Anda di halaman 1dari 26

dentist

Minggu, 09 November 2014


RESTORASI GIC

RESTORASI SEMEN IONOMER KACA

DISUSUN OLEH :
FITRI WIDIYA HADIATI
10612032

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI

2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semen ionomer kaca pertama diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971, yang
merupakan gabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat dengan tujuan untuk
mendapatkan sifat translusen, pelepasan flour dari semen silikat dan kemampuan untuk melekat
secara kimia pada struktur gigi dari semen polikarboksilat. Semen ionomer kaca ialah bahan
restorasi yang paling akhir berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Sifat utama
semen ionomer kaca adalah kemampuan utama untuk melekat pada email dan dentin tanpa ada
penyusutan atau panas yang bermakna, mempunyai sifat biokompatibilitas dengan jaringan
periodontal dan pulpa, ada pelepasan flour yang berfungsi sebagai antimikroba dan kariostatik,
kontraksi volume pada pengerasan sedikit, koefesien ekspansi termal sama dengan struktur gigi
(Noort, 2003).
Meskipun semen restorasi digunakan untuk restorasi sementara maupun jangka panjang,
juga diperlukan untuk aplikasi lain misalnya sebelum penempatan restorasi, pulpa dapat
terganggu atau terluka oleh berbagai sebab, misalnya karies atau preparasi kavitas. Untuk
melindungi pulpa terhadap trauma lebih lanjut, seringkali ditempatkan alas penahan panas di
bawah tambalan logam,dan bahan-bahan penutup pulpa serta pelapik kavitas pada permaukaan
kavitas. Semen ionomer kaca diindikasikan untuk kavitas kelas III dan kelas V yang tidak terlalu
membutukan estetik yang tinggi (Annusavice, 2004).
Ada dua sifat utama Semen Ionomer Kaca yang menjadikan bahan ini diterima sebagai salah
satu bahan kedokteran gigi yaitu karena kemampuannya melekat pada enamel dan dentin dank
arena kemampuannya dalam melepaskan fluoride. Salah satu karakteristik dari Semen Ionomer
Kaca adalah kemampuannya untuk berikatan secara kimiawi dengan jaringan mineralisasi
melalui mekanisme pertukaran ion. Mekanisme perlekatan dengan struktur gigi terjadi oleh
karena adanya peristiwa difusi dan absorbs yang dimulai ketika bahan berkontak dengan jaringan
gigi. Beberapa penelitian telah membuktikan sifat antikariogenik Semen Ionomer Kaca dalam
melawan kariogenik. Penelitian yang dilakukan oleh Forss membuktikan bahwa ternyata tidak
hanya fluoride yang dilepas tetapi juga aluminium, sodium, kalsium dan strontium (Batubara,
2011)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian, sifat dan komposisi Semen Ionomer Kaca?
2. Apa saja tipe-tipe dan klasifikasi dari Semen Ionomer Kaca?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari Semen Ionomer Kaca?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari Semen Ionomer Kaca?
5. Bagaimana teknik dan desain preparasi dari Semen Ionomer Kaca?
6. Bagaimana cara manipulasi dan penumpatan dari Semen Ionomer Kaca?
7. Bagaimana reaksi pengerasan dari Semen Ionomer Kaca?
8. Apa saja bahan pelindung Semen Ionomer Kaca?

1.3 Tujuan
Diharapkan dengan adanya makalah ini mahasiswa IIK Kediri khususnya Fakultas
Kedokteran Gigi dapat memahami tentang Semen Ionomer Kaca dan diharapkan mampu
mengaplikasikannya dengan baik dan benar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Semen Ionomer Kaca (SIK)


Semen ionomer kaca adalah bahan restorasi yang paling akhir berkembang dan
mempunyai sifat perlekatan yang baik. Semen ini melekat pada enamel dan dentin melalui ikatan
kimia. Kekurangan SIK jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain adalah kurang estestik,
sulit dipolish, dan mempunyai sifat brittle (Robert, 2002).
Semen ionomer kaca terdiri dari campuran bubuk dan cairan yang kemudian dicampur
dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca aluminosilikat dan cairannya adalah larutan
dari asam poliakrilik. Beberapa sifat yang dimiliki semen ionomer kaca adalah
bersifat biokompatibilitas terhadap jaringan gigi, sifat perlekatan baik secara kimia terhadap
dentin dan enamel, serta mempunyai beberapa sifat fisis (Robert, 2002).

Gambar 2.1 Contoh produk Semen Ionomer Kaca

Semen ionomer kaca melepaskan ion fluor dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga dapat
menghilangkan sensitivitas dan mencegah terjadinya karies sekunder. Kemampuan dalam
melepaskan ion fluor terhadap compressive strength dari bahan restorasi Semen ionomer kaca,
mengakibatkan korelasi negatif antara pelepasan ion fluoride dengan compressive strength. Bahan
material yang memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang lebih tinggi, secara umum
mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari material yang memiliki tingkat pelepasan ion
fluoride yang rendah (Robert, 2002).
Semen ionomer kaca sering disebut dengan ASPA (Alumine Silicate and polyacrylic
acid ). Reaksi yang terbentuk dari Semen ionomer kaca adalah reaksi antara alumina silikat kaca
dalam bentuk powder dengan asam poliakrilik sebagai liquid. Selain sebagai bahan restorasi,
Semen ionomer kaca dapat digunakansebagai bahan perekat, bahan pengisi untuk restorasi gigi
anterior dan posterior, pelapiskavitas, penutup pit dan fisur, bonding agent pada resin komposit, serta
sebagai semen adhesif pada perawatan ortodontik. Ukuran partikel gelas Semen ionomer kaca
bervariasi, yaitu sekitar 50 µm sebagai bahan restorasi dan sekitar 20 µm sebagai bahan luting
(Robert, 2002).

2.2 Komposisi Semen Ionomer Kaca


Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk dan cairan yang dapat mengeras setelah dilakukan
manipulasi.
a. Komposisi Bubuk
Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki
karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandingan alumina-silikat lebih tinggi pada
semen silikat (Anusavice, 2003).
b. Komposisi Cairan
Cairan yang digunakan semen Ionomer Kaca adalah larutan dari asam poliakrilatdalam
konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cenderung membentuk gel setelah beberapa
waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam poliakrilat adalah dalam bentuk kopolimer
dengan asamitikonik, maleic atau asam trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah
resktifitas dari cairan, mengurangi kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel
(Anusavice, 2003).
Asam tartarik juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki karakteristik manipulasi dan
meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek pengerasan. Terlihat peningkatan yang
berkesinambungan secara perlahan pada kekentalan semen yang tidak mengendung asam
tartaric. Kekentalan semen yang mengandung asam tartaric tidak menunjukkan kenaikan
kekentalan (Anusavice, 2003).
Ketika bubuk dan cairan semen ionomer kaca dicampurkan, cairan asam akan memasuki
permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk lapisan semen tipis yang akan
mengikuti inti. Selain cairan asam, kalsium, aluminium, sodium sebagai ion-ion fluoride pada
bubuk semen ionomer kaca akan memasuki partikel kaca yang akan membentuk ion kalsium
(Ca2+) kemudian ion aluminium (Al3+) dan garam fluor yang dianggap dapat mencegah
timbulnya karies sekunder. Selanjutnya partikel-partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan
(Anusavice, 2003).

2.3 Sifat semen ionomer Kaca


a. Sifat Fisis
1) anti karies ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan terhadap karies.
2) Termal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel
3) Tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan dalam restorasi dari groove
(Power, 2008).
b. Sifat Mekanis
1) Compressive strength: 150 Mpa, lebih rendah dari silikat
2) Tensile strength : 6,6 Mpa, lebih tinggi dari silikat
3) Hardness : 4,9 KHN, lebih lunak dari silikat
4) Frakture toughness : beban yang kuat dapat terjadi fraktur (Power, 2008).
c. Sifat Kimia
semen ionomer kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin, perlekatan ini berupa
ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari semen ionomer kaca.
Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini
maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi. Semen ionomer kaca tahan terhadap suasana
asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan ini
terjadi karena adanya polyanion dengan berat molekul yang tinggi ( Anusavice, 2004).
2.4 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca
2.4.1 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Bahan Pengisi
a. Semen Ionomer Kaca Konvensional
Semen ionomer kaca secara luas digunakan untuk kavitas Klas V, hasil klinis dari
prosedur ini baik meskipun penelitian in vitro berpendapat bahwa semen ionomer kaca
modifikasi resin dengan ketahanan fraktur yang lebih tinggi dan peningkatan kekuatan
perlekatan memberikan hasil yang jauh lebih baik. Beberapa penelitian berpendapat bahwa versi
capsulated lebih menguntungkan karena pencampuran oleh mesin sehingga memberikan sifat
merekatkan yanglebih baik. Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain
sebagai bahan perekat, pelapik dan bahan restoratif untuk restorasi konservatif Klas I danKlas II
karena sifatnya yang berikatan secara kimia pada struktur gigi danmelepaskan fluorida. Selain itu
respon pasien juga baik karena teknik penempatan bahan yang konservatif dimana hanya
memerlukan sedikit pengeboran sehingga pasien tidak merasakan sakit dan tidak memerlukan
anastesi lokal. Meskipun demikian SIK tidak dianjurkan untuk restorasi Klas II dan klas IV
karena sampaisaat ini formulanya masih kurang kuat dan lebih peka terhadap keausan penggunaan
jika dibandingkan dengan komposit (McCabe, 2008).
GIC konvensional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilson dan Kent.
Berasal dari asam polyalkenoat cair seperti asam polyacrilic dan komponen kaca yang biasanya
adalah fluoroaluminosilikat. Saat bubuk dan cairandi campur terjadi reaksi asam basa kemudian
asam polyalkenoat mengalami percepatan hingga terjadi pengentalan sampai semen mengeras.
Ini dapat dijadikan sebagai bubuk kaca yang melepaskan ion dan larut dengan campuranyang mengandung
asam polyacrilic cair dengan dikeringkan melalui pembekuan untuk dicampur dengan air murni.
Pabrik juga dapat menanbahkan sedikit asam tartaric pada air yang dapat memperkirakan reaksi
pengerasan yang lebih tepat (Gladwin, 2009).
b. Semen Ionomer Hybrid
Komponen bubuk terdiri dari partikel kaca ion-leachable fluoroaluminosilicatedan
inisiator untuk light curing atau chemical curing. Komponen cairan biasanyaterdiri dari air dan
asam polyacrylic atau asam polyacrilyc yang dimodifikasidengan monomer methacrylate
hydroxyethyl methacrylate. Komponen yang duaterakhir bertanggung jawab untuk polimerisasi.
Reaksi pengerasan awal dari bahan ini terjadi melalui polimerisasi dari gugus methacrylate.
Reaksi asam basayang lambat pada akhirnya akan bertanggung jawab pada proses pematangan
yangunik dan kekuatan akhir. Kandungan air secara keseluruhan lebih sedikit untuk tipe ini untuk
menampung bahan yang berpolimerisasi (Gladwin, 2009).
Perbedaan yang paling nyata adalah berkurangnya translusensi dari bahan ini karena
adanya perbedaan yang besar pada indeks pembiasan antara bubuk dengan matrix resin yang
mengeras. Tes in vitro dari semen ionomer hibrid melepaskanflorida dalam jumlah yang
sebanding dengan yang di lepaskan semen ionomer kaca konvensional. Kekuatan tarik dari
ionomer kaca hibrid lebih tinggi dariionomer kaca konvensional. Peningkatan ini di akibatkan
oleh moduluselastisitasnya yang lebih rendah dan deformasi plastis yang lebih banyak yangdapat
di tahan sebelum terjadinya fraktur. Sifat-sifat yang lain sulit untuk dibandingkan karena formulasi
bahan dan cara pengetesan (Lippincot, 2007).
Mekanisme pengikatan terhadap struktur gigi dari semen ini sama denganionomer kaca
konvensional. Aktifitas ionik yang lebih sedikit diharapkan karenaadanya pengurangan dari asam
karboksilat dari cairan ionomer kaca denganmodifikasi resin; namun bagaimanapun kekuatan
ikat pada struktur gigi bisa lebihtinggi dari semen ionomer kaca konvensional. Bila dibandingkan
dengan ionomer kaca konvensional maka ionomer kaca dengan modifikasi resin
memperlihatkankekuatan ikat yang lebih tinggi kepada komposit berbasis resin. Ini sepertinya
dikontrol oleh gugus fungsi non polimerisasi residu didalam semen ionomer kacakonvensional.
Akibat polimerisasi, bahan ini seharusnya memilki derajat penyusutan yang lebih besar ketika
mengeras. Lebih sedikitnya kandungan air danasam karboksilat juga mengurangi kemampuan
semen untuk membasahi substratgigi, yang dimana akan meningkatkan kebocoran micro
dibandingkan semenionomer kaca konvensional (Anusavice, 2004.)
Biokompatibilitas dari ionomer kaca hibrid dapat dibandingkan dengan ionomer kaca
konvensional. Tindakan pencegahan yang sama harus dilakukan,seperti penggunaan kalsium
hoidroksida untuk preparasi yang dalam. Peningkatan suhu sementara yang berhubungan dengan
proses polimerisasi juga menjadi pertimbangan (Gladwin, 2009).
Karakteristik dari penanganan ionomer kaca hibrid telah diatur sehingga dapat digunakan
sebagai liners atau bases. Kekuatan tekan dan tarik dari liners lebih rendah dari pada semen
restorasi yang lain. Kegunaan yang paling utama dari liners ionomer kaca adalah untuk bertindak
sebagai bahan pengikat lanjut antara gigi dan restorasi komposit. Karena adanya adhesi pada
dentin, maka kemungkinan dari formasi celah pada tepi ginggival yang terletak pada
dentin,sementum atau keduanya disebabkan oleh penyusutan polimerisasi dari resin (Lippincot,
2007).
Keuntungan dari ionomer kaca di atas resin bonding agent yang menjamin ikatan adhesive,
mengurangi sensitivitas tekhnik dan membentuk mekanisme anti kariogenik melalui pelepasan
florida. Ketika digunakan pada keadaan ini, prosedur yang lebih di anjurkan adalah tekhik
sandwich. Tekhnik ini memberikan keuntungan berupa kualitas yang diinginkan dari ionomer
kaca yang memberikanestetika dari restorasi komposit. Tekhnik sandwich di rekomendasikan
untuk restorasi komposit kelas 2 dan 5 ketika pasien individual memiliki resiko karies yang
tinggi. Hal tersebut berlaku untuk formulasi semen ionomer kaca konvensional dan semen
ionomer kaca hibrid like-curable (Lippincot, 2007).
c. Semen Ionomer Tri-cure
Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan monomer yang dimodifikasi polyacid tanpa
air. Bahan ini sangat sensitif terhadap cairan, sehingga biasanya disimpan didalam kantong anti
air. Pengerasan di awali oleh foto polimerisasi dari monomer asam yang menghasil bahan yang
kaku. Selama restorasi digunakan bahan yang telah di pasang menyerap air di dalam saliva dan
menambah reaksi asam basa antara gugus fungsi asam dengan matrix dan partikel kaca silicate.
Reaksi asam basa yang di induce memungkinkan pelepasan floridakarena tidak adanya air dalam
formulasi, pengadukan semen tidak self-adhesiveseperti semen ionomer kaca konvensional dan
hibrid. Sehingga dentin-bondingagent yang terpisah di perlukan untuk kompomer yang digunakan
sebagai bahan restorasi (Gladwin, 2009).
Akhir-akhir ini, beberapa bahan dengan 2 komponen, yang terdiri dari bubuk dan cairan atu
yang terdiri dari 2 pasta telah dipasarkan sebagai kompomer untuk penerapan luting(luting
application). Bubuknya memiliki komposisi srontium aluminum fluorosilicate, metalik oksida,
inisitor dengan aktivasi kimia atau cahaya. Cairanya terdiri dari monomer asam karboksilat atau
methacrylate yang bisa berpolimerisasi, monomer multifungsional acrylate, dan air. Sedangkan
yang berbentuk pasta memilki bahan yang sama disesuaikan dengan bubuk dan cairan.Karena
adanya air di dalam cairan , maka bahan ini bersifat self-adhesive danreaksi asam basa dimulai
pada saat pengadukan (Lippincot, 2007).
Kekuatan ikat dari kompomer terhadap struktur gigi memiliki rentang yangsama dengan
semen ionomer kaca karena penggunaan dentin-bonding agent. Meskipun kompomer satu pasta terutama
di terapkan untuk restorasi pada area dengan tegangan rendah, data klinis saat ini dibatasi
mengingat penggunaan kompomer untuk restorasi kavitas kelas 3 dan 5 sebagai alternative
ionomer kaca atau komposit resin (Lippincot, 2007).
d. Semen Ionomer Kaca yang diperkuat dengan Metal
Semen glass ionomer kurang kuat, dikarenakan tidak dapat menahan gayamastikasi yang
besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan penggunaan dibandingkan bahan restorasi
estetik lainnya, seperti komposit dan keramik. Ada 2 metode modifikasi yang telah dilakukan,
metode I adalah mencampur bubuk logam campur amalgam yang berpartikel sferis dengan
bubuk glass ionomer tipe II. Semen ini disebut gabungan logam campur perak. Metode II adalah
mencampur bubuk kaca dengan partikel perak dengan menggunakan pemenasanyang tinggi.
Semen ini disebut sebagai cermet. Mikrograf skening electron dari bubuk cermet menunjukan
partikel-partikel bubuk perak melekat ke permukaan dari partikel-partikel bubuk semen. Jumlah dari
fluoride yang dilepaskan dari kedua sistem modifikasi logam ini cukup besar. Namun, fluoride
yang dilepaskan dari semen cermet lebih sedikit daripada yang dilepaskan dari semen ionomer
kaca tipe II. Hal ini dikarenakan sebagian partikel kaca, yang mengandung fluoride telah dilapisi
logam. Pada awalnya semen gabungan melepas lebih banyak fluoride daripada semen tipe II.
Tetapi besarnya pelepasan ini menurun dengan berjalannya waktu. Karena partikel-partikel
logam pengisi tidak terikat pada matriks semen, sehingga permukaan antar semen menjadi
berjalan untuk pertukaran cairan. Ini sangatmeningkatkan daerah permukaan yang tersedia untuk
pelepasan fluoride (Anusavice, 2004).
Dengan meningkatnya daya tahan terhadap keausan dan potensi anti-kariesnya, semen-
semen dengan modifikasi logam ini telah dianjurkan untuk penggunaan yang terbatas sebagai
alternative dari amalgam atau komposit untuk restorasi gigi posterior. Meskipun demikian,
bahan-bahan ini masihdiklasifikasikan sebagai bahan yang rapuh. Karena alas an inilah
penggunaan bahan tersebut umumnya terbatas pada restorasi konservatif dan umumnya kelas I
(Lippincot, 2007).
Semen-semen ini mengeras dengan cepat sehingga dapat menerima
tindakan penyelesaian dalam waktu yang relative singkat. Bersamaan dengan potensi adhesi dan
daya tahannya terhadap karies, sifat-sifat menjadikan semen tersebut digunakan untuk
membangun badan inti untuk gigi yang akan diperbaiki dengan mahkota cor penuh. Namun,
karena rendahnya kekuatan terhadap fraktur dan sifatnya yang rapuh, sebaiknya dilakukan
pendekatan yang konservatif. Bahan ini sebaiknya tidak digunakan jika bagian yang akan
menggunakan semen adalah lebih besar 40% dari keseluruhan. Untuk kasus seperti ini sebaiknya
digunakan pasak atau retensi bentuk lainnya (Gladwin, 2009).
2.4.2 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Kegunaannya
a. Type I – Luting cements
SIK tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen mahkota, jembatan,veneer
dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner komposit. Secara kimiawi berikatan dengan dentin
enamel, logam mulia dan porselen. Memiliki translusensiyang baik dan warna yang baik, dengan
kekuatan tekan tinggi. SIK yang diberikanpada dasar kavitas akan menghasilkan ion fluorida
serta berkurangnya sensitifitasgigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini mengurangi
timbulnya kebocoranmikro ( micro-leakage) ketika digunakan sebagai semen inlay komposit
atau onlay (Craig, 2004).
b. Type II – Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan, SIK juga
digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi servikal. Abrasi
awalnya diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat gigi yang terlalu keras (Craig,
2004).
c. Type III – Liners and Bases
Pada teknik sandwich, SIK dilibatkan sebagai pengganti dentine, dan komposit sebagai
pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan dengan cepat untuk kemudian menjadi
reseptor bonding pada resin komposit (kelebihan air pada matriks SIK dibersihkan agar dapat
memberikan kekasaran mikroskopis yang nantinya akan ditempatkan oleh resin sebagi pengganti
enamel (Anusavice, 2009).
d. Type IV – Fissure Sealants
Tipe IV SIK dapat digunakan juga sebagai fissure sealant. Pencampuran bahan dengan
konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang dan celah gigi posterior yang sempit
(Powers, 2008).
e. Type V - Orthodontic Cements
Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak menggunakan bahan resin komposit. Namun
SIK juga memiliki kelebihan tertentu. SIK memiliki ikatan langsung ke jaringan gigi oleh
interaksi ion Polyacrylate dan kristal hidroksiapatit, dengan demikian dapat menghindari etsa
asam. Selain itu, SIK memiliki efek antikariogenik karena kemampuannya melepas fluor. Bukti
dari tinjauan sistematis uji klinis menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam tingkat kegagalan
braket Ortodonti antara resin modifikasi SIK dan resin adhesif (Powers, 2008).
f. Type VI – Core build up
Beberapa dokter gigi menggunakan SIK sebagai inti (core), mengingat kemudahanSIK
dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik dalam koefisienekspansi termal.
Logam yang mengandung SIK (misalnya cermet, Ketac perak, EspeGMbH, Germanyn) atau
campuran SIK dan amalgam telah populer. Saat ini, banyak SIK konvensional yang radiopaque
lebih mudah untuk menangani daripada logamyang mengandung bahan-bahan lain. Namun demikian,
banyak yang menganggapSIK tidak cukup kuat untuk menopang inti (core). Maka
direkomendasikan bahwagigi harus memiliki minimal dua dinding utuh jika menggunakan SIK
(Powers, 2008).
g. Type VII - Fluoride releasing
Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang dihasilkan SIK
dibandingkan dengan bahan lainnya. Namun, tidak ada review sistematis dengan atau tanpa
meta-analisis yang telah dilakukan. Hasil dari satu percobaan, dengan salah satu tindak lanjut
periode terpanjang, menemukan bahwa SIK konvensional menghasilkan fluorida lima kali lebih
banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari resin komposit dalam waktu 12 bulan.
Jumlah fluorida yang dihasilkan, selama 24 jam periode satu tahun setelah pengobatan, adalah
lima sampai enam kali lebih tinggidari kompomer atau komposit yang mengandung fluor (Craig,
2004).
h. Type VIII - ART (atraumatic restorative technique)
ART adalah metode manajemen karies yang dikembangkan untuk digunakan dinegara-negara
dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas namun kebutuhan penduduk tinggi. Hal ini
diakui oleh organisasi kesehatan dunia. Teknik menggunakan alat-alat tangan sederhana (seperti
pahat dan excavator) untuk menerobos enamel dan menghapus karies sebanyak mungkin. Ketika
karies dibersihkan,rongga yang tersisa direstorasi dengan menggunakan SIK viskositas tinggi.
SIK memberikan kekuatan beban fungsional (Craig, 2004).
i. Type IX - Deciduous teeth restoration
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan kunyahdan
usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer kaca dapat memberikan
keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena kemampuan SIK untuk melepaskan fluor dan
untuk menggantikan jaringan keras gigi, serta memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi
kavitas. Hal ini dapat dijadikan keuntungan dalam merawat gigi pada anak-anak. Namun, masih
diperlukan tinjauanklinis lebih lanjut (Craig, 2004)

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Semen Ionomer Kaca


Sebelum mengaplikasikan bahan GIC seorang operator harus mengetahui kekurangan
dan kelebihan dari bahan yang akan digunakan agar nantinya dapat dipertimbangkan bahan yang
cocok untuk diaplikasikan pada kavitas. Adapun kelebihan dan kekurangan dari bahan restorasi
GIC adalah sebagai berikut :
kelebihan:
1) Potensi antikariogenik
2) Translusen
3) Biokompatibel
4) Melekat secara kimia dengan struktur gigi
5) Sifat fisik yang stabil
6) Mudah dimanipulasi (Craig, 2004).
Kekurangan :
1) Water in and water out
2) Compressive strenght kurang baik
3) Resistensi terhadap abrasi menurun
4) Estetik kurang baik
5) Warna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara tambalan dengan
gigi asli (Craig, 2004)
2.6 Indikasi dan kontraindikasi
Setiap bahan semen memiliki kelebihan dan kekurangan masing0-masing yang nantinya
dari semua itu dapat dindikasikan untuk kavitas seperti apa bahan tersebut. Untuk Glas ionomer
cement (GIC) sendiri memiliki indikasi dan kontraindikasi sebagai berikut :
Indikasi :
1) Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa preparasi kavitas
2) Penumpatan pit dan fisura oklusal
3) Restorasi gigi sulung
4) Restorasi lesi karies kl. V
5) Restorasi lesi karies kl. III lebih diutamakan yang pembukaannya arah lingual
6) Reparasi kerusakan tepi restorasi mahkota (Craig, 2004).
Kontraindikasi :
1) Kavitas-kavitas yang ketebalannya kurang
2) Kavitas-kavitas yang terletak pada daerah yang menerima tekanan tinggi
3) Lesi karies kelas IV atau fraktur insisal
4) Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang mengutamakan faktor estetika (Craig,
2004).

2.7 Prinsip preparasi gigi pada GIC


Adapun prinsip dari preparasi gigi pada GIC meliputi 7 prinsip yaitu :
• Outline Form
• Resistance Form
• Retention Form
• Removal of caries
• Finishing of the enamel wall
• Convinience Form
• Cavity toilet
Pada kasus tertentu pada karies, yang mengakibatakn kerusakan hingga mengenai pulpa,
sebaiknya langkah pertama hingga ke lima di letakkan pada langkah ke dua. Apabila terjadi
keadaan seperti ini, sangat penting untuk meletakan base yang sesuai takaran ke dalam kavitas
yang sudah di preparasi preparasi.
1. Outline form
Yaitu garis terluar dari hasil preparasi kavitas yang terdapat di permukaan gigi. Untuk
kelas III mengambil jaringan karies yang disertai pembuatan dovetail dengan cara mengambil
sedikit jaringan sehat sekitarnya. Untuk kelas V sendiri mengambil jaringan karies disertai
pengambilan sedikit jaringan sehat biasanya berbentuk seperti ginjal.
2. Resistance form adalah bentuk dan penempatan dinding kavitas pada kedudukan yang tepat
sehingga rstorasi dan jaringan gigi yang masih sehat dan berfungsi sebagai tempat penahan dapat
bekerja sama dalam menahan tekanan tanpa menimbulkan fraktur.
3. Retention form adalah bentuk dari preparasi kavitas yang tahan terhadap pergeseran atau
hilangnya restorasi dari gaya dorong dan daya angkat. Kebutuhan retensi berhubungan dengan
jenis material restorasi yang digunakan, prinsip dari retention form bermacam-macam tergantung
dari bahan material yang digunakan. Restorasi Glass Ionomer Cement (GIC) melekat di dalam
gigi oleh ikatan kimiawi yang timbul antara material dan gigi yang dikondisikan.
4. Removal of caries merupakan Pembuangan jaringan karies dentin dan debris-debris pada
dinding kavitas . Karies tidak boleh ditinggalkan didalam kavitas. Sebeb jika terjadi kebocoran
bakteri yang tinggal didalam kavitas akan terjadi aktif dan dapat menimbulkan gejala sakit dan
masalah endodontik
5. Finishing of the enamel wall merupakan Suatu tindakan yang dilakukan untuk membentuk
dinding enamel margin yang halus dan rata agar mendapatkan kontak marginal serta adaptasi
tumpatan yang baik. Penghalusan dinding dan dasar kavitas menggunakan fine finishing bur
sampai halus dan rata. Pada kunjungan berikutnya penghalusan akhir bisa dilakukan dengan
menggunakan bur batu putih (white stone), bur tungsten carbide dan karet abrasif dengan
kecepatan rendah.
6. Convenience form dilakukan dengan cara membentuk kavitas sedemikian rupa untuk
mempermudah pengerjaan kavitas dan memasukkan bahan tumpatan ke \dalam kavitas.
Convenience form dapat diperoleh dengan cara :
– Memperluas preparasi kavitas
– Pemilihan alat yg dapat memudahkan pekerjaan
– Pemasangan separator mekanis untuk retraksi gingiva.
7. Toilet of the cavity merupakan tindakan terakhir dari prinsip preparasi kavitas yang bertujuan
untuk membersihkan kavitas dari debris. Kavitas dibersihkan dengan air hangat, menggunakan
cleanser cavity atau aquadest.

2.8 Manipulasi Semen Ionomer Kaca


Untuk mencapai restorasi yang tahan lama dan prostesis yang tetap kuat, kondisi-kondisi
untuk SIK berikut harus dipenuhi: (1) permukaan gigi yang disiapkan harus bersih dan kering,
(2) konsistensi campuran semen harus memungkinkan untuk dapat melapisi seluruh permukaan
yang bergelombang dan dudukan prostesis, (3) semen yang berlebih harus dikeluarkan pada waktu yang
tepat, (4) permukaan harus selesai tanpa pengeringan yang berlebihan, dan (5) perlindungan
permukaan restorasi harus dipastikan untuk mencegah retak atau disolusi. Kondisi-kondisi ini
serupa untuk aplikasi luting, tetapi tidak dibutuhkan finishing permukaan (Anusavice, 2009).
Semen Ionomer Kaca merupakan sistem bubuk-cairan yang dikemas di dalam botol atau
kapsul. Botol bubuk harus disentak dengan lembut sebelum pengeluaran. Bubuk dan cairan
dikeluarkan pada paper pad atau glass slab. Bubuk dibagi menjadi dua bagian yang sama. Bagian
pertama dari bubuk dicampur dengan spatula kaku ke dalam cairan sebelum bagian berikutnya
ditambahkan. Waktu pencampuran antara 30 hingga 60 detik, tergantung pada produk. Semen
digunakan segera karena working time setelah pencampuran sekitar 2 menit pada 22oC.
Pendinginan mixing slab memperlambat setting reaction dan memberikan tambahan working
time. Semen tidak boleh digunakan dalam bentuk ”kulit” pada permukaan atau ketika konsistensi
terasa menjadi lebih tebal. Hindari kontak dengan air selama aplikasi ruangan harus diisolasi
sepenuhnya. Semen set di dalam mulut sekitar 7 menit dari awal pencampuran (Powers, 2008).

2.9 Reaksi Pengerasan Semen Ionomer Kaca


Reaksi pengerasan dimulai saat cairan asam polielektrolit berkontak dengan permukaan
kaca aluminosilikat yang kelak akan menghasilkan pelepasan sejumlah ion.

Gambar 2.2. Reaksi pengerasan pada SIK.


(Sumber: Craig’s Restorative Dental Materials)

SIK mengalami 3 fase reaksi pengerasan yang berbeda dan saling overlapping. Fase
pertama adalah fase pelepasan ion yang diawali reaksi ionisasiradikal karboksil (COOH) yang
terdapat dalam rantai asam (asam poliakrilat)menjadi ion COO- (ion karboksilat) dan ion H+. Ion
H+ bereaksi pertama kalipada permukaan partikel kaca menyebabkan terlepasnya ion-ion seperti
Ca2+ dan Na+ ke dalam cairan. Kemudian ion H+ tersebut berpenetrasi kembali hinggamencapai
struktur yang kurang terorganisasi menyebabkan terlepasnya ion Al3+. Saat fase ini, dilepaskan
panas dengan suhu berkisar antara 3oC sampai 7oC. Semakin besar rasio bubuk dan cairan SIK
maka panas yang dilepaskan akan semakin besar (Craig, 2004).
Selama tahap awal tersebut terjadi, SIK berikatan dengan struktur gigi. Secarafisik SIK
terlihat berkilau. Penempatan pada struktur gigi harus dilakukan padafase ini karena matriks
poliasam bebas yang dibutuhkan untuk perlekatan ke gigitersedia dalam jumlah yang maksimum.
Pada tahap akhir dari fase pelepasan ionini, yang ditandai dengan hilangnya tampilan berkilau
SIK, matriks poliasambebas bereaksi dengan kaca sehingga kurang mampu berikatan dengan
strukturgigi atau struktur lainnya (Craig, 2004).
Fase kedua dari reaksi pengerasan SIK adalah fase hidrogel. Fase hidrogel terjadi 5
sampai 10 menit setelah pencampuran dilakukan. Selama fase ini, ion-ionkalsium yang dilepas
dari permukaan kaca akan bereaksi dengan rantai poliasam polianionik yang bermuatan negatif
untuk membentuk ikatan silang ionik. Pada fase hidrogel ini mobilitas rantai polimer berkurang
sehingga menyebabkan terbentuknya gelasi awal matriks ionomer. Selama fase hidrogel
berlangsung,permukaan SIK harus dilindungi dari lingkungan yang lembab dan kering karena
ion kalsium yang bereaksi dengan rantai poliasam polianionik mudah larutdalam air. Jika SIK
tidak dilindungi, maka ikatan silang ionik yang mudah laruttersebut akan melemahkan SIK
secara keseluruhan dan terjadi penurunan derajat translusensi sehingga turut mempengaruhi
estetika (Craig, 2004).
Pada fase hidrogel ini, SIK memiliki bentuk yang keras dan opak. Opaksitastersebut
disebabkan adanya perbedaan yang besar pada indeks refraksi antarafiller kaca dan matriks.
Opaksitas SIK ini sifatnya sementara dan akanmenghilang selama reaksi pengerasan akhir
terjadi. Fase terakhir adalah gel poligaram, yang terjadi ketika SIK mencapai pengerasan akhir,
dapat berlanjut selama beberapa bulan. Matriks yang terbentuk akan menjadi mature ketika ion-
ion aluminium, yang pelepasannya dari permukaan kaca lebih lambat, terikat ke dalam campuran
semen membantu membentuk hidrogel poligaram yang menyebabkan semen menjadi lebih kaku
(Anusavice, 2009).
Fase gel poligaram ini menyebabkan SIK terlihat lebih menyerupai gigi, disebabkan
indeks refraksi gel silika yang mengelilingi filler kaca hampir sama dengan matriks. Hal tersebut
menyebabkan berkurangnya penyebaran cahaya dan opaksitas. Jika SIK masih terlihat opak,
maka hal tersebut mengindikasikan bahwa gel poligaram tidak terbentuk disebabkan karena
adanya kontaminasi air. SIK yang telah mengeras secara sempurna terdiri atas tiga komponen,
yaitukaca pengisi, gel silika, dan matriks poliasam (Anusavice, 2009).

2.10 Tehnik preparasi kelas III


• Tentukan batas garis luar kavitas
• Untuk mendapat akses ke dentin yang terkena karies. Jika gigi tetengga masih ada maka
dilakukan dengan bur tungsten carbide atau bur intan dengan kecepatan tinggi melalui ridge tepi
emaildan aspek palatal
• Dinding labial sebaiknya dipertahankan
• Perluasan dinding email dipermukaan palatal kearah palatal, insissal maupun gingival dilakukan
dengan bur bulat kecil
• Retensi (groove stabilitasi) dibuat dengan bur bulat

Gambar 2.3 Akses lesi melalui palatal Gambar 2.4 Kavitas siap ditumpat

2.11 Tehnik Preparasi kelas V


Bentuk ragangan restorasi klas V tidaklah seragam, tetapi bervariasi tergantung karies
atau tingkat dekalsifikasi yang terjadi. Outline form berbentuk ginjal pada bagian bukal 1/3
serviko servikal. Kedalaman preparasi kurang lebih 3 mm (sampai mengenai dentin).
Bila jaringan yang rusak telah disingkirkan dan tepinya berada pada email yang baik,
ragangan biasanya persegi panjang dengan sudut membulat, ovoid atau berbentuk ginjal.
Retensi dibuat pada oklusal, dan dinding gingival di pertautan dengan dinding aksial.
Tidak boleh ada undercut pada dinding mesial dan distal. Kedalaman retensi dibentuk
menggunakan diameter bur, dan tidak melebihi diameter bur bahkan dalam beberapa hal malah
bisa kurang
Gambar 2.5 Sebuah kelas V rongga di tengah gigi seri atas kanan.

Gambar 2.6 Penyusunan rongga ini diprakarsai oleh scribing alur circumferentially ke kedalaman
lesi membusukkan gigi atau tulang menggunakan GW-1 tetapi karbida.

2.12 Cara penumpatan


1. Tahapan Isolasi. Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva dan
lidah akan menggangu penglihatan. Beberapa metode tepat digunakan untuk mengisolasi daerah
kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas atau cotton roll,dan isolator karet atau
rubbedam(Baum, 1997).
a. Saliva Ejector
Alat ini mempuyai diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang tertumpuk didalam
mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari diletakkan didasar mulut.
Pada posisi initer kadang membuat pasien tidak nyaman karena diletakkan terus menerus didasar
mulut, di bawah tekanan negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan menimbulkan
lesi jaringan lunak.
Gambar 2.7 Saliva ejector

Gambar 2.8 Penggunaan Saliva ejector


b. Gulungan Kapas atau Cotton Roll
Gulungan Kapas atau Cotton Roll Digunakan kedokteran gigi memiliki beberpa ukuran panjang
dan besar. Namun yang sering digunakan adalah cotton roll nomor 2 dengan panjang inchi dan
diameter inchi. Cotton roll dapat menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi
jangka pendek pada rongga mulut. Biasanya cotton roll harus sering diganti karena akan sering
terbashi oleh saliva. Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector efektif dalam meminimalkan
aliran saliva (Roberson dkk, 2002)
c. Isolator karetatauRubber Dam
Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari rubber dam. Lembaran
karet inidengangigi-gigi yang menonjol melalui lubang pada lembaran itu memberikan isolasi
yang positif dan jangka panjang pada gigi yang perlu dirawat. Penggunaan dari rubber dam
merupakan keharusan untuk prosedur operatif. Rubber dam terdiridari 2 bagian yaitu isolator
karet dan klem.
Gambar 2.9 Rubber Dam
d. Pembersihan Gigi
Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur dengan air. Bila ada karang gigi
dibersihkan terlebih dahulu.
e. Tahap preparasi
Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar 2-3 mm dari tepi
kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut 450Gigi dengan karies dibersihkan dengan
diamond fissure bur atau excavator, kemudin dibuat bevel seperti di atas.
Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies. Untuk kasus kelas III
akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena ridge ini tidak didukung oleh dentin yang
sehat. Dinding labial sedapat mungkin dipertahankan mengingat sampai saat ini tak satupun
warna bahan restorasi yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal memang lebih
menyusahkan operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan karena akan
menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung bisa dilakukan jika gigi
tetangganya tidak ada.
Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas atau outlinef
orm.Ragangan pada kasus ini hanya dibuat berdasarkan perluasan kariesnya yang mengenai
email dan dentin. Semua email dan dentin yang sebenarnya tidak terserang karies tetapi
kelihatannya sudah lemah harus dihilangkan.
Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau extension for prevention.
Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatanbevel tidak perlu dilakukan karena
menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari kontakdengan gigi tetap pada tetangga.
Bentuk kavitas biasanya telah menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat alur retensi
khusus. Bentuk retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada besar kavitasnya apakah kecil
atau besar Retensi pada kelas III adalah undercut. Undercut dibuat di dnding gingival aproksimal
dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal. Pada restorasi plastiskommposit proses
pengetsaan juga merupakan suatu retensi mekanis. Setelah preparasi selesai dilakukan tahap
selanjutnya perlu dilakukan pengecekan tepi kavitas agar tidak ada email dan dentin karies yang
tersisa sehingga tidak menyebabkan karies sekunder. Selanjutnya adalah pembersihan kavitas,
semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan aquade ststeril dan kemudian dikeringkan.
Terakhir kavitas perlu diperiksa lagi dari berbagai aspek sebelum dilakukan penumpatan.
2. Tahap Persiapan Bahan
Rasio powder dan liquid yang dianjurkan oleh pabrik. Dilakukan pada paper pad, Powder &
Liquid terpisah. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian, I bagian dicampur sampai konsistensi milky,
sisanya di mixing dan dilakukan wkt total 45-60 detik (tgt pabrik)
a. Mixing
• dicampur dengan cepat dengan cara melipat. Pengadukan harus selesai dalam waktu 40 detik.
• Cairan tidak boleh dikeluarkan sampai tepat sebelum waktu pengadukan dilaksanakan (terjadi
penguapan air penaikan viskositas).
• Konsistensi adonan :
Terlihat kental dan berkilat di permukaan asam poliakrilat masih basah & dapat melekat ke
struktur gigi

b. Penempatan bahan ke dalam kavitas


• Adukan semen segera ditempatkan dengan alat plastis filling dan syringe insulin ke dalam kavitas
gigi
• Selanjutnya dipasang sebuah matriks yang sudah dibentuk terlebih dahulu (untuk memberi
kontur)

.
c. Penyelesaian permukaan dari semen yang telah mengeras
• Prosedur penyelesaian
lanjutan, dianjurkan waktu penyelesaian selama 10 menit
• untuk mengurangi resiko rusaknya permukaan atau warna restorasi menjadi agak kurang
d. Prosedur pasca restorasi
• Tambalan harus dilapisi lagi dengan bahan pelindung karena tepi semen yang terbuka akibat baru
dirapikan masih peka terhadap lingkungan Oleh karena itu, restorasi GIC dilindungi dengan
lapisan varnish atau resin.

2.13 Bahan Pelindung GIC


Keluar masuknya air dari SIK dalam 24 jam pertama akan menurunkan sifat fisik dan
estetik, sehingga diperlukan lapisan pelindung yang kedap air. Beberapa lapisan pelindung yang
saat digunakan adalah varnis dan bonding. Varnis merupakan larutan resin, shellac, copal,
sandarac, dan medikamen lain dalam pelarut yang mudah menguap seperti eter atau alkohol.
Pada penguapannya, varnis membentuk lapisan tipis yang lengket atau film yang merupakan
barier terhadap efek berbahaya dari cairan atau bahan pengiritasi. Varnis yang diaplikasikan di
atas permukaan SIK bertujuan untuk mencegah kontaminasi air dan saliva selama 24 jam
pertama setelah penempatan tumpatan SIK di dalam kavitas.15 Selain itu, varnis juga digunakan
untuk melindungi SIK yang belum mengeras secara sempurna dari pengeringan akibat perubahan
mekanisme hilangnya air. Komposisi yang terdapat di dalam varnis yang digunakan sebagai
bahan pelindung SIK di bawah ini:
a. Komposisi % komponen kimia berdasarkan berat
b. Asetat isopropyl 60-70%
c. Aseton 14%
d. Kopolimer kloride vinil dan asetat vinil 14%

Komposisi maniulasirasio bubuk dan cairan


Aplikasi pelindung setelah 5 menit pengaplikasian SIK
SIK
Desikasi absorpsi
KEKERASAN
Keterangan: Walaupun komposisi, manipulasi, dan rasio bubuk serta cairan pada SIK telah
diperhitungkan dengan cermat, namun bahan tambal SIK ini tetap rentan terhadap absorpsi dan
desikasi terhadap air pada tahap awal setelah dilakukan pengadukan, sehingga diperlukan
aplikasi pelindung SIK yang kedap air seperti varnis dan bonding agent pada 5 menit pertama
setelah manipulasi SIK. Dengan aplikasi pelindung SIK ini maka penurunan sifat fisik, seperti
kekerasan dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillip’s Science of Dental Materials 11th Edition. Saunders Company,
Pennsylvania.

Baum, 1997. Buku ajar ilmu konservasi gigi. Ed. 3. Jakarta : EGC.

Batubara, F. 2011. Klasifikasi dan Evaluasi Klinis GIC. Medan : USU.

Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2004. Dental Materials Properties and Manipulation
9th Edition. Mosby Elsevier, Missouri.

Gladwin, Marcia A, Bagby, Michael D. 2009. Clinical Aspects of Dental Materials 3rd Edition.

Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.Van Noort, Richard. 2007. Introduction to Dental Materials
3rd Ed. China : Mosby, Elsevier.
McCabe, John F., Walls, Angus W. 2008. Applied Dental Materials 9th Edition. Blackwell
Publishing, Oxford.

Powers, JM., Wataha, JC. 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation 9th edition. Missouri :
Mosby.

Robert G., John M. Powers. 2002. Restorative Dental Materials : 11 th edition. Missouri : Mosby Inc.

Diposting oleh Unknown di 10.40


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

2 komentar:

1.

Unknown14 Oktober 2015 07.56

mba fitri, mau dong cara bikin blog,,

Balas

2.

Unknown30 September 2017 01.51

Bagaimana mengobati kencing nanah tanpa obat?

Mengobati kencing nanah tanpa obat mungkin sangat kecil kemungkinan yang bisa
dilakukan dengan cara ini. Karena jika anda menderita penyakit maka anda harus
melakukan pemeriksaan dan pengobatan dengan dokter yang tentunya akan diberikan
obat yang sesuai dengan penyebabnya.
Apa yang anda rasakan jika anda terkena atau terinfeksi penyakit menular seksual ini?

1. Stress, Malu, Takut di Kucilkan


2. Putus asa
3. Malu untuk melakukan pemeriksaan dengan dokter

"Jika anda merasakan gejala atau tanda2 kencing nanah, jangan merasa malu untuk
melakukan pemeriksaan. segera lakukan pengobatan secepat mungkin untuk membantu
anda agar terhindar dari infeksi penyakit lain yang dapat di timbulkan dari penyakit
kencing nanah."
Silahkan konsultasikan keluhan yang anda rasakan pada kami. Klinik apollo merupakan
salah satu klinik sepesialis kulit dan klamin terbaik di jakata. Ditunjang tekhnologi
modern serta dokter yang sudah berpengalaman dibidangnya, kami dapat membantu
memberikan solusi untuk keluhan penyakit kelamin yang anda rasakan.

Kunjungi halaman facebook kami di : Klinik Spesialis Kelamin Apollo

Kulup panjang | Kulup bermasalah tidak usah mau sunat

Ejakulasi dini bisa sembuh | Sunat dewasa di klinik apollo

Chat | Klini chat

Balas

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ► 2016 (1)

 ► 2015 (6)

 ▼ 2014 (2)
o ▼ November (2)
 HUBUNGAN KELAINAN KONGENITAL DENGAN KESEHATAN
GIGI...
 RESTORASI GIC

 ► 2013 (1)

Mengenai Saya
Unknown
Lihat profil lengkapku
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai