Anda di halaman 1dari 16

SEMEN KEDOKTERAN GIGI

Narasumber: Viona Diansari, S.Si, M.Si

1. Definisi Semen Kedokteran gigi


2. Syarat Semen Kedokteran gigi
3. Klasifikasi Semen Kedokteran gigi
4. Fungsi dari Semen Kedokteran gigi
5. Komposisi, Sifat dan cara manipulasi
 Water Based Cement
a. Semen Silikat
b. Semen Glass Ionomer
c. Resin Modified Glass Ionomer Cement
d. Zinc Polycarboxylate Cement
e. Zinc Phosphat Cement
 Oil Based Cement
a. Zinc Oxide Eugenol
 Resin Based Product
a. Esthetic Resin Based Cement
b. Adhesive Resin Cement
c. Self Adhesive Resin Cement
d. Temporary Resin Cement
 Compomer Cement

PEMBAHASAN
1. Definisi Semen
Semen kedokteran gigi adalah campuran powder dan liquid yang merupakan reaksi kimia
antara asam dan basa. Powder yang bersifat basa dan liquid yang bersifat asam membentuk
konsistensi berupa pasta kental yang kemudian akan mengeras menjadi massa yang padat.

2. Persyaratan Material Semen Kedokteran Gigi


1. Harus tidak bersifat toksik dan tidak mengiritasi pulpa atau jaringan lainnya.
2. Tidak larut dalam saliva dan cairan lain yang dimasukkan ke dalam mulut.
3. Sifat- sifat mekanis harus memenuhi persyaratan untuk tujuan penggunaan/fungsi material
tersebut,
4. Perlindungan jaringan pulpa terhadap pengaruh bahan restorasi lainnya:
a. Penghambat panas, lapisan semen diletakkan di bawah material restorasi logam (misal
amalgam) untuk melindungi pulpa terhadap perubahan suhu.
b. Pelindung kimia, suatu semen haruslah dapat mencegah penetrasi zat kimia yang bersifat
merusak dari material restorasi ke dalam pulpa.
5. Penghambat arus listrik antara restorasi logam untuk mengurangi pengaruh galvanis
6. Sifat-sifat optis , untuk penyemenan suatu restorasi yang transulent (misal mahkota porselen)
sifat-sifat optis bahan semen haruslah menyerupai sifat optis jaringan gigi.
7. Material semen sebaiknya bersifat merekat terhadap email dan dentin, dan terhadap alloy
emas, porselen, dan akrilik, tetapi tidak terhadap instrument/alat-alat.
8. Semen haruslah bersifat bakteriostatis bila dimasukkan ke dalam kavitas yang masih
mengandung sisa-sisa karies.
9. Semen harus mempunyai pengaruh yang tidak merusak pulpa.
10. Sifat-sifat rheology juga penting: adonan semen haruslah mempunyai viskositas rendah
sehingga bisa didapatkan lapisan semen yang tipis dan waktu kerja yang cukup pada suhu
mulut untuk aplikasi material restorasi.

3. Fungsi Semen
a. Luting Agent (Bahan Perekat)

Semen luting agent berfungsi untuk melekatkan restorasi yang dilakukan diluar mulut
dimana diharapkan perlekatan tersebut kuat dan bertahan untuk waktu yang lama.
Contoh: inlays, onlays, crowns dan bridges  Zinc Oxide Eugenol dan semen Zinc
Phosphate, Zinc Polycarboxylate, Glass Ionomer, dan Resin Modified Glass Ionomer Cements.
(Craig)

Syarat Semen sebagai luting


1. Biocompatibility
Semen yang digunakan sebagai luting biasanya diperlukan dalam pemasangan mahkota
gigi dan inlays, semen yang digunakan akan menutupi dentin pada gigi. Bahan luting tersebut
nantinya juga akan menjalankan peran yang sama dengan dentin, yakni melindungi pulpa, maka
dari itu bahan semen sebagai luting haruslah material yang biocompatibel dan tidak toksik
terhadap pulpa sementasi). Bahan luting yang baik tidak hanya melapisi seluruh permukaan
dentin dan protesa dengan baik, namun juga perlu material yang bersifat anti bakteri agar pulpa
terlindungi dari bakteri yang merugikan.

2. Retentif
Peran utama semen sebagai luting adalah menghasilkan retensi pada restorasi. Pada semen
dengan bahan dasar air seperti semen zinc phosphate, retensinya diatur oleh geometri dari gigi
yang telah dipreparasi, kontrol pada saat insersi, dan kemampuan dalam memberikan mechanical
keying pada permukaan yang tidak rata. Kurangnya retensi merupakan penyebab utama
kegagalan dalam luting. Pada proses adisi, bahan adhesif bisa ditambahkan untuk meningkatkan
retensi secara signifikan dan resin adhesif technologies.

Sifat semen sebagai luting:


a. Marginal seal
b. Ketebalan (Film thickness)
c. Mudah digunakan
d. Radiopacity
e. Estetik baik

b. Basis
Basis adalah lapisan semen yang ditempatkan di bawah restorasi permanen untuk memacu
perbaikan dari pulpa yang rusak dan melindunginya dari kerusakan. Kerusakan itu bisa dari
thermal shock bila gigi direstorasi dengan bahan logam dan kerusakan karena iritasi kimia. Basis
berfungsi menahan tekanan selama proses kondensasi serta dapat bentuk yang structural bagi
kavitas (Ricardo, R. 2004)

c. Liner dan Varnish


Liner adalah bahan yang ditempatkan sebagai lapisan yang tipis dan fungsi utamanya adlaah
untuk memberikan penghalang bagi iritasi kimia,liner tidak berfungsi untuk memberikan
penghalan bagi iritasi kimia, liner tidak berfungsi sebagai insulator terhadap thermal shock
(Combe dalam Kadariani,2001).
Varnish adalah rosin alami atau rosin sintetik yang dilarutkan dalam pelarut seperti eter atau
kloroform yang dioleskan disekeliling kavitas. Pelarut menguap meninggalkan selapis tipis yang
berfungsi untuk mengurangi mikroleakage yang terjadi di sekeliling restorasi. Varnish yang
ditempatkan di bawah restorasi logam tidak efektif sebagai insolator panas meskipun bahan
varnish merupakan penghantar panas yang rendah (Craig dalam Kadariani.2001)

d. Pelindung Pulpa
Semen berfungsi untuk penempatan restorasi, cavity liner dengan low strength base yang
tidak mengiritasi pulpa.

e. Material Restorasi
Semen berfungsi sebagai material restorasi permanen maupun restorasi sementara.

Sifat dan Karakteristik Semen


1. Ketebalan dan Konsistensi
Ketebalan semen sangat menentukan adaptasi restorasi dari gigi. Retensi juga dapat
dipengaruhi oleh ketebalan semen. Ketebalan maksimum dari semen adalah 25 μm. Semakin
tebal konsistensi maka semakin besar juga ketebalan semen yang mengakibatkan restorasi
kurang sempurna. Ketebalan semen bergantung pada ukuran partikel dari powder, konsentrasi
powder dalam liquid, kekentalan liquid dan konsistensi dari semen. Konsistensi merupakan hal
yang sangat utama dalam proses sementasi.

2. Kekentalan
Konsistensi dari semen dapat ditentukan dengan mengukur kekentalan. Peningkatan akan
suhu dan waktu telah menunjukkan peningkatan kekentalan atau viskositas dari beberapa jenis
semen. Kenaikan viskositas / kekentalan yang terus menerus berbanding dengan waktu
mendemonstrasikan perlunya pengerjaan dengan cepat setelah menyelesaikan proses
pencampuran untuk mengambil keuntungan dari rendahnya kekentalan semen. Apabila tidak
dilakukan dengan cepat maka akan terjadi peningkatan ketebalan semen sehingga menurunkan
adaptasi restorasi pada gigi.

3. Setting Time
Setting time merupakan factor penting lain selain viskositas atau kekentalan dari semen.
Waktu yang cukup harus disediakan setelah proses pencampuran semen dilakukan agar hasil
yang dihasilkan sesuai dengan tujuan digunakannya semen tersebut. Setting time merupakan
waktu yang dibutuhkan mulai dari pengadukan hingga semen menjadi keras. Sedangkan working
time adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsistensi luting atau perekatan. Standar
setting time menurut ANSI/ADA spesifikasi no 96, konsistensi perekatan / luting berkisar pada
2,5 menit hingga 8 menit pada suhu tubuh (37 derajat Celcius) dengan 60-90 detik pertama
merupakan lama waktu yang dibutuhkan untuk pencampuran semen.

4. Kekuatan (Compressive Strength)


ANSI/ADA spesifikasi no 96 menetapkan bahwa standar konsistensi luting dari semen
kedokteran gigi harus menunjukkan minimum 24 jam compressive strength sebesar 70 MPa.

5. Kelarutan
Kelarutan dalam air dan cairan dalam mulut juga merupakan suatu faktor yang penting
untuk dipertimbangkan dalam properti semen. Pada umumnya, waterbased cement memiliki
kelarutan dalam air dan cairan dalam mulut lebih tinggi dibandingkan resin atau oilbased
cements.

Klasifikasi, Sifat dan Karakteristik, Cara Manipulasi, Komposisi, Reaksi Setting, Setting
Time masing-masing material Semen KG

1. Water Based Cement


A. Semen Glass Ionomer
Semen ini memiliki kaitan dengan semen silikat dan semen polikarboksilat (atau
polyacrylate), mengambil beberapa sifat dari kedua semen tersebut. Nama lain untuk semen
ini adalah ‘ASPA’ yang berasal dari Alumino Silicate Polyacrylic Acid. Semen ini tahan
terhadap asam untuk mencegah karies sekunder. Mempunyai ikatan kimiawi yaitu ikatan
dengan email dan dentin. Sedangkan ikatan mekanik adalah ikatan dengan komposit.

1. Komposisi
a. Liquid : formula aslinya terdiri dari larutan asam akrilik / co-polymer asam itaconic
dalam 45-50 air (Appendix III no 21) distabilisasi dengan 5 asam tartar untuk
mencegah pengentalan dan pembentukan gel sewaktu penyimpanan
b. Powder keramik : bahan ini serupa dengan yang terdapat pada semen silikat.
Dihasilkan dengan cara pembauran quartz dan alumina dalam suatu flux
fluorite/cryolite/aluminium fosfat pada suhu 1000-1300 derajat celcius, campuran ini
lalu dikejutkan/quenching sehingga membentuk kaca yang opal. Kaca silikat ini
hanya dapat bereaksi dengan asam keras seperti asam fosfor
c. Untuk mendapatkan kecepatan reaksi yang baik dengan asam lebih lemah seperti
asam polyacrilic, gelas dibuat lebih basa dengan meningkatkan ratio Al2O3/SiO2
pada campuran.

2. Setting
a. Pada pencampuran powder dan cairan ion-ion kalsium dan aluminium terambil dari
permukaan partikel powder
b. Ca2+ dan Al3+ secara ion ber cross link dengan rantai polyacrilat menyebabkan
semen berubah jadi gel, set dan mengeras
3. Struktur bahan setelah set
Bahan yang telah set terdiri dari partikel gelas opal dilapisi oleh suatu gel silica dan
tertanam pada matrik logam polyacrylate

4. Sifat-sifat
Semen ini mengambil beberapa sifat semen silikat terutama dalma hal kekuatan,
translusensi, dan kandungan fluoride; dari segi ini semen ini lebih unggul dari semen
jenis zinc oksida. Semen glass ionomer juga mempunyai sifat adhesive seperti semen zinc
polikarboksilat

5. Penggunaan
Semen ini dipergunakan untuk :
a. Tambahan kavitet yang ditimbulkan oleh erosi dan abrasi (tanpa dilakukan preparasi)
b. Sebagai tambalan fissure
c. Sebagai lining semen,
d. Sebagai bahan restorasi gigi decidui
e. Sebagai bahan reparasi sekeliling pinggir restorasi lama
f. Sebagai luting semen, terutama pada pemakaian dengan restorasi yang diberi tin-plate

6. Manipulasi
a. Ambil serbuk 1 sendok takar peres, letakkan di atas paper pad. Untuk memperoleh
takaran yang akurat, ketuk ringan botol powder pada telapak tangan. Jangan dikocok
atau dibalik.
b. Ukur cairan 1 tetes penuh, teteskan di dekat serbuk di atas paper pad. Pegang botol
cairan secara vertical dan tekan ringan. Segera tuutp kembali botol yang telah
digunakan.
c. Satu bagian serbuk semen ditarik ke arah cairan. Aduk 1 bagian serbuk dengan cairan
selama 10 detik. Posisi spatula sejajar dengan permukaan glass lab. Masukkan 1
bagian serbuk sisanya ke dalam adukan.
d. Aduk keseluruhan bahan dalam waktu 15-20 detik (total waktu pengadukan 30 detik)
hingga adonan menjadi kental, permukaan halus dan mengkilap/glossy.

B. Resin Modified Glass Ionomer Cement


Selfcured dan light cured resin modified glass ionomer atau hybrid ionomers tersedia dalam
bentuk serbuk-cairan, serbuk-serbuk, atau unit uncapsulated unruk semen. Resin modified glass
ionomers juga digunakan untuk material restorasi.

1. Komposisi
Serbuk selfcured resin modified glass ionomer cement berisi sebuah radiopaque,
fluoroaluminosilicate glass dan sebuah microencapsulated potassium persulfate dan ascorbic acid
catalyst sistem. Cairannya adalah sebuah larutan aquaeous asam polycarboxylic dimodifikasi
dengan golongan pendant methacrylate. Ini juga mengandung 2-hydroxyethylmethacrylate
(HEMA) dan asam tartar. Semen selfcured yang lain mengandung sebuah campuran
fluoroaluminosilicate dan borosilicate glass pada serbuknya. Cairannya adalah monomer
complex berisi golongan asam carboxylic yang dapat mengalami reaksi asam basa dengan
golongan glass dan vinyl yang akan polimerisasi ketika reaksi kimia aktif. Suatu light cured resin
modified glass ionomer cement mengandung fluoroaluminosilicate glass pada serbuk dan
kopolimer acrylic dan asam maleic, HEMA, air, camphorquinone, dan sebuah activator pada
cairan.

2. Reaksi setting
Reaksi settingnya terdiri dari dua mekanisme berbeda. Yang pertama adalah reaksi asam
basa. Mekanisme yang kedua adalah reaksi polimerisasi light cured atau selfcured golongan
pendant methacrylate. Oleh karena itu, dua tipe struktur tooth bonding yang terjadi adalah ikatan
ion dan ikatan hybrid layer.

3. Manipulasi
Struktur serbuk halus sebelum dikeluarkan. Cairan dikeluarkan dari penyimpanan pada
botol kecil secara vertical untuk pengadukan. Perbandingannya untuk serbuk adalah 1,6 g
sedangkan untuk cairan 1,0 g, dan serbuk dicampurkan ke cairan selama 30 detik untuk
memperoleh konsistensi yang lengket. Working time selama 2,5 menit. Semen ini untuk
kebersihan dan gigi kering yang rapuh. Beberapa produk digunakan untuk meningkatkan lapisan
bonding pada dentin. Tidak diperlukan pelapisan. HEMA diketahui kontak alergi; oleh karena itu
diperlukan penggunaan sarung tangan dan teknik tidak memegang.

4. Sifat
Syarat untuk light active cements yaitu water based dan yang ditentukan oleh reaksi
perkalian termasuk reaksi asam basa dan polimerisasi (tipe I) dan oleh semen yang ditentukan
hanya setelah light activation (tipe II). Sifat untuk liners dan basis dan restorasi ada pada table
20-5.
Compressive dan tensile strengths untuk resin modified glass ionomer cements (lihat table
20-2). Untuk kekerasan lebih tinggi dari semen water based lainnya tapi lebih rendah dari semen
komposit. Range bond strength untuk membasahi dentin dari 10 sampai 14 MPa dan lebih tinggi
daripada kebanyakan waterbased cements. Resin modified glass ionomer cements mempunyai
daya larut yang rendah ketika dites dengan asam lactic erosion. Water sorption lebih tinggi
daripada untuk resin cements. Baru-baru ini beberapa resin modified glass ionomer cements telah
dimodifikasi untuk mempunyai water sorption yang rendah. Pelepasan fluoride dan kemampuan
pengisian sama dengan glass ionomer cements. pH awal sekitar 3,5 dan terus meningkat.
Pengalaman klinis mengindikasi sensitivitas minimal post-operative.

5. Penggunaan
Selfcured resin modified glass ionomer cements ditunjukkan untuk semen permanen dari
mahkota logam ceramic; bridges; inlay logam, onlay, dan crown; post cement; dan luting untuk
peralatan orthodontic. Penggunaan tambahan termasuk adhesive liners untuk amalgam, basis,
restorasi sementara, dan cementation untuk spesifik restorasi ceramic. Light cured resin modified
glass ionomer cements digunakan terutama untuk liners dan basis. Produk one light cured
direkomendasikan untuk melangsungkan bonding kawat orthodontic.

C. Zinc Polycarboxylate Cement


Semen ini di temukan beberapa tahun yang lalu dan dinyatakan dapat merekat pada bagian
tertentu gigi.
1. Komposisi
a. Powder terdiri terutama dari zinc oksida, meskipun kemungkinan magnesium oksida
juga terdapat dalam jumlah yang kecil
b. Cairannya merupakan cairan asam polyacrylic dalam 40 air, dengan berat molekul
rata-rata antara 20.000 dan 50.000.
2. Manipulasi
a. Larutan asam poliakrilik lebih kental daripada cairan bahan semen lainnya. Ini
memudahkan pengadonan bahan tsb.
b. Bila semen ini di pergunakan dengan maksud untuk mendapatkan adhesi yang kuat
terhadap enamel dan dentin, maka penting di perhatikan agar permukaan gigi
tersebut bersih dan bebas dari saliva
c. Untuk mencegah hasil adhesi yang kurang baik maka semen hendaknya dimasukkan
ke dalam gigi selekas mungkin setelah pengadonan. Apabila adonan semen sudah
mulai mengeras sewaktu manipulasi, sabaiknya jangan dipergunakan. Terjadi
peningkatan viskositas semen secara kontinu selama manipulasi bahan.
d. Semen polikarbosilat dapat merekat pada instrument terutama yang terbuat dari
stainless steel. Oleh karena itu:
- Alcohol dapat dipergunakan sebagai bahan untuk membersihkan spatel setelah
pengadonan
- Instrument hendaknya dibersihkan sebelum bahan semen mengeras padanya
- Bila semen sudah mengeras dan lengket pada spatel, masih dapat dibersihakan
dengan mengoreknya. Sisanya dapat dibersihkan dengan larutan natrium
hidroksida yang mendidih
3. Reaksi setting
Reaksi ini juga meliputi terbentuknya suatu garam zinc poliakriliat. Bahan yang
telah set merupakan suatu struktur inti yang mengandung sejumlah besar zinc oksida
yang tidak bereaksi.
4. Waktu Setting
a. Ini tergantung pada komposisidan metoda pembuatan powder dan cairan
b. Waktu setting yang lebih cepat dapat dicapai pada suhu yang lebih tinggi

5. Sifat-sifat adhesi
a. Dengan kondisi manipulasi yang ideal adhesi polikarboksilat terhadap permukaan
enamel yang kering dan bersih lebih besar dari pada bahan semen lainnya. Dalam
beberapa percobaan pengukuran tensile bond strength diperoleh hasil bahwa daerah
semen terlebih dahulu putus sewaktu diberi beban tension daripada terjadinya
kegagalan pada ikatan semen-enamel
b. Pembahasan permukaan enamel dengan aquadest mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap bond strength. Hal ini dapat diduga karena cairan semen adalah
merupakanlarutan air
c. Hadirnya saliva mengurangi bond strength terhadap enamel
d. Kelihatannya polikarboksilat merekat lebih baik pada permukaan yang halus daripada
terhadap permukaan yang kasar. Hal ini berlawanan denga semen zinc fosfat dimana
permukaan akan membantu memperbaiki kesalingikatan
e. Daya rekat terhadap dentin tidak sebaik terhadap enamel
f. Bond antara semen polikarbosilat dengan dentin juga terpengaruh oleh adanya saliva
g. Semen tidak merekat dengan baik terhadap ethas atau porselen. Telah ditemukan
teknik penyepuhan logam restorasi dengan timah untuk meningkatkan bonding semen
dengan bahan tersebut
h. Adhesi terhadap logam tahan karat (stainless steel) sangat baik. Oleh karena itu
semen ini dipengaruhi pada penyemenan alat orthodonsia fixed.
6. Sifat –sifat lainnya
a. Dari pengalaman di duga bahwa semen ini mempunyai pengaruh iritasi yang sangat
kecil terhadap pulpa
b. Sifat-sifat kimia, semen ini lebih mudah larut dari bahan zinc phosphat. Beberapa
produk mungkin juga mengisap air sehingga dapat menyebabkan bahan menjadi
lunak dan menyerupai gel
c. Semen zinc polikarbosilat hamper sama kuat dengan semen phosphat dalam
kompressi dan lebih kuat dari semen phosphate dalam tension
d. Dari bentuk semen ini, kemungkinan mempunyai sifat insulator paras yang baik
e. Semen yang telah set sangat opaque karena mengandung sejumlah besar zinc oksida
yang tidak bereaksi
f. Sifat-sifat rheologi sama dengan semen zinc phosphate

D. Zinc Phosphat Cement


1. Komposisi:
a.Powder :
- Konstitusi utama adalah zinc oksida
- Dapat dijumpai magnesium oksida sampai sekitar 10
- Kadang-kadang terdapat sejumlah kecil oksid lainnya atau garam logam (misalnya
fluorida)
b. Cairan :
- Berupa larutan asam fosfor dalam air (sekitar 30s/d 40 air). Juga sering terdapat
zinc dan/atau alumunium fosfat yang terbentuk dari larutnya zinc oksida dan/atau
alumunium hidroksida di dalam cairan.
2. Manipulasi
a. Ukur serbuk semen 1 sendok takar peres, kemudian letakkan di atas plat kaca dan dibagi
menjadi 3 bagian yang sama. Untuk memperoleh takaran yang akurat. Ketuk ringan botol
powder pada telapak tangan. Jangan dikocok atau di balik. Teteskan 3 tets cairan di
sebelah serbuk dengan pipet botol yang telah disediakan. Pegang botol cairan secara
vertical dan tekan ringan.segera tutup kembali botol yang telah di gunakan.
b. Satu bagian sermen di tarik kearah liquid kemudian di aduk menggunakan spatula semen
dengan gerakan melingkar yang luas diatas plat kaca selama 30 detik. Posisi spatula
sejajar dengan permukaan glass lab
c. bagian serbuk berikutnya ditambahkan satu persatu dan diaduk dengan cara yang sama
hingga homogeny dan didapatkan konsistensi yang dikehendaki sebagai luting cement,
yaitu campuran dapat mengalir apabila di tekan dengan menggunakan spatula semen dan
apabila diangkat dengan spatula akan ikut terangkat tanpa jatuh mengalir.
d. Proses pencampuran seluruh serbuk dan cairan hingga keadaan homogen harus sudah
diselesaikan dalam waktu maksimal 2 menit.
e. Konsistensi: semakin kuat adonan semakin kuat hasil campuran. Maka untuk keperluan
cavity lining hendaknya digunakan adonan yang kental. Untuk tujuan penyemenan
dibutuhkan adonan yang encer sehingga memungkinkan semen mengalir sewaktu
restorasi di pasangakan.
f. Perbandingan: pada umumnya tidak dilakukan penimbangan powder dan cairan,
meskipun demikian harus diusahakan agar diperoleh perbandingan powder dengan cairan
yang konsisten untuk tujuan pemakaian tertentu. Harus dihindari adonan yang terlalu
encer karena selain mempengaruhi kekuatan semen juga mempunyai pH rendah serta
lebih mudah larut.
g. Untuk memperpanjang waktu kerja, pengadonan dilakukan pada glass dingin powder di
tambahkan ke cairan sedikit demi sedikit dan selsai dalam waktu 1 hingga 1,5 menit.
h. Cairan disimpan dalam botol yang tertutup rapat: hilangnya air dari cairan akan
menurunkan pH dan memperlambat waktu setting. Botol cairan yang telah berembun
oleh karena kehilangan air hendaknya jangan dipergunakan lagi.
i. Komposisi powder serupa dengan bahan semen lainnya (misalnya semen zinc oksid-
eugenol), tetapi setiap powder hendaknya dipergunakan hanya dengan cairan yang
disiapkan untuknya agar terjamin waktu setting yang tepat dan sifat-sifat lainnya.
j. Penyemenan; kenaikan suhu meningkatkan mencepatkan reaksi semen. Jadi semen
mengeras lebih cepat dari suhu mulut dari pada suhu kamar.olek karena itu semen
hendaklah diberi lebih dahulu pada inlay sebelum diberikan oleh prapiet preparasi.bila
dilakukan sebaliknya, maka semen yang didalam mulut mungkin sudah mulai mengeras
sebelum restorasi di pasang.
3. Reaksi setting
Permukaan partiket zinc oksida bereaksi dengan asam phosphor menghasilkan phosphate
yang tidak larut. Magnesium oksida akan bereaksi dengan cara yang sama. Hasil akhir semen
yang telah set adalah heterogen terdiri dari inti partikel zinc oksida yang tidak bereaksi
dikelilingi oleh lapisan zinc phosphate.
Selama setting dapat terjadi;
(1) Pengeluaran panas, karna reaksi bersifat eksotermis.
(2) Pengerutan/kontraksi
a. Waktu setting tergantung pada:
a. Powder. Ini dihasilkan secara komersial biasanya dengan cara memanaskan bahan
sampai diatas 1000°C sehingga terjadi granulasi oleh karena proses sintesa.
Selanjutnya padatan digerus menjadi powder yang halus. Kecepatan reaksi powder
dengan cairan tergantung pada:
 Suhu sampai dimana powder telah dipanaskan; suhu yang lebih tinggi mengurangi
reaktivitas powder
 Ukuran partikel setelah penggerusan, partikel powder yang lebih halus bereaksi
lebih cepat karena mempunyai lebih luas perukaan yang terbuka terhadap cairan.
b. Cairan. Bahan perantara yang ditambahkan memperlambat kecepatan reaksi dan
menambah waktu kerja
c. Waktu setting juga tergantung pada cara manipulasi. Empat factor berikut ini akan
mempercepat reaksi setting reaksi:
 Perbandingan takaran powder dan cairan yang tinggi
 Penambahan powder ke cairan secara cepat
 Terdapatnya kontaminasi
 Suhu yang lebih tinggi
4. Sifat-sifat
a. Pengaruh terhadap pulpa. Semen semen yang baru dicampur mempunyai pH sekitar
1,6 sampai 3,6. Selama setting ph akan naik dan mencapai netral dalam waktu satu
hingga dua hari. Adonan yang lebih encer mempunyai pH lebih rendah dan
membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai netral. Dapat timbul reaksi pulpa ,
tetapi ini dapat dikurangi dengan melindunginnya dengan salah satu cara berikut::
Zinc oksid –eugenol, Kalsium hydroksida dan cavity varnish
b. Sifat-sifat kimia. Kelarutan semen yang telah set tergantung pada perbandingan
powder/cairan. Suatu adonan yang lebih encer akan lebih mudah larut. Semen larut
sangat lambat pada aquadest tetapi lebih cepat pada pH dengan larutan rendah.
c. Sifat-sifat mekanis. Semen ini lebih kuat dari semen zinc oksid-eugenol tetapi tidak
sekuat semen siliko-fosfat
d. Perlindungan terhadap pulpa. Phosphate adalah bahan isolator panas yang baik dan
diduga cukup efektif dalam mengurangi pengaruh galvanis.
e. Sifat optis. Semen yang telah set adalah opaque
f. Adhesi. Semen ini tidak membentuk ikatan kimia dengan enamel atau dentin. Retensi
yang dihasilkan berupa gaya saling ikat mekanis antara semen yang telah set
dengankekasaran permukaan kavitet dan bahan restorasi.
g. Sifat-sifat rheologi. Bahan semen yang belum set menunjukkan sifat-sifat yang
mendekati Newtonian dengan viskositas sekitar 120Nsm. kurva viskositas waktu
tidak menunjukkan lembah horizontal yang sebanding dengan waktu kerja.
h. Ketebalan film. Ketebalan film kebanyakan bahan ini kurang dari 40µm, dan dapat
sampai 15µm. sifat ini aantara lain tergantung pada ukuran partikel powder dan
besarnya perubahan ukuran ini selama setting.

2. Oil Based Cement


A. Zinc Oxide Eugenol Cement
 Komposisi :
a. Powder
- Zink oksida
- Magnesium oksida
- Zink asetat
b. Liquid
- Eugenol
- Minyak olive
- Kadang – kadang diberi asam asetat sebagai akselerator
1. Manipulasi
Semen ini dicampur dengan cara menambakan sejumlah liquid pada powder,
sehingga diperoleh konsistensi yang kental dengan perbandingan ¼ dan 1/6 (satuan
berat). Perbandingan ini akan mengahasilkan semen dengan sifat sifat yang dikehendaki.
Pencampuran dapat dilakukan pada glass slab tipis dan menggunakan spatula logam yang
tahan karat.
2. Reaksi Setting
Dalam pencampuran liquid dengan powder , akan terjadi :
- Reaksi Kimia (membentuk senyawa zink eugenolate)
- Absorbsi Engenol oleh zink oksida
Ada faktor – faktor lain yang perlu diperhatikann:
- Reaksi setting antara zink oksida murni dengan eugenol murni tidak
akanberlangsung tanpa adanya air. Jadi suatu campuran zink oksida dan
eugenol tanpa diberi suatu akselerator akan dapat disimpan beberapa hari pada
desicciator tanpa terjadi banyak perubahan
- Bahan yang telah set mengandung beberapa zink oksida dan eugeol yang tidak
bereaksi
3. Waktu setting
Setting time bergantung pada :
- Powder
- Metode pengadaannya
- Ukuran partikelnya (powder halus mempunyai permukaan terbuka yang lebih
luas terhadap eugenol sehingga akan bereaksi lebih cepat)
- Bahan akselerator yang ditambahkan
- Perbandingan Powder dengan Liquid (bahan yang kental lebih cepat setting)
- adanya kontaminasi saat pencampuran (saat ditambah air akan mempercepat
reaksi )
- Peningkatan suhu menyebabkan setting time semakin cepat
4. Sifat
a. Pengaruhnya terhadap pulpa sangat kecil,sehingga bahan ini dianjurkan untuk dipakai
pada cavitet dalam yang dekat dengan pulpa
b. Sifat – sifat kimia, kelarutan semen ini dalam air cukup tinggi, termasukyang tertinggi
diantara semua bahan semen gigi, hal ini terutama dikarenakan pelepasan eugenol
c. Sifat – sifat mekanis, sifat mekanis semen ini terlemah diantara semua semen gigi
(kecuali kalsium hidroksida)
d. Perlindungan terhadap pulpa, (semen ini mempunyai sifat penghantar panas yang
rendah ; dapat melindungi pulpa terhadap asam phospor yang berasal dari semen
fosfat atau silikat; berlaku sebagai penghambat arus listrik)
e. Sifat – sifat optis, semen ini sangat opaque
f. Adhesi, semen ini tidak merekat terhadap enamel dan dentin. Ini merupakan alasan
kenapa bahan ini tidak serig digunakan sebagai bahan semen permanen untuk
restorasi
g. Semen ini bersifat bakteriostatis dan obtudent

3. Resin Based Product


A. Esthetic Resin Based Cement
Esthetic resin based cement adalah pewarnaan gigi atau bahan resin yang tembus cahaya,
terdapat beberapa bahan yang biasa digunakan untuk mengikat bahan keramik lain dan
penambalan komposit tidak langsung. Jenis bahan ini membutuhkan bahan pengikat untuk
adhesi ke struktur gigi dan dan memisah struktur utama untuk mengikat bahan keramik.
1. Komposisi dan reaksi
Esthetic resin cement terdiri dari bahan dimethacrylate resin and glass filter seperti bahan
penguat yang sudah dijelaskan sebelumnya. Bahan ini ringan atau bersifat menyembuhkan
dan tergantung cara pengaplikasiannya. Reasi berupa light and dual pure current resin.
2. Sifat
Esthetic resin cement memiliki tingkat kekuatan sedang sampai kuat dan ketebalan film
yang rendah. Memiliki sifat bonding strenght yang tinggi pada struktur gigi dan keramik.
3. Manipulasi
Ikatan keramik dan restorasi komposit tidak langsung dilakukan tindakan di permukaan
gigi. Gigi diberi goresan dan ikatan di aplikasikan disana. Perbaikan keramik menggunakan
hydrofluoric acid gel atau sandblasted dengan ketebalan 50mm kemuadian baru diaplikasikan
silane

B. Adhesive Resin Cement
Adhesive resin cement digunakan untuk mengikat bahan allumunium dan keramik di
dalam suatu proses restorasi kecuali veneers, implan mahkota gigi dan jembatan dan restorasi
resin tidak langsung. Bahan semen ini membutuhkan pemisahan bahan utama untuk
mengikat di gigi, allumunium atau bahan keramik.
1. Komposisi dan Reaksi
Adhesive resin cement terdiri dari bahan dimethacrylate resin dan glass filler. Merupakan
jenis dual or self cured resin. Semen jenis ini terdiri dari bahan adhesive monomers yang
mengikat dengan baik pada bahan allumunium
2. Sifat
Adhesive resin cemen memiliki difat radiopaque dan memiliki ketebalan film yang
rendah. Semen ini memiliki karakteristik untuk pengerjaan cepat dan memiliki kekuatan
medium to high. Kekuatan ikatan adhesive resin cement ke struktur gigi cukup tinggi, hingga
(>20MPa)
3. Manipulasi
Ikatan keramik dan restorasi komposit tidak langsung dibutuhkan tindakan di permukaan
gigi dan bahan – bahan restorasi. Bahan pengikat di aplikasikan ke gigi. Bahan restorasi
keramik dioleskan dengan hydrofuoric acid gel atau sandblasted dengan 50mm alumina dan
pengaplikasian silane.

C. Self Adhesive Resin Cement


Self adhesive resin cement digunakan untuk sebagai bonding alloy, membatasi ikatan
utama ke gigi, allumunium atau bahan keramik.
1. Komposisi dan Reaksi
Self adhesive resin cement terdiri dari bahan diacrylate resin dengan acidic dan adhesive
group dan glass filler. Jenis semen ini merupakan jenis dual atau self cured resin. Reaksinya
berupa self pure resin.
2. Sifat
Self adhesive resin semen di aplikasikan ke struktur gigi dan material lain dengan tipe
kekuatan low to medium bod strength atau kekuatan yg cukup rendah. Keseluruhan jenis
semen ini tidak seberapa kuat dari jenis esthetic dan adhesive resin cement.
3. Manipulasi
Self adhesive resin cement kebanyakan produknya merupakan bahan pasta dengan
menggunakan alat pencampur automix dispensers.

D. Temporary Resin Cement


Temporary resin cement digunakan untuk penyemenan sementara mahkota gigi dan
penyemenan penambalan sementara. Temporary resin cement dapat mengurangi masalah
yang sering terjadi yaitu kontaminasi gigi oleh eugeno dan bahan oil based cement ketika
proses penyemenan permanen.
1. Komposisi dan Reaksi
Temporary resin cement terdiri dari bahan dimethacrylate resin dan radiopaque glass
filler, dan kebanyakan merupakan jenis self cured. Reaksinya berupa self cure resin.
2. Sifat
Temporary resin cement biasanya mudah di campurkan dan dibersihkan dan memiliki
sifat kekuatan low to medium compressive strength. Kekuatan ikatan semen ini harus di
seimbangkan agar memadai untuk dilepas untuk dipasangkan restorasi permanen.
3. Manipulation
Temporary resin cement merupakan jenis pasta yang pemasangannya tidak memerlukan
bonding agent. Biasanya produknya sudah merupakan produk pasta yang sudah dicampur
menggunakan automix dispenser.

Hybrid ionomer
Resin Modified Glass Ionomer Cement
Self cured dan light cured resin modified glass ionomer atau hybrid ionomers tersedia
dalam bentuk serbuk-cairan, serbuk-serbuk, atau unit uncapsulated unruk semen. Resin
modified glass ionomers juga digunakan untuk material restorasi.

1. Komposisi
Serbuk self cured resin modified glass ionomer cement berisi sebuah radiopaque,
fluoroaluminosilicate glass dan sebuah microencapsulated potassium persulfate dan ascorbic
acid catalyst sistem. Cairannya adalah sebuah larutan aquaeous asam polycarboxylic
dimodifikasi dengan golongan pendant methacrylate. Ini juga mengandung 2-
hydroxyethylmethacrylate (HEMA) dan asam tartar. Semen self cured yang lain mengandung
sebuah campuran fluoroaluminosilicate dan borosilicate glass pada serbuknya. Cairannya
adalah monomer complex berisi golongan asam carboxylic yang dapat mengalami reaksi asam
basa dengan golongan glass dan vinyl yang akan polimerisasi ketika reaksi kimia aktif. Suatu
light cured resin modified glass ionomer cement mengandung fluoroaluminosilicate glass pada
serbuk dan kopolimer acrylic dan asam maleic, HEMA, air, camphorquinone, dan sebuah
activator pada cairan.

2. Reaksi setting
Reaksi settingnya terdiri dari dua mekanisme berbeda. Yang pertama adalah reaksi asam
basa. Mekanisme yang kedua adalah reaksi polimerisasi light cured atau self cured golongan
pendant methacrylate. Oleh karena itu, dua tipe struktur tooth bonding yang terjadi adalah
ikatan ion dan ikatan hybrid layer.

3. Manipulasi
Struktur serbuk halus sebelum dikeluarkan. Cairan dikeluarkan dari penyimpanan pada
botol kecil secara vertical untuk pengadukan. Perbandingannya untuk serbuk adalah 1,6 g
sedangkan untuk cairan 1,0 g, dan serbuk dicampurkan ke cairan selama 30 detik untuk
memperoleh konsistensi yang lengket. Working time selama 2,5 menit. Semen ini untuk
kebersihan dan gigi kering yang rapuh. Beberapa produk digunakan untuk meningkatkan
lapisan bonding pada dentin. Tidak diperlukan pelapisan. HEMA diketahui kontak alergi; oleh
karena itu diperlukan penggunaan sarung tangan dan teknik tidak memegang.

4. Sifat
Syarat untuk light active cements yaitu water based dan yang ditentukan oleh reaksi
perkalian termasuk reaksi asam basa dan polimerisasi (tipe I) dan oleh semen yang ditentukan
hanya setelah light activation (tipe II). Sifat untuk liners dan basis dan restorasi ada pada table
20-5.
Compressive dan tensile strengths untuk resin modified glass ionomer cements (lihat table
20-2). Untuk kekerasan lebih tinggi dari semen water based lainnya tapi lebih rendah dari
semen komposit. Range bond strength untuk membasahi dentin dari 10 sampai 14 MPa dan
lebih tinggi daripada kebanyakan water based cements. Resin modified glass ionomer cements
mempunyai daya larut yang rendah ketika dites dengan asam lactic erosion. Water sorption
lebih tinggi daripada untuk resin cements. Baru-baru ini beberapa resin modified glass ionomer
cements telah dimodifikasi untuk mempunyai water sorption yang rendah. Pelepasan fluoride
dan kemampuan pengisian sama dengan glass ionomer cements. pH awal sekitar 3,5 dan terus
meningkat. Pengalaman klinis mengindikasi sensitivitas minimal post-operative.

5. Penggunaan
Self cured resin modified glass ionomer cements ditunjukkan untuk semen permanen dari
mahkota logam ceramic; bridges; inlay logam, onlay, dan crown; post cement; dan luting untuk
peralatan orthodontic. Penggunaan tambahan termasuk adhesive liners untuk amalgam, basis,
restorasi sementara, dan cementation untuk spesifik restorasi ceramic. Light cured resin modified
glass ionomer cements digunakan terutama untuk liners dan basis. Produk one light cured
direkomendasikan untuk melangsungkan bonding kawat orthodontic.
E. Compomer cement
Compomer cement merupakan jenis semen yang digunakan untuk penyemenan restorasi
bahan allumunium dan keramik – besi. Penyemenan sederhana merupakan kontra indikasi
dari semua jenis keramik, mahkota, inlays, onlays dan veneers. Semen jenis ini tidak bisa
digunakan sebagai pengisian bahan material
1. Komposisi
Bahan bubuk semen ini merupakan terdiri dari strontium alumunium fluorosilicate glass,
sodium flouride dan merupakan jenis self cured dan light cured. Bahan cairnya merupakan
terdiri dari polymerizable methacrylate-carboxylic acid monomer, multifunctional acrylate-
phosphate monomer, diacrylate monomer, dan air.
2. Sifat
Compomer semen digunakan untuk tingkat retensi yang tinggi. Kekuatan bonding nya
sekitar (5.3 MPa) ke gigi, dan juga memiliki tingkat compressive strength, flexural strength
tinggi dan fracture toughness.
3. Manipulasi
Compomer cement sudah tersedia dalam bentuk pasta – pasta yang dicampur dengan
menggunakan automixing device. Gigi dapat disemen kering tetapi tidak mengeringkan gigi.
Dengan bahan bubuk dan cairan, bahan bubuk diletakkan dulu sebelum dicampurkan rasio
perbandingannya adah 2:2. Pencampurannya membutuhkan waktu 30 detik. Campurannya
kemudian diletakkan di mahkota gigi.

Definisi Compomer:
Polyacid modified Composite Resin dikenal sebagai Compomer (Composite+glass ionomer).
Kompomer dikembangkan untuk mendapatkan kombinasi pelepasan Flouride dan durabilitas
dari komposit.

Komposisi:
 Matriks resin: Monomer dimetkrilat dengan 2 gugu fungsi Karboksilat
 Filler: Glas silikat reaktif yang mengandung filler.
 Fotoinisiator dan stabilizer
 Komposisi dan pelepasan ion glass dari silanisasi sebagian ikatan pada matriks tidak
mengandung air.
Reaksi Seting (pengerasan):
Pengerasan kompomer melalui reaksi radikal polimerisasi. Ada dua tahap reaksi yang terjadi:
Step 1: reaksi polimersisai yang dikativasi cahaya terjadi dimana untuk membantu pembentukan
network resin dengan filler.
Tahap 2: Step ke 2 terjadi setelah inisial setting. Restorasi menyerap air dan adanya karboksil
grup pada polyacid dan ion metal pada glass ionomer menunjukkan reaksi asam basa yang
tidak cepat. Hasilnya dalam bentuk hydrogel yang melepaskan ion fluor dengan tidak cepat
juga.
Manipulasi:
Sistem komponen tunggal: Gigi dietsa dan diaplikasikan bonding agent. Material diinjeksi ke
dalam kavitas dan disinari cahaya.
Sistem Powder/liquid: Rasio powder dan liduid ditakar dan dicamurkan sesuai intruksi pabrik
selama 30 detik.
System outomixing: Material dicampur dengan menggunakan teknik mixing yang special.
Sifat-sifat:
 Adhesi-mikromekanik, tidak ada air sehingga tidak bisa self-adhesion.
 Pelepasan fluor yang minimal
 Sifat fisik lebih baik dibandingkan GIC konvensional tetapi lebih rendah dibandingkan komposit.
 Sifat optic lebih baik dibandingkan konvensional GIC.

Anda mungkin juga menyukai