MAKALAH SEMENTASI
DI SUSUN OLEH:
Kelas : TK.2A
Nim : PO714261221022
SEMENTASI
A. PENDAHULUAN
Semen kedokteran gigi merupakan suatu bahan yang sering
sesuai dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai pada akhir perawatan.
Semen gigi yang digunakan sebagai bahan tambal mempunyai kekuatan yang
yang rendah, semen ini memiliki sifat khusus yang diinginkan sehingga
menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan cekat (Wahjuni
dan Mandanie, 2017). Gigi tiruan lepasan adalah protesa yang digunakan
untuk mengantikan gigi maupun jaringan pendukung yang dapat dilepas dan
1. Deskripsi Bab
Bab ini akan memberikan pengetahuan agar mahasiswa mampu
memahami tentang sementasi gigi.
2. Tujuan Pembelajaran
Dalam tujuan ini agar mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengaplikasikan bahan semen gigi.
3. Kompetensi Khusus
Mahahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami Pengertian Sementasi Gigi
2. Memahami Sifat dan Karakteristik Semen
3. Memahami Klasifikasi Semen Gigi Berdasarkan Kegunaan
4. Memahami Zinc Okside Eugenol
5. Memahami Seng Polikarboksilat
B. Penyajian
1. Pengertian Sementasi Gigi
Semen kedokteran gigi adalah campuran powder dan liquid yang
merupakan reaksi kimia antara asam dan basa. Powder yang bersifat basa
dan liquid yang bersifat asam membentuk konsistensi berupa pasta kental
yang kemudian akan mengeras menjadi massa yang padat.
Pada awal abad 20, material kedokteran gigi yang digunakan sebagai
retensi dan marginal seal pada protesa-protesa seperti inlays, onlays,
crowns dan bridges hanyalah semen Zinc Oxide Eugenol dan semen Zinc
Phosphate. Pada abad ke 20, material yang dapat digunakan dalam
menempelkan protesa pada gigi hanya semen, oleh karena itu Zinc Oxide
Eugenols memperbaiki protesa dengan menempelkan protesa pada gigi
disebut sementasi (Anusavice dalam Nugroho, A.2011)
Namun menjelang akhir abad ke 20, mulai bermunculan variasi-variasi
material kedokteran gigi yang bersifat adhesif. Pada akhir abad ke 20 juga
mulai bermunculan variasi-variasi semen kedokteran gigi seperti Zinc
Polycarboxylate, Glass Ionomer, dan Resin Modified Glass Ionomer
Cements. Dalam perkembangannya, semen kedokteran gigi tidak hanya
digunakan dalam menempelkan protesa dengan gigi, oleh karena itu
proses menempelkan protesa pada gigi disebut sebagai luting bukan lagi
sementasi. (Craig dalam Nugroho, A. 2011)
Semen sebagai luting agent berfungsi untuk melekatkan restorasi
yang dilakukan diluar mulut dimana diharapkan perlekatan tersebut kuat
dan bertahan untuk waktu yang lama.
Syarat Semen sebagai luting:
1. Biocompatibility
Semen yang digunakan sebagai luting biasanya diperlukan dalam
pemasangan mahkota gigi dan inlays, semen yang digunakan akan
menutupi dentin pada gigi. Bahan luting tersebut nantinya juga akan
menjalankan peran yang sama dengan dentin, yakni melindungi pulpa,
maka dari itu bahan semen sebagai luting haruslah material yang
biocompatibel dan tidak toksik terhadap pulpa sementasi (Craig dalam
Nugroho, A. 2011). Bahan luting yang baik tidak hanya melapisi seluruh
permukaan dentin dan protesa dengan baik, namun juga perlu material
yang bersifat anti bakteri agar pulpa terlindungi dari bakteri yang
merugkan (Mc Cabe dalam Nugroho, A. 2011).
2. Retensi
Retensi Peran utama semen sebagai luting adalah menghasilkan
retensi pada restorasi. Pada semen dengan bahan dasar air seperti semen
zinc phosphate, retensinya diatur oleh geometri dari gigi yang telah
dipreparasi, kontrol pada saat insersi, dan kemampuan dalam
memberikan mechanical keying pada permukaan yang tidak rata.
Kurangnya retensi merupakan penyebab utama kegagalan dalam luting.
Pada proses adisi, bahan adhesif bisa ditambahkan untuk meningkatkan
retensi secara signifikan dan resin adhesif technologies (Power, J dalam
Nugroho, A.2011).
Sifat semen sebagai luting:
Marginal seal
Ketebalan (Film thickness)
Mudah digunakan
Radiopacity
Estetik baik
(Van Noort dalam Nugroho, A. 2011)
Prosedur penggunaan semen sebagai luting:
1. Pemberian semen Pada taha ini, adonan semen dituan ke dalam
mahkota kurang lebih ½ dari volume mahkota. Pemberian semen
pada mahkota lebih baik ½ mahkota agar resiko terjebaknya udara
berkurang mengurangi waktu pemasangan, mengurangi tekanan yang
berlebih saat pemasangan, dan mengurangi waktu dalam
membersihkan sisa semen yang tidak terpakai. (Van Noort dalam
Nugroho, A.2011).
2. Pemasangan/insersi Setelah semen dituangkan ke dalam mahkota,
mahkota dipasang pada gigi preparasi. Pada saat pemasangan, perlu
tekanan yang cukup kuat dengan jari agar semen yang berlebih dapat
keluar. Ada beberapa cara yang dapat mempermudah proses
pemasangan atau insersi yakni dengan menurunkan viskositas semen,
mengurangi tinggi preparasi mahkota, dan dengan bantuan vibrasi
saat pemasangan. Bantuan vibrasi saat pemasangan berfungsi agar
semen dapat mengalir dengan baik. (Power, J dalam Nugroho, A.2011)
3. Pengambilan kelebihan semen yang berlebih setelah pemasangan
harus diangkat agar tidak mengganggu pasien. Pada semen ionomer
kaca, semen zinc phosphate dan resin dapat digunakan petroleum
jelly sebagai media separasi karenan pada ketiga semen tersebut,
perlekatannya terjadi secara kimiawi dan fisik sehingga dibutuhkan
media separasi sebagai media yang membantu dalam pengangkatan
kelebihan semen (Wahyudi, T.2005)
4. Mekanisme Retensi Setelah semen yang digunakan sebagai luting
seittng, protesa dan preparasi gigi akan menempel dengan
menimbulkan retensi. Retensi yang terjadi pada luting bisa terjadi
secara mekanis, kimia, maupun kombinasi semen. Pada prinsipnya
retensi kimia perlu didukung dengan retensi mekanis, dengan
kombinasi kimia-mekanis, lapisan semen dapat menahan aksi
kekuatan geser sepanjang interfasial (Rochyani L, et al. 2007). Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi retensi protesa, yakni film
thickness, kekuatan semen, perubahan dimensi selama setting, dan
semen yang digunakan. Retensi protesa yang baik dapat diperoleh
dengan memperhatikan film thickness, semen yang digunakan tidak
boleh terlalu tebal karena lapisan semen yang tebal memiliki resiko
kerusakan bagian dalam yang lebih besar (Simanjuntak, E.R 2000)
a. Basis
Basis adalah lapisan semen yang ditempatkan di bawah
restorasi permanen untuk memacu perbaikan dari pulpa yang rusak
dan melindunginya dari kerusakan. Kerusakan itu bisa dari thermal
shock bila gigi direstorasi dengan bahan logam dan kerusakan karena
iritasi kimia. Basis berfungsi menahan tekanan selama proses
kondensasi serta dapat bentuk yang structural bagi kavitas (Ricardo, R.
2004) Penggunaan basis dengan tujuan sebagai insulator terhadap
thermal shock tidak dilakukan pada semua restorasi logam, hal ini
tergantung pada kedalaman kavitas atau ketebalan dentin yang
tersisa (Clark J dalam Kadariani. 2001).
Kavitas yang dalam yaitu ketebalan yang tersisa kurang dari 1
mm merupakan indikasi penggunaan basis, karena dentin yang tersisa
tidak dapat bertindak sebagai insulator panas. Kavitas yang sedang
ketebalan dentin yang tersisa kurang dari 2 mm tetapi lebih dari 1 mm
memerlukan basis sebagai insulator terhadap thermal shock. Kavitas
yang dangkal yaitu ketebalan yang tersisa 2 mm atau lebih di antara
lantai kavitas dan pulpa, tidak diperlukan bahan basis karea dentin
yang tersisa dapat memberikan insulator terhadap thermal shock
(Clark J dalam Kadariani. 2001)
b. Liner dan Varnish
Liner adalah bahan yang ditempatkan sebagai lapisan yang
tipis dan fungsi utamanya adlaah untuk memberikan penghalang bagi
iritasi kimia, liner tidak berfungsi untuk memberikan penghalan bagi
iritasi kimia, liner tidak berfungsi sebagai insulator terhadap thermal
shock (Combe dalam Kadariani,2001).
Varnish adalah rosin alami atau rosin sintetik yang dilarutkan dalam
pelarut seperti eter atau kloroform yang dioleskan disekeliling kavitas.
Pelarut menguap meninggalkan selapis tipis yang berfungsi untuk
mengurangi mikroleakage yang terjadi di sekeliling restorasi. Varnish
yang ditempatkan di bawah restorasi logam tidak efektif sebagai
insolator panas meskipun bahan varnish merupakan penghantar
panas yang rendah (Craig dalam Kadariani.2001).
C. Penutup
Berbagai macam bahan di gunakan dalam dunia kedokterangigi salah
satunya adalah semen kedokterangigi. Berbagai macam semen
kedokterangigisepertiZinc Phosphate Cements, Zinc Polyacrylate/Polycarboxylate
Cements, GlassIonomer Cements, Zinc Oxide-Eugenol, Caviton, dan juga relay-X.
Yang masing-masing bahan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing
dan dapat di aplikasikan sesuai fungsi masing-masing.
Syarat bahan semen yang akan di aplikasikan harus dipertimbangkan seperti
tidak toksik, tidak larut dalam saliva, harus dapat menanggung beban kunyah,
harus dapat digunakan dalam jangka waktu beberapa lama melihat dari indikasi
dan kontra indikasi dari suatu bahan yang akan digunakan dan di aplikasikan. Dan
yang paling penting bahan yang akan digunakan harus dapat menggantikan
struktur gigi yang hilang.
D. Daftar Pustaka
Anusavice, Kenneth J. 2004. Phillips Buku Ajar IlmuBahanKedokteran Gigi. EGC:
Jakarta
https://www.scribd.com/document/242344772/Makalah-Semen-Kedokteran-
Gigi
Craig et al (2004). Dental Materials, Properties and Manipulation, 8edCombe
(1992). Note of Dental Materials, 6ed
Nugroho, A. 2011.Semen Sebagai Luting [Serial Online].
http://www.scribd.com/doc/56760908/Semen-Sebagai-Luting