Anda di halaman 1dari 21

1.

M4 MATERIAL GIC
Semen  ionomer kaca pertama diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun
1971, yang merupakan  gabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat
dengan tujuan untuk mendapatkan sifat translusen, pelepasan flour dari semen silikat
dan kemampuan untuk melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen
polikarboksilat. Semen ionomer kaca ialah bahan restorasi yang paling akhir
berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Sifat utama semen ionomer
kaca adalah kemampuan utama untuk melekat pada email dan dentin tanpa ada
penyusutan atau panas yang bermakna, mempunyai sifat biokompatibilitas dengan
jaringan periodontal dan pulpa, ada pelepasan flour yang berfungsi sebagai
antimikroba dan kariostatik, kontraksi volume pada pengerasan sedikit, koefesien
ekspansi termal sama dengan struktur gigi (Noort, 2003).
Ada dua sifat utama Semen Ionomer Kaca yang menjadikan bahan ini diterima
sebagai salah satu bahan kedokteran gigi yaitu karena kemampuannya melekat pada
enamel dan dentin dank arena kemampuannya dalam melepaskan fluoride. Salah satu
karakteristik dari Semen Ionomer Kaca adalah kemampuannya untuk berikatan secara
kimiawi dengan jaringan mineralisasi melalui mekanisme pertukaran ion. Mekanisme
perlekatan dengan struktur gigi terjadi oleh karena adanya peristiwa difusi dan
absorbs yang dimulai ketika bahan berkontak dengan jaringan gigi. Beberapa
penelitian telah membuktikan sifat antikariogenik Semen Ionomer Kaca dalam
melawan kariogenik. Penelitian yang dilakukan oleh Forss membuktikan bahwa
ternyata tidak hanya fluoride yang dilepas tetapi juga aluminium, sodium, kalsium
dan strontium (Batubara, 2011).
Semen ionomer kaca adalah bahan restorasi yang paling akhir berkembang dan
mempunyai sifat perlekatan yang baik. Semen ini melekat pada enamel dan dentin
melalui ikatan kimia. Kekurangan SIK jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain
adalah kurang estestik, sulit dipolish, dan mempunyai sifat  brittle (Robert, 2002).
            Semen ionomer kaca terdiri dari campuran bubuk dan cairan yang kemudian
dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca aluminosilikat dan
cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik.  Beberapa sifat yang dimiliki semen
ionomer kaca adalah bersifat biokompatibilitas terhadap jaringan gigi, sifat perlekatan
baik secara kimia terhadap dentin dan enamel, serta mempunyai beberapa sifat fisis
(Robert, 2002).
1.1  Komposisi Semen Ionomer Kaca
Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk dan cairan yang dapat mengeras
setelah dilakukan manipulasi.
a. Komposisi Bubuk
Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki
karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandingan alumina-silikat lebih tinggi
pada semen silikat (Anusavice, 2003).

b. Komposisi Cairan
Cairan yang digunakan semen Ionomer Kaca adalah larutan dari asam
poliakrilatdalam konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cenderung
membentuk gel setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam
poliakrilat adalah dalam bentuk kopolimer dengan asamitikonik, maleic atau asam
trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah resktifitas dari cairan, mengurangi
kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel (Anusavice, 2003).
Asam tartarik juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki karakteristik
manipulasi dan meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek pengerasan. Terlihat
peningkatan yang berkesinambungan secara perlahan pada kekentalan semen yang
tidak mengendung asam tartaric. Kekentalan semen yang mengandung asam tartaric
tidak menunjukkan kenaikan kekentalan (Anusavice, 2003).
Ketika bubuk dan cairan semen ionomer kaca dicampurkan, cairan asam akan
memasuki permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk lapisan
semen tipis yang akan mengikuti inti. Selain cairan asam, kalsium, aluminium,
sodium sebagai ion-ion fluoride pada bubuk semen ionomer kaca akan memasuki
partikel kaca yang akan membentuk ion kalsium (Ca2+) kemudian ion aluminium
(Al3+) dan garam fluor yang dianggap dapat mencegah timbulnya karies sekunder.
Selanjutnya partikel-partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan (Anusavice, 2003).

1.2 Sifat semen ionomer Kaca


a. Sifat Fisis
1) anti karies ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan
terhadap karies.
2)   Termal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel
3)  Tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan dalam restorasi
dari groove (Power, 2008).
b. Sifat Mekanis
1)  Compressive strength: 150 Mpa, lebih rendah dari silikat
2) Tensile strength : 6,6 Mpa, lebih tinggi dari silikat
3) Hardness : 4,9 KHN, lebih lunak dari silikat
4)  Frakture toughness : beban yang kuat dapat terjadi fraktur (Power, 2008).
c. Sifat Kimia
Semen ionomer kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin, perlekatan ini
berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari semen
ionomer kaca. Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan
dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi. Semen
ionomer kaca tahan terhadap suasana asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara
rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan ini terjadi karena adanya polyanion dengan
berat molekul yang tinggi ( Anusavice, 2004).

1.3 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca


1.3.1 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Bahan Pengisi
a. Semen Ionomer Kaca Konvensional
Semen ionomer kaca secara luas digunakan untuk kavitas Klas V, hasil klinis dari
prosedur ini baik meskipun penelitian in vitro berpendapat bahwa semen ionomer
kaca modifikasi resin dengan ketahanan fraktur yang lebih tinggi dan peningkatan
kekuatan perlekatan memberikan hasil yang jauh lebih baik. Beberapa penelitian
berpendapat bahwa versi capsulated lebih menguntungkan karena pencampuran oleh
mesin sehingga memberikan sifat merekatkan yanglebih baik. Penggunaan semen
ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat, pelapik dan bahan
restoratif untuk restorasi konservatif Klas I danKlas II karena sifatnya yang berikatan
secara kimia pada struktur gigi danmelepaskan fluorida. Selain itu respon pasien juga
baik karena teknik penempatan bahan yang konservatif dimana hanya memerlukan
sedikit pengeboran sehingga pasien tidak merasakan sakit dan tidak memerlukan
anastesi lokal. Meskipun demikian SIK tidak dianjurkan untuk restorasi Klas II dan
klas IV karena sampaisaat ini formulanya masih kurang kuat dan lebih peka terhadap
keausan penggunaan jika dibandingkan dengan komposit (McCabe, 2008).
GIC konvensional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilson dan
Kent. Berasal dari asam polyalkenoat cair seperti asam polyacrilic dan komponen
kaca yang biasanya adalah fluoroaluminosilikat. Saat bubuk dan cairandi campur
terjadi reaksi asam basa kemudian asam polyalkenoat mengalami percepatan hingga
terjadi pengentalan sampai semen mengeras. Ini dapat dijadikan sebagai bubuk kaca yang
melepaskan ion dan larut dengan campuranyang mengandung asam polyacrilic cair dengan
dikeringkan melalui pembekuan untuk dicampur dengan air murni. Pabrik juga dapat
menanbahkan sedikit asam tartaric pada air yang dapat memperkirakan reaksi
pengerasan yang lebih tepat (Gladwin, 2009).
b. Semen Ionomer Hybrid
Komponen bubuk terdiri dari partikel kaca ion-leachable
fluoroaluminosilicatedan inisiator untuk light curing atau chemical curing. Komponen
cairan biasanyaterdiri dari air dan asam polyacrylic atau asam polyacrilyc yang
dimodifikasidengan monomer methacrylate hydroxyethyl methacrylate. Komponen
yang duaterakhir bertanggung jawab untuk polimerisasi. Reaksi pengerasan awal
dari bahan ini terjadi melalui polimerisasi dari gugus methacrylate. Reaksi asam
basayang lambat pada akhirnya akan bertanggung jawab pada proses pematangan
yangunik dan kekuatan akhir. Kandungan air secara keseluruhan lebih sedikit
untuk tipe ini untuk menampung bahan yang berpolimerisasi (Gladwin, 2009).
            Perbedaan yang paling nyata adalah berkurangnya translusensi dari bahan ini
karena adanya perbedaan yang besar pada indeks pembiasan antara bubuk dengan
matrix resin yang mengeras. Tes in vitro dari semen ionomer hibrid
melepaskanflorida dalam jumlah yang sebanding dengan yang di lepaskan semen
ionomer kaca konvensional. Kekuatan tarik dari ionomer kaca hibrid lebih tinggi
dariionomer kaca konvensional. Peningkatan ini di akibatkan oleh
moduluselastisitasnya yang lebih rendah dan deformasi plastis yang lebih banyak
yangdapat di tahan sebelum terjadinya fraktur. Sifat-sifat yang lain sulit
untuk dibandingkan karena formulasi bahan dan cara pengetesan (Lippincot, 2007).
c. Semen Ionomer Tri-cure
Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan monomer yang dimodifikasi polyacid
tanpa air. Bahan ini sangat sensitif terhadap cairan, sehingga biasanya disimpan
didalam kantong anti air. Pengerasan di awali oleh foto polimerisasi dari monomer
asam yang menghasil bahan yang kaku. Selama restorasi digunakan bahan yang telah
di pasang menyerap air di dalam saliva dan menambah reaksi asam basa antara gugus
fungsi asam dengan matrix dan partikel kaca silicate. Reaksi asam basa yang di
induce memungkinkan pelepasan floridakarena tidak adanya air dalam formulasi,
pengadukan semen tidak self-adhesiveseperti semen ionomer kaca konvensional dan
hibrid. Sehingga dentin-bondingagent yang terpisah di perlukan untuk kompomer yang
digunakan sebagai bahan restorasi (Gladwin, 2009).
Akhir-akhir ini, beberapa bahan dengan  2  komponen, yang  terdiri dari bubuk dan cairan
atu yang terdiri dari 2 pasta telah dipasarkan sebagai kompomer untuk  penerapan
luting(luting application). Bubuknya memiliki komposisi srontium aluminum
fluorosilicate, metalik oksida, inisitor dengan aktivasi kimia atau cahaya. Cairanya
terdiri dari monomer asam karboksilat atau methacrylate yang bisa berpolimerisasi,
monomer multifungsional acrylate, dan air. Sedangkan yang berbentuk pasta memilki
bahan yang sama disesuaikan dengan bubuk dan cairan.Karena adanya air di dalam
cairan , maka bahan ini bersifat self-adhesive danreaksi asam basa dimulai pada saat
pengadukan (Lippincot, 2007).
d. Semen Ionomer Kaca yang diperkuat dengan Metal
Semen glass ionomer kurang kuat, dikarenakan tidak dapat menahan
gayamastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan penggunaan
dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan keramik. Ada 2
metode modifikasi yang telah dilakukan, metode I adalah mencampur bubuk logam
campur amalgam yang berpartikel sferis dengan bubuk glass ionomer tipe II. Semen
ini disebut gabungan logam campur perak. Metode II adalah mencampur bubuk kaca
dengan partikel perak dengan menggunakan pemenasanyang tinggi. Semen ini disebut
sebagai cermet. Mikrograf skening electron dari bubuk cermet menunjukan partikel-
partikel bubuk perak melekat ke permukaan dari partikel-partikel bubuk semen. Jumlah
dari fluoride yang dilepaskan dari kedua sistem modifikasi logam ini cukup besar.
Namun, fluoride yang dilepaskan dari semen cermet lebih sedikit daripada yang
dilepaskan dari semen ionomer kaca tipe II. Hal ini dikarenakan sebagian partikel
kaca, yang mengandung fluoride telah dilapisi logam. Pada awalnya semen gabungan
melepas lebih banyak fluoride daripada semen tipe II. Tetapi besarnya pelepasan ini
menurun dengan berjalannya waktu. Karena partikel-partikel logam pengisi tidak
terikat pada matriks semen, sehingga permukaan antar semen menjadi berjalan untuk
pertukaran cairan. Ini sangatmeningkatkan daerah permukaan yang tersedia untuk
pelepasan fluoride (Anusavice, 2004).
1.3.2  Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Kegunaannya
a. Type I – Luting cements
SIK tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen mahkota,
jembatan,veneer dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner komposit. Secara
kimiawi berikatan dengan dentin enamel, logam mulia dan porselen. Memiliki
translusensiyang baik dan warna yang baik, dengan kekuatan tekan tinggi. SIK yang
diberikanpada dasar kavitas akan menghasilkan ion fluorida serta berkurangnya
sensitifitasgigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini mengurangi timbulnya
kebocoranmikro ( micro-leakage) ketika digunakan sebagai semen inlay komposit
atau onlay (Craig, 2004).
b. Type II – Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan, SIK
juga digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi
servikal. Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat
gigi yang terlalu keras (Craig, 2004).
c. Type III – Liners and Bases
Pada teknik sandwich, SIK dilibatkan sebagai pengganti dentine, dan komposit
sebagai pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan dengan cepat
untuk kemudian menjadi reseptor bonding pada resin komposit (kelebihan air pada
matriks SIK dibersihkan agar dapat memberikan kekasaran mikroskopis yang
nantinya akan ditempatkan oleh resin sebagi pengganti enamel (Anusavice, 2009).
d. Type IV – Fissure Sealants
            Tipe IV SIK dapat digunakan juga sebagai fissure sealant. Pencampuran bahan
dengan konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang dan celah gigi
posterior yang sempit (Powers, 2008).
e. Type V - Orthodontic Cements
Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak menggunakan bahan resin komposit.
Namun SIK juga memiliki kelebihan tertentu. SIK memiliki ikatan langsung
ke jaringan gigi oleh interaksi ion Polyacrylate dan kristal hidroksiapatit, dengan
demikian dapat menghindari etsa asam. Selain itu, SIK memiliki efek antikariogenik
karena kemampuannya melepas fluor. Bukti dari tinjauan sistematis uji klinis
menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam tingkat kegagalan braket Ortodonti
antara resin modifikasi SIK dan resin adhesif (Powers, 2008).
f. Type VI – Core build up
Beberapa dokter gigi menggunakan SIK sebagai inti (core), mengingat
kemudahanSIK dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik
dalam koefisienekspansi termal. Logam yang mengandung SIK (misalnya cermet,
Ketac perak, EspeGMbH, Germanyn) atau campuran SIK dan amalgam telah populer.
Saat ini, banyak SIK konvensional yang radiopaque lebih mudah untuk menangani
daripada logamyang mengandung bahan-bahan lain. Namun demikian, banyak yang
menganggapSIK tidak cukup kuat untuk menopang inti (core). Maka direkomendasikan
bahwagigi harus memiliki minimal dua dinding utuh jika menggunakan SIK (Powers,
2008).
g. Type VII - Fluoride releasing
Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang dihasilkan SIK
dibandingkan dengan bahan lainnya. Namun, tidak ada review sistematis dengan atau
tanpa meta-analisis yang telah dilakukan. Hasil dari satu percobaan, dengan salah satu
tindak lanjut periode terpanjang, menemukan bahwa SIK konvensional menghasilkan
fluorida lima kali lebih banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari
resin komposit dalam waktu 12 bulan. Jumlah fluorida yang dihasilkan, selama
24 jam periode satu tahun setelah pengobatan, adalah lima sampai enam kali lebih
tinggidari kompomer atau komposit yang mengandung fluor (Craig, 2004).
h. Type VIII - ART (atraumatic restorative technique)
ART adalah metode manajemen karies yang dikembangkan untuk digunakan dinegara-
negara dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas namun kebutuhan penduduk
tinggi. Hal ini diakui oleh organisasi kesehatan dunia. Teknik menggunakan alat-alat
tangan sederhana (seperti pahat dan excavator) untuk menerobos enamel dan
menghapus karies sebanyak mungkin. Ketika karies dibersihkan,rongga yang tersisa
direstorasi dengan menggunakan SIK viskositas tinggi. SIK memberikan kekuatan
beban fungsional (Craig, 2004).
i. Type IX - Deciduous teeth restoration
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan
kunyahdan usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer kaca
dapat memberikan keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena kemampuan
SIK untuk melepaskan fluor dan untuk menggantikan jaringan keras gigi, serta
memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi kavitas. Hal ini dapat dijadikan
keuntungan dalam merawat gigi pada anak-anak. Namun, masih diperlukan
tinjauanklinis lebih lanjut (Craig, 2004)

1.4. Kelebihan dan Kekurangan


kelebihan:
1)      Potensi antikariogenik
2)      Translusen
3)      Biokompatibel
4)      Melekat secara kimia dengan struktur gigi
5)      Sifat fisik yang stabil
6)      Mudah dimanipulasi (Craig, 2004).
Kekurangan :
1)      Water in and water out
2)      Compressive strenght kurang baik
3)      Resistensi terhadap abrasi menurun
4)      Estetik kurang baik
5)    Warna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara
tambalan dengan gigi asli (Craig, 2004)

1.5 Manipulasi Semen Ionomer Kaca


Untuk mencapai restorasi yang tahan lama dan prostesis yang tetap kuat, kondisi-
kondisi untuk SIK berikut harus dipenuhi: (1) permukaan gigi yang disiapkan harus
bersih dan kering, (2) konsistensi campuran semen harus memungkinkan untuk dapat
melapisi seluruh permukaan yang bergelombang dan dudukan prostesis, (3) semen yang berlebih
harus dikeluarkan pada waktu yang tepat, (4) permukaan harus selesai tanpa
pengeringan yang berlebihan, dan (5) perlindungan permukaan restorasi harus
dipastikan untuk mencegah retak atau disolusi. Kondisi-kondisi ini serupa untuk
aplikasi luting, tetapi tidak dibutuhkan finishing permukaan (Anusavice, 2009).
Semen Ionomer Kaca merupakan sistem bubuk-cairan yang dikemas di dalam
botol atau kapsul. Botol bubuk harus disentak dengan lembut sebelum pengeluaran.
Bubuk dan cairan dikeluarkan pada  paper pad  atau glass slab. Bubuk dibagi menjadi dua
bagian yang sama. Bagian pertama dari bubuk dicampur dengan spatula kaku ke dalam
cairan sebelum bagian berikutnya ditambahkan. Waktu pencampuran antara 30 hingga
60 detik, tergantung pada produk. Semen digunakan segera karena working time
setelah pencampuran sekitar 2 menit pada 22oC. Pendinginan mixing slab
memperlambat setting reaction dan memberikan tambahan working time. Semen tidak
boleh digunakan dalam bentuk ”kulit” pada permukaan atau ketika konsistensi terasa
menjadi lebih tebal. Hindari kontak dengan air selama aplikasi ruangan harus diisolasi
sepenuhnya. Semen set di dalam mulut sekitar 7 menit dari awal pencampuran
(Powers, 2008).
2. M4 MATERIAL RMGIC
Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin adlah semen ionomer konvensional
dimodifikasi dengan menambah gugus fungsional resin polimerisasi yang dikeraskan
dengan sinar tampak biru / light curing.
Semen ionomer kaca modifikasi resin digunakan sebagai bahan tambal untuk
menahan tekanan yang rendah dan direkomendasikan untuk pasien dengan resiko
karies yang tinggi. Restorasi ini lebih estetik daripada semen ionomer kaca karena
adanya kandungan resin.
2.1 Komposisi IKMR
a. 80% GIC dan 20% photoplymerizing resin
b. Powder : Aluminium Fluorosilikat, silika (SiO2), alumina (Al2O3), sodium
fluoride, lanthanum,barium atau zinc oxide,dll.
c. Liquid, terdiri dari :
1. Asam Poliakrilik
2. 2 Hidroksi Etil Metakrilat (HEMA) : monomer resin, sifat hidrofilik
(menaikkan penyerapan air), polielektrolit merupakan asam poliakrilat atau
kopolimer asam akrilat dengan tambahan monomer metil metakrilat atau tri
etilen glikol dimetakrilat.
3. 2,2,4 Trimetil Heksametilen dikarbonat
4. Trietilen glikol
5. Air

2.2 klasifikasi IKMR


2.3 sifat IKMR
A. Durasi sensitivitas terhadap air lebih pendek selama awal proses pengerasan
B. Sifat adhesi terhadap dentin IKMR>GIC
C. Antikariogenik
D. Biokompatibilitas baik
E. Koofisien muai panas=Dentin
F. Kekuatan tekan IKMR>GIC

2.4 Manipulasi IKMR


1. Bubuk dibagi menjadi dua bagian
2. Bagian pertama dicampur dengan cairan dan diaduk rata menggunakan spatula
plastis, lalu sisa bahan tadi ditambahkan. Waktu pencampuran selama 30
detik untuk menghasilkan konsistensi yang baik untuk penyemenan.
3. Semen ionomer kaca modifikasi resin disinari dengan sinar tampak biru selama
30 detik sehingga mempercepat pengerasan semen
4. Rasio bubuk dan cairan yaitu 1,6 gram bubuk dan 1 gram cairan (1,6 : 1)
5. Bubuk harus diaduk sebelum dikeluarkan dan cairan diteteskan dalam arah
vertikal
6. Bubuk dan cairan semen ionomer kaca modifikasi resin dalam proporsi yang
tepat diletakkan pada kertas pad atau glass lab.
7. Semen ionomer kaca modifikasi resin dapat diaplikasikan pada gigi yang sudah
bersih dan kering.
8. Sebagian produk merekomendasikan penggunaan konditioner untuk
meningkatkan ikatan pada dentin.
9. HEMA merupakan alergen yang dapat berkontak sehingga dianjurkan
menggunakan sarung tangan.

2.5 Keunggulan dan kelemahan IKMR


Keuntungan IKMR adalah sifat yang dimiliki pada pelepasan flourida sehingga
bahan tumpatan ini memiliki sifat antibakteri. Kerugiannya adalah kekuatan yang
termasuk rendah dan kekerasan yang rendah, dan juga resistensi yang bruruk terhadap
tekanan asam (Van Noort 2007,p.141).

3. M4 MATERIAL KOMPOMER
Kompomer merupakan suatu bahan yang memiliki pelepasan fluorida yang
hampir sama dengan semen ionomer kaca konvensional dan komposit yang dikenal
dengan nama polyacid-modified composite (Anusavice 2003, p. 485).
Polyacid-modified compositedisebut kompomer karena merupakan bahan dengan
gabungan dari resin komposit (kompo) dan semen ionomer (omer) (Van Noort 2007,
p. 123). Tidak ada reaksi asam basa yang ada di dalam kompomer pada proses
pengerasan.
3.1 sifat kompomer
Sifat adhesi yang dimiliki kompomer tidak seperti semen ionomer kaca
konvensional dan SIKMR, kompomer tidak memiliki perlekatan alami terhadap
enamel dan dentin sehingga dibutuhkan bonding-agentuntuk membantu perlekatan
kompomer terhadap dentin dan enamel (Van Noort 2007, p. 125).
Kompomer telah diketahui memiliki sifat adanya pelepasan fluorida yang lebih sedikit
dibanding semen ionomer kaca konvensional dan SIKMR. Pelepasan fluorida yang
tertinggi biasanya tampak pada beberapa minggu pertama tapi semakinlama semakin
menurun dan tidak diketahui dapat bertahan sampai berapa lama fluorida yang bisa
dilepas dari kompomer (Van Noort 2007, p. 124).
Sifat lainnya, yaitu adaptasi marginal baik, melepas F, estetik baik, pengerutan
selama polimerisasi kecil, biokompatibilitas tinggi, tidak menimbulkan sensitivitas
pada gigi, sifat mekanis tinggi dan mudah diaplikasikan.

3.2Manipulasi kompomer
Pada prosedur penumpatan dengan bahan tumpatan kompomer, sebelum
pemakaian pasta kompomer jaringan gigi harus diberi etsa asam terlebih dahulu
setelah itu dilakukan aplikasi bonding-agent dan pasta kompomer. Pasta kompomer
dimasukkan ke dalam jaringan gigi yang sudah diberi etsa asam.
Setelah 90 detik dari waktu pengaplikasian, kompomer akan memasuki fase
menjadi gel dan penyinaran harus langsung dilakukan untuk melengkapi proses
pengerasan (Anusavice 2003, p. 486).

3.3 komposisi kompomer


1. Resin Bis-GMA dan UDMA
2. Resin TCB (Butane-Tetra-Carboxyl acid)
3. Strontium Fluorosilikat kaca
4. Inisiators
5. Stabilizers

3.4. keuntungan dan kerugian


Kerugian
- Penyusutan polimerisasi sebesar 2-3%
- Memerlukan etsa dan bonding, dan light curing unit
- Sensitifitas pasien dan operator terhadap komponen adhesive resin, khususnya
(HEMA)
- Diskolorasi dan absorpsi air pada bagian marginal setelah beberapa tahun
- Secara kelseluruhan, sifat fisik lebih rendah daripada resin komposit dan GIC

Keuntungan :
- kadar pelapasan flourida dari kompomer secara signifikan lebih rendah daripada
GIC atau IKMR
- ketika diperkenalkan, tidak disebutkan etsa asam oleh pabriknya
- hal ini merupakan keuntungan penggunaan kompomer disamping pelepasan
flourida. Namun penggunaan etsa telah dibuktikan sebagai prosedur yang signifikan
untuk memperbaiki retensi dan kebocoran tepi dari kompomer.

4. M4 MATERIAL RESIN KOMPOSIT


Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan
atau kombinasi dari dua atau lebih bahan kimia yang berbeda dengan sifat-sifat
unggul atau lebih baik daripada bahan itu sendiri.Bahan ini sudah lama digunakan di
kedokteran gigi sejak tahun 1940 dan telah mengalami perkembangan pesat. Bahan
ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu komponen organik (resin) yang membentuk
matriks, bahan pengisi (filler) anorganik dan bahan interfasial untuk menyatukan resin
dan filler yang disebut coupling agent. Jadi, resin komposit dapat digunakan untuk
pengganti struktur gigi yang hilang atau untuk memodifikasi warna dan kontur gigi
sehingga meningkatkan estetik fasial.

4.1 komposisi resin komposit


4.1.1 Matriks Resin
Resin adalah komponen aktif kimia dalam komposit. Bentuknya adalah monomer
cair. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis-GMA), Urethane Dimethacrylate
(UEDMA) dan Trietilen Glycol Dimethacrylate (TEGDMA) merupakan Dimetakrilat
yang umum digunakan dalam resin komposit.Kegunaan matriks resin ini adalah untuk
membentuk ikatan silang polimer yang kuat pada bahan komposit dan mengontrol
konsistensi pada resin komposit.
Matriks resin mengandung monomer dengan viskositas tingga (kental) yaitu BIS
GMA yang disintesis melalui reaksi antara bisphenol A dan glycidyl methacrylate
oleh Bowen. Monomer dengan viskositas rendah juga terkandung didalamnya yaitu
TEGDMA dan UDMA. Matriks resin memiliki kandungan ikatan ganda karbon
reaktif yang dapat berpolimerisasi bila terdapat radikal bebas

4.1.2 Filler
Partikel bahan pengisi (filler) adalah material anorganik yang ditambahkan pada
matriks resin. Partikel bahan pengisi yang benar-benar berikatan dengan matriks akan
meningkatkan sifat bahan matriks, sifatnya seperti mengurangi pengerutan ketika
terjadi polimerisasi matriks resin, mengurangi penyerapan air dan ekspansi koefisien
panas, dan meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan
ketahanan abrasi atau pemakaian. Filler yang digunakan dalam resin komposit adalah
partikel silika anorganik. Faktor-faktor yang penting lainnya yang menentukan
sifatdan aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan pengisi yang ditambahkan,
ukuran partikel dan distribusinya, radiopak, dan kekerasan.Partikel bahan pengisi
umumnya berupa quartz atau kaca dengan ukuran partikel berkisar antar 0,1-100 µm
yang diperoleh dengan penggilingan dan silika dengan ukuran koloidal ± 0,04 µm
yang secara kolektif disebut bahan pengisi mikro dan diperoleh dari proses pirolitik
atau pengendapan.

4.1.3 Bahan Coupling


Matriks resin dan partikel bahan pengisi yang saling berikatan memungkinkan
matriks polimer lebih fleksibel dalam meneruskan tekanan ke partikel pengisi yang
lebih kaku. Ikatan antara keduanya diperoleh dengan adanya bahan coupling yaitu
bahan interfasial yang menyatukan matriks resin dan filler, bahan ini berfungsi untuk
mengikat filler ke matriks dan juga sebagai bahan stress absorber yang akan
meneruskan tekanan dari matriks ke partikel pengisi.
Adapun kegunaannya yaitu untuk meningkatkan sifat mekanis dan fisik resin dan
untuk menstabilkan hidrolitik dengan pencegahan air. Ikatan ini akan berkurang
ketika komposit menyerap air dari penetrasi bahan pengisi resin. Bahan pengikat yang
paling sering digunakan adalah organosilanes (3-metoksi-profil-trimetiksilane). Selain
itu, zirconates dan titanates juga sering digunakan.

4.2 Klasifikasi Resin Komposit


Klasifikasi resin komposit berdasarkan bentuk partikel bahan pengisi
1. Baum dkk (1997) :
A. RK konvensional = ukuran partikel 8-12 um, 70-80% brt
B. RK partikel kecil = ukuran partikel 1-5 um
C. RK partikel mikro = ukuran partikel 0,002 - 0,04 um
D. RK hibrida = ukuran partikel 0,6 - 1,0 um
2. Bayne (2004) :
A. mega filler,0,5 - 1 um
B. Macro filler, 10 - 100 um
C. Midi filler,1 - 10 um
D. Mini filler, 0,1 - 1 um
E. Micro filler, 0,01 - 0,1 um
F. Nano filler, 0,005 - 0,01 um

Klasifikasi RK berdasrkan cara penggunaan


1. Flowable composites, ukuran partikel 0,7 - 3,0 um, untuk lesi servikal dan restorasi
gigi anak, kemasan syringe
2. Pacakable composites, ukuran partike; 66-70% vol, untuk restorasi posterior kelas
I, II, dan VI
3. Laboratory composites, untuk crown, inlay atau veneer indirek
4. Core buildup composites
5. Provisonal composites : untuk temporary inlay dan crown
6. Repair of ceramic or composites : untuk restorasi ceramic/porcelen atau crown
7. Compomers : untuk pasien resiko karies sedang

Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Polimerisasi


a. Resin komposit diaktivasi kimia
Resin ini disebut juga resin komposit self-cured, yang terdiri dari dua pasta. Salah
satu pasta berisi inisiator benzoyl peroxide dan pasta lainnya berisi activator tertiary
amine. Kedua bahan tersebut dicampur sekitar 20-30 detik, maka amine akan bereaksi
dengan benzoyl peroxide dan membentuk radikal bebas sehingga mekanisme
pengerasan dimulai.

b. Resin komposit diaktivasi oleh sinar


Bahan resin komposit yang dipolimerisasi dengan sinar dipasarkan dalam bentuk
suatu pasta dalam sebuah tube.Resin ini merupakan tipe resin komposit paling sering
digunakan pada praktek/ klinik dokter gigi. Resin ini mudah dimanipulasi karena
mengeras bila sudah diaplikasikan sinar (working time dapat dikontrol). Blue light
memiliki panjang gelombang sekitar 468 nanometer (nm) sebagai aktivasi setiap
inisiator (camphoroquinone) dan akan bereaksi dengan accelerator (amine organik).
Bila tidak di curing dengan blue light, maka kedua komponen ini tidak bereaksi.

c. Resin komposit dual-cured


Resin ini merupakan sistem dua pasta, yang mengandung inisiator dan aktivator
cahaya dan kimia. Keuntungannya ketika dua pasta dicampur dan ditempatkan, lalu di
curing dengan light cure unit sebagai reaksi pengerasan awal kemudian secara kimia
akan melanjutkan reaksi pengerasan pada bagian yang tidak terkena sinar sehingga
pengerasan sempurna.

4.3 Sifat-sifat Resin Komposit


Resin komposit memiliki sifat mekanis antara lain yaitu kekuatan dan
kekerasanan dan salah satu sifat fisiknya adalah kekasaran permukaan.
a. Kekuatan (Strength)
Kekuatan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan tekanan yang
diberikan kepada bahan tanpa ada terjadi kerusakan. Kekuatan terdiri dari kekuatan
tarik (tensile strength), kekuatan kompresi (compressive strength) dan modulus
elastik. Resin komposit memiliki kekuatan yang berbeda-beda.

b. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah suatu ketahanan bahan terhadap deformasi tekanan yang
diberikan padanya. Kekerasan permukaan dental material bisa menjadi alat untuk
mengetahui teknik dan hasil nilai kekerasan bisa digunakan untuk membandingkan
komposit yang berbeda. Kekerasan bisa menjadi indikator terbaik dari ketahanan
pemakaian resin komposit.

c. Kekasaran
Kekasaran adalah ukuran dari tekstur permukaan yang tidak teratur. Faktorfaktor yang
mempengaruhi kekasaran adalah sebagai berikut:
1. Ukuran Filler ( bahan pengisi)
Filler mempunyai ukuran yang sangat bervariasi mulai dari 0,02-12 µm, sehingga
akan mempengaruhi kekasaran bahan tersebut terutama sifat fisik dan mekanik resin
komposit. Semakin besar ukuran filler maka akan semakin kasar permukaan resin
komposit, dan juga sebaliknya bila ukuran filler kecil maka permukaan resin komposit
lebih halus.

2. Finishing dan polishing


Untuk mendapatkan permukaan resin komposit atau bahan tambal lain yang halus
maka diperlukan proses finishing dan polishing (pemolesan). Selain mengurangi
kekasaran permukaan pemolesan resin komposit juga bertujuan menghilangkan
goresan yang terbentuk akibat proses instrumentasi. Prosedur pemolesan berhubungan
erat dengan metode yang dipakai, karena metode tersebut menghasilkan kekasaran
permukaan yang berbeda-beda.

3. Pemakaian
Proses perubahan kekasaran resin komposit bisa terjadi karena proses mastikasi,
makanan, minuman dan alat/ bahan pembersih. Makanan dan minuman yang bersifat
asam juga dapat membuat resin komposit menjadi lebih kasar.

4.4 keuntungan dan kekurangan Resin Komposit


Keuntungan :
A. Estetik
B. Pengurangan JKG secara konservatif (tidak terlalu luas, tidak perlu kedalaman
yang sama pada dasar kavitas, tidak terlalu memerlukan retensi mekanis)
C. Tidak terlalu kompleks/ rumit dalam preparasi kavitas
D. Insulative, konduktivitas termal rendah
E. Digunakan secara umum pada hampir semua kasus
F. Melekat pada struktur gigi (mikromekanis)
G. Repairable

Kekurangan :
A. Dapat terjadi celah interfasial (lebih-lebih pada permukaan akar) sebagai akibat
adanya pengerutan polimerisasi
B. Lebih sukar/ rumit, memakan waktu dan mahal bila dibandingkan dengan amalgam
C. Teknik aplikasi lebih sensitif
D. Dapat terjadi keausan oklusal yang besar pada area tekanan oklusi tinggi
E. Mempunyai LCTE (linear coefficient of THERMAL Expansion) tinggi, yang dapat
menyebabkan marginal percolation.

5. M4 MATERIAL BONDING AGENT DAN ADHESIV


Generasi bonding agent :
1. Generasi ke-1 dari sistem adhesif diperkenalkan oleh Buonocore et al. (1956)
dengan menggunakan asam gliserofosforik dimetakrilat (mengandung resin) yang
dilekatkan ke dentin yang telah di etsa dengan asam hidroklorik. Perlekatan ini
disebabkan interaksi antara molekul resin dengan ion kalsium dari hidroksiapatit,
tetapi kekuatan daya lekatnya akan berkurang apabila terkena air. Hidrofobik
monomer, retensi hanya 50% bertahan hingga 6 bulan, pada kelas 5, dan kekuatan
ikatan rendah 2 sampai 3 MPa.
2. Generasi ke-2 menggunakan ester fosfat yang merupakan derivat metakrilat. Sistem
ini menggunakan interaksi ion antara grup fosfat yang bermuatan negatif dengan
kalsium yang bermuatan positif. Oleh karena dentin tidak di etsa, maka bahan
bonding akan melekat ke smear layer dan bukan permukaan dentin. Beberapa contoh
sistem bonding generasi ke-2 yaitu Bondlite (Kerr Corporation) dan Prisma
Universal Bond (Dentsply), retensi 70% bertahan sampai 1 tahun pada kelas 5.
kekuatan ikatan rendah 5 sampai 6MPa.
3. Generasi ke-3 lebih difokuskan pada pembuangan atau modifikasi smear layer
dengan pengetsaan pada permukaan dentin oleh asam fosforik yang memungkinkan
penetrasi bahan adhesif tipe ester fosfat ke tubulus dentin. Akan tetapi, sistem ini
tidak begitu berhasil karena monomer resin tidak berpenetrasi melewati smear layer.
Misalnya XR Bond. Universitas Sumatera Utara.
4. Perlekatan pada dentin yang dapat diandalkan dimulai dari generasi ke- 4. Yang
mengandung 3 unsur utama, yaitu bahan etsa, primer, dan adhesif. Nakabayshi et al.
(1982) mengemukakan bahwa kunci dari perlekatan bahan adhesif ke dentin adalah
terbentuknya lapisan hibrid (hybrid layer atau hybrid zone). Sistem adhesif total-etch
merupakan karakter utamanya dengan menggunakan asam fosfor selama 15-20 detik.
Pengetsaan dentin (menyingkirkan seluruh smear layer, membuka semua tubulus
dentin dan kolagen terekspos), kemudian diikuti oleh aplikasi primer dan bahan
adhesif yang akan berpenetrasi ke dalam tubulus dentin kemudian berpolimerasi
membentuk resin tag. Beberapa contoh sistem bonding generasi ke-4 yaitu All-Bond
2 (Bisco), OptiBond FL (Kerr Corporation), dan Scocthbond Multi Purpose (3M
ESPE). Retensi 98 sampai 100% bertahan 3 tahun.
5. Sistem adhesif generasi ke-5 dikembangkan untuk menyederhanakan langkah
prosedur klinis sistem adhesif dan mencegah kolapsnya kolagen pada dentin yang
termineralisasi. Generasi ke-5 ini terdiri dari dua sistem yang berbeda yaitu One-
bottle system merupakan kombinasi dari primer dan resin adhesif dalam satu botol
yang diaplikasikan setelah pengetsaan email dan dentin secara simultan dengan asam
phospor 35-37 % selama 15-20 detik. 16 19 Misalnya Gluma Coomfort Bond,
OptiBond Solo, EasyBond, Prime & Bond NT (Dentsply), Single Bond (3M Dental
Product).
6. Sistem adhesif generasi ke-6 adalah Sel-etching primer atau two-step self-etch
adhesive merupakan kombinasi antara etsa dan primer dalam satu botol diikuti dengan
resin adhesif. Kombinasi ini dapat mengurangi waktu kerja, mengurangi sensitifitas
dan untuk mencegah kolapsnya kolagen, Beberapa contoh bahan adhesif Universitas
Sumatera Utara Self-etching primer antara lain Clearfil Liner Bond 2V, Clearfil Liner
Bond II, Unfil Bond (GC Product), Adper SE Plus (3M ESPE).
7. Sistem adhesif generasi ke-7 merupakan perkembangan dari sistem adhesif self-
etch yang menggabungkan bahan etsa, primer, dan adhesif dalam satu botol, tanpa
adanya tahap-tahap aplikasi ataupun pencampuran bahan primer dan bahan adhesif,
sistem ini dikenal dengan one-step self-etch system atau single solution. Contohnya
Prompt L-Pop (3M Dental Product), iBond 16 TM, dengan semakin berkembangnya
sistem adhesif self-etch Bond Force (Tokuyama) yang dapat melepaskan flour dan
menghasilkan lapisan hybrid yang dalam, dapat digunakan pada daerah yang lembab
dan juga mengurangi sensitifitas pada gigI
A. smear layer yang melekat pada permukaan dentin
B. Aplikasi bahan primer (biru) dan akan berpenetrasi kedalam smear layer dan
smear plug
Aplikasi bahan adhesif
Berdasarkan jumlah tahapan dalam aplikasi klinisnya, sistem adhesif self-etch
dibagi atas dua kategori yaitu:

a. Two-step self-etch adhesive


Merupakan kombinasi bahan etsa dan primer digabung dalam satu botol,
sehingga tediri dari dua tahap yaitu aplikasi self-etch primer dan aplikasi bahan
adhesif. Kombinasi ini dapat mengurangi waktu kerja, mengurangi sensitifitas dan
untuk mencegah kolapsnya kolagen.

b. One-step self-etch adhesive (all in one)


Semua unsur bahan bonding dikombinasikan dalam satu botol, sehingga hanya
terdiri dari satu tahap aplikasi (single application).

6. M4 RESTORASI INDIREK
Tambalan gigi tidak langsung adalah tambalan gigi yang dilakukan melalui
proses mencetak gigi pasien kemudian mengirim hasil cetakan tersebut ke lab
gigi, baik inlay ataupun onlay sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama
daripada proses tambalan gigi secara langsung. Setelah inlay ataupun onlay
tersebut jadi, kemudian dilekatkan ke gigi asli pasien dengan cara dilem. Bahan
yang digunakan untuk tambalan gigi yang melalui proses tidak langsung adalah
logam dan porselen.

1.      PORSELEN

Porselen yang digunakan untuk tambalan gigi tersusun atas kristal,


alumina dan silica yang dileburkan secara bersamaan pada temperatur
tinggi, untuk membentuk kekuatan, keseragaman dan material yang
terlihat seperti kaca. Porselen digunakan sebagai inlay, onlay, crown atau
veneer, Veneer adalah lapisan porselan sangat tipis yang ditempatkan pada
gigi menggantikan email. Biasanya digunakan untuk memperbaiki
penampilan gigi yang berwarna kurang baik. Bahan porselen sangat baik
secara estetika karena warnanya yang sangat mirip dengan warna gigi.
Pemasangan restorasi porselen beresiko pecah bila diletakkan dengan
tekanan atau bila terbentur. Kekuatannya tergantung pada ketebalan
porselen dan kemampuannya melekat pada gigi. Setelah melekat pada gigi,
porselen sangat kuat, tapi akan mengikis gigi antagonisnya bila
permukaannya kasar.
2.      LOGAM BERLAPIS PORSELEN

Dibandingkan dengan porselen, restorasi ini sangat kuat karena


kombinasinya dengan kekuatan logam, karena itu sering digunakan untuk
membuat crown atau jembatan.
Banyak struktur gigi yang harus diambil untuk memberi tempat bagi
restorasi jenis ini. Kadang-kadang muncul rasa tidak nyaman bila terkena
rangsang panas atau dingin di awal penggunaan dan beberapa orang
menunjukkan reaksi alergi terhadap beberapa jenis logam yang digunakan
dalam restorasi.
3.      ALLOY EMAS
Alloy emas terdiri dari emas, tembaga dan logam lain, terutama
digunakan untuk crown, inlay, onlay dan jembatan. Alloy ini tahan karat.
Kekuatannya yang besar sehingga sulit pecah maupun terkikis,
memungkinkan dokter gigi untuk mengambil sesedikit mungkin struktur
gigi yang akan direstorasi. Alloy ini tidak merusak gigi antagonis dan
tidak pernah memunculkan reaksi alergi. Namun, warnanya tidak bagus
karena tidak seperti warna gigi.
4.      ALLOY LOGAM
Alloy logam tampak seperti perak, digunakan sebagai crown,
jembatan atau rangka gigi palsu. Bahan ini tahan karat, sangat kuat dan
tidak mudah patah atau terkikis. Beberapa orang menunjukkan reaksi
alergi terhadap bahan ini, dan merasa tidak nyaman terhadap panas dan
dingin di awal penggunaan. Warnanya pun tidak baik karena tidak seperti
warna gigi.

5.      CROWN, INLAY ATAU ONLAY DARI KOMPOSIT


Restorasi yang terbuat dari komposit ini dibuat di laboratorium gigi.
Bahan yang digunakan sama dengan yang digunakan sebagai bahan
tambalan. Keunggulannya dibanding porselen adalah tidak menyebabkan
terkikisnya gigi lawan. Selain itu restorasi ini mudah pecah dan berubah
warna.
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillip’s Science of  Dental Materials 11th Edition.
Saunders Company, Pennsylvania.
Gladwin, Marcia A, Bagby, Michael D. 2009. Clinical Aspects of Dental Materials
3rd Edition.
Powers, JM., Wataha, JC. 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation 9th
edition. Missouri : Mosby.
Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2004. Dental Materials
Properties and Manipulation 9th Edition. Mosby Elsevier, Missouri.

Anda mungkin juga menyukai