PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karies atau gigi berlubang merupakan masalah yang sering terjadi di
masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya karies diantaranya adalah bakteri, substrat, gigi itu
sendiri dan waktu. Keempat faktor ini saling mempengaruhi terjadinya karies.
Jika salah satu dari 4 faktor tersebut tidak ada maka proses karies tidak terjadi.
Karies dapat terjadi pada semua gigi, letak dan bentuk lesi pada giginya
pun bervariasi, dapat terjadi di pit, fisure, servikal atau tempat yang lain.
Dalam hal ini dokter gigi berfungsi sebagai pengontrol agar tidak terjadi
karies, tapi jika karies telah terjadi dokter gigi bertugas untuk merestorasi gigi
tersebut agar fungsi kunyah dan estetis gigi tersebut kembali seperti semula.
Dalam merestorasi gigi, dokter gigi harus memperhatikan banyak faktor
diantaranya bahan yang digunakan, teknik yang digunakan dan lain-lain, agar
hasil restorasi tersebut sesuai dengan bentuk anatomi, fungsi kunyah dan
fungsi estetis. Bahan-bahan yang digunakan untuk merestorasi gigi dapat
berupa restorasi rigid dan plastis. Restorasi plastis yang biasa digunakan
diantaranya amalgam, semen ionomer kaca, dan komposit. Bahan-bahan yang
digunakan tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing,
sehingga dalam penggunaannya pun perlu memperhatikan indikasi dan
kontraindikasi.
1.3.3
restorasi plastis.
Mengetahui tahap-tahap preparasi, penumpatan dan pemolesan dari
restorasi amalgam, komposit, GIC, dan sandwich.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan restorasi gigi adalah tidak hanya membuang penyakit dan mencegah
timbulnya kembali karies, melainkan juga memgar fungsinya. Bahan restorasi
yang ideal sampai sekarang belum ada namun hendaknya kita telah mengenal
dengan baik sifat bahan yang paling penting. Dua sifat yang sangat penting yang
harus dimiliki bahan pergigian adalah harus mudah digunakan serta tahan lama.
Sedangkan sifat-sifat lainnya adalah :
1. Kekuatan kompresif dan kekuatan tensilnya cukup
2. Tidak larut dan tidak mengalami korosi dalam mulut
3. Sifat eksotermiknya rendah dan perubahan volume selam pengerasannya
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
dapat diabaikan
Tidak toksik dan tidak irian terhadap jaringan pulpa dan gingival
Mudah dipotong dan dipoles
Derajat keausannya sama dengan email
Mampu melindungi jaringan gigi sekitarnya dari serangan karies sekunder
Koefisien muai termiknya sama dengan yang di email dan dentin
Difusi termiknya sama dengan yang di email dan dentin
Penyerapan airnya rendah
Adhesive terhadap jaringa
Radio-opak
Warna dan translusensinya sama dengan email
Tahan lama dalam penyimpanan & Murah
2.1 Komposit
Definisi
Komposit merupakan perpaduan dari dua material atau lebih yang
memiliki fasa yang berbeda menjadi suatu material baru yang memiliki propertis
lebih baik dari keduanya. Jika perpaduan ini terjadi dalam skala makroskopis
maka disebut sebagai komposit. Jika perpaduan ini terjadi secara mikoroskopis
(molekular level) maka disebut sebagai alloy atau paduan. Resin komposit ini
menggunakan molekul BIS-GAMA (Bisphenol-A-Glycidin-Methacrylat) yang
merupakan monomer dimetakrilat yang disintesa oleh reaksi Bisphenol-A dan
Glissidin metakrilat.
(http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/d30f518393aad96931b1cd883b76a9
194eb22313.pdf)
Klasifikasi
Adapun jenis resin komposit biasanya dibagi atas tiga ukuran, jumlah dan
komposis dari bahan pengisi anorganiknya, yaitu :
1. Resin komposit konvensional
Resin komposit ini umumnya terdiri dari 75-80% dari berat bahan pengisi
anorganiknya. Ukuran rata-rata partikel dari resin komposit konvensional ini
pada tahun 1980. Karena partikel pengisin=annya relative besar dank eras
sekali, resin komposit konvensional memperlihatkan tekstur permukaan yang
kasar, sehingga sesuai dengan gigi posterior. Sayangnya, tipe permukaan yang
kasar tersebut menyebabkan restorasi lebih mudah mengalami perubahan
warna akibat adanya ekstrinsik stain.
2. Resin komposit mikrofiller
Bahan ini dipernalkan pada tahun 1972 dan didesain untuk menggantikan
karakteristik resin komposit konvensional yang permukaannya kasar dengan
permukaan yang halus yang hamper sama seperti enamel gigi. Resin komposit
ini mengandung partikel koloida silica yang terdiri dari kira-kira 35%-60% dari
berat bahan pengisi anorganiknya. Ukuran partikel kecil menghasilkan
permukaan yang halus setelah restorasi di polishing. Sehingga pengaruh
perlekatan plak dan ektrinsik stai dapat dimanipulasikan.
4.
5.
6.
7.
kavitas. Keadaan ini, misalnya, terjadi pada siatusi tidak adanya email untuk
retensi resin komposit, atau kalaupun ada hanya sedikit sekali. Semen glass
ionomer dapat digunakan sebagai restorasi tunggal atau dapat dipakai dengan
basis dan di atasnya dilapisi oleh resin komposit (teknik sandwich) (Philip, 1996).
Menurut Mujiono, cit Mc. Lean et al (1985) dan Tyas et al (1989), semen
glass ionomer juga dapat meningkatkan resin komposit, yaitu sebagai perantara
untuk menambahkan retensi tumpahan komposit. Dengan cara memberikan etsa
asam pada semen glass ionomer, akan terjadi erosi dan permukaan semen menjadi
kasar. Kekasaran permukaan ini dapat memberi retensi mekanis terhadap resin
komposit (Philip, 1996).
Di samping itu, semen glass ionomer juga dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan perlekatan amalgam dengan jaringan dentin gigi,
terutama pada karies di bagian interproksimal. Di bagian ini pengangkatan
jaringan keras sebagai retensi kurang memungkinkan, karena dapat menyebabkan
melemahnya struktur gigi akibat jaringan sehat tinggal sedikit. Semen glass
ionomer dapat ditumpatkan di kavitas yang dalam tanpa mengiritasi pulpa,
sekalipun tanpa diberi pelapik. Namun, agar tidak timbul reaksi yang tidak
diinginkan pada kavitas dengan dentin, sebaiknya tetap digunakan pelapik.
Biokompabilitas dari bahan ini sangat tinggi walaupun semennya bersifat sangat
asam. Hal ini mungkin disebabkan oleh besarnya molekul palyanion sehingga
asam tidak dapat memasuki tubulus. Namun peradangan tetap timbul jika semen
langsung diletakkan di atas pulpa yang terbuka (Philip, 1996).
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari bahan tumpatan ini, harus
dijaga kontaminasi antara bahan ini dengan saliva selama penumpatan dan
sebelum semen mengeras sempurna. Kontaminasi dengan saliva akan sangat
berbahaya karena semen akan mudah larut dan daya adhesinya akan menyusut.
Untuk itu, kavitas harus dijaga agar tetap kering dengan mengusahakan isolasi
yang efektif. Setelah selesai penumpatan, tumpatan sebaiknya ditutup dengan
lapisan pernis yang kedap air selama beberapa jam setelah penumpatan dilakukan.
Hal ini untuk mencegah desikasi karena hilangnya cairan atau semen melarut
karena menyerap air (Philip, 1996).
dan email
9. Di samping itu, semen glass ionomer juga bersifat bikompabilitas, yaitu
menunjukkan efek biologis yang baik terhadap struktur jaringan gigi dan
pulpa. Kelebihan lain dari bahan ini yaitu semen glass ionomer
mempunyai sifat anti bakteri, terutama terhadap koloni streptococcus
mutant
Karena keunggulan-keunggulan tersebut di atas maka bahan tumpatan
semen glass ionomer banyak digunakan sebagai bahan tumpatan tetap oleh dokter
gigi dewasa ini. Pada manula sering kali ditemukan kavitas kelas V atau karies
yang terdapat pada akar, karena pada manula biasanya sering didapatkan adanya
retraksi gingiva yang disebabkan proses degenerasi. Karies yang terdapat pada
akar juga ditemukan pada orang-orang yang cara menyikat giginya kurang baik
8
dan benar, sehingga menyebabkan abrasi pada daerah servikal. Oleh sebab itu,
bahan semen glass ionomer diunggulkan sebagai bahan tumpatan pada kasus
tersebut, karena bahant umpatan semen glass ionomer merupakan bahan restorasi
yang memenuhi persyaratan estetika, bersifat adhesi, serta mempunyai sifat
biokompabilitas (Philip, 1996).
Bahan tumpatan yang memenuhi persyaratan estetika adalah yang
sewarna atau hampir mendekati warna gigi, baik gigi anterior maupun posterior
tanpa mengesampingkan faktor kekautan, keawetan dan biokompabilitas dari
bahan tersebut. Di samping itu, bahan tumpatan semen glass ionomer mempnyai
estetik yang lebih baik dibandingkan dengan tumpatan semen silikat, meskipun
jika dibandingkan dengan resin komposit faktor estetik dari bahan ini masih
kurang baik. Dewasa ini dengan berkembangnya bahan tersebut, faktor estetik
tidak lagi menjadi masalah. Penggunaan semen glass ionomer dengan sinar juga
mulai banyak digunakan. Hal ini akan menghemat waktu dokter gigi, waktu
tindakan klinik lebih singkat, serta mempunyai peningkatan PH yang relatif tetap
cepat. Karena itu, bahan ini juga direkomendasikan sebagai bahan yang dapat
meningkatkan perlekatan amalgam dengan jaringan gigi (Philip, 1996).
Kekurangan Bahan Semen Glass Ionomer
Di samping beberapa keunggulan yang dimiliki oleh bahan glass ionomer
yang telah kita bicarakan di atas, yaitu tidak iritatif, bersifat adhesi, dan
mempunyai sifat biokompabilitas yang tinggi. Bahan ini juga mempunyai
kekurangan jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain, misalnya dalam hal
estestik. Bahan ini masih kurang baik bila dibandingkan dengan resin komposit.
Demikian juga ketahanan terhadap abrasi juga kurang baik, terutama pada derah
kontak oklusal yang luas. Di daerah tersebut akan mudah terjadi fraktur akibat
kekuatan geser yang tinggi. Di samping itu, glass ionomer juga bersifat porous
dan sulit dipulas sehingga menghasilkan permukaan tumpatan yang kurang bagus.
Oleh karena itu, dewasa ini telah dikembangkan teknik restorasi sandwich yang
pada hakikatnya sement glass ionomer diaplikasikan dahulu dengan resin
komposit, atau pada tumpatan gigi posterior yang menggunakan amalgam. Glass
ionomer juga dapat membantu meningkatkan perlekatan amalgam dengan
9
jaringan gigi menggunakan bahan ini sebagai basis atau liner pada kavitas
sebelum ditumpat amalgam. Dengan demikian, bahan ini dapat menghambat
kerusakan tepi, mengurangi preparasi jaringan sehat gigi, meningkatkan dukungan
mahkota gigi, serta resistensi terhadap fraktur (Philip, 1996).
2.3 Dental Alamgam
Merupakan bahan paling banyak digunakan oleh dokter gigi, khususnya
untuk tumpatan gigi posterior. Sejak pergantian abad ini, formulasinya tidak
banyak berubah, yang mencerminkan bahwa bahan tambahan lain tidak ada yang
seideal amalgam. Kelemahan utama amalgam terletak pada warnanya dan tidak
adanya adhesi terhadap jaringan gigi. Walaupun sifat fisik dan kimia bahan
tumpatan amalgam sebagian besar telah memenuhi persyaratan ADA specification
no. I, perlekatannya dengan jaringan dentin gigi secara makromekanik seperti
retention and resistence form, dan undercut tidak dapat melekat secara kimia
(Philip, 1996).
Prinsip retention and resistance form (dove tail, box form dan retention
groove) pada lesi karies daerah interproksimal, selain mengangkat karies juga
mengangkat jaringan yang sehat untuk memperoleh retensi pada kavitas. Pada
kavitas kelas II dengan isthmus dan garis sudut bagian dalam yang lebar, akan
melemahkan kekuatan terhadap beban kunyah. Akibatnya, pasien banyak yang
mengeluh karena seringkali adanya fraktur pada tumpatan kelas II, baik pada
tumbatan MO (Mesial Oklusal), DO (Distal-, Oklusal), maupun MOD (MesialOklusal-Distal) (Philip, 1996).
Amalgam dapat disimpan lama dan dibandingkan dengan bahan restorasi
lain. Bahan ini tidak begitu mahal dan sampai tingkat tertentu kesalahan dalam
manipulasi masih menghasilkan tumpatan yang baik. Jika dibuat oleh operator
yang trampil dan lingkungannya mendukung, bahan tumpatan ini dapat tahan
lama, namun umur kliniknya rata-rata 5 tahun. Amalgam cenderung mudah korosi
di dalam lingkungan mulut karena strukturnya yang heterogen, permukaannya
yang kasar, dan adanya lapisan senyawa oksida yang belum sempurna. Amalgam
memerlukan beberapa jam untuk mencapai kekerasan penuhnya jika ini telah
dicapai, kekuatan kompresifnya akan menyamai dentin (Philip, 1996).
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi dan Macam Restorasi Plastis
Definisi :
Restorasi plastis adalah bahan restorasi yang dapat dibentuk dalam
kavitas, dan setelah beberapa waktu diaplikasikan dalam kavitas nantinya akan
dapat mengeras.
Macam :
a. Logam
b. Non logam
: Amalgam
: Komposit, Semen ionomer kaca, akrilik, silikat,
kompomer, restorasi Sandwich.
11
b. Komposit
Indikasi :
Lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior (klas I dan klas II) dengan
keterbatasan
Kontraindikasi :
Pasien dengan insiden karies tinggi serta kebersihan mulut tidak terjaga
12
f. Daerah 1/3 servikal yang cembung dan penyempitan pada daerah leher gigi
(servical).
Preparasi Klas IV
Hilangkan semua jaringan karies karena mengenai cervical edge atau mengenai
estetik perlu diperhatikan.
Macam Tumpatan :
a. Composite resin
b. Pre formed plastic crowns (sangat baik untuk menumpat gigi anterior yang
rusak berat)
c. Stainless orthodontic bands, bagian labial dihilangkan kemudian diisi dengan
composite atau glass ionomer setelah band disemen
d. Anterior stainless steel crown (estetik jelek tapi fungsional baik)
Preparasi Klas V
Tahap :
15
Preparasi Klas VI
16
Tahap basis :
1. Sebelum memulai memberi basis, kavitas dibersihkan dengan air (akuades).
Sebaiknya pembersihan kavitas tidak dilakukan dengan alkohol atau H2O2
agar tidak terjadi dehidrasi pada dentin.
2. Kavitas kemudian dikeringkan dengan semprotan udara.
3. Jika pembuangan karies mengakibatkan lantai kavitas dekat sekali dengan
pulpa, diperlukan pemberian pelapik hidroksida kalsium. Pada kavitas yang
17
Kemudian
carver dilakukan sejajar pada permukaan gigi (email) untuk mencegah alat
terperosok ke dalam bahan.
5. Kemudian dihaluskan dengan burnisher pada keadaan amalgam yang sudah
mengalami proses setting awal.
Tahap pemolesan :
1. Pemolesan dapat dilakukan 24 jam setelah penumpatan.
2. Permukaan yang kasar diasah dan dibentuk anatominya dengan finishing
stone.
3. Dengan rubber cups merah dengan pasta poles (seng oksida dan alcohol)
permukaan amalgam dipoles sampai tampak mengkilap kemudian
dibersihkan dengan brush dalam keadaan basah.
4. Pemolesan harus dalam keadaan basah untuk mencegah panas yang timbul
diteruskan ke dentin, dengan tekanan ringan dan merata.
Prosedur Tumpatan Amalgam Klas II
1. Outline Form Kavitas
- Outline form dibuat dengan sesuai dengan bentuk fissure gigi pada
oklusal gigi posterior yang akan dipreparasi
- Outline form dibuat dengan memperhatikan resistence form, retention
form, extention for prevention dan convinience form.
- Isthmus dibuat pada 1/3 buko-lingual dan mesio-distal.
2. Tahap Preparasi Kavitas
- Preparasi dimulai dengan menggunakan round bur no. 1 sedalam 2-2,5
mm pada bagian oklusal kemudian dilebarkan ke arah proksimal dengan
bur fisur no. 3 menembus lingir tepi (ridge).
- Membentuk bentukan dove tail (ekor merpati) pada bidang oklusal gigi
M1 RA.
- Dinding bukal dan dinding lingual dari kavitas proksimal (bentukan boks
di proksimal) diperluas sampai bebas kontak dengan gigi sebelahnya
dengan bur fisur atau bur pir panjang digerakkan seperti pendulum arah
buko-lingual.
- Pembentukan boks sisi proksimal diusahakan tegak lurus permukaan luar
gigi (tampak pada bagian oklusal).
- Perluasan tepi bukal/lingual (celah antara sudut dan gigi yang berdekatan
diukur dengan ujung sonde atau hatchet email.
- Dinding gingival dibuat selebar 1,8 mm untuk gigi molar dan selebar
1,2 mm untuk gigi premolar.
- Bevel dibuat pada axio-pulpa line angle.
19
3. Tahap Basis
Sama dengan pembuatan basis pada tumpatan amalgam kelas I, hanya pada
kelas II, dilakukan pada dinding pulpa dan dinding aksial.
4. Tahap Penumpatan
- Sebelum penumpatan, dilakukan pemasangan matriks band dan retainer.
- Matriks band disesuaikan bentuknya pada daerah oklusal agar tidak
mengganggu oklusi dan supaya bentuk tumpatan baik, pada bagian
proksimal dipasang wedge (dapat dibuat dari kayu korek api yang
dipasang pada tepi gingival).
- Amalgam terdiri dari bubuk (amalgam alloy) dan cairan merkuri (Hg).
- Pencampuran bubuk dan Hg dapat dilakukan dengan dua alat :
Pencampuran dengan amalgamator
Bubuk dan cairan yang telah ditimbang dengan perbandingan yang
sesuai dengan anjuran pabrik dimasukkan ke dalam kapsul kemudian
dicampur dengan alat amalgamator selama 5 detik.
Pencampuran dengan mortal dan pastle
Bubuk dan Hg ditimbang sesuai anjuran pabrik kemudian
dimasukkan ke dalam mortal, kemudian diaduk dengan pastle
60x putaran.
20
- Pemolesan harus dalam keadaan basah, dengan tekanan ringan dan tidak
boleh pada satu tempat.
b. Komposit
Teknik Restorasi Resin Komposit
1. Preparasi kavitas
Bersihkan karies dari kavitas hanya sebatas infected dentin saja.
Pertahankan sisa email dan jangan membuang jaringan gigi sehat
terlalu banyak.
2. Perlindungan pulpa
Setiap dentin yang terbuka harus diberi lapisan pelindung berupa
calcium hydroxide atau GIC.
3. Etsa dan bonding
Untuk menghasilkan ikatan antara komposit dan struktur gigi, email
dietsa dengan asam phosphate selama 20 detik, bilas dan keringkan.
Email yang teretsa akan tampak pucat. Aplikasikan bonding agent
pada permukaan kavitas, disemprot perlahan-lahan agar lapisannya
merata dan tidak terkumpul di kavitas, kemudian polimerisasikan
dengan sinar.Etsa akan menghasilkan micromechanical rentention
terhadap bonding agent dengan email. Di dentin, bonding agent
akan berikatan dengan kolagen dan bonding akan berpenetrasi ke
dentinal tubulus.
4. Penumpatan
Pilih resin komposit yang sewarna dengan gigi. Tumpatkan pada
kavitas. Bahan ini tidak akan terpolimerisasikan dengan baik jika
ketebalan resin melebihi 2mm. oleh karena itu, penumpatan resin
harus dilakukan secara incremental. Setiap lapisan disinari sebelum
22
beserta
inklinasi
cusp
dibentuk
sebelum
dilakukan
penyinaran.
5. Finishing dan polishing
Resin yang berlebih dibuang hati-hati dengan bur intan atau bur
karbid.Polishing bertujuan untuk menghasilkan permukaan yang
halus untuk mencegah retensi plak dan menjaga oral hygiene. Cek
oklusi dengan kertas artikulator.
Faktor yang mempengaruhi restorasi resin komposit :
Faktor yang mempengaruhi kualitas polimerisasi resin komposit yaitu
intensitas cahaya, lama penyinaran, panjang gelombang cahaya, ketebalan
resin komposit, jarak ujung
light
curing
unit
dengan
permukaan
restorasi, warna resin komposit, dan komposisi bahan resin komposit itu
sendiri. Intensitas cahaya suatu light curing unit dipengaruhi oleh jarak
ujung light curing unit dengan permukaan resin komposit.
Semakin besar jarak penyinaran, maka dispersi cahaya light
curing
unit
diposisikan 90
sudut
penyinaran
menyimpang
dari
90
terhadap
Gambar 2. Semakin besar jarak ujung light curing unit dengan permukaan
restorasi maka intensitas cahaya yang mencapai permukaan
restorasi akan semakin kecil.
yang
dihasilkan. Berdasarkan
25
27
28
BAB 4
KESIMPULAN
29
1. Restorasi plastis adalah bahan restorasi yang dapat dibentuk dalam kavitas, dan
setelah beberapa waktu diaplikasikan dalam kavitas nantinya akan dapat
mengeras.
Macam-macam restorasi plastis :
a. Logam
: Amalgam
b. Non logam
: Komposit, Semen ionomer kaca, akrilik, silikat,
kompomer, restorasi Sandwich.
2. Amalgam
Indikasi :
Kavitas kelas I, kelas II, kelas V
Kontra Indikasi :
Karies yang luas melibatkan cusp
Gigi antagonis logam yang tidak sejenis
Pasien yang menderita alergi terhadap merkuri
Komposit
Indikasi :
Kavitas klas III, klas IV klas V gigi anterior, klas V pada permukaan
fasial gigi premolar
Lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior (klas I dan klas II)
dengan keterbatasan
Kontraindikasi :
3. Tahap preparasi gigi sulung sama dengan gigi permanen, modifikasi desain
berdasarkan perbedaan bentuk anatomi :
a) Enamel dentin lebih tipis
b) Ruang pulpa lebih besar
c) Kontak proksimal lebih luas
d) Tanduk pulpa lebih tinggi
e) Permukaan oklusal lebih sempit
f) Daerah 1/3 servikal yang cembung dan penyempitan pada daerah leher gigi
(servical).
DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R. J. 1992. Perawatan Gigi Anak (A Manual of Pedodontics) Edisi 2,
Alih bahasa: Agus Djaya. Jakarta : Widya Medika.
Baum, Lloyd, Philips, Ralph W., Lund, Melvin R. 1997. Buku Ajar Ilmu
Konservasi Gigi, Edisi III. Jakarta : EGC.
http://drgdondy.blogspot.com/2009/11/tanya-jawab-tentang-amalgam.html
31
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/d30f518393aad96931b1cd883b76a91
94eb22313.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1154/1/10E00020.pdf
32