PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semen ionomer kaca pertama diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada
tahun 1971, yang merupakan gabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat
dengan tujuan untuk mendapatkan sifat translusen, pelepasan flour dari semen silikat
dan kemampuan untuk melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen
polikarboksilat. Semen ionomer kaca ialah bahan restorasi yang paling akhir
berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Sifat utama semen ionomer
kaca adalah kemampuan utama untuk melekat pada email dan dentin tanpa ada
penyusutan atau panas yang bermakna, mempunyai sifat biokompatibilitas dengan
jaringan periodontal dan pulpa, ada pelepasan flour yang berfungsi sebagai
antimikroba dan kariostatik, kontraksi volume pada pengerasan sedikit, koefisien
ekspansi termal sama dengan struktur gigi (Noort,2003)
Meskipun semen restorasi digunakan untuk restorasi sementara maupun
jangka panjang, juga diperlukan untuk aplikasi lain misalnya sebelum penempatan
restorasi, pulpa dapat terganggu atau terluka oleh berbagai sebab, misalnya karies
atau preparasi kavitas. Untuk melindungi pulpa terhadap trauma lebih lanjut,
seringkali ditempatkan alas penahan panas di bawah tambalan logam,dan bahan-
bahan penutup pulpa serta pelapik kavitas pada permaukaan kavitas. Semen ionomer
kaca diindikasikan untuk kavitas kelas III dan kelas V yang tidak terlalu membutukan
estetik yang tinggi (Annusavice,2004).
Ada dua sifat utama Semen Ionomer Kaca yang menjadikan bahan ini
diterima sebagai salah satu bahan kedokteran gigi yaitu karena kemampuannya
melekat pada enamel dan dentin dank arena kemampuannya dalam melepaskan
fluoride. Salah satu karakteristik dari Semen Ionomer Kaca adalah kemampuannya
untuk berikatan secara kimiawi dengan jaringan mineralisasi melalui mekanisme
pertukaran ion. Mekanisme perlekatan dengan struktur gigi terjadi oleh karena adanya
peristiwa difusi dan absorbs yang dimulai ketika bahan berkontak dengan jaringan
gigi. Beberapa penelitian telah membuktikan sifat antikariogenik Semen Ionomer
Kaca dalam melawan kariogenik. Penelitian yang dilakukan oleh Forss membuktikan
bahwa ternyata tidak hanya fluoride yang dilepas tetapi juga aluminium, sodium,
kalsium dan strontium (Batubara, 2011)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, sifat dan komposisi Semen Ionomor Kaca?
2. Apa saja tipe-tipe dan klasifikasi dari Semen Ionomer Kaca?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari Semen Ionomor Kaca?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari Semen Ionomer Kaca?
5. Bagaimana teknik dan desain preparasi dari Semen Ionomor Kaca?
6. Bagaimana cara manipulasi dari Semen Ionomer Kaca?
7. Bagaiman reaksi pengerasan dari Semen Ionomer Kaca?
8. Apa saja bahan pelindung Semen Ionomer Kaca?
1.3 Tujuan
Diharapkan dengan adanya makalah ini mahasiswa IIK Kediri khususnya
Fakultas Kedokteran Gigi dapat memahami tentang Semen Ionomer Kaca dan
diharapkan mampu mengaplikasikannya dengan baik dan benar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Semen ionomer kaca adalah bahan restorasi yang paling akhir berkembang
dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Semen ini melekat pada enamel dan
dentin melalui ikatan kimia. Kekurangan SIK jika dibandingkan dengan bahan
tumpatan lain adalah kurang estestik, sulit dipolish, dan mempunyai sifat brittle
(Robert, 2002).
Semen ionomer kaca terdiri dari campuran bubuk dan cairan yang
kemudian dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca
aluminosilikat dan cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik. Beberapa sifat
yang dimiliki semen ionomer kaca adalah bersifat biokompatibilitas terhadap
jaringan gigi, sifat perlekatan baik secara kimia terhadap dentin dan enamel, serta
mempunyai beberapa sifat fisis (Robert, 2002).
Semen ionomer kaca sering disebut dengan ASPA (Alumine Silicate and
polyacrylic acid ). Reaksi yang terbentuk dari Semen ionomer kaca adalah reaksi
antara alumina silikat kaca dalam bentuk powder dengan asam poliakrilik sebagai
liquid. Selain sebagai bahan restorasi, Semen ionomer kaca dapat digunakansebagai
bahan perekat, bahan pengisi untuk restorasi gigi anterior dan posterior,
pelapiskavitas, penutup pit dan fisur, bonding agent pada resin komposit, serta sebagai
semen adhesif pada perawatan ortodontik. Ukuran partikel gelas Semen ionomer kaca
bervariasi, yaitu sekitar 50 µm sebagai bahan restorasi dan sekitar 20 µm sebagai
bahan luting (Robert, 2002).
2.1.1 Komposisi Semen Ionomer Kaca
Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk dan cairan yang dapat mengeras
setelah dilakukan manipulasi.
a. Komposisi Bubuk
Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki
karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandingan alumina-silikat lebih
tinggi pada semen silikat (Anusavice, 2003).
b. Komposisi Cairan
Cairan yang digunakan semen Ionomer Kaca adalah larutan dari asam
poliakrilatdalam konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cenderung
membentuk gel setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam
poliakrilat adalah dalam bentuk kopolimer dengan asamitikonik, maleic atau asam
trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah resktifitas dari cairan, mengurangi
kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel (Anusavice, 2003).
Asam tartarik juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki karakteristik
manipulasi dan meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek pengerasan.
Terlihat peningkatan yang berkesinambungan secara perlahan pada kekentalan semen
yang tidak mengendung asam tartaric. Kekentalan semen yang mengandung asam
tartaric tidak menunjukkan kenaikan kekentalan (Anusavice, 2003).
Ketika bubuk dan cairan semen ionomer kaca dicampurkan, cairan asam akan
memasuki permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk lapisan
semen tipis yang akan mengikuti inti. Selain cairan asam, kalsium, aluminium,
sodium sebagai ion-ion fluoride pada bubuk semen ionomer kaca akan memasuki
partikel kaca yang akan membentuk ion kalsium (Ca2+) kemudian ion aluminium
(Al3+) dan garam fluor yang dianggap dapat mencegah timbulnya karies sekunder.
Selanjutnya partikel-partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan (Anusavice, 2003).
Daftar Pustaka
Anusavice, Kenneeth J. 2003. Phillip’s Science of Dental Materials 11th Edition.
Saunders Company, Pennsylvania.
Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2004. Dental Materials
Properties and Manipulation 9th Edition. Mosby Elsevier, Missouri.