Anda di halaman 1dari 15

Mata Kuliah : Konsep Dasar Kesehatan Gigi dan Mulut

Dosen Pembimbing: Asriawal,S.Si.T.,M.Mkes

MAKALAH

HUBUNGAN PENYAKIT TBC PADA KESEHATAN GIGI dan

MULUT

DI SUSUN OLEH:

NUR AFIFAH

PO714261221032

Kelas : TK.1 A

Prodi :D-IV Terapi Gigi

JURUSAN KESEHATAN GIGI

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENKES MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB I

Hubungan Penyakit TBC Pada Kesehatan Gigi dan Mulut

A. Pendahuluan

TB paru masih menjadi masalah kesehatan global yang utama. Penyakit ini

menyebabkan kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap tahun dan

menempati urutan kedua penyebab utama kematian akibat penyakit menular di

seluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus. Penyakit ini dapat menyerang

siapa saja dan dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan sosial. Keadaan ini

dapat mempengaruhi konsep diri penderita, tetapi paling sering ditemukan pada usia

muda atau usia produktif yaitu 15-50 tahun, terutama mereka yang bertubuh

lemah,kurang gizi, atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan bersama

penderita TB paru (Suprayitno, E, dkk (2020))

Lingkungan yang lembab, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan

andil besar bagi seseorang terjangkit penyakit TB paru. Penyakit TB paru

sangat cepat menyebar dan menginfeksi manusia terutam bagi kelompok social

ekonomi rendah dan kurang gizi. Kecepatan penyebaran dan infeksi penyakit TB

paru sangat tnggi, maka tidak berlebihan jika penyakit TB paru merupakan

penyakit yang mematikan. (Suprayitno, E, dkk (2020))


1. Pengertian Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Kondisi ini dapat menyerang otak, kelenjar getah

bening, sistem saraf pusat, jantung dan tulang belakang. Namun, infeksi TBC

paling sering menyerang paru-paru. (Makarim, F,R (2020))

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), TBC berada di peringkat

kedua sebagai penyakit menular yang mematikan. Indonesia termasuk lima

besar negara dengan jumlah pengidap TB terbanyak di Asia Tenggara.

Merujuk data 2012, jumlah pengidap TBC yang mencapai 305 ribu jiwa.

(Makarim, F,R (2020))

Orang-orang yang memiliki sistem imun buruk serta kekurangan nutrisi

lebih rentan terserang infeksi Mycobacterium tuberculosis. Namun, angka

kejadian penyakit ini terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Sejak tahun

2000 hingga 2018, diperkirakan sekitar 58 juta nyawa telah diselamatkan

dengan pengobatan medis yang ada untuk mengatasi penyakit ini.TBC adalah

penyakit yang dapat diatasi dengan cara mengendalikan faktor-faktor risiko

yang ada. Dilaporkan penyakit ini sebagai penyebab utama kematian di

kalangan penyakit menular, termasuk penyumbang angka kematian ibu (AKI).

Oleh karena itu pemerintah telah berupaya memberantas penyakit ini, namun

belum berhasil tuntas, sejak tahun 1995 Pemerintah kita telah memeranginya

dengan strategi DOTS (pengawasan langsung secara singkat). Setelah lima

belas tahun program ini menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan

program pemberantasan penyakit tuberkulosis pada masa silam. Akan tetapi


dalam pelaksanaannya strategi DOTS belum optimal menurunkan insiden

tuberkulosis karena sebagaian besar program diprioritaskan pada tahapan

penanganan dan pengobatan penderita tuberkulosis dengan baik dan tuntas.

(Muhammad, Nizam (2017))

Ada dua jenis infeksi TB yang berdasarkan tingkat keparahannya. Berikut

ini diantaranya:

TBC laten

TBC laten terjadi ketika penderitanya memiliki kuman di tubuh tetapi

sistem imun berhasil mencegahnya supaya tidak menyebar. Penderitanya pun

tidak memiliki gejala apapun, dan tidak menular.

Meski demikian, infeksinya masih hidup dan suatu hari nanti bisa menjadi

aktif. Jika Sahabat MIKA berisiko tinggi, dokter akan memberi obat untuk

mencegah TB aktif. Beberapa faktor risiko yang memicu TB laten menjadi

aktif adalah mengidap HIV, mengalami infeksi dalam 2 tahun terakhir, rontgen

dada menunjukan kondisi yang tidak biasa, atau sistem kekebalan tiba-tiba

melemah. (Putri, A,E,R (2022))

TBC aktif

Sementara seseorang yang sudah mengalami TBC aktif adalah saat kuman

berkembang biak dan membuatnya menimbulkan gejala dan sakit. Bahkan,

Anda juga dapat menyebarkan penyakit ini kepada orang lain.

90% kasus aktif pada orang dewasa berasal dari infeksi TB laten. Infeksi

TB laten atau aktif juga dapat resisten terhadap obat. Artinya obat tertentu

tidak bekerja melawan bakteri. (Putri, A,E,R (2022))


2. Gejala Tuberkulosis

Kuman penyebab virus tuberkulosis bersifat khusus, karakteristiknya

perkembangan lambat dibandingkan penyakit lain. (Putri, A,E,R (2022))

Pada jenis TB laten sebagian besar tidak mengalami gejala. Berbeda dengan

TB aktif yang biasanya menyebabkan banyak gejala. Biasanya gejala berhubungan

dengan sistem pernapasan yang dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya, tergantung

di mana bakteri TBC tumbuh. (Putri, A,E,R (2022))

Gejala umum yang ditimbulkan oleh TBC di paru-paru antara lain:

 Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu

 Batuk darah atau dahak (dahak)

 Sakit dada

 Mudah lelah dan lemah

 Demam

 Panas dingin

 Keringat malam

 Kehilangan nafsu makan

 Penurunan berat badan

Sementara jika TBC sudah menyebar ke organ lain dapat menyebabkan:

 Darah dalam urin dan kehilangan fungsi ginjal, jika TB ginjal


 Sakit punggung dan kekakuan, kejang otot, dan ketidakteraturan tulang

belakang jika TB mempengaruhi tulang belakang

 mual dan muntah

 Kebingungan

 Kehilangan kesadaran, jika TBC menyebar ke otak.

TBC kesamaan dengan COVID-19 dari penularannya yaitu melalui tetesan atau liur

dari penderitanya. (Putri, A,E,R (2022))

3. Penyebab Tuberkulosis (TBC) dan Penularannya

Penyebab TBC adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis di

paru-paru. Penularan tuberkulosis terjadi ketika seseorang menghirup udara yang

terkontaminasi bakteri tuberkulosis. Bakteri dikeluarkan oleh penderita TBC saat

batuk dan bersin dalam bentuk droplet alias percikan lendir. (Na’imah, Shylma

(2022))

Penting untuk diketahui bahwa orang yang terinfeksi bakteri

Mycobacterium tuberculosis bisa saja tidak langsung menularkan bakteri pada

orang lain. Hanya orang dengan penyakit TB paru aktif saja yang dapat

menyebarkan bakteri tersebut kepada orang lain. (Na’imah, Shylma (2022))

Untuk memahami bagaimana bakteri penyebab tuberkulosis menginfeksi tubuh

dan menimbulkan sejumlah gejala TBC, Anda perlu memahami tahapan

infeksinya.
Dilansir dari buku Tuberculosis, saat masuk ke dalam tubuh, bakteri

Mycobacterium tuberculosis akan melalui tiga tahapan infeksi TBC, yaitu:

1. Infeksi primer

Infeksi primer terjadi saat menghirup udara yang mengandung bakteri

penyebab tuberkulosis. Bakteri masuk melalui mulut dan hidung hingga

mencapai paru-paru, lalu mulai memperbanyak diri. (Na’imah, Shylma

(2022))

2. Infeksi laten

Sistem imun akan melakukan perlawanan ketika bakteri mulai berkembang

biak. Respons sistem imun yang kuat dapat menghancurkan bakteri atau

menahan perkembangan infeksinya. Saat imun tubuh mampu menahan

perkembangbiakan bakteri, M. tuberculosis akan masuk ke dalam status

dorman, yaitu kondisi di mana bakteri tidur atau tidak aktif menginfeksi.

Pada tahap ini, orang yang terinfeksi tidak akan merasa sakit atau tidak

menunjukkan gejala. Kondisi ini dikenal juga dengan TB laten. Penderita

TB laten tidak bisa menularkan penyakit TBC. (Na’imah, Shylma (2022))

3. Infeksi aktif

Sebaliknya, jika respons sistem imun lemah terhadap infeksi bakteri

tuberkulosis, bakteri akan lebih bebas memperbanyak diri dan menyerang

sel-sel sehat di paru-paru. Apabila bakteri sebelumnya dalam status

dorman, respons sistem imun yang lemah menyebabkan bakteri bangun

dari tidurnya dan kembali aktif menginfeksi. (Na’imah, Shylma (2022))


Kondisi aktifnya infeksi bakteri TBC ini adalah onset dari penyakit TB

paru aktif, yaitu ketika infeksi TBC menunjukan kemunculan gejala awal.

(Na’imah, Shylma (2022))

4. Faktor-Faktor Resiko Tuberkulosis (TBC)

TBC merupakan penyakit yang dapat terjadi pada setiap orang, terlepas

dari berapa usia dan apa kelompok ras penderitanya. Namun, terdapat

beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk

menderita penyakit TBC. (Na’imah, Shylma (2022))

Penting bagi Anda untuk mengetahui bahwa memiliki salah satu atau

beberapa faktor risiko bukan berarti Anda pasti langsung terkena penyakit

TBC. Faktor risiko hanyalah kondisi-kondisi yang dapat memperbesar

peluang Anda untuk terkena penyakit atau kondisi kesehatan tertentu.

(Na’imah, Shylma (2022))

Berikut adalah faktor-faktor risiko penyebab munculnya penyakit

tuberkulosis:

 Pengidap HIV, diabetes melitus (kencing manis), malnutrisi, atau

penyakit lain yang membuat sistem imun lemah.

 Orang yang melakukan kontak dengan pasien penderita penyakit

TBC.

 Orang yang merawat pasien dengan penyakit tuberkulosis,

misalnya dokter atau perawat.


 Orang yang tinggal atau bekerja satu tempat dengan pasien TBC,

misalnya di tempat pengungsian atau klinik.

 Orang yang tinggal di lingkungan yang kondisi kebersihan dan

sistem ventilasi yang buruk.

 Orang yang mengonsumsi alkohol berlebihan.

 Orang yang menggunakan obat terlarang.

 Orang yang merokok secara aktif.

 Orang yang bepergian ke tempat di mana tuberkulosis merupakan

penyakit yang umum atau menjadi penyakit wabah.

 Orang yang menjalani pengobatan kanker, seperti kemoterapi.

 Orang yang mengonsumsi obat-obatan yang digunakan untuk

mengobati penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis,

penyakit Crohn, dan psoriasis.

(Na’imah, Shylma (2022))

5. Hubungan Tuberkulosis (TBC) Dengan Kesehatan Gigi dan Mulut

Mulut memiliki resistensi tinggi terhadap invasi kuman tuberkulosis,

kemungkinan tersebarnya lesi tuberkulosis di mulut merupakan akibat

penyebaran hematogen kuman-kuman yang berasal dari suatu fokus di suatu

tempat di dalam tubuh. Dalam beberapa kasus tentang keterlibatan rongga

mulut pada pasien TB ditemukan diantaranya : ulserasi, nodul,, granuloma,


dan proliferasi mukosa juga gingivitis dan periodontitis yang lebih parah pada

individu yang menderita tuberculosis. (Amperawati, Metty (2016))

Manifestasi TB primer lebih sering terlokalisir pada organ paru, tetapi

beberapa kasus melaporkan adanya lesi dalam rongga mulut sebagai

manifestasi TB primer, meskipun lebih sering sebagai TB sekunder.

Manifestasi TB primer maupun sekunder dalam rongga mulut dapat terjadi

pada seluruh bagian rongga mulut seperti lidah, mukosa bukal, mukosa labial,

bibir, gusi, langit-langit, bahkan pada tulang dan sendi rahang, tetapi yang

paling sering dijumpai pada lidah berupa ulser kronis dan lesi nodular.

Gambaran ulser TB yang khas yaitu ulser kronis yang irregular, dengan bagian

tepi berindurasi (undermined), dandasar abu-abu mengelupas (sloughing),

disertai rasa sakit. Lesi bersifat menetap sehingga sering dicurigai sebagai

suatu keganasan. Deteksi dini TB sangat sulit karena sebanyak 95% orang

yang terinfeksi TB secara klinis tidak menunjukkan gejala. Dokter gigi dapat

berperan penting dalam deteksi lesi rongga mulut TB primer maupun sekunder

sehingga dapat memberi kontribusi dalam usaha penyembuhan penyakit serta

eliminasi penyebaran TB di masyarakat. (Nur’aeny, Nanan (2016))

Terdapat factor predisposisi terbentuknya lesi TB rongga mulut, yaitu

faktor lokal meliputi kebersihan mulut yang rendah, trauma lokal, kehadiran

lesi awal seperti leukoplakia, granuloma periapikal, kista, abses, dan

periodontitis, serta faktor sistemik yang meliputi ketahanan sistem imun host

yang rendah, dan defisiensi nutrisi.18Lesi TB dalam rongga mulut biasanya

berupa ulser kronis yang tidak sakit, berbentuk nodular, granular, atau
leukoplakia. Pada beberapa kasus dilaporkan lesi ulser TB primer maupun

sekunder yang kronis menimbulkan rasa sangat sakit. Lesi ulser TB dalam

rongga mulut (Gambar 1 dan 2) memiliki gambaran klinis yang khas yaitu

berupa ulser kronis yang irregular, dengan bagian tepi berindurasi

(undermined), dan dasar abu-abu mengelupas (sloughing).Selain

bermanifestasi sebagai ulser, lesi TB dalam rongga mulut lainnya pernah

dilaporkan berupa suatu tuberkuloma (nodul) pada lidah (Gambar 3).5

Diagnosis banding ulser TB meliputi ulser traumatik, ulser malignan

(karsinoma skuamos sel, limfoma), stomatitis aphtosa, ulser sifilis,

aktinomikosis, sarcoidosis, dan granuloma Wegener.Diagnosis banding

ditegakkan bila terdapat kemiripan dalam gambaran klinis dan histopatologis

lesi. Oleh karenanya perlu pengetahuan dan ketrampilan dalam menentukan

diagnosis banding lesi ulser TB. (Nur’aeny, Nanan (2016))

Gambar 1. Ulser TB primer pada lidah.


Gambar 2. Ulser TB sekunder pada lidah.

Gambar 3. Lesi nodular TB pada lidah.

6. Cara Pencegahan Tuberkulosis (TBC)

Bacille Calmette-Guerin (BCG) adalah vaksin yang dapat mencegah

penyakit TBC. Vaksin biasanya diberikan kepada bayi dan anak-anak dalam

rangkaian program imunisasi. (Na’imah, Shylma (2022))

Tingkat keberhasilan vaksin BCG dalam menghalau infeksi bakteri

tuberkulosis cukup tinggi. Dosis vaksin yang diberikan adalah sebanyak satu kali.

(Na’imah, Shylma (2022))


Selain bayi dan anak-anak, vaksinasi BCG perlu dilakukan untuk orang-

orang yang memiliki faktor risiko, terutama kelompok orang yang terus-menerus

terpapar bakteri penyebab TBC, seperti:

 Petugas kesehatan yang bekerja di tempat perawatan pasien TBC.

 Tenaga medis yang bekerja di laboratorium dan menangani sampel darah

atau urin.

 Orang yang bekerja di penjara, penampungan atau panti

 Orang yang berpergian ke wilayah wabah.

 Orang yang sering berinteraksi dengan penderita TBC.

Penting untuk Anda ketahui bahwa vaksin BCG tidak sebaiknya diberikan

pada orang-orang dengan kondisi kesehatan atau penyakit yang melemahkan

sistem imun mereka. Hal ini dikarenakan tubuh dengan sistem imun yang buruk

justru menyebabkan bakteri yang terdapat dalam vaksin BCG menimbulkan

infeksi yang serius. (Na’imah, Shylma (2022))

Penderita TB laten termasuk kelompok orang yang berisiko tinggi

mengalami TB paru aktif. Sayangnya, orang dengan TB laten tidak bisa lagi

melakukan vaksinasi sebagai langkah pencegahan. (Na’imah, Shylma (2022))

Anda yang memiliki TB laten perlu mengonsumsi obat untuk menjaga diri

dari pengembangan penyakit TBC. Ada beberapa pilihan pengobatan untuk TB

laten, dokter Anda akan memutuskan pengobatan yang menyesuaikan dengan

kondisi kesehatan Anda. (Na’imah, Shylma (2022))


B. Daftar Pustaka

1. Suprayitno, E, dkk (2020), Konsep Diri Penderita TB Paru dengan

Karies Gigi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ambunten Kecamatan

Ambunten Kabupaten Sumenep, di akses pada tanggal 13 Oktober 2022

https://jurnal.unej.ac.id/index.php/STOMA/article/view/25216/9963

2. Makarim, F,R (2020), TUBERKULOSIS, di akses pada tanggal 13

Oktober 2022

https://www.halodoc.com/kesehatan/tuberkulosis

3. Muhammad, Nizam (2017), Pemberantas Dan Penanggulangan

Tuberkulosis, di akses pada tanggal 13 Oktober 2022

http://repo.unikadelasalle.ac.id/index.php?

p=show_detail&id=11210&keywords=

4. Putri, A,E,R (2022), Tuberkulosis (TBC), Gejala Kenali, Penyebab dan

Cara Penularan, di akses pada tanggal 13 Oktober 2022

https://www.mitrakeluarga.com/artikel/artikel-kesehatan/tuberkulosis

5. Na’imah, Shylma (2022), TBC (TUBERKULOSIS), di akses pada tanggal

13 Oktober 2022

https://hellosehat.com/pernapasan/tbc/pengertian-tbc/

6. Amperawati, Metty (2016), Gambaran kondisi klinis rongga mulut pada

penderita tb parudi kecamatan cerbon kabupaten barito kuala Provinsi

kalimantan selatan, di akses pada tanggal 13 Oktober 2022

http://ejurnalskalakesehatanpoltekkesbjm.com/index.php/JSK/article/

view/167
7. Nur’aeny, Nanan (2016), Peran Dokter Gigi dalam Deteksi Dini

Tuberkulosis

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Universitas Padjadjaran, di akses pada

tanggal 13 Oktober 2022

https://www.researchgate.net/profile/NananNuraeny/publication/

346518208_Peran_Dokter_Gigi_dalam_Deteksi_Dini_Tuberkulosis/

links/5fc5eed9a6fdcce95269326

Anda mungkin juga menyukai