: agar keluarga pasien mengetahui sehingga bisa
melaporkan jika hal tersebut terjadi
Maryunani anik. 2010. ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta: CV. trans info media.
Alimul. A. Aziz, Hidayat. 2008. Pengantar ilmu keperawatan anak. Surabaya: salemba medika.