SEFALOMETRI
KELOMPOK 8
BLOK STOMATOGNATI
SEMESTER AKHIR 2018/2019
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, serta salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sefalometri”sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas kami.
Selama persiapan dan penyusunan makalah ini rampung, penulis mengalami
kesulitan dalam mencari referensi. Namun berkat bantuan, saran, dan kritik dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan penulisan yang serupa
dimasa yang akan datang. Penulis berharap sekiranya laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan Pembelajaran........................................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Teknik Pengambilan Foto ................................................................................... 3
2.1.1 Proyeksi Lateral .............................................................................................. 3
2.1.2 Proyeksi Postero-anterior ................................................................................ 3
2.1.3 Proyeksi Oblique ............................................................................................. 4
2.1.4 Teknik Lateral Skull Projection ...................................................................... 4
2.2 Teknik Pengambilan Foto ................................................................................... 6
2.2.1 Unilateral Landmark ....................................................................................... 6
2.2.2 Bilateral Landmark ......................................................................................... 7
2.3 Landmark Garis .................................................................................................. 8
2.4 Landmark Sudut .................................................................................................. 9
2.4.1 Bilateral Landmark ......................................................................................... 9
2.4.2 Analisis Dental .............................................................................................. 11
2.5 Nilai Normal Jarak Liner, Normal Angular ...................................................... 14
2.6 Analisis Ricketts ............................................................................................... 16
BAB 3. PENUTUPAN...................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 18
3.2 Saran ................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui teknik pengambilan foto pada ragiografi sefalometri
2. Untuk mengetahui cara menentukan diagnosis melalui radiografi
sefalometri sesuai dengan landmark yang digunakan
3. Untuk mengetahui cara menentukan diagnosis melalui radiografi
sefalometri sesuai dengan analisis Ricketts.
2
BAB 2. PEMBAHASAN
Kepala pasien ditempatkan sejarak 152.4 cm (60 inch) dari tube x-ray
dengan sisi kiri wajah pasien menghadap ke tube. Sinar sentral sejajar
dengan transmeatal axis Jarak antara bidang midsagittal dengan film x-ray
sekitar 18 cm (7 inch). Jarak dapat bervariasi antar cephalostat, tetapi
harus konstan setiap pencitraan pada pasien tersebut dilakukan. Bidang
Frankfort pasien harus sejajar dengan lantai.1
3
Gambar 2.2 Teknik Foto Proyeksi Postero-Anterior
2.1.3 Proyeksi Oblique
4
diposisikan pada aspek anterior dari sinar datang untuk menyerap sebagian
radiasi dan untuk mengambil gambar jaringan lunak wajah. Arah sinar
datang tegak lurus terhadap mid sagittal plane pasien dan image receptor
juga berada pada bagian meatus acusticus externus.2
5
2.2 Teknik Pengambilan Foto
6
g. Infradental (Id) adalah titik paling tinggi dan paling anterior prosessus
alveolaris mandibula, pada bidang tengah, antara gigi insisivus sentral
bawah.
h. Supramental (B) adalah titik paling dalam antara Infradental dan
pogonion.
i. Pogonion (Pog/Pg) adalah titik paling anterior tulang dagu, pada
bidang tengah.
j. Gnathion (Gn) adalah titik paling anterior dan paling inferior dagu.
k. Menton (Me) adalah titik paling inferior dari simfisis atau titik paling
bawah dari mandibular.
l. Sela (S) adalah titik tengah fossa hipofisis.
m. Spina nasalis posterior (PNS) adalah titik perpotongan dari
perpanjangan dinding anterior fossa pterigopalatina dan dasar hidung
a. Orbital (Or) adalah titik yang paling bawah pada tepi bawah tulang
orbita.
b. Gonion (Go) adalah titik paling posteroinferior dari sudut mandibular.
c. Porion (Po) adalah titik paling luar dan paling superior ear rod.
d. Condylion (Co) adalah Titik paling dalam dan paling bawah dari
kondil pada mandibular.
e. Articulare (Ar) adalah Terletak pada pertemuan batas inferior dari
basis kranii dan permukaan posterior dari kondilus mandibula..
f. Nasion (Na) adalah Titik paling anterior sutura frontonasalis pada
kurva pangkal hidung.
g. Pterygomaxillary Fissure (Ptm)
7
2.3 Landmark Garis3,4
8
SN SN Line Garis yang Digunakan sebagai
menghubungkan garis referensi
antara sella dan karena letaknya
nasion sehingga yang berada pada
menggambarkan mid-sagittal plane
basis cranium
anterior
Letak maksila dan mandibula dapat dili-hat pada sudut SNA, SNB dan
ANB.
a. Sudut SNA ialah sudut yang dibentuk oleh garis SN dan titik A. Sudut
yang menyatakan posisi maksila yang mewakili titik A terhadap basis
kranial (SN). Besar sudut dipengaruhi letak titik A dalam arah sagital
apakah lebih anterior atau posterior sedangkan garis SN bisa dianggap
sta-bil letaknya. Bila sudut SNA lebih daripada 84° berarti maksila
terletak lebih ke anterior demikian juga bila sebaliknya.
b. Sudut SNB ialah sudut yang dibentuk oleh garis SN dan titik B. Sudut
ini menyatakan posisi mandibula terhadap basis kranial. Besar sudut
dipengaruhi letak titik B dalam arah sagital apakah lebih anterior atau
posterior. Bila sudut SNB lebih besar daripada 81° berarti mandibula
terletak lebih ke anterior demikian juga bila sebaliknya.
c. Sudut ANB merupakan perbedaan antara sudut SNA dan SNB dan
menyatakan relasi maksila dan mandibula. Untuk menginterpretasi
sudut ANB harus diketahui besar sudut SNA dan SNB karena hanya
hanya dengan melihat besar sudut ANB belum dapat diketahui rahang
mana yang tidak normal. Bila ha-nya diketahui besar sudut ANB
hanya dapat diketahui kecend-erungan maloklusi yang terjadi ialah bila
9
besarnya 4° cenderung terdapat maloklusi kelas II sedangkan bila
besarnya lebih kecil dari 0° berarti terdapat maloklusi kelas III.
Semakin besar sudut ANB semakin besar perbedaan letak maksila dan
mandibula.
10
Perbedaaan antara SNA dan SNB (ANB angle) menunjukan rahang
skeletal dan hal ini bagi Stenier merupakan suatu titik pengukuran.
Meskipun ada yang beberapa merespon bahwa rahang mungkin berada
pada posisi yang tidak normal seperti pada kebanyakan teori pada buku,
namun yang sebenarnya mempengaruhi adalah sudut kemiringan yang
terjadi pada rahang yang harus diperhatikan pada perawatan, dan inilah
yang disebut sebagai penguku-ran sudut ANB.
Analisis dental, letak insisivi atas dapat dibaca pada sudut yang
merupakan perpotongan sumbu gigi insisivi atas (garis yang
menghubungkan insisal dan apeks) dengan garis SN, FH dan Maksila.
Letak insisivi rahang bawah dapat dilihat pada perpotongan sumbu insisivi
bawah dengan garis GoGn atau garis mandibula (garis yang menyinggung
tepi bawah mandibula melawati Menton). Untuk insisivi atas maupun
bawah sudut yang lebih besar daripada rerata menunjukkan letak insisivi
yang pro-trusif, sudut yang lebih kecil menunjukkkan letak insisivi yang
retrusif. Sudut antar insisivi, perpotongan sumbu insisivi atas dan bawah
membentuk sudut antar insisivi. Sudut yang lebih besar berarti insisivi
lebih protrusive.
11
Langkah selanjutnya dalam analisis Steiner adalah mengevaluasi
hubungan dari insisif atas dengan garis NA dan selanjutnya insisif bawah
dengan garis NB sehingga dapat menggambarkan protrusi yang relative.
Lokasi dan inklinasi aksial insisif rahang atas ditentukan dari relasi gigi-
gigi terhadap garis N-A. Hitungan dalam derajat menunjukan relasi sudut
gigi insisif atas, sedangkan hitungan dalam milimeter menunjukan posisi
gigi lebih ke depan atau ke belakang dari garis N-A. Penghitungan dengan
sudut saja kurang memberikan informasi yang adekuat untuk itu
diperlukan pengukuran jarak dari permukaan labial gigi atas terhadap garis
N-A. Pembacaan rata-rata untuk sudut inklinasi insisif atas ada-lah 22°
12
dan rata-rata posisi gigi atas adalah 4mm didepan garis N-A.
Sudut inklinasi insisivi yang lebih besar daripada normal berarti gigi
dalam keadaan protrusi, sedangkan yang lebih ke-cil daripada normal
berarti retrusif. Perubahan sudut inklinasi gigilebih banyak dipengaruhi
13
letak gigi sedangkan letak tulang rahang dianggap lebih stabil
dibandingkan letak gigi.5
Ukuran pada setiap orang berbeda nilainya dibeberapa negara.6
14
15
2.6 Analisis Ricketts8,9
Analisis bibir menurut Rickets terdiri atas e-line yang digambarkan dengan
garis yang ditarik dari ujung hidung ke jaringan lunak pogonion. Rickets
mengevaluasi posisi anteroposterior bibir, menggunakan garis estetika atau e-
line, sehingga memperoleh penilaian posisi bibir terhadap garis estetika. Bibir
atas harus terletak 4 mm di belakang garis estetik, dan bibir bawah berada 2
mm di belakang garis estetik. Posisi bibir berada di posterior terhadap bidang
16
estetika jarak tersebut dianggap negatif dan positif bila berada di posisi
anterior. Dengan melihat posisi bibir pada bidang ini akan mendapatkan
kesan dari posisi gigi, dan keadaan retrusi atau protrusi bibir. Penentuan
protrusi dan retrusi bibir membantu klinisi untuk menentukan perlunya
perawatan ekstraksi. 9
17
BAB 3. PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19