DISUSUN OLEH :
FITRI WIDIYA HADIATI
10612032
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Diharapkan dengan adanya makalah ini mahasiswa IIK Kediri khususnya Fakultas
Kedokteran Gigi dapat memahami tentang Semen Ionomer Kaca dan diharapkan mampu
mengaplikasikannya dengan baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Semen ionomer kaca melepaskan ion fluor dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga
dapat menghilangkan sensitivitas dan mencegah terjadinya karies sekunder. Kemampuan
dalam melepaskan ion fluor terhadap compressive strength dari bahan restorasi Semen
ionomer kaca, mengakibatkan korelasi negatif antara pelepasan
ion fluoride dengan compressive strength. Bahan material yang memiliki tingkat pelepasan
ion fluoride yang lebih tinggi, secara umum mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari
material yang memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang rendah (Robert, 2002).
Semen ionomer kaca sering disebut dengan ASPA (Alumine Silicate and polyacrylic
acid ). Reaksi yang terbentuk dari Semen ionomer kaca adalah reaksi antara alumina silikat
kaca dalam bentuk powder dengan asam poliakrilik sebagai liquid. Selain sebagai bahan
restorasi, Semen ionomer kaca dapat digunakansebagai bahan perekat, bahan pengisi untuk
restorasi gigi anterior dan posterior, pelapiskavitas, penutup pit dan fisur, bonding agent pada
resin komposit, serta sebagai semen adhesif pada perawatan ortodontik. Ukuran partikel gelas
Semen ionomer kaca bervariasi, yaitu sekitar 50 m sebagai bahan restorasi dan sekitar 20
m sebagai bahan luting (Robert, 2002).
SIK mengalami 3 fase reaksi pengerasan yang berbeda dan saling overlapping. Fase
pertama adalah fase pelepasan ion yang diawali reaksi ionisasiradikal karboksil (COOH)
yang terdapat dalam rantai asam (asam poliakrilat)menjadi ion COO- (ion karboksilat) dan
ion H+. Ion H+ bereaksi pertama kalipada permukaan partikel kaca menyebabkan terlepasnya
ion-ion seperti Ca2+ dan Na+ ke dalam cairan. Kemudian ion H+ tersebut berpenetrasi
kembali hinggamencapai struktur yang kurang terorganisasi menyebabkan terlepasnya ion
Al3+. Saat fase ini, dilepaskan panas dengan suhu berkisar antara 3oC sampai 7oC. Semakin
besar rasio bubuk dan cairan SIK maka panas yang dilepaskan akan semakin besar (Craig,
2004).
Selama tahap awal tersebut terjadi, SIK berikatan dengan struktur gigi. Secarafisik
SIK terlihat berkilau. Penempatan pada struktur gigi harus dilakukan padafase ini karena
matriks poliasam bebas yang dibutuhkan untuk perlekatan ke gigitersedia dalam jumlah yang
maksimum. Pada tahap akhir dari fase pelepasan ionini, yang ditandai dengan hilangnya
tampilan berkilau SIK, matriks poliasambebas bereaksi dengan kaca sehingga kurang mampu
berikatan dengan strukturgigi atau struktur lainnya (Craig, 2004).
Fase kedua dari reaksi pengerasan SIK adalah fase hidrogel. Fase hidrogel terjadi 5
sampai 10 menit setelah pencampuran dilakukan. Selama fase ini, ion-ionkalsium yang
dilepas dari permukaan kaca akan bereaksi dengan rantai poliasam polianionik yang
bermuatan negatif untuk membentuk ikatan silang ionik. Pada fase hidrogel ini mobilitas
rantai polimer berkurang sehingga menyebabkan terbentuknya gelasi awal matriks
ionomer. Selama fase hidrogel berlangsung,permukaan SIK harus dilindungi dari lingkungan
yang lembab dan kering karena ion kalsium yang bereaksi dengan rantai poliasam polianionik
mudah larutdalam air. Jika SIK tidak dilindungi, maka ikatan silang ionik yang mudah
laruttersebut akan melemahkan SIK secara keseluruhan dan terjadi penurunan derajat
translusensi sehingga turut mempengaruhi estetika (Craig, 2004).
Pada fase hidrogel ini, SIK memiliki bentuk yang keras dan opak. Opaksitastersebut
disebabkan adanya perbedaan yang besar pada indeks refraksi antarafiller kaca dan matriks.
Opaksitas SIK ini sifatnya sementara dan akanmenghilang selama reaksi pengerasan akhir
terjadi. Fase terakhir adalah gel poligaram, yang terjadi ketika SIK mencapai pengerasan
akhir, dapat berlanjut selama beberapa bulan. Matriks yang terbentuk akan menjadi mature
ketika ion-ion aluminium, yang pelepasannya dari permukaan kaca lebih lambat, terikat ke
dalam campuran semen membantu membentuk hidrogel poligaram yang menyebabkan semen
menjadi lebih kaku (Anusavice, 2009).
Fase gel poligaram ini menyebabkan SIK terlihat lebih menyerupai gigi, disebabkan
indeks refraksi gel silika yang mengelilingi filler kaca hampir sama dengan matriks. Hal
tersebut menyebabkan berkurangnya penyebaran cahaya dan opaksitas. Jika SIK masih
terlihat opak, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa gel poligaram tidak terbentuk
disebabkan karena adanya kontaminasi air. SIK yang telah mengeras secara sempurna terdiri
atas tiga komponen, yaitukaca pengisi, gel silika, dan matriks poliasam (Anusavice, 2009).
Gambar 2.6 Penyusunan rongga ini diprakarsai oleh scribing alur circumferentially ke
kedalaman lesi membusukkan gigi atau tulang menggunakan GW-1 tetapi karbida.
a. Saliva Ejector
Alat ini mempuyai diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang tertumpuk
didalam mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari diletakkan didasar mulut.
Pada posisi initer kadang membuat pasien tidak nyaman karena diletakkan terus menerus
didasar mulut, di bawah tekanan negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan
menimbulkan lesi jaringan lunak.
Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas atau outlinef
orm.Ragangan pada kasus ini hanya dibuat berdasarkan perluasan kariesnya yang mengenai
email dan dentin. Semua email dan dentin yang sebenarnya tidak terserang karies tetapi
kelihatannya sudah lemah harus dihilangkan.
Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau extension for
prevention. Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatanbeveltidak perlu dilakukan
karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari kontakdengan gigi tetap pada
tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat alur
retensi khusus. Bentuk retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada besar kavitasnya
apakah kecil atau besar Retensi pada kelas III adalah undercut. Undercut dibuat di dnding
gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal. Pada restorasi
plastiskommposit proses pengetsaan juga merupakan suatu retensi mekanis. Setelah
preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya perlu dilakukan pengecekan tepi kavitas agar
tidak ada email dan dentin karies yang tersisa sehingga tidak menyebabkan karies sekunder.
Selanjutnya adalah pembersihan kavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan
aquade ststeril dan kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa lagi dari berbagai
aspek sebelum dilakukan penumpatan.
2. Tahap Persiapan Bahan
Rasio powder dan liquid yang dianjurkan oleh pabrik. Dilakukan pada paper pad,
Powder & Liquid terpisah. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian, I bagian dicampur sampai
konsistensi milky, sisanya di mixing dan dilakukan wkt total 45-60 detik (tgt pabrik)
a. Mixing
dicampur dengan cepat dengan cara melipat. Pengadukan harus selesai dalam waktu 40 detik.
Cairan tidak boleh dikeluarkan sampai tepat sebelum waktu pengadukan dilaksanakan (terjadi
penguapan air penaikan viskositas).
Konsistensi adonan :
Terlihat kental dan berkilat di permukaan asam poliakrilat masih basah & dapat melekat ke
struktur gigi
c. Aseton 14%
Keterangan: Walaupun komposisi, manipulasi, dan rasio bubuk serta cairan pada SIK telah
diperhitungkan dengan cermat, namun bahan tambal SIK ini tetap rentan terhadap absorpsi
dan desikasi terhadap air pada tahap awal setelah dilakukan pengadukan, sehingga diperlukan
aplikasi pelindung SIK yang kedap air seperti varnis dan bonding agent pada 5 menit pertama
setelah manipulasi SIK. Dengan aplikasi pelindung SIK ini maka penurunan sifat fisik,
seperti kekerasan dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips Science of Dental Materials 11th Edition. Saunders Company,
Pennsylvania.
Baum, 1997. Buku ajar ilmu konservasi gigi. Ed. 3. Jakarta : EGC.
Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2004. Dental Materials Properties and
Manipulation 9th Edition. Mosby Elsevier, Missouri.
Gladwin, Marcia A, Bagby, Michael D. 2009. Clinical Aspects of Dental Materials 3rd Edition.
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.Van Noort, Richard. 2007. Introduction to Dental
Materials 3rd Ed. China : Mosby, Elsevier.
McCabe, John F., Walls, Angus W. 2008. Applied Dental Materials 9th Edition.
Blackwell Publishing, Oxford.
Powers, JM., Wataha, JC. 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation 9th edition. Missouri :
Mosby.
Robert G., John M. Powers. 2002. Restorative Dental Materials : 11 th edition. Missouri : Mosby Inc.