M4 MATERIAL GIC
Semen ionomer kaca pertama diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun
1971, yang merupakan gabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat
dengan tujuan untuk mendapatkan sifat translusen, pelepasan flour dari semen silikat
dan kemampuan untuk melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen
polikarboksilat. Semen ionomer kaca ialah bahan restorasi yang paling akhir
berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Sifat utama semen ionomer
kaca adalah kemampuan utama untuk melekat pada email dan dentin tanpa ada
penyusutan atau panas yang bermakna, mempunyai sifat biokompatibilitas dengan
jaringan periodontal dan pulpa, ada pelepasan flour yang berfungsi sebagai
antimikroba dan kariostatik, kontraksi volume pada pengerasan sedikit, koefesien
ekspansi termal sama dengan struktur gigi (Noort, 2003).
Ada dua sifat utama Semen Ionomer Kaca yang menjadikan bahan ini diterima
sebagai salah satu bahan kedokteran gigi yaitu karena kemampuannya melekat pada
enamel dan dentin dank arena kemampuannya dalam melepaskan fluoride. Salah satu
karakteristik dari Semen Ionomer Kaca adalah kemampuannya untuk berikatan secara
kimiawi dengan jaringan mineralisasi melalui mekanisme pertukaran ion. Mekanisme
perlekatan dengan struktur gigi terjadi oleh karena adanya peristiwa difusi dan
absorbs yang dimulai ketika bahan berkontak dengan jaringan gigi. Beberapa
penelitian telah membuktikan sifat antikariogenik Semen Ionomer Kaca dalam
melawan kariogenik. Penelitian yang dilakukan oleh Forss membuktikan bahwa
ternyata tidak hanya fluoride yang dilepas tetapi juga aluminium, sodium, kalsium
dan strontium (Batubara, 2011).
Semen ionomer kaca adalah bahan restorasi yang paling akhir berkembang dan
mempunyai sifat perlekatan yang baik. Semen ini melekat pada enamel dan dentin
melalui ikatan kimia. Kekurangan SIK jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain
adalah kurang estestik, sulit dipolish, dan mempunyai sifat brittle (Robert, 2002).
Semen ionomer kaca terdiri dari campuran bubuk dan cairan yang kemudian
dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca aluminosilikat dan
cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik. Beberapa sifat yang dimiliki semen
ionomer kaca adalah bersifat biokompatibilitas terhadap jaringan gigi, sifat perlekatan
baik secara kimia terhadap dentin dan enamel, serta mempunyai beberapa sifat fisis
(Robert, 2002).
1.1 Komposisi Semen Ionomer Kaca
Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk dan cairan yang dapat mengeras
setelah dilakukan manipulasi.
a. Komposisi Bubuk
Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki
karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandingan alumina-silikat lebih tinggi
pada semen silikat (Anusavice, 2003).
b. Komposisi Cairan
Cairan yang digunakan semen Ionomer Kaca adalah larutan dari asam
poliakrilatdalam konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cenderung
membentuk gel setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam
poliakrilat adalah dalam bentuk kopolimer dengan asamitikonik, maleic atau asam
trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah resktifitas dari cairan, mengurangi
kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel (Anusavice, 2003).
Asam tartarik juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki karakteristik
manipulasi dan meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek pengerasan. Terlihat
peningkatan yang berkesinambungan secara perlahan pada kekentalan semen yang
tidak mengendung asam tartaric. Kekentalan semen yang mengandung asam tartaric
tidak menunjukkan kenaikan kekentalan (Anusavice, 2003).
Ketika bubuk dan cairan semen ionomer kaca dicampurkan, cairan asam akan
memasuki permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk lapisan
semen tipis yang akan mengikuti inti. Selain cairan asam, kalsium, aluminium,
sodium sebagai ion-ion fluoride pada bubuk semen ionomer kaca akan memasuki
partikel kaca yang akan membentuk ion kalsium (Ca2+) kemudian ion aluminium
(Al3+) dan garam fluor yang dianggap dapat mencegah timbulnya karies sekunder.
Selanjutnya partikel-partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan (Anusavice, 2003).
3. M4 MATERIAL KOMPOMER
Kompomer merupakan suatu bahan yang memiliki pelepasan fluorida yang
hampir sama dengan semen ionomer kaca konvensional dan komposit yang dikenal
dengan nama polyacid-modified composite (Anusavice 2003, p. 485).
Polyacid-modified compositedisebut kompomer karena merupakan bahan dengan
gabungan dari resin komposit (kompo) dan semen ionomer (omer) (Van Noort 2007,
p. 123). Tidak ada reaksi asam basa yang ada di dalam kompomer pada proses
pengerasan.
3.1 sifat kompomer
Sifat adhesi yang dimiliki kompomer tidak seperti semen ionomer kaca
konvensional dan SIKMR, kompomer tidak memiliki perlekatan alami terhadap
enamel dan dentin sehingga dibutuhkan bonding-agentuntuk membantu perlekatan
kompomer terhadap dentin dan enamel (Van Noort 2007, p. 125).
Kompomer telah diketahui memiliki sifat adanya pelepasan fluorida yang lebih sedikit
dibanding semen ionomer kaca konvensional dan SIKMR. Pelepasan fluorida yang
tertinggi biasanya tampak pada beberapa minggu pertama tapi semakinlama semakin
menurun dan tidak diketahui dapat bertahan sampai berapa lama fluorida yang bisa
dilepas dari kompomer (Van Noort 2007, p. 124).
Sifat lainnya, yaitu adaptasi marginal baik, melepas F, estetik baik, pengerutan
selama polimerisasi kecil, biokompatibilitas tinggi, tidak menimbulkan sensitivitas
pada gigi, sifat mekanis tinggi dan mudah diaplikasikan.
3.2Manipulasi kompomer
Pada prosedur penumpatan dengan bahan tumpatan kompomer, sebelum
pemakaian pasta kompomer jaringan gigi harus diberi etsa asam terlebih dahulu
setelah itu dilakukan aplikasi bonding-agent dan pasta kompomer. Pasta kompomer
dimasukkan ke dalam jaringan gigi yang sudah diberi etsa asam.
Setelah 90 detik dari waktu pengaplikasian, kompomer akan memasuki fase
menjadi gel dan penyinaran harus langsung dilakukan untuk melengkapi proses
pengerasan (Anusavice 2003, p. 486).
Keuntungan :
- kadar pelapasan flourida dari kompomer secara signifikan lebih rendah daripada
GIC atau IKMR
- ketika diperkenalkan, tidak disebutkan etsa asam oleh pabriknya
- hal ini merupakan keuntungan penggunaan kompomer disamping pelepasan
flourida. Namun penggunaan etsa telah dibuktikan sebagai prosedur yang signifikan
untuk memperbaiki retensi dan kebocoran tepi dari kompomer.
4.1.2 Filler
Partikel bahan pengisi (filler) adalah material anorganik yang ditambahkan pada
matriks resin. Partikel bahan pengisi yang benar-benar berikatan dengan matriks akan
meningkatkan sifat bahan matriks, sifatnya seperti mengurangi pengerutan ketika
terjadi polimerisasi matriks resin, mengurangi penyerapan air dan ekspansi koefisien
panas, dan meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan
ketahanan abrasi atau pemakaian. Filler yang digunakan dalam resin komposit adalah
partikel silika anorganik. Faktor-faktor yang penting lainnya yang menentukan
sifatdan aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan pengisi yang ditambahkan,
ukuran partikel dan distribusinya, radiopak, dan kekerasan.Partikel bahan pengisi
umumnya berupa quartz atau kaca dengan ukuran partikel berkisar antar 0,1-100 µm
yang diperoleh dengan penggilingan dan silika dengan ukuran koloidal ± 0,04 µm
yang secara kolektif disebut bahan pengisi mikro dan diperoleh dari proses pirolitik
atau pengendapan.
b. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah suatu ketahanan bahan terhadap deformasi tekanan yang
diberikan padanya. Kekerasan permukaan dental material bisa menjadi alat untuk
mengetahui teknik dan hasil nilai kekerasan bisa digunakan untuk membandingkan
komposit yang berbeda. Kekerasan bisa menjadi indikator terbaik dari ketahanan
pemakaian resin komposit.
c. Kekasaran
Kekasaran adalah ukuran dari tekstur permukaan yang tidak teratur. Faktorfaktor yang
mempengaruhi kekasaran adalah sebagai berikut:
1. Ukuran Filler ( bahan pengisi)
Filler mempunyai ukuran yang sangat bervariasi mulai dari 0,02-12 µm, sehingga
akan mempengaruhi kekasaran bahan tersebut terutama sifat fisik dan mekanik resin
komposit. Semakin besar ukuran filler maka akan semakin kasar permukaan resin
komposit, dan juga sebaliknya bila ukuran filler kecil maka permukaan resin komposit
lebih halus.
3. Pemakaian
Proses perubahan kekasaran resin komposit bisa terjadi karena proses mastikasi,
makanan, minuman dan alat/ bahan pembersih. Makanan dan minuman yang bersifat
asam juga dapat membuat resin komposit menjadi lebih kasar.
Kekurangan :
A. Dapat terjadi celah interfasial (lebih-lebih pada permukaan akar) sebagai akibat
adanya pengerutan polimerisasi
B. Lebih sukar/ rumit, memakan waktu dan mahal bila dibandingkan dengan amalgam
C. Teknik aplikasi lebih sensitif
D. Dapat terjadi keausan oklusal yang besar pada area tekanan oklusi tinggi
E. Mempunyai LCTE (linear coefficient of THERMAL Expansion) tinggi, yang dapat
menyebabkan marginal percolation.
6. M4 RESTORASI INDIREK
Tambalan gigi tidak langsung adalah tambalan gigi yang dilakukan melalui
proses mencetak gigi pasien kemudian mengirim hasil cetakan tersebut ke lab
gigi, baik inlay ataupun onlay sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama
daripada proses tambalan gigi secara langsung. Setelah inlay ataupun onlay
tersebut jadi, kemudian dilekatkan ke gigi asli pasien dengan cara dilem. Bahan
yang digunakan untuk tambalan gigi yang melalui proses tidak langsung adalah
logam dan porselen.
1. PORSELEN