Anda di halaman 1dari 11

B.

Antiseptik
1. Minyak Atsiri
Minyak Atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris, minyak esensial, minyak terbang,
serta minyak aromatic, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental
pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Merupakan
desinfektan yang lemah. Misalnya eugenol. (Walton dan Torabinejad, 1998)
Eugenol
Bahan ini adalah esens kimiawi minyak cengkeh dan mempunyai hubungan dengan fenol.
Agak lebuh mengiritasi daripada minyak cengkeh dan keduanya adalah suatu antiseptic dan
anodin. (Walton dan Torabinejad, 1998) Bahan ini bersifatnya sedatif dan pemakaian setelah
pulpektomi, sebagai bagian dari sealer saluran akar, sebagai campuran dari
tambalan sementara.
2. Berbasis fenol.
Fenol
Fenol merupakan Bahan kristalin putih yang mempunyai bau khas bau bara. Fenol
yang di cairkan (asam karbolik) terdiri dari 9 bagian fenol dan 1 bagian air. Fenol
adalah racun protoplasma dan menyebabkan nekrosis jaringan lunak. (Walton dan
Torabinejad, 1998)
Para-Klorofenol
Para-Klorofenol masuk lebih ke dalam tubuli dentin sehingga memusnahkan
mikroorganisme di saluran akar. Berfungsi untuk presipitasi atau koagulasi bakteri.
Compound ini adalah pengganti produk fenol dengan klorinmenggantikan salah satu
atom hydrogen. (Walton dan Torabinejad, 1998)
Para-klorofenol berkamfer
Bahan ini terdiri dari dua bagian para-klorofenol dan tiga bagian berkamfer. Bahan ini
memperoleh popularitas tingkat tinggi sebagai medikamen saluran akar selam satu
abad. Kamfer berguna sebagai suatu sarana dan suatupengencer serta mengurangi efek
mengiritasi yang dimiliki para-klorofenol murni selain itu juga memperpanjang efek
antimicrobial. (Walton dan Torabinejad, 1998). Bahan ini memiliki kemampuan
desinfeksi dan sifat mengiritasinya kecil dan mempunyai spektrum anti bakteri yang
luas dan semua perawatan saluranakar gigi dan gigi yang mempunyai kelainan apikal.
ChkM (Chlorphenol kamfer menthol)
Terdiri dari dua bagian para-klorofenol dan tiga bagian kamfer. Daya desinfektan sifat
mengiritasi lebih kecil dari pada formokresol. Mempunyaispectrum anti bakteri luas
dan efektif terhadap jamur. Bahan utamanya Paraklorofenol.
Mampu memusnahkan berbagai mikroorganisme dalam saluran akar. Kamfer sebagai
sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi dari paraklorofenol murni. Selain
itu memperpanjang efek antimicrobial. Menthol mengurangi sifat iritasi clorophenol
dan mengurangi rasa sakit. Bahan ini memiliki kemampuan desinfeksi dan sifat
mengiritasi keil dan mempunyai spectrum anti bakteri yang luas dan digunakan dalam
semua perawatan saluran akar gigi yang mempunyai kelainan apikal. (Walton dan
Torabinejad, 1998)

Cresophene
Terdiri dari chlorofenol, hexachlorophene, thymol, dan dexamatasone yaitu sbagai
antiphlogisticum. Pemakaian terutama pada gigi dengan permulaan periodontitis,
apikalis akuta yang dapat terjadi misalnya pada peristiwa over instrumentasi. Dipakai
pada gigi dengan periodontitis apikalis tahap awalakibat instrumentasi berlebih.
(Walton dan Torabinejad, 1998)
Cresatin
Juga dikenal dengan metakresil asetat, bahan ini adalah suatu cairan jernih, berminyak
dan tidak mudah menguap. Mempunyai sifat antiseptic dan meringankan rasa sakit.
Efek antimicrobial cresatin lebih kecil dari pada formokresol atau para-klorofenol
berkamfer, obat ini juga tidak begitu mengiritasi jaringan. Bahan ini digunakan untuk
semua perawatan saluran akar gigi dan kelainan gigi apikal. (Walton dan Torabinejad,
1998)

3. Aldehid
Formokresol
Bahan ini adalah kombinasi formalin dan kresol dalam perbandingan 1:2 atau 1:1.
Formalin merupakan desinfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk
suatu substansi yang tidak dapat di larutkan formokresol adalah suatu medikamen
bakterisidal yang tidak spesifik dan sangat efektif terhadap organisme aerobik dan
anaerobik yang di temukan dalam saluran akar. Bahan ini efektif untuk bakteri aerob
dan anaerob namun dapatmenimbulkan efek nekrosis. Penggunaannya pada gigi non
vital, mematikan saraf gigi dan sebagai bahan fiksasi. Dan diindikasikan pada
perawatan pulpektomi. (Walton dan Torabinejad, 1998)
Glutaraldehid
Minyak tanpa warna ini agak larut dalam air dan disamping itu mempunyai reaksi
yang agak asam. Obat ini merupakan desinfeksi yang sangat kuat dan fiksatif.
Konsentrasi rendah dan tidak ada reaksi inflamasi. (Walton dan Torabinejad, 1998)

4. Kalsium hidroksida
Kompound ini juga telah digunakan sebagai medikamen saluran akar. Pengaruh
antiseptiknya mungkin berhubungan dengan pH-nya yang tinggi dan pengaruh
melumerkan jaringan pulpa yang nekrotik.Pasta kalsium hidroksida paling baik
digunakan sebagai suatu medikamen intrasaluran bila ada penundaan yang terlalu
lama antar kunjungan karena bahan ini tetap manjur selama berada dalam saluran
akar. (Walton dan Torabinejad, 1998)

5. Nitrogen
Merupakan suatu antiseptik yang mengandung para formaldehida sebagai suatu bahan
utamanya, dapat digunakan sebagai medikamen intrasaluran maupun sebagai siler atau bahan
pengisi. Nitrogen mengandung eugenol dan fenilmerkurik borat, dan kadang kadang juga
terdapat bahan bahan tambahan sepertibtimah hitam, kortikosteroid, antibiotika dan minyak
wangi. Efek antimikrobialnya hanya sebentar, dan menghilang kira-kira seminggu atau
sepuluh hari. (Walton dan Torabinejad, 1998)

6. Halogen
Pulpotomi dengan formokresol
Tujuan perawatan ini untuk mendapatkan resorbsi akar gigi desidui secara normal. Indikasi
perawatan adalah pada gigi karies masih vital dengan pulpa terbuka, dan belum dalarn dalam
asimtomatis. Tidak ada kelainan patologis pada lamina dura dan resorbsi internal dan
eksternal. Tanda klinis jaringan pulpa dalam saluran akar masih normal
Kontra indikasi
Kontra indikasi perawatan pulotomi formokresol adalah pada rontgen foto terlihat: jaringan
periapikal dan interradikuler ada kelainan, adanya internal resorbsi dalam saluran akar dan
ekstemal resorbsi yang banyak.
Tanda klinis adalah perdarahan waktu amputasi abnormal dengan terlihat perdarahan tak
segar atau wama darah merah tua atau darah sulit dihentikan juga adanya nekrose jaringan
pulpa.
Pemakaian formokresol pada gigi desidui dibatasi untuk keperntingan perkembangan oklusal
gigi molar desidui. Formaldehyde adalah bahan devitalisasi dalam formokresol dan berfungsi
sebagai fixsasi jaringan dalam pemeriksaan histologist. Bahan tersebut sangat kaustis dan
dalam penelitian diperlihatkan perubahan jaringan pulpa tergantung waktu dan banyaknya
formokresol yng diaplikasikan pada jaringan. Reaksi jaringan yang timbul akibat pemakaian
formokresol adalah perubahanjaringan seperti:
1. Zone acidophilic
2. A broad pale - staining zone dengan atropi dan fibrous
3. A broad zone of inflamatory cell dengan perluasan ke apikal
Bahan unsur formokresol
Trikresol 35%
Formaldehid 19% menyebabkan menjadi kelemahan formokresol Kekurangan
formokresol yaitu mengeluarkan uap toksik, mengandung formalin
yang dapat menjadi pre cancer, dan tidak dapat meningkatkan
regenerasi sel.
Gliserol 15%
Aqua 31%
Peletakan formokresol 20% direndam 3-5 menit di kapas sebelum dimasukan ke kamar
pulpa
Bahan yang dipakai dalam perwatan pulpotomi gigi desidui dan permanen muda adalah
formokresol atau glutanol dehyde dan Ca(OH)2 untuk gigi permanen. Tapi banyak juga jurnal

yang menyebutkan bahwa sebenernya anak anak itu kontraindikasi pake formocresol tetapi
formocresol karena banyak yang melaporkan bahwa formokresol menyebabkan iritasi mata
dan jaringan lunaknya. Tetapi formokresol mempunyai daya bakterisid yang baik jika
diencerkan seperlima menurut standar buckey.
Bahaya Formalin Terhadap Kesehatan
1 Jika terhirup dapat menimbulkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar
bernafas, nafas ppendek, atau kanker paru- paru.
2 Jika terkena kulit, dapat menimbulkan kemerahan, gatal, dan kulit terbakar.
3 Jika terkena mata, menjadi kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, dan
kebutaan.
4 Jika tertelan, menyebabkan mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, gangguan
jantung, kerusakan hati, kerusakan syaraf, kulit membiru, hilangnya pandangan,
kejang, dan kematian.

Keunggulan Mineral Trioxide Aggregate Dibandingkan


Medikamen Lain pada Perawatan Pulpotomi Gigi Sulung

dengan

Bahan

Pulpotomi merupakan teknik yang meliputi


pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa, kemudian diikuti dengan penempatan
medikamen di atas orifise (Kennedy, 1992). Terdapat berbagai macam bahan pengisi
yang digunakan untuk perawatan pulpotomi. Bahan tersebut merupakan medikamen
yang diletakkan di atas orifise yang akan menstimulasi perbaikan atau memumifikasi
sisa jaringan pulpa vital pada akar gigi (Welbury, 2001). Berdasarkan beberapa
penelitian, bahan-bahan tersebut memiliki keunggulan dan pengaruh yang berbedabeda terhadap keberhasilan perawatan. Indikator keberhasilannya didasarkan atas
pengalaman keberhasilan, penelitian klinis, radiografis, dan mikroskopis pada
manusia (Huth et al., 2005).
Terdapat beberapa obat alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan medikamen
perawatan pulpa pulpotomi pada gigi sulung. Bahan medikamen tersebut antara lain
oksida seng-eugenol, kalsium hidroksida, formokresol, glutaraldehid, feri sulfat
(Budiyanti, 2006). Sekarang ini, bahan medikamenmineral trioxide aggregate menjadi
pilihan alternatif dan hasil perawatannya menunjukkan hasil sama bahkan lebih baik
dari bahan medikamen lainnya. Hal ini tidak terlepas dari keunggulan dari bahan ini

dalam meregenerasi jaringan keras, biokompatibitas yang baik, daya tahan terhadap
pembentukan celah mikro dan sifat antibakterinya (Monalisa, 2008).
1. Zinc Oxide Eugenol vs MTA

Oksida seng-eugenol pada awalnya dinyatakan sebagai bahan pilihan terbaik dari
bahan pengisi. Nichols telah melaporkan penggunaan oksida seng-eugenol
sebagai retrofill dan beberapa telah sukses digunakan, tetapi bahan ini dapat larut
dan terdapat bukti dari kondisi ini terhadap sejumlah kasus. Oleh sebab itu perlu
dilakukan penelitian untuk penambahan pada oksida seng-eugenol agar bahan ini
tidak larut (Satria, 2008). Keunggulan mineral trioxide aggregate bersifat hidrofilik
alamiah sehingga kebocorannya lebih rendah, meskipun di bawah kontaminasi
dalam kelembaban. Mineral trioxide aggregate tidak larut dalam air dan lebih
radiopak dari dentin sehingga akan mempermudah kemampuan untuk membedakan
dalam radiografi saat digunakan sebagai bahan pengisi pucuk akar (Satria, 2008).
2. Kalsium Hidroksida vs MTA
Bahan kalsium hidroksida dapat digunakan untuk jangka waktu panjang dalam
penyembuhan lesi periapikal dengan membentuk barier kalsifik pada apeks. Sebagai
obat antar kunjungan kalsium hidroksida memberikan efek penyembuhan kelainan
periapeks pada gigi non-vital. Kemampuan bahan ini sebagai antibakteri dan
penginduksi pembentukan jaringan keras gigi menjadi dasar bagi perawatan
endodontik konvensional pada gigi dengan lesi periapeks yang luas (Sidharta,
1997). Kurimoto (1960) mengemukakan terjadinya aposisi sementum pada lesi
periapeks setelah penggunaan kalsium hidroksida. Sedangkan Kaiser (1964)
mengemukakan kemampuan kalsium hidroksida untuk menginduksi pembentukan
jaringan keras pada apeks yang terbuka setelah penggunaan kalsium hidroksida
jangka panjang. Pernyataan Kaiser ini diperkuat oleh temuan Kitamura (1960), Peters
et al. (2002) melaporkan kemampuan kalsium hidroksida dalam mengeliminasi
infeksi pada gigi tanpa pulpa (Sidharta, 1997). Namun, kalsium hidroksida telah
dilaporkan menyebabkan nekrosis penggumpalan superfisial, memungkinkan
penghambatan perdarahan dan kehilangan cairan (Hurt et al., 2005).
Perbandingan bahan kalsium hidroksida dan mineral trioxide aggregate dapat
ditelaah
pada
sebuah
penelitian
respon
pulpa
gigi
monyet
yang
membandingkan mineral trioxide aggregate dengan kalsium hidroksida ketika

digunakan sebagi bahan perawatan pulpa dengan standart pembukaan pulpa 1


milimeter. Hasilnya menunjukkan bahwa semua sampel mineral trioxide
aggregate menstimulasi pembentukan jembatan dentin. Jembatan dentin yang
dibentuk berdekatan dengan mineral trioxide aggregate tebal dan bersambungan
dengan dentin dan 1 sampai 6 sampel terdapat inflamasi. Pembentukan dentin ini
disebabkan oleh kemampuan menutup bahan yang baik sehingga mencegah
kebocoran mikro yang dapat menyebabkan kontaminasi kembali pulpa gigi setelah
perawatan. Selain itu,mineral trioxide aggregate memiliki kemampuan lebih baik
dalam merangsang regenerasi dan pembentukan jaringan keras. Kemampuan
tersebut kemungkinan disebabkan oleh pH yang tinggi yaitu 10,2-12,5 dan adanya
pelepasan substansi yang dapat mengaktifkan sementoblas memproduksi matriks
dalam pembentukan sementum (Monalisa, 2008).
3. Formokresol vs MTA
Penggunaan formokresol sebagai pengganti kalsium hidroksida untuk perawatan
pulpotomi pada gigi sulung beberapa tahun ini semakin meningkat. Formokresol
tidak membentuk jembatan dentin tetapi akan membentuk suatu zona fiksasi dengan
kedalaman yang bervariasi yang berkontak dengan jaringan vital. Zona ini bebas dari
bakteri dan dapat berfungsi sebagai pencegah terhadap infiltrasi mikroba (Finn,
2003). Keuntungan formokresol pada perawatan pulpa gigi sulung yang terkena
karies yaitu formokresol akan merembes melalui pulpa dan bergabung dengan
protein seluler untuk menguatkan jaringan. Formokresol sangat kaustik yang dapat
menyebabkan fiksasi bakteri dan jaringan pada sepertiga bagian atas pulpa yang
terlibat (Budiyanti, 2006).

Menurut Ansari & Ranjpour (2010), mineral trioxide aggregate lebih efektif
penggunannya pada perawatan pulpotomi gigi sulung. Dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa perawatan jangka panjang (2 tahun), kegagalan formokresol
lebih tinggi dibandingkan mineral trioxide aggregate. Mineral trioxide aggregate lebih
biokompatibel dibandingkan dengan formokresol. Hal ini terlihat pada potensi bahan
ini dalam mengeleminasi efek samping yang dihasilkan pada penggunaan

formokresol pada perawatan pulpotomi gigi sulung. Pada penggunaan formokresol


terjadi adanya resorpsi internal, sedangkan pada mineral trioxide aggregate tidak
terjadi resorpsi internal (Gambar 1). Mineral trioxide aggregate juga dilaporkan bahwa
tidak memiliki efek buruk terhadap perkembangan gigi geligi pada saat perawatan
pulpotomi gigi sulung (Jabbarifar et al., 2004; Ansari & Rajpour, 2010).

4. Feri Sulfat vs MTA


Penggunaan feri sulfat pada teknik pulpotomi menunjukkan kesuksesan yang hampir
sama dibandingkan formokresol. Penggunaan feri sulfat dapat mengurangi
perubahan inflamasi dan resorpsi internal yang berdasarkan Schroder (1978),
merupakan faktor penting dalam kegagalan pulpotomi menggunakan kalsium
hidroksida (Papagiannoluis, 2000). Penggunaan feri sulfat dianjurkan pada bagian
dasar pulpa kemungkinan dapat mencegah masalah pembentukan blod clot setelah
penghilangan mahkota pulpa. Pengunaan mineral trioxide aggregate juga dapat
bersaing dengan feri sulfat, adanya kontaminasi darah yang menyebabkan adanyan
kelembaban ruang pulpa dapat memperlambat setting time yang mungkin dapat
menjadi masalah karena bahan tidak dapat beradaptasi dengan baik pada
dentin. Mineral trioxide aggregate memiliki kemampuan penutupan dengan baik
karena bahan ini bersifat hidrofilik alamiah dan mengalami sedikit ekspansi pada
lingkungan lembab, sehingga adaptasinya baik atau berkontak rapat dengan dinding
dentin sehingga kebocorannya lebih rendah, meskipun di bawah kontaminasi
kelembaban (Monalisa, 2008).
PULPOTOMI
Pulpotomi adalah pengambilan jaringan pulpa pada bagian koronal gigi yang telah
mengalami infeksi, sedangkan jaringan pulpa yang terdapat dalam saluran akar ditinggalkan.
(Tarigan, 1994:117) atau dapat diartikan pembuangan pulpa vital dari ruang pulpa, dengan
meninggalkan jaringan pulpa pada saluran akar dalam keadaan sehat dan vital. Kemudian diikuti
penempatan medikamen di atas orifice yang akan menstimulasikan perbaikan atau memfiksasi
sisa jaringan pulpa pada saluran akar. Konsekuensi umum pulpotomi adalah permulaan terjadinya
perubahan-perubahan degenerative yang kemudian akan mengakibatkan klasifikasi saluran akar.
Saluran akar gigi-gigi tersebut akan tidak memungkinkan untuk perawatan endodontic jika
nantinya diperlukan karena adanya kelainan periapeks. (Bence. 1990: 12)

Tujuan perawatan pulpotomi


Tujuan perawatan pulpotomi adalah menghilangkan semua jaringan pulpa yang terinfeksi.
Indikasi perawatan pulpotomi

Penderita
- Kooperatif
- Keadaan umum baik
- Penderita dengan kontra indikasi pencabutan

Gigi :
-

Perforasi <>
Perdarahan sedikit
Gigi permanen muda
Gigi yang perforasi karena karies namun lebih menguntungkan bila dirawat daripada
dilakukan pencabutan
- Peradangan pulpa hanya terbatas pada ruang pulpa.
(Soekidjo, 2008)

Pada perawatan pulpotomi penggunaan formokresol ditujukan sebagai


pengganti kalsium hidroksida. Bahan aktif dari formokresol yaitu 19%
formaldehid, 35% trikresol ditambah 15% gliserin dan air. Trikresol merupakan
bahan aktif yang kuat dengan waktu kerja pendek dan sebagai bahan antiseptic
untuk membunuh mikroorganisme pada pulpa gigi yang mengalami infeksi atau
inflamasi sedangkan formaldehid berpotensi untuk memfiksasi jaringan.
Sweet mempelopori penggunaan formokresol untuk perawatan pulpotomi.
Awalnya perawatan pulpotomi dengan formokresol ini dilakukan sebanyak empat
kali kunjungan namun saat ini perawatan pulpotomi dengan formokresol dapat
dilakukan untuk satu kalikunjungan.
Beberapa studi telah dilakukan untuk membandingkan formokresol
dengan kalsium hidroksida dan hasilnya memperlihatkan bahwa perawatan
pulpotomi dengan formokresol pada gigi sulung menunjukkan tingkat
keberhasilan yang lebih baik daripada penggunaan kalsium hidroksida.
Formokresol tidak membentuk jembatan dentin tetapi akan membentuk suatu
zona fiksasi dengan kedalaman yang bervariasi yang berkontak dengan jaringan
vital. Zona ini bebas dari bakteri dan dapat berfungsi sebagai pencegah
terhadap infiltrasi mikroba25. Keuntungan formokresol pada perawatan pulpa
gigi sulung yang terkena karies yaitu formokresol akan merembes melalui pulpa
dan bergabung dengan protein seluler untuk menguatkan jaringan. Penelitianpenelitian secara histologis dan histokimia menunjukkan bahwa pulpa yang
terdekat dengan kamar pulpa menjadi terfiksasi lebih ke arah apikal sehingga
jaringan yang lebih apikal dapat tetap vital. Jaringan pulpa yang terfiksasi
kemudian dapat diganti oleh jaringan granulasi vital.Perawatan pulpotomi
formokresol hanya dianjurkan untuk gigi sulung saja,
diindikasikan untuk gigi sulung yang pulpanya masih vital, gigi sulung yang
pulpanya
terbuka karena karies atau trauma pada waktu prosedur perawatan.(Riyanti,2008:9-10)

Tindakan pulpotomi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pulpotomi vital dan pulpotomi
non vital.
PULPOTOMI VITAL
Pulpa vital adalah membuang seluruh jaringan pulpa bagian koronal namun tetap
meninggalkan jaringan pulpa pada saluran akar tetap vital.
Indikasi

Pulpa vital, bebas dari supurasi ataupun tanda-tanda lain dari nekrosis.

Pulpa terbuka oleh karena faktor mekanis (trauma preparasi) selama preparasi kavitas
yang kurang hati-hati atau tidak sengaja.

Pulpa terbuka oleh karena trauma dimana pulpa sudah lebih dari 2 jam tetapi tidak lebih
dari 24 jam dan belum terjadi infeksi periapikal

Gigi masih dapat diperbaiki dan minimal didukung lebih dari 2/3 panjang kar

Tidak ada kehilangan tulang bagian interdental

Pada gigi posterior dimana exterpasi pulpa sulit dilakukan

Apeks akar belum tertutup sempurna

Kontra indikasi

Sakit bila diperkusi atau dipalpasi

Adanya radiolusen pada daerah periapikal atau interradikuler

Mobility patologik

Ada pus pada pulpa terbuka

Kesehatan umum penderita kurang

Keuntungan

Dapat diselesaikan dengan waktu singkat, hanya 1-2 kali kunjungan

Pengambilan pulpa hanya di bagian koronal, hal ini menguntungkan karena pengambilan
jaringan pulpa bagian saluran akar sukar, karena adanya ramifikasi.

Iritasi instrument atau obat-obatan terhadap jaringan periapikal dapat dihindarkan

Bila perawatan ini gagal dapat dilakukan pulpotomi devital/ pulpektomi.

(Tarigan, 1994: 117-119)


Cara perawatan Pulpotomi vital:

Siapkan instrumen dan bahan. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit

saat perawatan
Isolasi gigi dengan memasang rubber dam, jika rubber dam tidak bisa
digunakan
isolasi
dengan
kapas
dan saliva
ejector dan
jaga
keberadaannya selama perawatan.
Preparasi kavitas perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang seluruh
permukaan oklusal untuk memberikan jalan masuk yang mudah ke kamar
pulpa.
Ekskavasi karies yang dalam.
Buang
atap
pulpa
dengan
menggunakan
bor
fisur
steril
denganhandpiece berkecepatan rendah. Masukkan ke dalam bagian yang
terbuka dan gerakan ke mesial dan distal seperlunya untuk membuang
atap kamar pulpa.
Buang pulpa bagian korona, hilangkan pulpa bagian korona dengan
ekskavator besar atau dengan bor bundar kecepatan rendah.
Cuci dan keringkan kamar pulpa, semprot kamar pulpa dengan air atau
saline steril, syringe disposible dan jarum steril. Penyemprotan akan
mencuci debris dan sisa-sisa pulpa dari kamar pulpa. Keringkan dan
kontrol perdarahan dengan kapas steril.
Aplikasikan formokresol, celupkan kapas kecil dalam larutan formokresol,
buang kelebihannya dengan menyerapkan pada kapas dan tempatkan
dalam kamar pulpa, menutupi pulpa bagian akar selama 4 sampai dengan
5 menit.
Berikan bahan antiseptic, siapkan pasta antiseptik dengan mencampur
eugenol dan formokresol dalam bagian yang sama dengan zinc oxide.
Keluarkan kapas yang mengandung formokresol dan berikan pasta
secukupnya untuk menutupi pulpa di bagian akar. Serap pasta dengan
kapas basah secara perlahan dalam tempatnya. Dressing antiseptik
digunakan bila ada sisa-sisa infeksi.
Restorasi gigi, tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum
menambal dengan amalgam atau penuhi dengan semen sebelum
preparasi gigi untuk mahkota stainless steel. (Riyanti, 2008:10-12)

DEVITAL PULPOTOMI

Pulpotomi devital adalah pengambilan jaringan pulpa yang terdapat dalam


kamar pulpa yang sebelumnya telah di devitalisasi, kemudian dengan pemberian
obat-obatan jaringan pulpa dalam saluran akar ditinggalkan dalam keadaan
aseptic dan diawetkan.(Tarigan, 1994: 119). Prinsip dasar perawatan endodontik
gigi sulung dengan pulpa non vital adalah untuk mencegah sepsis dengan cara
membuang jaringan pulpa non vital, menghilangkan proses infeksi dari pulpa
dan jaringan periapikal, memfiksasi bakteri yang tersisa di saluran akar.()
Indikasi :

Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka oleh karena karies dan trauma

Penderita dengan perdarahan yang berat

Gigi dengan saluran akar yang bengkok, atau lokasi gigi sukar untuk dilakukan suatu
pulpektomi

Bila perawatan vital sukar dilakukan misalnya kesukaran untuk melakukan penyuntikan
atau anastesi lokal.(Tarigan. 1994: 120)

Cara perawatan devital pulpotomi :

Kunjungan pertama:
Siapkan instrumen dan bahan.
Isolasi gigi dengan rubber dam.
Preparasi kavitas.
Ekskavasi karies yang dalam.
Buang
atap
kamar
pulpa
dengan
bor
fisur
steril
dengan handpiecekecepatan rendah
Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor
bundar.
Cuci dan keringkan pulpa dengan air /saline steril, syringe disposible dan
jarum steril.
Letakkan paraformaldehid pada bagian terdalam dari kavitas.
Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
Dengan memakai paraformaldehid instruksikan pasien untuk kembali 7
sampai dengan 10 hari
Kunjungan kedua :
Isolasi gigi dengan rubber dam.
Buang tambalan sementara, lihat apakah pulpa masih vital atau sudah
non vital. Bila masih vital lakukan lagi, perawatan seperti pada kunjungan
pertama, bila pulpa sudah non vital lakukan perawatan selanjutnya.
Jaringan pulpa dikamar pulpa dibuang dan dibersihkan
Aplikasi sub basse semen zinc oxide eugenol + formokresol
Basis ZnPO4
Restorasi gigi dengan tambalan permanen.(Riyanti,2008:12-14)
Keberhasilan Pulpotomi
Perawatan pulpotomi dinyatakan berhasil apabila kontrol setelah 6 bulan tidak ada keluhan,
tidak ada gejala klinis, tes vitalitas untuk pulpotomi vital (+), dan pada gambaran radiografik lebih
baik dibandingkan dengan foto awal.

Anda mungkin juga menyukai