Anda di halaman 1dari 9

Prosedur dari perawatan indirect pulp capping adalah sebagai berikut:

1. Operator mencuci tangan dan menggunakan alat pelindung diri meliputi masker,
handscoon, kacamata atau gogles, gaun pelindung dan lain-lain.
2. Posisikan dental unit
3. Siapkan alat dan bahan meliputi:
a. Rubber dam
b. Diagnostic set
c. Round bur
d. Fissure bur
e. Diamond tapered bur
f. Straight bur
g. Cotton pellet
h. Ball applicator
i. Plastic filling instrument
j. GIC tipe III
k. Ca(OH)2
4. Nyalakan lampu dental unit
5. Isolasi daerah kerja
Isolasi daerah kerja dapat dilakukan menggunakan rubber dam dan cotton roll.
Penggunaan rubber dam lebih sering digunakan karena memiliki beberapa
keuntungan, antara lain:
a. Memungkinkan dilakukannya isolasi gigi dengan baik, dari darah, saliva
atau eksudat cairan gingiva yang lainnya.
b. Melindungi pasien dari kemungkinan tertelannya alat atau instrument yang
digunakan.
c. Melindungi lidah, gingiva dan bagian lain di rongga mulut pasien supaya
tidak terkena bur ataupun alat yang lain.
Isolasi daerah kerja sesuai dengan kasus yaitu pada gigi 14/24 dengan
menggunakan rubber dam. Pengguanaan rubber dam bertujuan untuk membuat
daerah kerja tetap kering dan bebas dari kontaminasi saliva. Selain itu,
penggunaan rubber dam juga dapat membuat operator fokus pada gigi 14/24
saja serta dapat meretraksi jaringan lunak seperti gingiva, lidah, dan bibir agar
meminimalisir terjadinya trauma dari instrument yang digunakan (Ballal dkk,
2013).
6. Melakukan preparasi kavitas pada permukaan oklusal pada tempat karies sampai
kedalaman 1,5 mm (kira-kira 0,5 mm ke dalam dentin) dengan menggunakan
round bur dan fissure bur. Pembersihan jaringan nekrotik sesuai dengan kasus
dilakukan pada gigi 14/24 untuk membuka kavitas. Setelah itu, untuk
membentuk agar dasar kavitas tetap rata dapat menggunakan diamond tapered
bur atau diamond straight bur. Selain itu, untuk menjaga agar dinding-dinding
kavitas tetap tegak dapat menggunakan straight bur. Preparasi ini dilakukan
sesuai 7 prinsip preparasi yaitu :
a. Outline form
Outline form merupakan bagian awal preparasi kavitas, yaitu suatu
tindakan perluasan dari dinding eksternal, dengan kedalaman tertentu dari
preparasi yang melibatkan struktur gigi yang sehat untuk mencegah gigi
atau tumpatan pecah. Pada tahapan ini operator perlu membuang semua
jaringan karies dan fissure yang dalam, membuang semua jaringan email
yang tidak didukung oleh dentin dan melakukan perluasan kavitas sampai
ke self cleansing area dan jaringan gigi yang sehat. Bentuk ideal cavitas
yang terdiri dari sebagai berikut:
1) Preparasi konvensional
Preparasi berbentuk boks dengan sedikit konvergen ke arah
oklusal, dasar kavitas datar dan dibuat undercut pada dentin sebagai
retensi, menggunakan inverted /silindris bur.

2) Preparasi konvensional dengan bevel

3) Preparasi modifikasi

b. Resistance form
Resistance form adalah bentuk preparasi kavitas harus sedemikian rupa
sehingga sisa gigi masih cukup kuat untuk menahan daya kunyah atau tidak
pecah dengan adanya daya kunyah. Tujuan dilakukannya tahapan ini adalah
untuk merestorasi gigi dan menahan fraktur atau pecahnya gigi akibat
adanya occlusal forces. Untuk tahapan ini operator perlu membuat dinding
tegak lurus antara dinding axial dengan dinding gingiva.
c. Retention form
Retention form adalah bentuk dari preparasi kavitas yang tahan terhadap
pergeseran atau hilangnya restorasi dari gaya dorong dan daya angkat.
d. Convenience form
Convenience form yaitu memberikan observasi yang memadai sehingga
mendapatkan kemudahan pencapaian dan kemudahan saat melakukan
tindakan preparasi dan restorasi pada gigi. Selain itu, convenience form
dapat memperoleh jalan masuk yang mudah untuk menuju preparasi kavitas
terutama untuk penempatan bahan tumpatan. Tindakan-tindakan yang harus
dilakukan untuk mendapatkan convenience form antara lain:
1) Memperluas preparasi kavitas.
2) Memilih instrument yang sesuai.
3) Menggunakan metoda mekanikal seperti menurunkan jaringan gingival
untuk mempermudah pembuatan preparasi kavitas.
e. Removal of caries
Removal of caries adalah membuang seluruh jaringan karies yang
infeksius terutama jaringan dentin yang lunak. Pada karies yang dalam tidak
dipreparasi seluruhnya dapat merusak pulpa. Indikasi pembuangan restorasi
yang lama yaitu sebagai berikut:
1) Mempengaruhi estetik restorasi yang baru
2) Terdapat sekunder karies
3) Gigi Symptomatic
4) Margin restorasi lama yang buruk
5) Memperburuk restorasi yang baru
f. Finish of preparation wall
Tahapan ini bertujuan untuk menghaluskan margin dan menyelesaikan
preparasi dinding kavitas sehingga halus dan rata. Finish of preparation
wall menghasilkan marginal seal yang lebih baik antara restorasi dan
struktur gigi, meningkatkan kekuatan struktur gigi dan restorasi di dan dekat
margin dan kehalusan dari margin
g. Toilet of cavity
Toilet of cavity merupakan pembersihan kavitas dari debris, cairan
darah, dan saliva akan meningkatkan adaptasi bahan restorasi pada dinding
kavitas menggunakan cotton pellet, cotton roll atau udara. Setelah itu cavity
cleaning atau membersihkan kavitas menggunakan cavity cleanser
(chlorhexidine digluconat 2%) (Dwiandhono, 2017).
1) Keringkan kavitas dengan cotton pellets lalu tutup bagian kavitas yang
dalam dengan bahan pulp capping yaitu bahan Ca(OH)2 dengan
menggunakan ball applicator.
2) Aplikasikan bahan basis berupa GIC tipe III dengan menggunakan
plastic filling instrument
3) Tutup dengan restorasi sementara untuk menilai keberhasilan
perawatan, apabila perawatan berhasil dapat ditumpat permanen.
4) Pasien di instruksikan untuk kontrol dalam 1 minggu
7. Aplikasi bahan subbase
Bahan subbase yang digunakan yaitu Ca(OH)2 atau kalsium hidroksida.
Bahan ini diaplikasikan selapis tipis pada bagian yang diperlukan saja, atau
hanya pada daerah yang didukung dentin yang sangat tipis. Kalsium hidroksida
memiliki sifat biologis sebagai agen pulp capping seperti memiliki sifat
bakterisidal, dapat merangsang pembentukan dentinal bridge atau dentin
reparative, dan bahan ini memiliki pH yang alkalis atau basa yang dapat
membunuh atau menetralisir bakteri yang memiliki sifat asam (Fajriyani dan
Sofiani, 2011). Namun, kekurangan dari bahan ini yaitu dapat menyebabkan
iritasi pulpa ringan yang disebabkan karena pH kaklsium hidroksida yang tinggi
yaitu 12,5 yang akan menyebabkan nekrosis likuifaksi pada lapisan superfisial
pulpa. Toksisitas kalsium hidroksida akan ternetralisir pada lapisan pulpa afektif
sehingga menyebabkan nekrosis koagulasi pada batas jaringan pulpa sehat dan
nekrosis. Iritasi pulpa ringan ini dapa mengaktifkan respon inflamasi dan
vascular untuk mengontrol dan mengeliminasi iritasi yang ada dengan
membentuk barrier jaringan keras (Mellisa dkk, 2011).
Kalsium hidroksida merupakan bahan pulp capping yang paling populer.
Penggunaan bahan ini dapat memicu daerah affected demineralized dentin yang
terletak antara lapisan terluar dentin yg terinfeksi dg jaringan pulpa. Apabila
infected dentin dibersihkan maka affected dentin dpt termineralisasi kembali
(remineralisasi) dan odontoblast akan membentuk dentin tersier. Suatu penelitian
menyatakan TGF-β1 sebagai growth factor dapat mempengaruhi respons
inflamasi yang meliputi meningkatkan infiltrasi sel inflamasi, menurunkan
perdarahan, vakuolisasi, nekrosis dan angiogenesis. Selain itu, terdapat
kekurangan dari bahan ini yaitu efek toksik dapat menyebabkan nekrosis
koagulasi pada daerah yang berbatasan dengan jaringan vital, hal ini
menyebabkan iritasi ringan pada pulpa. Selain itu dapat menimbulkan tunnel
defectt pada pembentukan jembatan dentinnya yang akan memudahkan
masuknya bakteri dan memperlambat proses penyembuhan. (Tarigan, 2006)
8. Aplikasi base
Base (basis) merupakan bahan yang digunakan dalam bentuk yang relatif
lebih tebal dan lebih kuat dibandingkan dengan liner untuk menggantikan dentin
yang sudah rusak dan sebagai penyekat thermal. Bahan basis berfungsi sebagai
pelindung terhadap iritasi kimia, menghasilkan penyekat terhadap panas dan
menahan tekanan yang diberikan selama pemampatan bahan restoratif.
Kebutuhan akan pelindung sebelum merestorasi bergantung pada perluasan
lokasi preparasi dan material restorasi yang akan digunakan. Basis (biasanya 1-
2 mm) atau ketebalan minimal 0,75 mm digunakan untuk memberikan
perlindungan thermal untuk pulpa dan menambahkan dukungan mekanis untuk
restorasi dengan mendistribusikan stress lokal dari restorasi ke permukaan
dentin di bawahnya (Sturdevant, 2002)
GIC (Glass Ionomer Cement) merupakan bahan basis yang digunakan.
Semen ionomer kaca ini terdiri dari campuran bubuk dan cairan yang kemudian
dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca aluminosilikat dan
cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik. Beberapa sifat yang dimiliki
semen ionomer kaca adalah bersifat biokompatibilitas terhadap jaringan gigi,
sifat perlekatan baik secara kimia terhadap dentin dan enamel, serta mempunyai
beberapa sifat fisis (Craig, 2002).
Klasifikasi GIC (Glass Ionomer Cement)
a. Tipe I – Luting cements, Tipe luting semen sangat baik untuk sementasi
permanen mahkota, jembatan,veneer dan lainnya.
b. Tipe II – Restorasi, digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang
hilang.
c. Tipe III – Liners and Bases, digunakan untuk memberikan perlindungan
termal untuk pulpa dan menambah dukungan mekanis untuk restorasi
dengan mendistribusikan stress lokal dari restorasi ke permukaan dentin
dibawahnya. Ketebalan basis biasanya 1-2 mm.
Basis memberikan perlindungan bagi pulpa dalam 3 aksi:
1. Protective base: melindungi pulpa sebelum peletakan bahan restorasi.
2. Insulating base: melindungi pulpa dari shock termal.
3. Sedative base: Medikasi pulpa yang mengalami injury
Prosedur penggunaan GIC yaitu dengan mencampurkan powder dan liquid
di glass plate kemudian diaplikasikan ke gigi, tetapi sebelum pengaplikasian
kavitas diberi dentin conditioner yang berkomposisi asam poliakrilat yang
bertujuan untuk menghilangkan smear layer dan bahan yang terkontaminasi.
penggunaan conditioner dapat meningkatkan ikatan ionomer kaca dengan
struktur dentin (Sungkar, 2014).
Semen ZnPO4 merupakan bahan lain yang dapat digunakan sebagai
base. Bahan ini merupakan semen luting tertua yang mana biasa digunakan
sebagai semen crown dan bridge. Menurut ADA no.8 zinc phosphate dapat
diklasifikasikan menjadi dua antara lain :
a. Tipe I : bahan luting dengan ketebalan film 25  atau kurang
b. Tipe II : bahan base dan restorasi dengan ketebalan film tidak boleh lebih
dari 40  10
Penggunaan utama bahan zinc phosphate adalah sebagai agen luting
restorasi dan orthodonsi, serta penggunaan sekunder sebagai restorasi
intermediate, basis isolasi thermal. Zinc phosphate tersedia dalam sediaan
powder-liquid, kapsul powder-liquid dengan warna yang berbeda beda dengan
warna kuning, abu-abu coklat emas, putih. (Ali dan Tripathi, 2016)
9. Aplikasi tumpatan sementara
Aplikasi tumpatan sementara ini bertujuan tmenutup rongga jalan masuk saluran
akar sehingga dapat mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva,
flora bakteri pada rongga mulut, makanan, dan benda asing, serta mencegah
kebocoran dari tiap medikasi antar saluran.
Jenis tumpatan sementara diantaranya
a. Cavit
Cavit merupakan bahan tumpatan sementara dari kalsium sulfat polivinil.
Kelemahan dari bahan ini kekuatan relatif rendah dan mudah aus,
sedangkan kelebihan dari bahan ini yaitu mudah diaplikasikan dan melekat
pada dentin (Inajati, 2015).
b. Fletcer
Fletcher adalah bahan tumpatan sementara yang terdiri atas bubuk dan
cairan. Bubuk dan cairan kita campur di atas glassplate dengan spatel semen
menghasilkan suatu campuran berbentuk adonan yang lama kelamaan akan
mengeras. Komposisi bubuk terdiri dari zinc sulfat dan cairan terdiri dari
alkohol.
Kegunaan bahan fletcher:
1) Sebagai campuran sementara yang termudah dan termurah namun
rapuh.
2) Bebeuk fletcher (ZNO) sering digunakan sebagai bahan campuran
semen OSE.
3) Untuk mencetak mahkota sementara.
Cavit merupakan tumpatan sementara yang digunakan pada perawatan
kasus.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. J., Tripathi, S., 2016, Dental Cement, International Journal of Development
Research, 6 (3) : 7135-7143
Ballal, V., Khandelwal, D., Saraswathi, M.V., 2013, Rubber Dam in Endodontics : An
Overview of Recent Advances, International Journal if Clinical Dentistry,
6(4) : 319-330
Craig, R.G., Power, J.M., 2002, Restorative Dental Cement, 1th. Ed. Mosby
Company.
Dwiandhono, I., 2017, Prinsip Preparasi Gigi, komunikasi Pribadi, Jurusan
Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto
Fajriyani, R., Sofiani, E., 2011, Evaluasi Klinis Keberhasilan Perawatan Kaping
Pulpa Indirek dengan Bahan Kalsium Hidroksida Tipe Hard Setting di
RSGM UMY, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Pendidikan Dokter
Gigi
Inajati, 2015, Perbandingan Kebocoran Mikro antara Tumpatan Sementara Berbasis
Resin, Kalsium Sulfat Dan Seng Oksida Eugenol, Tesis, Program
Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Gadjah Mada.
Mellisa, Hadriyanto, W., Gunawn, J.A., 2011, Trioxide Aggrerate (MTA) Studi
Pustaka, MIKGI, Bagian Ilmu Konservasi Gigi Universitas Gadjah Mada,
Bagian Ilmi Konservasi Gigi Universitas Trisakti.
Sturdevant, CM. 2002. Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry, 4th
Edition. United States of America : Mosby, Inc. 170-171.
Sungkar, S., 2014, Peran Kondisioner pada Adhesi Bahan Restorasi Semen Ionomer
Kaca dengan Struktur Dentin (Tinjauan Pustaka), Cakradonya Dent J, Vol.
6(2):678-744.
Tarigan, R., 2006. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai