Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Semen kedokteran gigi merupakan suatu bahan yang sering digunakan dalam
praktek sehari-hari kedokteran gigi. Setiap semen memiliki komposisi, sifat, cara
manipulasi, dan setting time yang beragam, digunakan sesuai dengan tujuan dan hasil
yang ingin dicapai pada akhir perawatan.
Semen gigi yang digunakan sebagai bahan tambal mempunyai kekuatan yang
rendah dibandingkan resin komposit dan amalgam,tetapi dapat digunakan untuk
daerah yang mendapat sedikit tekanan. Terlepas dari kekuatannya yang
rendah,semen ini memiliki sifat khusus yang diinginkan sehingga digunakan hampir
60% restorasi (Annusavice, 2004).
Meskipun semen restorasi digunakan untuk restorasi sementara maupun jangka
panjang, juga diperlukan untuk aplikasi lain misalnya sebelum penempatan restorasi,
pulpa dapat terganggu atau terluka oleh berbagai sebab, misalnya karies atau preparasi
kavitas. Untuk melindungi pulpa terhadap trauma lebih lanjut, seringkali ditempatkan
alas penahan panas di bawah tambalan logam,dan bahan-bahan penutup pulpa serta
pelapik kavitas pada permaukaan kavitas (Annusavice, 2004).
Penggunaan utama lain dari semen gigi termasuk merekatkan gigi (menyemen)
tiruan dan peralatan ortodontik serta merekatkan post dan pasak untuk restorasi
(Annusavice, 2004).

Semen untuk restorasi semen yang digunakan untuk restorasi sementara atau
jangka pendek (beberapa hari sampai beberapa minggu), jangka menengah (beberapa
minggu sampai bebefrapa bulan) dan tambalan menetapat au jangka panjang
(beberapa tahun), serta untuk restorasi estetik pada gigi depan. (Annusavice, 2004).

1.2 RumusanMasalah
Apakah semen kedokteran gigi berperan penting dalam penambalan gigi.

1.3 Tujuanpembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan bahan semen
kedokterangigi .

1.4 Hipotesa

1
Semen kedokteran gigi berperan penting dalam penambalan gigi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semen kedokteran Ggi
2.1.1 Definisi Semen
Semen kedokteran gigi adalah campuran powder dan liquid yang merupakan
reaksi kimia antara asam dan basa. Powder yang bersifat basa dan liquid yang bersifat
asam membentuk konsistensi berupa pasta kental yang kemudian akan mengeras
menjadi massa yang padat.

2.1.2 Fungsi Semen


2.1.2.1 Luting Agent ( Bahan Perekat)

2
Pada awal abad 20, material kedokteran gigi yang digunakan sebagai
retensi dan marginal seal pada protesa-protesa seperti inlays, onlays, crowns
dan bridges hanyalah semen Zinc Oxide Eugenol dan semen Zinc Phosphate.
Pada abad ke 20, material yang dapat digunakan dalam menempelkan protesa
pada gigi hanya semen, oleh karena itu Zinc Oxide Eugenols memperbaiki
protesa dengan menempelkan protesa pada gigi disebut sementasi (Anusavice
dalam Nugroho, A.2011)
Namun menjelang akhir abad ke 20, mulai bermunculan variasi-variasi
material kedokteran gigi yang bersifat adhesif. Pada akhir abad ke 20 juga
mulai bermunculan variasi-variasi semen kedokteran gigi seperti Zinc
Polycarboxylate, Glass Ionomer, dan Resin Modified Glass Ionomer Cements.
Dalam perkembangannya, semen kedokteran gigi tidak hanya digunakan
dalam menempelkan protesa dengan gigi, oleh karena itu proses menempelkan
protesa pada gigi disebut sebagai luting bukan lagi sementasi. (Craig dalam
Nugroho, A. 2011)
Semen sebagai luting agent berfungsi untuk melekatkan restorasi yang
dilakukan diluar mulut dimana diharapkan perlekatan tersebut kuat dan
bertahan untuk waktu yang lama.

Syarat Semen sebagai luting


1. Biocompatibility
Semen yang digunakan sebagai luting biasanya diperlukan dalam
pemasangan mahkota gigi dan inlays, semen yang digunakan akan
menutupi dentin pada gigi. Bahan luting tersebut nantinya juga akan
menjalankan peran yang sama dengan dentin, yakni melindungi pulpa,
maka dari itu bahan semen sebagai luting haruslah material yang
biocompatibel dan tidak toksik terhadap pulpa sementasi (Craig dalam
Nugroho, A. 2011). Bahan luting yang baik tidak hanya melapisi seluruh
permukaan dentin dan protesa dengan baik, namun juga perlu material
yang bersifat anti bakteri agar pulpa terlindungi dari bakteri yang
merugkan (Mc Cabe dalam Nugroho, A. 2011).

2. Retensi
Peran utama semen sebagai luting adalah menghasilkan retensi pada
restorasi. Pada semen dengan bahan dasar air seperti semen zinc
phosphate, retensinya diatur oleh geometri dari gigi yang telah dipreparasi,
kontrol pada saat insersi, dan kemampuan dalam memberikan mechanical
3
keying pada permukaan yang tidak rata. Kurangnya retensi merupakan
penyebab utama kegagalan dalam luting. Pada proses adisi, bahan adhesif
bisa ditambahkan untuk meningkatkan retensi secara signifikan dan resin
adhesif technologies (Power, J dalam Nugroho, A.2011)

Sifat semen sebagai luting:


1. Marginal seal
2. Ketebalan (Film thickness)
3. Mudah digunakan
4. Radiopacity
5. Estetik baik
(Van Noort dalam Nugroho, A. 2011)

Prosedur penggunaan semen sebagai luting


1. Pemberian semen
Pada taha ini, adonan semen dituan ke dalam mahkota kurang lebih ½ dari
volume mahkota. Pemberian semen pada mahkota lebih baik ½ mahkota
agar resiko terjebaknya udara berkurang mengurangi waktu pemasangan,
mengurangi tekanan yang berlebih saat pemasangan, dan mengurangi
waktu dalam membersihkan sisa semen yang tidak terpakai. (Van Noort
dalam Nugroho, A.2011).
2. Pemasangan/ insersi
Setelah semen dituangkan ke dalam mahkota, mahkota dipasang pada gigi
preparasi. Pada saat pemasangan, perlu tekanan yang cukup kuat dengan
jari agar semen yang berlebih dapat keluar. Ada beberapa cara yang dapat
mempermudah proses pemasangan atau insersi yakni dengan menurunkan
viskositas semen, mengurangi tinggi preparasi mahkota, dan dengan
bantuan vibrasi saat pemasangan. Bantuan vibrasi saat pemasangan
berfungsi agar semen dapat mengalir dengan baik. (Power, J dalam
Nugroho, A.2011)
3. Pengambilan kelebihan semen
Semen yang berlebih setelah pemasangan harus diangkat agar tidak
mengganggu pasien. Pada semen ionomer kaca, semen zinc phosphate dan
resin dapat digunakan petroleum jelly sebagai media separasi karenan pada
ketiga semen tersebut, perlekatannya terjadi secara kimiawi dan fisik
sehingga dibutuhkan media separasi sebagai media yang membantu dalam
pengangkatan kelebihan semen (Wahyudi, T.2005)
4. Mekanisme Retensi
Setelah semen yang digunakan sebagai luting seittng, protesa dan preparasi
gigi akan menempel dengan menimbulkan retensi. Retensi yang terjadi
4
pada luting bisa terjadi secara mekanis, kimia, maupun kombinasi semen.
Pada prinsipnya retensi kimia perlu didukung dengan retensi mekanis,
dengan kombinasi kimia-mekanis, lapisan semen dapat menahan aksi
kekuatan geser sepanjang interfasial (Rochyani L, et al. 2007). Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi retensi protesa, yakni film
thickness, kekuatan semen, perubahan dimensi selama setting, dan semen
yang digunakan. Retensi protesa yang baik dapat diperoleh dengan
memperhatikan film thickness, semen yang digunakan tidak boleh terlalu
tebal karena lapisan semen yang tebal memiliki resiko kerusakan bagian
dalam yang lebih besar (Simanjuntak, E.R 2000)

2.1.2.2 Basis
Basis adalah lapisan semen yang ditempatkan di bawah restorasi
permanen untuk memacu perbaikan dari pulpa yang rusak dan melindunginya
dari kerusakan. Kerusakan itu bisa dari thermal shock bila gigi direstorasi
dengan bahan logam dan kerusakan karena iritasi kimia. Basis berfungsi
menahan tekanan selama proses kondensasi serta dapat bentuk yang structural
bagi kavitas (Ricardo, R. 2004)
Penggunaan basis dengan tujuan sebagai insulator terhadap thermal
shock tidak dilakukan pada semua restorasi logam, hal ini tergantung pada
kedalaman kavitas atau ketebalan dentin yang tersisa (Clark J dalam
Kadariani. 2001).
Kavitas yang dalam yaitu ketebalan yang tersisa kurang dari 1 mm
merupakan indikasi penggunaan basis, karena dentin yang tersisa tidak dapat
bertindak sebagai insulator panas. Kavitas yang sedang ketebalan dentin yang
tersisa kurang dari 2 mm tetapi lebih dari 1 mm memerlukan basis sebagai
insulator terhadap thermal shock. Kavitas yang dangkal yaitu ketebalan yang
tersisa 2 mm atau lebih di antara lantai kavitas dan pulpa, tidak diperlukan
bahan basis karea dentin yang tersisa dapat memberikan insulator terhadap
thermal shock (Clark J dalam Kadariani. 2001)

2.1.2.3 Liner dan Varnish


Liner adalah bahan yang ditempatkan sebagai lapisan yang tipis dan fungsi
utamanya adlaah untuk memberikan penghalang bagi iritasi kimia,liner tidak
berfungsi untuk memberikan penghalan bagi iritasi kimia, liner tidak berfungsi
sebagai insulator terhadap thermal shock (Combe dalam Kadariani,2001).
5
Varnish adalah rosin alami atau rosin sintetik yang dilarutkan dalam pelarut
seperti eter atau kloroform yang dioleskan disekeliling kavitas. Pelarut
menguap meninggalkan selapis tipis yang berfungsi untuk mengurangi
mikroleakage yang terjadi di sekeliling restorasi. Varnish yang ditempatkan di
bawah restorasi logam tidak efektif sebagai insolator panas meskipun bahan
varnish merupakan penghantar panas yang rendah (Craig dalam
Kadariani.2001)

2.1.2.4 Pelindung Pulpa


Semen berfungsi untuk penempatan restorasi, cavity liner dengan low
strength base yang tidak mengiritasi pulpa.
2.1.2.5 Bahan Restorasi
Semen berfungsi sebagai bahan restorasi permanen maupun restorasi
sementara.

2.2 Syarat Semen Kedokteran Gigi Secara Umum

Menurut Anusavice (2004) sarat semen kedokteran gigi secara umum,


diantaranya adalah sebagai berikut::
1. Semen yang digunakan di kedokteran gigi harus tidak beracun dan tidak
mengiritasi pulpa serta jaringan yang lain, agar kondisi kesehatan atau oral
hygiene tetap terjaga meskipun sedang melakukan perawatan.
2. Solubility rendah atau sifat kelarutannya rendah sehingga tidak mudah larut
dalam larutan saliva.
3. Aplikasinya harus mudah agar memudahkan operator untuk
mengaplikasikannya ke operator dan harus cepat mengeras.
4. Melindungi pulpa :
a. Rangsangan termis
b. Rangsangan kimia
c. Rangsangan galvanis
5. Dapat melekat baik pada enamel, dentin, porselen, akrilik, alloy, tetapi tidak
lengket pada alat Kedokteran Gig
6. Bakteriostatik
7. Tidak mengurangi sensitivitas dentin
8. Sifat rheological yaitu Kekentalan yang rendah (sesuai dengakebutuhan) dan
ketebalan selapis tipis (Film thickness).

2.3 Sifat dan Karakteristik Semen


2.3.1 Keteblan dan Konsistensi

6
Ketebalan semen sangat menentukan adaptasi restorasi dari gigi.
Retensi juga dapat dipengaruhi oleh ketebalan semen. Ketebalan maksimum
dari semen adalah 25 μm. Semakin tebal konsistensi maka semakin besar juga
ketebalan semen yang mengakibatkan restorasi kurang sempurna. Ketebalan
semen bergantung pada ukuran partikel dari powder, konsentrasi powder
dalam liquid, kekentalan liquid dan konsistensi dari semen. Konsistensi
merupakan hal yang sangat utama dalam proses sementasi.

2.3.2 Kekentalan
Konsistensi dari semen dapat ditentukan dengan mengukur kekentalan.
Peningkatan akan suhu dan waktu telah menunjukkan peningkatan kekentalan
atau viskositas dari beberapa jenis semen. Kenaikan viskositas / kekentalan
yang terus menerus berbanding dengan waktu mendemonstrasikan perlunya
pengerjaan dengan cepat setelah menyelesaikan proses pencampuran untuk
mengambil keuntungan dari rendahnya kekentalan semen. Apabila tidak
dilakukan dengan cepat maka akan terjadi peningkatan ketebalan semen
sehingga menurunkan adaptasi restorasi pada gigi.

2.3.3 Setting Time


Setting time merupakan factor penting lain selain viskositas atau
kekentalan dari semen. Waktu yang cukup harus disediakan setelah proses
pencampuran semen dilakukan agar hasil yang dihasilkan sesuai dengan tujuan
digunakannya semen tersebut. Setting time merupakan waktu yang dibutuhkan
mulai dari pengadukan hingga semen menjadi keras. Sedangkan working time
adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsistensi luting atau
perekatan. Standar setting time menurut ANSI/ADA spesifikasi no 96,
konsistensi perekatan / luting berkisar pada 2,5 menit hingga 8 menit pada
suhu tubuh (37 derajat Celcius) dengan 60-90 detik pertama merupakan lama
waktu yang dibutuhkan untuk pencampuran semen.

2.3.4 Kekuatan (Compressive Strength)


ANSI/ADA spesifikasi no 96 menetapkan bahwa standar konsistensi
luting dari semen kedokteran gigi harus menunjukkan minimum 24 jam
compressive strength sebesar 70 Mpa.

2.3.5 Kelarutan

7
Kelarutan dalam air dan cairan dalam mulut juga merupakan suatu
faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam properti semen. Pada
umumnya, water based cement memiliki kelarutan dalam air dan cairan dalam
mulut lebih tinggi dibandingkan resin atau oil based cements.

2.4 Klasifikasi semen kedokteran gigi berdasarkan kegunaan


2.4.1 Semen Seng Fosfat
Semen seng fosfat merupakan bahan semen tertua yang masih digunakan
sampai sekarang. Semen seng fosfat terdiri dari bubuk dan cairan. Semen ini sering
digunakan sebagai bahan lutting pada penggunaan material restoratif metal maupun
metal-keramik, selain itu juga sering digunakan sebagai basis amalgam untuk
melindungi pulpa dari konduksi thermal amalgam yang cukup besar (Baum, 1997).

A. Komposisi Semen Seng Fosfat:


Komposisi terdiri dari powder seng oksida 90% dan Magnesium 10 %
danasam phorporic, garam logam dan air sebagai liquid. Penggunaan sebagai
basis,konsistensi harus seperti dempul, campuran bubuk dan liquid dengan ratio 6:1
atau sesuai kebutuhan, membentuk adonan yang tidak cair tidak padat, aduk dengan
putaran melawan jarum jam, tempatkan adonan pada tumpatan yang telah diberi
semen eugenol sebagai subbasis. Waktu pengerasan sekitar 5-9 menit dan kelebihan
tumpatan dibuang (Phillips dalam Ricardo, R. 2004).

B. Sifat Semen Seng Fosfat


1. Semen seng fosfat menunjukkan daya larut yang relatif rendah didalam air
2. Pengerasan seng fosfat tidak melibatkan reaksi apapun dengan jaringan
keras disekitarnya atau bahan restorasi lainnya. Oleh karena itu, ikatan
utama adalah berupa kunci mekanis pada pertemuan keuda permukaan dan
bukan oleh interaksi kimia
3. Sifat biologi dari semen ini memiliki keasaman yang cukup tinggi pada saat
protesa ditempatkan pada gigi. Kemudian pH akan naik dengan cepat tetapi
masih sekitar 5,5 pada jam ke-24. Jika digunakan adukan yang encer pHh
akan lebih rendah dan akan tetap rendah pada jangka waktu yang lama
4. Sifat semen seng fosfat yang lain diantranya : meminimalkan kebocoran
mikro, memberikan perlindungan terhadap pulpa, memiliki daya anti

8
bakteri, rasio bubuk dan cairan mempengaruhi kecepatan pengerasan
(diputra, 2001)

C. Fungsi Semen Seng Fosfat


1) Sebagai bahan tambalan sementara
Sebagai tambalan sementara, semen ini didasari oleh Seng okside yang
dicampur dengan cairan asam fosfat 50%. Bila menggunakan Seng phosphatemaka
kavitas tidak terlalu besar dan kekuatan pengunyahan yang dipusatkan pada daerah
gigi tersebut tidak boleh terlalu besar. Untuk menjamin kestabilan dan kekuatan
tambalan sementara serta mencegah fraktur dari sisa cups di sekeliling kavitas yang
besar, bahan ini di gunakan bersama dengan plat tembaga lembut yang dipotong dan
dibentuk yan gkemudian disemenkan di sekliling mahkota dan tambalan sementara
dengan menggunakan semen yang sama (Smith BGN dalam Ricardo, R. 2004).
2) Sebagai Bahan Basis dan Pelapik
Sedangkan sebagai basis, digunakan dalam bentuk dempul dan bentuk lapisan
yang relative tebal untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan untuk
melindungi pulpa dari iritasi kimia dan fisik serta menghasilkan penyekat terhadap
panas dan menahan tekanan yang diberikan selama penempatan bahan restorative
(Kidd EA dalam Ricardo, R. 2004).
3) Sebagai Bahan Perekat Inlay, Jembatan dan Pasak Inti
Sebelum memulai penyemenan, terlebih dahulu dilakukan pembersihan dan
pengeringan daerah kerja, semen fosfat dnegn slow setting dibuat dengan menmbah
bubuk dalam jumlah secukupnya dalam cairan sekitar 1-1,5 menit pada glass slab
yang dingin, semen yang telah dicampur dioleskan pada bahan resatoratif dan
dimasukkan kedalam kavitas kemudian ditekan secara intermitten sampai posisinya
benar-benar baik. Semen yang telah benar-benar mengeras, sangat penting untuk
membersihkan sisa-sisa semen di bagian proksimal dan servikal untuk menghindari
iritasi gingiva (Craig dalam Ricardo, R. 2004).

D. Manipulasi Semen Seng Fosfat


1. Siapakan 3-6 tetes cairan dan bubuk ke glass plate dengan perbandingan rasio
bubuk banding cairan 3:1. Semakin tinggi rasio semakin baik sifat-sifatnya.
2. Campur bubuk dengan cairan. Campur bubuk sedikit demi sedikit. Untuk
memperoleh konsistensi yang diinginkan, suatu aturan yang baik untuk diikuti

9
adlah mengaduk selama 15 detik setelah setiap kali menambahkan bubuk.
Penyelesaian pengadukan biasanya membutuhkan waktu selama 1,5 menit.
3. Konsistensi sebenarnya bervariasi sesuai dengan tujuan penggunaan semen.
Untuk penggunaan sebagai basis harus mencapai konsistensi seperti pasta.

E. Waktu pengerasan
Waktu pengerasan seng fosfat sesuai dengan spesifikasi ADA No.9 adalah
antara 5-9 menit

F. Faktor yang mempengaruhi waktu kerja dan pengerasan Semen Seng Fosfat.
1. Rasio bubuk dan cairan
Waktu kerja dan pengerasan dapat ditingkatkan dengan mengurangi rasio
bubuk:cairan. Tetapi prosedur ini bukan cara yang bisa diterima untuk
memperpanjang waktu pengerasan karena tindakan ini mengganggu sifat fisik
dan menghasilkan semen dengan pH awal yang rendah.
2. Kecepatan pencampuran bubuk
Sejumlah bubuk yang secara bertahap ditambahkan pada saat pencampuran
kedalam cairan akan menambah waktu kerja dan pengerasan dengan
mengurangi jumlah panas yang ditimbulkan dan memungkinkan lebih banyak
bubuk yang bisa digabungkan dalam adukan. Karena itu cara seperti ini
merupakan prosedur yang dianjurkan untuk semen seng fosfat.
3. Temperatur alas aduk
Pendinginan alas akan memperlambat reaksi kimia antara bubuk dan cairan
sehingga pembentukan matriks juga diperlambat. Ini memungkinkan
dimasukkannya bubuk dalam jumlah optimal kedalam cairan tanpa adonan
menjadi sangat kental.( Anusavice, 2004)

2.4.2 Zinc Okside Eugenol


Semen ini biasanya dikemas dalam bentuk bubuk dan cairan atau kadang-
kadang sebagai dua jenis pasta. Tersedia berbagai jenis formula OSE untk restorasi
sementara dan jangka menengah, pelapik kavitas, basispenahan panas, dan semen
perekat sementara serta permanen. Juga berfungsi sebagai penutup saluran akar dan
dresing periodontal. pH-nya 7 pada saat dimasukkan ke dalam gigi. Semen OSE
adalah salah satu bahan yang paling tidak mengiritasi dari semua bahan gigi dan
merupakan penutup yang istimewa terhadap kebocoran (Anusavice, 2003).
Berbagai formula dan kegunaan disebutkan dalam spesifikasi ADA No.30 untuk
bahan restorasi OSE, yang menyebutkan empat jenis OSE. Semen OSE Tipe I
digunakan untuk semen sementara. Tipe II digunakan untuk semen permanen dari

10
restorasi atau alat-alat yang dibuat di luar mulut. Tipe III digunakan untuk restorasi
sementara dan basis penahan panas. Sedangkan Tipe IV digunakan untuk pelapik
kavitas. Kegunaan yang terakhir ini menganjurkan penggunaan bahan sebagai lapisan
pada dinding pulpa untuk melindunginya terhadap iritasi kimia dari bahan restorasi.
Namun ketebalannya tidak menandai untuk memberikan perlindungan panas pada
pulpa (Anusavice, 2004).

A. Komposisi Zinc Oksida Eugenol


Bahan-bahan Fungsi
Powder Zinc oxide 69,0% Bahan utama
White rosin 29,3% Untuk mengurangi
Zinc stearate 1,0% kerapuhan pada semen
Akselelator
Zinc acetate 0,7% Bereaksi dengan eugenol
Magnesium oxide

Liquid Eugenol 85,0 % Bereaksi dengan zinc okside


Plasticizer
Olive oil 15,0 %

B. Fungsi Zinc Oksida Eugenol


a. Sebagai Restorasi Sementara
Bahan-bahan yang digunakan untuk restorasi sementara diharapkan bertahan
selama jangka waktu yang pendek, misalnya beberapa hari atau paling lama beberapa
minggu. Restorasi ini dapat berfungsi sebagai perawatan restoratif sementara sambil
menunggu pulpa sembuh atau sampai tambalan jangka panjangnya selesai dibuat dan
siap untuk dipasang. Semen OSE Tipe I hampir secara universal digunakan untuk
perawatan sedatif, penutupan sementara, dan semen yang permanen. Karena tambalan
semen ini akhirnya akan dilepas, kekuatan maksimal yang diperbolehkan menurut
Spesifikasi ADA No.30 adalah 35 Mpa (Anusavice, 2004).
b. Sebagai Restorasi Jangka Menengah
Kadang-kadang muncul kebutuhan akan restorasi jangka menengah, terutama
pada pedodontik. Misalnya, pada pasien karies rampan yang lebih baik membuang
semua jaringan yang telah mengalami demineralisasi dari lesi karies dengan sesegera

11
mungkin untuk mengurangi kosentrasi bakteri kariogenik sehingga menghentikan
proses karies. Begitu penghilangan awal dari karies selesai dijalankan dan pasien telah
dialihkan ke keadaan resiko rendah karies, dokter gigi dapat melanjutkan perawatan
dengan restorasi jangka panjang. Jarak waktu antara pembuangan jaringan karies dan
penyelesaian pekerjaan restorasi dapat beberapa bulan atau lebih lama lagi. Selama
periode menunggu ini, gigi harus dilindungi dengan jenis restorasi yang telah lama
( Anusavice, 2004)

C. Sifat Zinc Oksida Eugenol


Sifat fisik. Seperti pada semua semen lain, rasio bubuk:cairan dari semen OSE
akan mempengaruhi kecepatan pengerasan. Semakin tinggi rasio bubuk:cairan,
semakin cepat pengerasannya. Pendinginan alas aduk akan memper lambat waktu
pengerasan kecuali temperaturnya di bawah titik pengembunan. Di bawah titik embun
ini, kondesat akan bergabung dengan adukan dan reaksi pengerasan akan dipercepat
( Anusavice, 2004)
Ukuran partikel akan mempengaruhi kekuatan. Pada umumnya, ukuran perikel
yang lebih kecil akan meningkatkan kekuatan. Penggantian sebagai eogenol dengan
asam orto-etoksibensoat berakibat peningkatan kekuatan, seperti juga panggabungan
polimer ( Anusavice, 2004)
Formula OSE yang dirancang untuk berbagai kegunaan memiliki kekuatan
yang berkisar antara 3 sampai 55Mpa. Kekuatan semen OSE tergantung pada tujuan
kegunaanya dan pada formula yang dirancang untuk tujuan tersebut (Anusavice,
2004)

D. Manipulasi bahan Zinc Oksida Eugenol


* Bubuk dalam jumlah secukupnya dan beberapa tetes eugenol diletakkan pada
glass plate
* Bubuk dan larutan eugenol diaduk sampai mencapai tekstur seperti asta kental
* Pasta yang tercampur akan dapt dipegang tanpa melekat pada jari
* Kemudian masukkan adonan kedalam kavitas

E. Faktor yang mempengaruhi setting Zinc Oksida Eugenol


12
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi setting dari semen oksida eugenol
diantaranya:
a. Ukuran partikel
b. Rasio bubuk : cairan
c. Pendinginan alas aduk

F. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi Semen Seng Oksida Eugenol
1. Meredakan rasa sakit
2. Basis insulatif
3. Tambalan Sementara, misalnya pada pulp capping tidak langsung
4. Sementasi inlay,crown, dan bridge
5. Karies dentin
Kontra-Indikasi : Kasus pulpa gangren atau mati. (harty, 1993)

2.4.3 Semen Seng Polikarboksilat

Di dalam pencairan bahan semen adhesif yang dapat mengikat kuat dengan
struktur gigi, seng polikarboksilat adalah system semen pertama yang memiliki ikatan
adhesif dengan struktur gigi.

A. Komposisi dan Kimiawi Semen Seng Polikarboksilat


Semen polikarboksilat adalah sistem bubuk-cairan. Cairannya adalah larutan air
dari asam poliakrilat atau kopolimer dari asam akrilik dengan asam karboksilat lain
yang tidak jenuh, misalnya asam itakonik. Berat molekul dari poliasam berkisar
antara 30.000 sampai 50.000. Konsentrasi asam dapat bervariasi di antara satu semen
dengan semen lainnya tetapi biasanya sekitar 40%
Komposisi dan prosedur pembuatan bubuknya mirip semen seng fosfat.
Bubuknya mengandung oksida seng dengan sejumlah oksida magnesium. Oksida
stanium dapat menggantikan oksida magnesium. Oksida-oksida lain, misalnya
bismuth dan aluminium, juga dapat ditambahkan. Bubuk ini juga dapat mengandung
sejumlah kecil stannous fluorida, yang mengubah waktu pengerasan dan memperbaiki
sifat manipulasi. Unsur ini merupakan bahan penambah yang penting karena juga

13
meningkatkan kekuatan. Namun, fluorida yang dilepaskan semen silikofosfat dan
ionomer kaca.( Anusavice, 2004)

B. Reaksi pengerasan Semen seng Polikarboksilat


Semen ini melibatkan pelarutan permukaan partikel oleh asam yang kemudian
melepaskan ion-ion seng, magnesium, dan timah, yang menyatu ke rantai polimer
melalui gugus karboksil, seperti yang digambarkan pada Gambar 25-12A. Ion-ion ini
bereaksi dengan gugus karboksil dari rantai poliasam yang ada di dekatnya sehingga
terbentuk garam ikatan silang ketika semen mengeras. Semen yang mengeras terdiri
atas matriks gel tanpa bentuk di dalam mana tersebar partikel-partikel yang tidak
bereaksi. Gambar struktur mikronya mirip dengan semen seng fosfat.
Juga ada jenis semen ini yang pengerasannya oleh air, seperti telah dijelaskan
pada Bab 24 untuk semen ionomer kaca. Poliasam adalah bubuk yang dikeringkan
dengan cara dibekukan kemudian dicampur dengan bubuk semen. Cairannya adalah
air atau larutan lemah dari NaH2PO4. Meskipun demikian, reaksi pengerasannya
adalah sama terlepas dari apakah poliasam ini dikeringkan dengan dibekukan dan
kemudian dicampur dengan air atau digunakan larutan poliasam lemah yang
konvensional sebagai cairannya.( Anusavice, 2004)

C. Ikatan dengan Struktur Gigi Semen Seng Polikarboksilat


Seperti telah dinyatakan sebelumnya, sifat yang menonjol dari semen
polikarboksilat adalah bahwa semen ini terikat secara kimiawi dengan struktur gigi.
Mekanismenya belum dimengerti sepenuhnya, tetapi mungkin mirip dengan reaksi
pengerasan. Seperti ditunjukkan pada Gambar 25-12B, asam poliakrilat bereaksi
melalui gugus karboksil dengan kalsium hidroksiapatit. Seperti dibahas dalam Bab 24
yang mengacu pada semen ionomer kaca, komponen anorganik dan homogenitas
email lebih besar daripada dentin. Jadi, kekuatan ikatan dengan email akan lebih besar
daripada dengan dentin. Ini digambarkan dalam Gambar 25-13, dimana kekuatan
ikatan dari semen polikarboksilat dengan email dan dentin dibandingkan.
Ketebalan Lapisan. Ketika semen karboksilat diaduk pada rasio bubuk: cairan
yang benar, adonannya lebih kental daripada adukan semen seng fosfat. Namun,
adukan polikarboksilat diklasifikasikan sebagai pseudoplastik, dan mengalami
pengenceran jika kecepatan pengolesannya ditingkatkan . Secara klinis, ini berarti
bahwa tindakan pengadukan dan penempatan dengan getaran akan mengurangi
14
kekentalan semen, dan prosedur ini menghasilkan lapisan dengan ketebalan 25 m
atau kurang.( Anusavice, 2004)

D. Waktu Kerja dan Pengerasan Seemn seng Polikarboksilat


Waktu kerja untuk semen polikarboksilat jauh lebih pendek daripada semen
seng fosfat, yaitu sekitar 2,5 menit dibanding 5 menit untuk seng fosfat. Ini
digambarkan pada Gambar 25-14 dimana kekentalan semen seng fosfat,
polikarboksilat dan ionomer kaca dicatat sebagai fungsi dari waktu. Garis datar pada
kurva mewakili waktu kerja. Penurunan temperatur reaksi dapat meningkatkan waktu
kerja yang diperlukan untuk sementasi jembatan cekat. Sayangnya, temperatur alas
aduk yang dingin dapat menyebabkan asam poliakrilat mengental. Bertambahnya
kekentalan membuat prosedur pengadukan menjadi lebih sulit. Dianjurkan bahwa
hanya bubuk yang didinginkan di lemari pendingin.( Anusavice, 2004)

E. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi :
1. Sementasi
2. Basis
3. Lapik pelekat
Kontra-Indikasi :
1. Perawatan pulpa
2. Kasus pulpa gangren atau mati (harty, 1993)

2.4.4 SemenSilikat
Semen Silikat dibuat dengan mencampur powder yang terbuatdari
aluminoFluoro-Silikat glass dengan liquid37% asam fosfat. Secara kimia asam
melarutkan dan menggabungkan sebagian kaca. Hal ini menciptakan suatu
matriksyangsangatkerasdanrapuh. Campurancairansemeninisamadengan
semenSengfosfat,bagaimanapun,penggunaanutamadalam kedokterangigi
adalahsebagaimaterialyang sewarnadengangigi.Karenamatrikssangatkeras,
rapuhdankurangnya ketahanannyaterhadapabrasi membatasipenggunaannya
sebagaibahanbasisrestorative(Martin S. 2011).
Sampaimunculnya kompositresin, silikatadalahmaterialgigi hanya mengisiwarna
15
yangtersedia,dan satu-satunyaalternatifuntukamalgamperak
sebagai(nonemas)sederhanabahanpengisipermanen. Penggunaannyaterbatas padagigi
depan,ataudaerahkerusakantidakpadapermukaangigi belakangyang
mempunyaikekutantekan besar(Martin S. 2011).

A. Keuntungan Semen Silikat


Selainwarnanya,adalahterdapatfluoridedari glass,(komponendari
bahanmatrikskarenareaksi kimiayangterlibatdalam pencampuranbubuk dengan
cairan), fluoridecenderung mencegahkarieslebih lanjut disekitar margin,
(kenyataannya, merupakan karakteristik dari semua formulasemen gunakanAl-Fl-Si
glassdanasam kombinasi).Masalahutama dengan semen silikat sebagai bahan
restoratif adalah tampilannya. Partikel-
partikelkacarentanterhadaptekanan,mudahberubahwarna dankasar. Kesulitan lain
adalah kerapuhan dari matriks estetik karena menyebabkan permukaan krasing dan
majinal chipping sebagai usia restorasi dan menciptakan lebih
banyaktempatpotensialuntuknoda untuk memperparah(MartinS. 2011).

B. Fungsi Semen Silikat


Restorasisementaragigianterior(Rahmawati,D. 2011)

C. Komposisi Semen Silikat


CampurandaripowderSilika(SiO2),Alumina(Al2O3), senyawafluorida,
beberapagaramkalsiumdenganliquidphosphoricacid(CraigdalamKadariani).
2001).

D. Sifat Semen Silikat


 Warnanyasesuaidenganwarnagigidancocokdigunakanuntukrestorasi
gigianterior
 Tensil strenghtkurang baik
 Daya larut semen di dalam air memang rendah, namun mudah larut
terhadapasamyang terdapatdalamplak yangmelekatdiatasnya
 Terikat secara kimiawi dengan struktur gigi karena adanya fluoride
(kekuatanikatan dengan emailakan lebihbesar daripadadengandentin)

16
Perkembangan biomaterial di bidang kedokteran gigi modern dapat menjadi
bukti. Semen silikat merupakan bahan tambal gigi yang pertama kali dikenal. Saat ini,
bahan tersebut sudah mulaiditinggalkan karena mengandung unsur asam yang
dianggap berbahaya bagi pulpa gigi. Sebagai penggantinya kemudian dikenal glass
ionomer cement. Perkembangan bahan tambal terus bergulirdengan adanya resin
komposit polimerisasi sinar tampak. (Anusavice, 2004)

E. Manipulasi Semen Silikat


ada dua metode pemanipulasian
semeniniyaitudenganmetodepemanipulasianmanualdanmetode
pemanipulasianmekanis (O’briendalam Hermanto, L.FM. 2007)
a. Pemanipulasian manual
• Rasio bubuk dan cairan adalah 2,2 gr : 1 ml
• Tempat pencampuran bubuk dengan cairan menggunakan glass slab yang tebal
dan dingin, juga menggunakan spatula dari bahan plastik atau cobalt chromium
• Pengadukan dilakukan dengan teknik memutar selama 1 menit.
• Bubuk di campurkan ke dalam cairan sedikit demi sedikit untuk
mendapatkan konsistensi yang di inginkan dan baik(O’briendalam Hermanto,
L.FM.2007).
b. Pemanipulasian mekanis
• Dengan menggunakan alat amalgamator.
• Bahan yang tersedia dalam bentuk kapsul, bubuk dan cairan dalam satu wadah
dan terpisah dengan sekat.
• Sekat ini dapat hancur dengan adanya tekanan dari amalgamator.
• Waktu pencampuran dapat di sesuaikan dengan keinginan dan juga pada
pencampurandapatterjadipanasyang mengakibatkan waktu kerja berkurang
(O’briendalam Hermanto, L.FM.2007).

2.4.5 Semen Silikofosfat


Semen silikofosfat merupakan salah satu semen yang sanggup melepas ion
(Ion Leachenable Glass), khususnya fluoride yang mampu mencegah terbentuknya
17
karies sekunder, hal ini yang membuat semen silikofosfat masih di pergunakan di
kedoteran gigi. Semen ini merupakan hybrid, kombinasi dari bubuk semen zink fosfat
dengan semen silikat dan sering disebut dengan semen silikofosfat (Baum dalam
Hermanto, L.FM. 2007).

A. Fungsi Semen Silikofosfat


 Bahan perekat untuk restorasi, bahan tambalan sementara dan tambalan gigi
desidui, bahan perekat fixed restoration, bahan band orthodontics.
 Bahan pembuatan die (Combe dalam Hermanto, L.FM. 2007).

B. Komposisi Semen Silikofosfat


Bubuk semen silikofosfat adalah kombinasi dari bubuk semen silikat dan
semen zink fosfat, yang dikemas dalam satu bentuk powder dan liquid yang akan
dimanipulasi untuk mendapatkan kekentalan yang tepat (Aldelina, N.L. 2011).
1) Komposisi Bubuk
a. Aluminosilicate glass
b. Seng okside
c. Magnesium okside
2) Komposisi Cairan
a. Asam fosfat (phosphoric acid)
b. Air
c. Seng dan aluminium salt (Aldelina, N.L. 2011)
Salah satu semen silikofosfat yang paling terkenal terdiri atas 90% bubuk
semen silikat dan 10% bubuk semen seng fosfat. Pada umumnya semen silikofosfat
berisi 12% - 25% flourida. Reaksi penyatuan bubuk dan cairan dapat di gambarkan
sebagai berikut:
Seng Oxide/aluminosilicate glass + phosphoric acid

Seng aluminosilicate phosphate gel

C. Manipulasi Semen Silikofosfat


PrSeng Oksida Eugenols pemanipulasian semen silikofosfat sama dengan
semen silika dan semen seng fosfat, dimana ada dua metode pemanipulasian semen

18
ini yaitu dengan metode pemanipulasian manual dan metode pemanipulasian mekanis
(O’brien dalam Hermanto, L.FM. 2007).
a. Pemanipulasian manual
 Rasio bubuk dan cairan adalah 2,2 gr : 1 ml.
 Tempat pencampuran bubuk dengan cairan menggunakan glass slab yang tebal
dan dingin, juaga menggunakan spatula dari bahan plastik atau cobalt
chromium.
 Pengadukan dilakukan dengan teknik memutar (circular) selama 1 menit.
 Bubuk di campurkan ke dalam cairan sedikit demi sedikit untuk mendapatkan
konsistensi yang di inginkan dan baik.
b. Pemanipulasian mekanis
 Dengan menggunakan alat amalgamator.
 Bahan yang tersedia dalam bentuk kapsul, bubuk dan cairan dalam satu wadah
dan terpisah dengan sekat.
 Sekat ini dapat hancur denag adanya tekanan dari amalgamator.
 Waktu pencampuran dapat di sesuaikan dengan keinginan dan juga pada prSeng
Oksida Eugenols pencampuran terjadi panas yang mengakibatkan waktu kerja
berkurang (O’brien dalam Hermanto, L.FM. 2007).
Keuntungan dari sistem ini adalah (Combe dalam Hermanto, L.FM. 2007).:
1. Bahan tidak di pegang sampai selesai pengadonan sehingga kemungkinan
terkontaminasi berkurang.
2. Diperoleh perbandingan yang tepat antara bubuk dengan cairan tanpa perlu
menimbangdan sekaligus menghemat waktu.
3. Hasil pencampuran dapat diperoleh dalam waktu yang lebih cepat, misalnya 10
sampai 15 detik.

Gambar 10. Almagamator


Waktu setting tidak boleh terlalu panjang karena bila waktu yang panjang akan
mengakibatkan pekerjaan terhadap gigi akan lama. Waktu setting yang sesuai pada
suhu mulut bagi semen silikofosfat adalah 5-7 menit pada temperatur 37◦C.

19
D. Faktor – faktor berikut ini bersifat memperpanjang waktu setting
Suhu yang lebih rendah dengan menggunakan glass slab yang dingin.
1. Mengurangi perbandingan bubuk dan cairan dengan menambah jumlah cairan.
2. Waktu pencampuran yang lebih lama dengan mengurangi kecepatan dalam hal
mencampur bubuk ke dalam cairan dan tiap-tiap penambahan. Juga penghentian
sesaat setelah pencampuran awal sejumlah bubuk ke dalam cairan akan
menambah waktu setting dari semen silikofosfat. Semakin lama bubuk di
tambahkan ke cairan maka akan memperpanjang setting time (Messing
Hermanto, L.FM. 2007)

E. Sifat-sifat Semen Silikofosfat


1). Sifat mekanis
 Compressive strength tinggi antara 140 – 170 Mpa atau 20.000 – 25.000
psi yang akan dicapai setelah 24 jam.
 Tensile strength rendah antara 8 – 13 Mpa, menyebabkan semen ini punya
sifat rapuh.
 Ketebalan lapisan sekitar 30-40µm menyebabkan sifat toughness yang
baik dan sifat tahan abrasif yang lebih tinggi daripada golongan fosfat.
 Waktu pengerasan 3,5-4 menit.
 Working time kira-kira 4 menit (O’brien dalam Hermanto, L.FM. 2007).

2). Sifat Fisis


 Anti karies berhubungan kandungan flourida.

3). Sifat Kimia dan sifat adhesif


 Kelarutan semen silikofosfat dalam aquades setelah 7 hari kira –kira 0,9 –
1 %. Kelarutan dalam asam dan dalam mulut lebih dari semen fosfat.
 Sifat adhesif silikofosfat secara mekanis karena tidak mempunyai
perlekatkan atau ikatan dengan enamel dan dentin tapi merekatkan antara
kekasaran permukaan kavitas dengan bahan restorasi (Combe dalam
Hermanto, L.FM. 2007).

4). Sifat Biologis


 Keasaman pada semen ini ditimbulkan karena adanya kandungan asam
fosfat, ph semen ini sangat rendah pada awal pengaplikasian pada kavitas
dan setelah 1 jam ph nya 4-5. Oleh karena itu, harus di beri perlindungan

20
pada pulpa agar tidak teriritasi dengan menggunakan calsium hidrokxida
(Phillips dalam Hermanto, L.FM. 2007).

D. Indikasi dan Kontra indikasi


Indikasi :
1. Basis
2. Sementasi untuk mulut yang angka kariesnya tinggi
Kontra-Indikasi :
1. Kasus pulpa gangren atau mati (harty, 1993)

2.4.6 Semen Ionomer Kaca (SIK)

Gambar 13. Contoh produk Semen Ionomer Kaca

Semen Ionomer Kaca merupakan salah satu bahan restorasi plastis di bidang
kedokteran gigi yang perkembangannya paling menarik, bahan ini ditemukan oleh
Wilson dan kenk tahun 1972 sebagai bahan pertama yang paling praktis, sewarna
dengan gigi dan beradhesi secara kimiawi walaupun versi awalnya tidak baik dan
alaur dalam cairan mulut (Ford dalam Lubis, F.L. 2004).

A. Klasifikasi Semen Ionomer Kaca


Menurut kegunaannya, Semen Ionomer Kaca diklasifikasikan menjadi:
1. Tipe I : Luting Cement
Semen ini berguna untuk merekatkan gigi mahkota atau jembatan, tumpatan
tuang dan alat-alat ortodonti cekat. Semen perekat ini mencegah kebocoran tepi
restorasi dan lapisan semen harus dibuat setipis-tipisnyaagar tidak terlarutkan oleh
cairan mulut.
2. Tipe II : Restorative Cement
Guna semen ini sebagai tumpatan estetik sewarna dengan gigi

21
3. Tipe III : Liner and Basis Cement
4. Tipe IV : Fissure sealants
5. Tipe V : Orthodontic Cements
6. Tipe VI : Core build up
7. Tipe VII : Fluoride releasing
8. Tipe VIII : ART(atraumatic restorative technique)
9. Type IX : Deciduous teet. (Philips dalam Lubis, F.L. 2004)

B. Komposisi Semen Ionomer Kaca


Semen ini adalah sisitem bubuk cairan, yang berbentuk karena reaksi antara
kaca alumino-silikat dengan asam poliakrilat yang sering disebut alumino silikat
poyacrilic acid (ASPA). (Williams dalam Lubis, F.L. 2004).
1). Komposisi Bubuk
Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki
karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandinagn alumina-silikat lebih tinggi
pada semen silikat (Manappallil dalam Lubis, F.L. 2004).

Tabel 3. Komposisi bubuk Semen Ionomer Kaca

2). Komposisi Cairan


Cairan yang digunakan Semen Ionomer Kaca adalah larutan dari asam
poliakrilat dalam konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cnederung
membentuk gel setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam
poliakrilat dalah dalam bentuk kopolimer dengan asam itikonik, maleic atau asam
trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah reaktivitas dari cairan, mengurangi

22
kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel (Wilson dalam Lubis, F.L.
2004).
Asam tartaric juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki karakteristik
manipulasi dan meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek pengerasan. Terlihat
peningktan yang berkesinambungan secara perlahan pada kekentalan semen yang
tidak mengandung asam tartaric. Kekentalan semen yang mengandung asam tartaric
tidak menunjukkan kenaikan kekentalan yang tajam (Baum dalam Lubis, F.L. 2004).

Tabel 4. Komposisi Cairan Semen Ionomer Kaca

C. Reaksi Pengerasan Semen Ionomer Kaca


Ketika bubuk dan cairan Semen Ionomer Kaca dicampurkan, cairan asam akan
memasuki permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk lapisan
semen tipis yang akan mengikuti inti tumpatan (Ford dalam Lubis, F.L. 2004).
Selain cairan sam, kalsium, aluminium, sodium sebagai ion-ion fluoride pada
bubuk Semen Ionomer Kaca akan memasuki partikel kaca yang akan membentuk ion
kalsium (ca2+) kemudian ion aluminium (Al3+) dan garam fluor yang dianggap dapat
mencegah timbulnay karies sekunder. Selanjutnya partikel-partikel kaca lapisan luar
membentuk lapisan gel (Wilson dalam Lubis, F.L. 2004).
Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa ikatan
fisiko-kimia tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa ikatan ion
kalsium yang berasal dari jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil) multipel dari
Semen Ionomer Kaca (Galinggih. 2011).
Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada dua
permukaan yang berkontak. Semen Ionomer Kaca adalah polimer yang mempunyai
gugus karboksil (COOH) multipel sehingga membentuk ikatan hidrogen yang kuat.
Dalam hal ini memungkinkan pasta semen untuk membasahi, adaptasi, dan melekat

23
pada permukaan email. Ikatan antara Semen Ionomer Kaca dengan email dua kali
lebih besar daripada ikatannya dengan dentin karena email berisi unsur anorganik
lebih banyak dan lebih homogen dari segi morfologis (Galinggih. 2011).
Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan
membersihkan kavitas dari pelikel dan debris. Dengan keadaan kavitas yang bersih
dan halus dapat menambah ikatan Semen Ionomer Kaca. Air memegang peranan
penting selama proses pengerasan dan apabila terjadi penyerapan air maka akan
mengubah sifat fisik SIK. Saliva merupakan cairan di dalam rongga mulut yang dapat
mengkontaminasi SIK selama proses pengerasan dimana dalam periode 24 jam ini
SIK sensitif terhadap cairan saliva sehingga perlu dilakukan perlindungan agar tidak
terkontaminasi (Galinggih. 2011).
Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan SIK mengalami pelarutan dan
daya adhesinya terhadap gigi akan menurun. SIK juga rentan terhadap kehilangan air
beberapa waktu setelah penumpatan. Jika tidak dilindungi dan terekspos oleh udara,
maka permukaannya akan retak akibat desikasi. Baik desikasi maupun kontaminasi
air dapat merubah struktur SIK selama beberapa minggu setelah penumpatan. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal maka selama Proses pengerasan SIK perlu
dilakukan perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan saliva dan udara, yaitu
dengan cara mengunakan bahan isolasi yang efektif dan kedap air. Bahan pelindung
yang biasa digunakan adalah varnis yang terbuat dari isopropil asetat, aseton,
kopolimer dari vinil klorida, dan vinil asetat yang akan larut dengan mudah dalam
beberapa jam atau pada proses pengunyahan (Galinggih. 2011).

D. Sifat Semen Ionomer Kaca


Sifat Semen Ionomer Kaca adhesive yang mengikat enamel dan dentin. Ikatan
ini terjadi karean interaksi antara ion-ion golongan karboksil dan semen dan ion-ion
kalsium dari gigi, iakatan ke enamel lebih besar daripda iktannya ke dentin.
Pengikatan ini baik sebagai bahan penutupan kavitas (Wilson dalam Lubis, F.L.
2004).
Hal ini diungkapkan oleh Mal Donado pada tahun 1978, Perbandingan bubuk
terhadap asamnya merupakan faktor penting untuk memperoleh campuran semen
dengan sifat-sifat fisik yang dinginkan. Beberapa sifat dari Semen Ionomer Kaca yang
akan diuraikan sebagai berikut (Wilson dalam Lubis, F.L. 2004):

24
1). Sifat Fisis Seemn Ionomer Kaca
Sifat-sifat fisis dari Semen Ionomer Kaca, antar lain:
a. Anti karies
Ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan
terhadap karies.
b. Thermal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel
c. Tahan terhadap abrasi
ASPA tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan
dalam restorasi dari groove yang abrasi servikalnya oleh sikat gigi dan
kavitas yang erosi.

2). Sifat Mekanis Semen Ionomer Kaca


Semen Ionomer Kaca juga memiliki sifat mekanis yaitu:
a. Compressive strength : 150 MPa, lebih rendah dari silikat
b. Tensile strength : 6,6 MPa, lebih tinggi dari silikat
c. Hardness : 49 KHN, lebih lunak dari silikat
d. Frakture toughness : Beban yang kuat dapat terjadi fraktur
(Manappallil dalam Lubis, F.L. 2004).

3). Sifat Kimia Semen Ionomer Kaca


Semen Ionomer Kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin, perlekatan
ini berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari
Semen Ionomer Kaca. Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada
ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran tepi tambalan dapat
dikurangi. Semen Ionomer Kaca tahan terhadap suasana asam, oleh karena
adanya ikatan silang diantara rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan ini terjadi
karena anya polyanion dengan berat molekul yang tinggi (Phillips dalam Lubis,
F.L. 2004).

4). Sifat Biologi semen Ionomer Kaca


Semen Ionomer Kaca memiliki sifat biokompabilitas yang cukup baik artinya
tidak mengiritasi jaringan pulpa sejauh ketebalan sisa dentin ke arah pulpa tidak
kurang dari 0,5 mm. kontaminasi saliva selama penumpatan dan sebelum semen
mengeras sempurna akan merugikan tumpatan karena semen akan mudah larut
25
dan daya adhesi akan menurun. Kavitas harus dijaga agar tetap kering dengan
mngusahakan isolasi yang efektif serta tumpatan ditutup dengan lapisan resin
atau pernis yang kedap air selama beberapa jam setelah penumpatan untuk
mencegah desikasi karena hilangnya cairan atau melarut karena menyerap air
(Phillips dalam Lubis, F.L. 2004).

E. Kelebihan dan Kekurangan Semen Ionomer Kaca


Kelebihan semen Ionomer Kaca, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tahan terhadap penyerapan air dan kelarutan dalam air
b. Kemampuan berikatan dengan email dan dentin
c. Biokompabilitas
d. Estetika (penambahan radiopak untuk penyamaan warna dengan gigi
e. Mempunyai kekuatan kompresi yang tinggi
f. Bersifat adhesi
g. Tidak iritatif
h. Mengandung fluor sehingga mampu melepaskan bahan fluor untuk mencegah
karies lebih lanjut
i. Mempunyai sifat penyebaran panas yang sedikit
j. Daya larut yang rendah
k. Bersifat translusent atau tembus cahaya
l. Perlekatan bahan ini secara fisika dan kimiawi terhadap jaringan dentin dan
email.

Kekurangan Semen Ionomer Kaca, diantaranya adalah sebagai berikut:


a. Tidak dapat menahan tekanan kunyah yang besar
b. Tidak tahan terhadap keausan
c. Daya lekat pasta lebih kecil terhadap dentin
d. Setelah restorasi butuh proteksi
e. Kekerasan kurang baik
f. Rapuh dan sensitive terhadap air pada waktu pengerasan
g. Dapat larut dalam asam dan air

F. INDIKASI
1. Digunakan pada gigi sulung
26
2. Kekuatan kunyah relatif tidak besar
3. Pada insidensi karies tinggi
4. Gigi yang belum tumbuh sempurna
5. Area yang kontaminasi sulit dihindarkan
6. Pasien kurang kooperatif

2.4.7 Kalsium Hidroksida


Kalsiumhidroksida merupakan basis semen saluran akar yang diyakini
memiliki beberapa keunggulan dalam hal dapat terjadi efek terapi yang dapat
merangsang terbentuknya jaringan keras gigi (Gutman,1996).Kalsium hidroksida
dapat merangsang penutupan biologis pada daerah apikal sehingga menghasilkan
penutupan apeks yang lebih dapat meningkatkan keberhasilan perawatan.
Kalsiumhidroksidaadalahsenyawakimiadenganrumus Ca(OH)2.
Kalsiumhidroksidadapatberupakristaltidakberwarnaataububukputih.
Kalsiumhidroksidadapatdihasilkanmelaluireaksikalsiumoksida (CaO) dengan air.

Cao + H2O (Ca(OH)2)


Kalsium hidroksida adalah suatu bahan yang bersifat basa kuat dengan pH 12-13.

A. Sifat bahan Kalsium Hidroksida


 Biokompatibilitas = baik, karena menimbulkan reaksi respon saluran akar
yang baik dengan sedikit mengiritasi pulpa. Ini di dasari karena gambaran
histologis pulpa, yang menunjukkan penyembuhan awal dari pembentukkan
jembatan dentin konsisten yang lengkap.
 Celah mikro= tujuan perawatan saluran akar, untuk menutup akar dgn rapat
agar terhindar dari masukny bakteri, tidak mengalami pengerutan, kalsium
hidroksida sama seperti ZOE, untuk sifatcelah mikro.
 Perubahan pH= memiliki sifat alkalis/ basa, kalsium hodroksida brsifat basa
sehingga dapat menghalangi dan menghambat pertubuhan bakteri terutama
disekitar pulpa dengan ion hidroksil dan merangsang pertumbuhan dentin
reparatif.
 Merangsang perbaikan apikal= dapat menstimulasi perbaikan jaringan keras
gigi dalam banyak keadaan dan dapat berkontak lansgsung dengan jaringan
periapikal.

27
 Perlekatan/ adesif= adadua merek kalsium hidroksid, scalapeks memiliki
kekuatan perlekatan yang lemah, sedangkan calciobiotik lebih baik
(Wenberg,1990).

B. Aplikasi Kalsium Hidroksida


 Dalam Manappallil (2003) kalsium hidroksida dapat diaplikasikan sebagai
kaping pulpa langsung dan tidak langsung ,sebagai basis kekuatan rendah
dibagian bawahnya restorasi silikat dan komposit untuk perlindungan pulpa,
dan untuk prosedur apeksifikasi pada gigi permanen muda yang pembentukan
akarnya tidak lengkap.
 Kaping pulpa/pulp capping didefinisikan sebagai aplikasi dari satu atau
beberapa lapis bahan pelindung diatas pulpa vital yang terbuka. Pulp capping
ada 2 jenis:
1. Pulp capping tidak langsung
2. Pulp capping langsung

C. Manipulasi dan waktu setting Kalsium Hidroksida


Kalsium hidroksida dimanipulasi dengan cara mencampur pasta base dan
katalis diatas paperpad dengan menggunakan metal spatel atau ball-ended instrument
ukuran kecil. Base dan katalis dibagi dalam porsiyang sama dan dicampur sekitar 10
detik dengan waktu setting dari 2-7menit. Waktu setting bervariasai antara 2,5-5menit
(Manappallil, 2003).

D. Faktor yang mempengaruhi reaksi setting Kalsium Hidroksida


 Menambahkan rasio katalist ke dalam pasta base dapat mempercepat waktu
setting khusus akselerator pada katalist
 Kelembapan dan panas dapat mempercepat setting
 Setting time diperlambat dengan pengeringan dan perlindungan
(Hussain,2004).

E. Keuntungan Kalsium Hidroksida

28
 Mempunyai efek bersifat bakterisidal dan desinfektan. Konsentrasi ion
hidroksil yang tinggi dapat membunuh mikroorganismedi dalam saluran
akaryang tidak terjangkau oleh instrumentasi dan irigasi.
 Merangsang pembentukan jaringan keras
 Mencegah resorpsi tulang
 Tidak menyebabkan perubahan warna gigi,bukan konduktor panas yangbaik ,
manipulasi mudah dan stabil.
 Mengurangi kepekaan rasa nyeri dentin terhadap rangsangan dari luar dan
dari dalam
 Daya iritasi ringan
 Menghambat fagositas mikrofag sehingga dapat menurunkan reaksi inflamasi
pada periapikal.

F. Kerugian Kalsium Hidroksida


 Tidak dapat menutup permukaan fraktur pada kasus injury traumatik pada
gigi vital.
 Dapat menghambat perlekatan fungsi sel-sel ligamen periodontal serta
menghambat proses penyembuhan permukaan akar (yusmardiana,2002).

G. Indikasi dan Kontra indikasi


Indikasi :
1. Pulpa yang tebuka dalam pulp capping dan pulpotomy
2. Leakage canal
3. Apexification, merangsang pembentukan apex
4. Membentuk jaringan keras gigi
5. Bahan tambalan sementara untuk infeksi saluran akar
Kontra-Indikasi :
1. Peradangan pulpa (pulpitis)
2. Kasus gangren pulpa, seperti: abses. (harty, 1993)

29
BAB III
KONSEP MAPPING

SEMEN KG

SYARAT

KLASIFIKASI

SIFAT KOMPOSISI KEKURANGAN


DAN
30
KELEBIHAN
BASIS
APLIKAS
I

RESTORASI PEREKAT LINEAR

BAB IV
PEMBAHASAN

Semen kedokteran gigi adalah campuran powder dan liquid yang merupakan
reaksi kimia antara asam dan basa. Powder yang bersifat basa dan liquid yang bersifat
asam membentuk konsistensi berupa pasta kental yang kemudian akan mengeras
menjadi massa yang padat.

.Semen adalah bahan yang penting untuk keperluan klinis karena aplikasi
penggunaanya sebagai lutting (perekat) untuk merekatkan denture dan orthodontic
band padagigi, sebagai cavity liner dan basis untuk melindungi pulpa serta sebagai
bahan restorasi. Untuk berbagai aplikasi tersebut diperlukan berbagai jenis
semen yang semakin berkembang untuk memenuhi criteria bahan aplikasi yang akan
digunakan. Berbagai jenis semen yang digunakan adalah Zinc
Polyacrylate/Polycarboxylate Cements, Glass Ionomer Cements, Resin-Modified
Glass Ionomer Cements, Composites and Adhesive Resin, Compomers, Zinc Oxide-
Eugenol, Noneugenol-Zinc Oxide, KalsiumHidroksida
Sebagian besar semen dipasok dalam bentuk bubuk dan cairan. Material ini
dapat dimanipulasi secara manual dengan menggunakan ratio bubuk dan cairan yang
tepat, maupun secara mekanik dalam bentuk kapsul. Selain bentuk bubuk dan cairan,

31
semen juga dapat ditemukan dalam bentuk system dua pasta.Metode dan alat yang
digunakan untuk manipulasi dari tiap semen berbeda.Diperlukan manipulasi yang
tepat untuk menghasilkan output yang bagus.
BeberapaFungsidarimasing-masing semen yaitu :
1. Seng fosfat: Bahan perekat untuk restorasi dan peralatan ortodontik
2. Seng oksida – eugenol: Restorasi sementara dan menengah, Bahan perekat
sementara dan permanent untuk restorasi, bahan penahan panas, pelapik
kavitas, penutup pulpa.
3. Polikarboksilat: Bahan perekat untuk restorasi; basis penahan panas.
4. Silikat & Silikofosfat: Restorasi gigi anterior & Bahan perekat untuk restorasi
5. GIC: Perekat, Restorasi, basis dan liner
6. Kalsium hidroksida: Bahan penutup pulpa (pulp cappig) basis penahan panas

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berbagai macam bahan di gunakan dalam dunia kedokterangigi salah satunya
adalah semen kedokterangigi.Berbagaimacam semen kedokterangigisepertiZinc
Phosphate Cements, Zinc Polyacrylate/PolycarboxylateCements,GlassIonomer
Cements, Zinc Oxide-Eugenol , Caviton, danjuga relay-X. Yang masing-masing bahan
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dan dapat di aplikasikan sesuai
fungsi masing-masing.
Syarat bahan semen yang akan di aplikasikan harus dipertimbangkan seperti
tidak toksik, tidak larut dalam saliva, harus dapat menanggung beban kunyah, harus
dapat digunakan dalam jangka waktu beberapa lama melihat dari indikasi dan kontra
indikasi dari suatu bahan yang akan digunakan dan di aplikasikan. Dan yang paling
penting bahan yang akan digunakan harus dapat menggantikan struktur gigi yang
hilang.

5.2 SARAN
Padapemilihan semen kedokteran gigi harus di perhatikan pada
syarat,komposisi,jenis danfungsi dari bahan semen kedokterangigi yang akan
diaplikasikan agar dapat berfungsi maksimal dan menggantikan struktur gigi yang
hilang.

32
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice , Kenneth J. 2004. Phillips Buku Ajar IlmuBahanKedokteran Gigi. EGC:


Jakarta
Aldelina, N.L. 2011. Semen Silikofosfat [Serial Online].

http://www.scribd.com/doc/49932856/Semen-Silikofosfat

Aryono, Alif Chandra. 2011. Semen DalamBidangKedokteran Gigi. FKG


UniversitasNegeriJember

Craig et al (2004). Dental Materials, Properties and Manipulation, 8 edCombe


(1992). Note of Dental Materials, 6ed
Feronica, EllyzaHerda, danAndiSoufyan. 2010.
Disintegrasidankekuatantekanpadabeberapatumpatansementaradenganbahan
dasar zinc oxide yang digunakan di klinik RSGMP FakultasKedokteran Gigi
Universitas Indonesia. Jakarta :Jurnal PDGI Vol 59 No.3

Galinggih. 2011. Semen IonomerKaca [Serial Online].


http://galinggih.wordpress.com/2010/04/03/semen-ionomer-kaca/

Hermanto, L.FM. 2007. Penggunaan Semen Silikofosfat di Kedokteran Gigi [Skripsi].


Medan. FKG-USU.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8036/1/030600057.pdf

Hayati. 2003. Semen IonomerKacaModifikasi Resin SebagaiBahanRestorasi. Skripsi.


Medan FKG USU

Kadariani. 2001. Semen Basis Sebagai Insulator Terhadap Thermal Shock di


BawahRestorasiLogam [Skripsi]. Medan. FKG-USU.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8018/1/960600036.pdf

33
Lubis, F.L. 2004.Semen IonomerKacaditijau Dari
KelebihannyaTerhadapBahanTumpatanPlastisLainnya[Skripsi]. Medan. FKG-
USU.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8180/1/000600064.pdf

Martin S. 2011. Silicate_Cement [Serial Online]


http://www.doctorspiller.com/Composites/alflsi_cements.htm#Silicate_Cemen
t

Nugroho, A. 2011.Semen Sebagai Luting[Serial Online].


http://www.scribd.com/doc/56760908/Semen-Sebagai-Luting

Medicept Dental India Pvt. Ltd. 2011.Dental Polycarboxylate Cement [Serial Online].
http://www.fuzing.com/vli/003015f17253/Dental-Polycarboxylate-Cement

34

Anda mungkin juga menyukai