Anda di halaman 1dari 7

PERIODONSIA SPLINTING

PEMBAHASAN

1.1. Kegoyangan Gigi (Tooth Mobility)


Gigi goyang diartikan sebagai pergerakan gigi pada dataran vertikal atau horizontal.
Derajatnya tergantung pada lebar ligament periodontal, area perlekatan akar, elastisitas
prosesus alveolar atau fungsi dari masing-masing gigi. Kegoyangan gigi dibedakan menjadi
dua sifat klinis. Pertama, kegoyangan gigi yang meningkat karena adaptasi dari periodonsium
terhadap kekuatan oklusal yang bisa dianggap tidak patologis. Gigi mengalami kegoyangan
tanpa inflamasi dan dengan perlekatan jaringan ikat yang utuh dan sehat. Kedua, kegoyangan
gigi yang meningkat karena diawalai dengan penyakit periodontal.

1.1.1. Faktor yang dapat Meningkatkan Kegoyangan Gigi


Faktor yang dapat meningkatkan kegoyangan gigi antara lain:
1) Hilangnya dukungan gigi (kehilangan tulang)
2) Trauma oklusi
3) Peluasan inflamasi dari gingiva atau dari periapikal ke ligamen periodontal
4) Bedah periodontal
5) Kehamilan, siklus menstruasi, atau penggunaan konstrasepsi hormonal
6) Proses patologis pada rahang yang merusak tulang alveolar atau akar gigi

1.1.2. Skala Kegoyangan (Metode Miller)


Skala kegoyangan gigi dibagi menjadi 4 kelas (Metode Miller):
 Kelas 0: kegoyangan fisiologis
 Kelas 1: kegoyangan ringan, kurang dari 1 mm pergerakan horizontal dalam arah facial-
lingual
 Kelas 2: kegoyangan sedang/moderat, lebih dari 1 mm pergerakan horizontal dalam arah
facial-lingual
 Kelas 3: kegoyangan parah/severe, lebih dari 1 mm pergerakan dalam arah facial-lingual
dan/atau mesiodistal dan pergerakan kea rah vertikal (penurunan gigi dalam soketnya)

1.2. Periodontal Splinting


1.2.1. Definisi
Splint adalah suatu alat yang menggabungkan dua gigi atau lebih untuk memberikan
dukungan. Splintee adalah gigi yang membutuhkan dukungan. Splinter merupakan gigi
didekatnya yang memberikan dukungan.

1.2.2. Tujuan Splinting


Tujuan splinting yaitu:
1. Sandaran terbentuk pada jaringan periodonsium, membantu perbaikan akibat trauma
2. Mengurangi mobilitas secara cepat dan diharapkan secara permanen
3. Beban yang diterima oleh salah satu gigi dapat disalurkan ke beberapa gigi lainnya
4. Kontak proksimal stabil dan mencegah impaksi makanan
5. Mencegah migrasi gigi
6. Memberikan kenyamanan terhadap aktivitas mastikasi

1.2.3. Syarat splinting yang ideal


Syarat splinting yang ideal antara lain:
1) Disain sederhana
2) Ekonomis
3) Stabil dan efisien
4) Higienis
5) Tidak mengiritasi jaringan lunak
6) Dapat diterima secara estetik
7) Tidak menimbulkan penyakit iatrogenik

1.2.4. Indikasi Splinting


Indikasi splinting meliputi:
1. Mobilitas gigi yang ringan sampai sedang
2. Mobilitas gigi yang menggangu kenyamanan pasien pada saat berbicara dan mengunyah
3. Migrasi gigi
4. Prostetik yang memerlukan gigi abutmen yang banyak

1.2.5. Kontraindikasi Splinting


Kontraindikasi splinting meliputi:
1. Mobilitas gigi yang berat atau parah dan adanya inflamasi di sekitar gigi
2. Gigi yang dibutuhkan untuk menyangga splint tidak ada
3. Oral Hygiene yang buruk
4. Jika tujuan splinting hanya untuk mengurangi mobilitas gigi setelah splint dilepas

1.2.6. Keuntungan Splinting


1. Mengurangi kegoyangan gigi atau imobilisasi gigi dan mempercepat proses penyembuhan
2. Memberikan kenyamanan dan mengembalikan fungsi mastikasi gigi serta fonetik
3. Mengurangi resiko terjadinya impaksi makanan
4. Mendistribusikan beban pengunyahan yang merata setelah selesai perawatan

1.2.7. Kerugian Splinting


Kerugian Splinting meliputi:
1. Meningkatkan akumulasi plak
2. Dapat memberikan gaya distribusi yang tidak seimbang karena ungkitan dari splint yang
rigid
3. Membutuhkan kecermatan dalam memelihara kesehatan rongga mulut

1.2.8. Jenis Splinting


Berdasarkan bahan yang digunakan, dikenal wire-composite splint, resin splint, dan
Kevlar/fiber glass splint. Wire-composite splint meliputi kawat lentur yang diadaptasikan
pada kurvatura lengkung gigi dan difiksasi ke gigi dengan komposit adesif. Metode resin
splint dilakukan dengan pemasangan full resin splint ke permukaan gigi. Kevlar/fiber glass
splint menggunakan fiber nilon, Kevlar bands atau fiber glass yang dibasahi dalam resin dan
dipasang dengan serangkaian polimerisasi ke permukaan gigi yang telah dietsa.
Berdasarkan lamanya pemakaian, maka splint dapat diklasifikasikan menjadi splint
sementara dan splint permanen. Splint sementara sebaiknya mudah diaplikasikan pada gigi
goyang dan mudah dilepaskan setelah penyembuhan, dan digunakan untuk membantu
penyembuhan setelah cedera atau pembedahan. Jika stabilisasi yang baik belum terjadi dalam
2 bulan, maka bentuk splint sementara diganti dengan splint permanen. Bahan komposit yang
ditempatkan pada gigi yang telah dietsa merupakan splint sementara. Splint kawat dan akrilik
juga mudah diaplikasikan dan biasanya untuk stabilisasi gigi insisivus. Biasanya gigi dari
kaninus ke kaninus atau premolar pertama ke premolar pertama yang diikutkan dalam splint.
Kawat 0,002 inci stainless- steel dilingkarkan mengelilingi gigi lalu akhir kawat diplintir kuat
sampai ke sisi distal gigi terakhir yang diikutkan. Setelah penyesuaian, kawat interdental
dikuatkan, akrilik ditempatkan tetapi tidak sampai menutupi embrasur.
Splint permanen ada dua, yaitu jenis lepasan dan cekat. Bentuk dari splint permanen
lepasan adalah GTSL. Splint permanen cekat merupakan penggabungan dan restorasi yang
membentuk suatu kesatuan yang kaku dan direkatkan dengan penyemenan. Splint cekat ini
dapat berupa multiple crown, inlay dan mahkota ¾. Jumlah gigi yang diperlukan untuk
menstabilkan gigi goyang bergantung kepada derajat dan arah kegoyangan.

1. Splint Ekstrakoronal
Splint ekstrakoronal sangat sederhana dan reversibel karena tidak membutuhkan
pengurangan struktur gigi. Splint tersebut membutuhkan waktu kunjungan yang lebih sedikit
dan lebih ekonomis. Kerugian splint ekstrakoronal antara lain dapat menghambat
pembersihan plak dan pemeliharaan kebersihan mulut. Splint ekstrakoronal juga buruk secara
kosmetik akibat kontur yang bulky.
1. Welded Band Splint
Untuk stabilisasi sementara gigi posterior maupun anterior. Memperbaiki gigi dengan
menempatkan ligatur brasswire pada interdental selama 24 jam sebelum splinting.
Adaptasikan strip stainless steel dengan ketebalan 0,003 sampai 0,005 inch ke gigi dan
disambung menjadi bentuk band. Sambungkan strips selanjutnya ke permukaan mesial
band pertama. Beberapa strip dapat ditambahkan dan dibentuk menjadi band untuk gigi
permanen. Band tidak boleh mengenai gingiva. Splint juga dapat dibuat pada model dan
disementasi pada gigi.

2. Continuous Clasps
Terbuat dari akrilik, emas, atau cast stainless steel. Splint diposisikan dan dipindahkan
pada gigi tiruan sebagian. Ujung yang tajam harus dibulatkan. Tipe splint ini
memungkinkan oral hygiene yang adekuat.
3. Night Guards
Terbuat dari heat cured akrilik dan menutupi seluruh permukaan oklusal gigi. Splint
ini dapat dibuat cukup tipis agar nyaman digunakan. Splint harus menutupi permukaan
oklusal gigi dan meluas 1-2 mm melewati permukaan fasial gigi. Permukaan oklusal
harus didesain untuk menyediakan ekskursi mandibula yang menaikkan dimensi vertikal
tidak lebih dari 1 mm pada regio molar.

4. Rochette Splint
Gigi yang akan di splint dicetak dan dibuat chrome-cobalt splint yang sesuai dengan
permukaan lingual gigi. Permukaan lingual gigi dikeringkan dan dietsa dan splint di lem
pada posisinya dengan bahan komposit.

5. Ligasi Kawat
Splint ini memuaskan untuk stabilisasi gigi anterior. Digunakan kawat stainless steel
dengan ketebalan 0,007 sampai 0,010”. Kawat dengan panjang 12 inch digunakan sebagai
arch wire dan bengkokkan pada 6 gigi anterior. Kawat harus diposisikan apikal terhadap
titik kontak dan insisal terhadap cingulum dan kemudian putar dengan longgar ujung
bukal dan ujung lingual pada ujung yang sama. Tempatkan kawat pada interdental
mengelilingi kawat pertama dan dibawah titik kontak. Kencangkan dengan memutar
searah jarum jam dengan needle holder. Kencangkan ligatur interdental terakhir setelah
semua ligatur interdental lain dan arch wire telah dikencangkan. Potong ujung wire
sekitar 2-3 mm dan bengkokkan pada celah interdental. Self-cure acrylic atau composite-
acid etch resin diletakkan diatas kawat.

2. Splint Intrakoronal
Splint Intracoronal merupakan salah satu contoh splinting yang dapat digunakan sebagai
splinting semipermanen. Splinting intracoronal dapat digunakan pada gigi posterior maupun
gigi anterior juga dapat dilakukan pada kasus periodontitis lanjut yang diperberat oleh trauma
oklusi sekunder, dimana pendekatan restorative yang kompleks dan mahal tidak
memungkinkan bagi pasien, misalnya keadaan keuangan aatau kesehatan pasien yang
kemungkinan konsekuensi dan keuntungan yang ada harus dipertimbangkan dengan hati-hati.

Macam-macam Splinting Intracoronal

a. Splint Acrylic

Merupakan jenis splinting yang memerlukan preparasi pada cingulum dan tepi insisal gigi.
Lebarnya sekitar 3mm dan kedalamannya 2mm pada aspek lingual gigi lalu ditempatkan
platinized knurled wire (22-16 gauge) atau kawat stainless steel, lalu di atas kawat tersebut
ditempatkan self cure acrylic. Splint jenis ini merupakan salah satu metode efektif untuk
menstabilkan gigi untuk periode waktu yang lama namun dapat terjadi kebocoran acrylic.

b. Splint Komposit

Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan perawatan splinting
seperti posisi gigi antagonis, gigi berjejal, spacing, rotasi, dan ukuran embrasure. Pada splint
jenis ini, pemilihan warna komposit merpakan hal yang penting. Splint komposit memerlukan
preparasi pada enamel tanpa mengenai dentin, sedikit lebih apical dari titik kontak. Splinting
ini menggunakan single atau double wire 0,010 yang diletakkan pada groove.

c. Splint Amalgam dan Stainless Steel

Splint jenis ini umumnya digunakan pada gigi posterior dengan mempreparasi mesio-okluso-
distal yang kemudian direstorasi menggunakan amalgam yang terdapat kawat dengan
diameter 0,05 inch yang ditanam kemudian dikondensasi.

Anda mungkin juga menyukai