PENYAKIT TUBERCOLUSIS
DISUSUN OLEH :
1. CUT SHANAH ROIDOTUL ILMI (1351810067)
2. DESAK AYU OKA VITA SAVITRI (1351810068)
3. FARAH APRILIANADILA (1351810174)
4. DIAH KUN ARISAWATI (1351810363)
5. SITI SULAIMAH (1351810373)
KELOMPOK II / B1-18
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas izin dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang
Epidemiologi Tubercolusis ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai tugas
Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C.TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang definisi,
penyebab, gejala, patofisiologi, epidemiologi dan cara penanganan TB Paru yang
terjadi di lingkungan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Epidemiologi Penyakit TB
Seorang anak dapat terinfeksi bakteri TB pada dasarnya dengan cara yang
sama sebagai orang dewasa, yaitu menghirup bakteri TB yang ada di udara
sebagai 9 hasil dari pelepasan bakteri TB ke udara oleh seseorang yang memiliki
TB BTA positif. Setelah bakteri TB dihirup dan mencapai paru-paru, selanjutnya
bakteri TB berkembangbiak dan kemudian menyebar melalui pembuluh getah
bening ke kelenjar getah bening di dekatnya. Beberapa anak berada pada risiko
yang lebih besar terkena TB daripada anak yang lain yaitu seorang anak yang
tinggal dirumah yang sama dengan seseorang yang didiagnosis mengidap TB
BTA positif, seorang anak berusia kurang dari 5 tahun, seorang anak dengan
infeksi HIV, seorang anak dengan gizi buruk (CDC: Tuberculosis (TB) Disease,
2016).
Daya penularan dari orang dengan TB ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan di parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin tinggi daya penularan dari orang dengan TB tersebut. Tingkat
pajanan percikan dahak sangat mempengaruhi besar risiko tertular TB. Selain itu,
faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang terinfeksi TB adalah imunitas
tubuh yang rendah, infeksi HIV/AIDS, dan malnutrisi atau gizi buruk (Depkes RI,
2006).
Kesulitan besar pada tahap awal dari penyakit ini yaitu sering
menampakkan gejala, atau gejala yang sangat samar-samar, dan tidak ada tanda
fisik yang ditemui sama sekali (Smillie, 1958). Gejala dada Gejala umum Batuk,
berkepanjangan selama tiga minggu atau lebih (hadir dalam 40- 80%) Demam
Produksi sputum (menunjukkan kerusakan paru-paru) Berkeringat dingin / malam
Nyeri dada (mungkin TB atau pleura) Kelelahan dan kelemahan Batuk darah
Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan (Center for Disease Control
and Prevention,1995).
C. Pemeriksaan penunjang diagnostic
1. Mikroskopi Diagnosis
2. Kultur
3. Obat Kerentanan
Peran tes kepekaan obat tidak boleh dianggap remeh dalam pengobatan
kasus-kasus tuberkulosis. Terapi anti-TB tergantung pada kerentanan basil
tuberkulosis. Resistensi obat dapat didefinisikan sebagai kemampuan basil
tuberkulosis untuk bertahan hidup dan tumbuh meskipun paparan konsentrasi obat
yang menghambat atau membunuh basil, dan untuk mentransfer karakteristik ini
kepada turunannya.
4. Etiologi (penyebab)/agent
C. Cara Pencegahan
3. Prioritas ketiga adalah skrining populasi berisiko tinggi untuk mendeteksi orang
yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan mencegah adanya infeksi yang
mengarah ke penyakit TB. (U.S. Department of Health and Human Services,
1995)
Diagnosa dan inisiasi dini pengobatan yang tepat pada pasien terhadap
sumber penyakit TB sebelum mereka menginfeksi lebih banyak orang disinyalir
sebagai pola pencegahan TB paling efektif. Sejak pengenalan pengobatan antiTB,
resiko infeksi TB mengalami penurunan drastis dan telah dilakukan obervasi di
banyak negara industri, dengan resiko penurunan infeksi mencapai 50% setiap 5 –
7 tahun. Angka ini di observasi pada negara yang memiliki program vaksinasi
BCG maupun tidak. Reduksi resiko infeksi ini merupakan efek langsung dari
program deteksi, diagnosis dan pengobatan (Varaine & Rich, 2014).
D. Cara pengobatan
1. Isoniazid Isoniazid (INH) adalah agen baris pertama untuk pengobatan semua
bentuk tuberkulosis yang disebabkan oleh organisme yang diketahui atau diduga
rentan terhadap obat.
Dosis:
2. Rifampin Rifampin (RIF) adalah agen baris pertama untuk pengobatan semua
bentuk tuberkulosis yang disebabkan oleh organisme dengan sensitivitas obat
diketahui atau diduga. Rifampisin merupakan komponen penting dari semua
regimen jangka pendek.
Dosis :
- Anak-anak (maksimum): 10-20 mg / kg (600 mg) sekali sehari atau dua kali
seminggu.
Keterangan: Kapsul (150 mg, 300 mg), isi kapsul juga dapat dicampur dalam
bahan pengencer yang tepat untuk mempersiapkan suspensi oral. (Centers for
Disease Control and Prevention, 2003)
E. Rehabilitasi
Tujuannya adalah bahwa pasien harus tahu dari awal bahwa masih ada
masa depan baginya. Pendekatan psikososial-matic pada penyakit seperti
tuberkulosis sangat penting. Pengalihan, rekreasi, okupasi, terapivokasi,
testoleransi, kolonisasi, atau penempatan pada pekerjaan sebelumnya atau
pekerjaan baru merupakan satusatunya cara untuk membina kemandirian ekonomi
lengkap atau parsial untuk individu. Therapeutic Occupation dan Prophylactic job
adalah tujuan dan sarana semua rehabilitasi pada penderita TB (Sikand, 1957).
F. Prognosis
PEMBAHASAN
Penelitian lain dengan desain kasus kontrol melaporkan bahwa orang yang
tinggal pada rumah dengan pencahayaan yang tidak memunuhi syarat kesehatan
berisiko TB paru 9 kali lebih besar dibandingkan dengan rumah dengan
pencahayaan memenuhi syarat kesehatan7 . Selain itu sebuah penelitian
menyimpulkan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian TB
paru 8 .
Selain itu kondisi sanitasi dan lingkungan serta pola prilaku narapidana
yang kurang sehat dapat menjadi penularan penyakit, salah satunya TB paru.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dianggap perlu untuk dilakukan.
Penelitian ini berjudul : “Skrining dan Studi Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis
Paru (TB Paru) Pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kendari Tahun 2017”.
Jumlah Presentase
No. Umur
(n) (%)
Tabel 4 Distribusi Umur
1 Berisiko Tinggi 21 80,8
2 Berisiko Rendah 5 19,2
Total 26 100
Jenis Jumlah Presentase
No.
Kelamin (n) (%) Tabel 5 Distribusi Jenis Kelamin
1 Laki-Laki 26 100
2 Perempuan 0 0
Total 26 100