Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN EVALUASI OPERATIVE DENTISTRY

1. Pulpektomi Gigi Desidui


2. Pulpektomi Gigi Permanen
3. Restorasi Sandwich
4. Stainless Steel Crown

Diajukan Oleh :
Nama : Wina Elia Sari Utami
NIM : 15/390093/PKG/993

Pembimbing :

drg. Putri Kusuma Wardani M, MKes., Sp. KGA

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
KLINIK KONSERVASI ESTHETIC DENTISTRY GIGI ANAK

1. Perawatan Pulpektomi pada gigi desidui


a. Definisi
Defiisi dari perawatan pulpektomi gigi desidui adalah pengambilan jaringan pulpa
yang terifeksi dari kamar pulpa dan saluran akar. Tujuanya adalah untuk
mempertahankan gigi terhadap infeksi saluran akar dan mengembalikan fungsinya.

b. Indikasi perawatan pulpektomi pada gigi desidui adalah


1) terjadi pada gigi yang mengalami pulpitis irreversible atau nekrosis karena karies
atau trauma
2) Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik vital, nekrosis
sebagian atau sudah non vital
3) jaringan penyangga sehat
4) tidak ada kegoyangan gigi dan jaringan periodontal normal
5) tidak ada resorpsi akar patologis, kelainan periapikal dan furcation involvement
6) resorpsi akar tidak lebih dari 1/3 apikal
7) benih gigi permanen masih jauh artinya erupsi gigi permanen masih dalam jangka
waktu yang lama
8) kondisi pasien baik dan kooperatif
9) saluran akar dapat dimasuki instrumen
10) mahkota gigi masih dapat direstorasi tetap

c. Kontraindikasi pulpektomi pada gigi desidui:


1) gigi tidak dapat direstorasi
2) karies sudah mengenai daerah bifurkasi
3) terjadi resorpsi akar lebih dari 1/3 apikal
4) resorpsi akar gigi yang meluas
5) bila kelainan sudah melibatkan periapikal
6) pasien tidak kooperatif
7) gigi goyang disebabkan keadaan patologis
d. Syarat bahan untuk obturasi saluran akar gigi sulung adalah:
1) Dapat diresorbsi sesuai kecepata resorbsi akar
2) Tidak merusak jaringan periapikal
3) Dapat diresorbsi apabila terjadi overfilling
4) Memiliki sifat antiseptic
5) Memiliki sifat hermetic dan radiopak
6) Mengeras dalam waktu lama
7) Tidak meyebabkan diskolorasi

Bahan yang biasa digunakan untuk mengisi kanal adalah: zinc oxide and eugenol,
pasta iodoform dan pasta Ca(OH)2. Kriteria utama pengisian bahan yang akan digunakan
pada gigi sulung yaitu harus teresorpsi bersamaan dengan resorpsi akar gigi, sehingga
tidak mengganggu erupsi gigi permanen.
Kalsium hidroksida telah digunakan dalam endodontik sebagai bahan pengisi
saluran akar, obat intra kanal atau sebagai sealer yang dikombinasikan dengan bahan
inti padat. Bubuk kalsium hidroksida murni dapat digunakan sendiri atau bisa
dicampur dengan larutan garam normal. Penggunaan pasta kalsium hidroksida sebagai
bahan pengisi saluran akar didasarkan pada asumsi bahwa ia menghasilkan
pembentukan struktur keras atau jaringan pada foramen apikal. Alkalinitas kalsium
hidroksida merangsang pembentukan jaringan mineral.
Perawatan pulpektomi dikatakan gagal apabila ditandai dengan adanya resorbsi
internal dentin, adanya abses dan kegoyahan pada gigi.
2. Perawatan Pulpektomi Gigi Permanen

a. Indikasi perawatan pulpektomi pada gigi permanen adalah


1). Pulpektomi pada gigi permanen haya dapat dilakukan pada gigi yang
perkembangan akarnya sudah selesai
2). Dapat dilakukan apabila gigi masih dapat direstorasi
3). Apabila perawatan kaping pulpa dan pulpotomi prognosisnya buruk
4). Apabila paska perawatan pulpotomi nyeri pada gigi tidak hilang

b. Kontraindikasi perawatan pulpektomi pada gigi permanen adalah


1). Pulpektomi tidak dapat dilakukan pada gigi permanen muda yang pertumbuhan
akarnya belum sempurna
2). Pada gigi dengan didig saluran akar yag tipis tidak dapat dilakukan pulpektomi
karena berpotensi mengalami fraktur akar
3). Pada kasus gigi dengan fraktur akar vertikal
4). Gigi dengan mobilitas lebih dari 2-3 mm

c. Bahan Pengisi Saluran Akar Gigi Permanen


Kriteria yang ideal untuk bahan pengisi saluran akar gigi permanen antara lain:
a. Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar
b. Harus menutup saluran akar dengan baik secara lateral dan apikal
c. Tidak mengkerut setelah diaplikasikan
d. Harus anti air atau tahan kelembapan
e. Bakteriostatik atau setidaknya tidak mendukung bakteri untuk berkembang
f. Radiopak
g. Tidak mengubah struktur warna gigi
h. Tidak mengiritasi jaringan periradikular
i. Harus steril, atau harus mudah disterilisasi segera sebelum insersi
j. Harus mudah dikeluarkan dari saluran akar, jika diperlukan.
Bahan pengisi saluran akar untuk gigi permanen diantaranya adalah gutta percha. Gutta
percha merupakan bahan yang paling umum digunakan. Ketika dipanaskan gutta percha akan
melunak dan berubah bentuk menjadi cair ketika temperature melebihi 65derajat. Gutta percha
diaplikasikan dengan sealer berbahan dasar zinc oxide dan eugenol. Merupakan material yang
umum digunakan. Kelebihan dari zinc oxide eugenol antara lain sifat bahannya dapat masuk ke
dalam celah antara dinding saluran akar dan gutta percha dengan baik, karena itu juga dapat
menutup seluruh celah dengan baik sehingga tidak menyisakan ruang bagi bakteri untuk masuk.
Selain itu stabilitas dimensinya juga bagus sehingga tidak mengalami shrinkage. Namun, zinc
oxide eugenol memiliki kekurangan yaitu sifat mekanik yang rendah dan kelarutan terhadap air
tinggi.
3. Restorasi Sandwich

a. Indikasi Penggunaan Teknik Sandwich pada Restorasi SIK


Tujuan dari restorasi sandwich adalah untuk mendapatkan fungsi estesis, pengunyahan,
mencegah celah mikro serta menambah kekuatan gigi. Fungsi estetis didapat dari bahan resin
komposit sebagai tempatan karena resin komposit memiliki trans lusensi yang lebih tinggi
dibanding semen ionomer kaca. Resin komposit juga dapat menerima tekanan kunyah yang
besar. Untuk mencegah celah mikro digunakan semen ionomer kaca sebagai basis karena
dapat melepaskan flour untuk mencegah terjadinya sekunder karies ( Fejerskov & Kidd,
2008).
b. Teknik sandwich biasanya di aplikasikan dalam hal – hal berikut ini :
1. Lesi dimana terdapat satu atau lebih margins pada dentin (misal pada cervical lesions)
2. Karies yang disebabkan abrasi pada daerah servikal ataupun lesi kelas V, menurut
klasifikasi G.V. Black, ditemukan pada Manula, pada orang yang kurang baik dan benar
cara menyikat giginya, serta pada kasus di mana preparasi jaringan sehat gigi kurang
memungkinkan. Akibatnya, preparasinya diusahakan untuk tidak mengambil jaringan
yang sehat.
3. Restorasi komposit class II

c. Prosedur Tekhnik Sandwich


1. Preparasi dan Lining
Kavitas dipreparasi, semua jaringan karies dibuang dengan menggunakan bur diamond.
Diamond stone yang rata atau tungsten karbid bertujuan untuk menyelesaikan tepi enamel.
Linier kalsium hidroksida digunakan hanya apabila terlihat keadaan dentin yang hamper
terbuka dengan perkiraan dentin yang menutupinya hanya sekitar 1 mm atau kurang. Tetapi
kalsium hidroksida tidak boleh menutupi daerah yang besar yang dapat mengganggu bonding
semen ionomer kaca. Setelah kavitas dipreparasi, kemudian tepi enamel dibevel.
2. Perawatan Permukaan
Setelah kavitas dibersihkan, dikeringkan kemudian dioleskan kondisioner pada
permukaan kavitas. Ikatan semen ionomer kaca ke gigi dapat diperkuat dengan menggunakan
larutan yang mengandung asam poliakrilik, asam tannic atau dodicin.
3. Pemberian Semen
Kavitas dibersihkan dan dikeringkan. Semen ionomer kaca diinjeksikan ke dalam kavitas
dan dibiarkan menutupi tepi kavosurface. Sebagai alternatif, pencampuran dengan tangan
secara standar dapat digunakan dan semen tersebut diaduk sampai menyerupai plastic yang
berkilau sebelum digunakan. Warna semen harus dipilh agar sesuai dengan warna dentin.
Pengerasan semen yang dianjurkan adalah dalam waktu 5 menit.
4. Preparasi Semen Tepi Enamel
Setelah mengeras selama 5 menit, semen yang berlebihan dilepaskan dari tepi-tepi
enamel dan dikamfer ke dinding dentin.
5. Pemberian Resin Bonding
Salah satu bonding yang dipakai adalah agen bonding. Resin liquid dioleskan segera ke
basis semen dan dinding-dinding kavitas. Harus hati-hati untuk memastikan bahwa lapisan
tersebut tipis. Sistem visible light cured dianjurkan karena pengerasan yang cepat dari agen
bonding adalah penting untuk menjamin semen dan permukaan enamel tidak terkontaminasi.
6. Pemberian Resin Komposit
Tumpatan resin dimasukkan dan dikontur ke posisinya. Bahan tersebut tidak boleh
berlebihan, dan adaptasi yang tepat dapat dicapai dengan pemakaian matriks plastik bening.
7. Penyelesaian
Setelah disinari, restorasi tersebut diselesaikan dengan bur diamond rata atau bur
karbid. Pemolesan restorasi dapat diselesaikan dengan menggunakan “cup polishing” karet
abrasif dan bubuk aluminium oksida yang halus.(Mc Lean, 1985).

d. Keunggulan dan kekurangan pemakaian semen ionomer kaca dalam teknik sandwich
Keunggulan teknik sandwich antara lain:
1. Mempunyai kekuatan kompresi yang lebih tinggi daripada hanya menggunakan SIK
sebagai restorasi tunggal sehingga dapat meningkatkan ketahanan terhadap fraktur.
2. Bersifat adhesi karena lapisan resin terikat dengan pelapik semen ionomer kaca.
3. Pelepasan fluoride SIK lebih besar daripada komposit atau bahan tumpatan lainnya.
4. Dapat menghambat kerusakan tepi (microleakage), karena ikatan kimiawi SIK
dengan email dan dentin sangat baik.
5. Bersifat radiopak.
6. Di samping itu, semen glass ionomer juga bersifat biokompabilitas, yaitu
menunjukkan efek biologis yang baik terhadap struktur jaringan gigi dan pulpa.
Kelebihan lain dari bahan ini yaitu semen glass ionomer mempunyai sifat anti bakteri,
terutama terhadap koloni streptococcus mutant (mount, 1995).
8. Dari segi biaya (cost) jauh lebih murah dibandingkan jika 100% menggunakan
bahan tumpatan dari resin estetik, karena semen ionomer kaca harganya jauh lebih
murah dibanding bahan tumpatan yang lain.
9. Dilihat dari segi komposisi SIK dan resin komposit yang sama-sama mengandung
polikarboksilat sehingga sama-sama hidrofilik sehingga lama-kelamaan warnanya
akan terlarut sehingga estetiknya berkurang.
10. Teknik sandwich hanya dapat digunakan untuk restorasi tipe 1,2,5
4. Restorasi Stainless Steel Crown

a. Definisi SSC
S. S. C adalah mahkota logam yang dibuat oleh pabrik dalam berbagai ukuran dan
mempunyai bentuk anatomis sesuai gigi asli. Disamping sebagai retainer pada beberapa
kasus, SSC menjadi bahan restorasi pilihan dalam perawatan gigi sulung dengan kerusakan
gigi yang luas karena dapat menutupi seluruh mahkota gigi dan membentuk kembali bentuk
anatomi gigi serta lebih tahan lama dibandingkan restorasi lainnya.

b. Indikasi SSC
Kerusakan yang meluas pada gigi susu, gigi yang mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan missal amelogenesis, gigi sesudah perawatan saluran akar, sebagai pegangan
dari space maintainer atau protesa dan pada kasus bruksisme berat yang membutuhkan
pengembalian dimensi vertikal dan mencegah kerusakan pulpa akibat trauma.

c. Kontraindikasi
Tidak terdapat retensi untuk restorasi SSC, gigi anterior, pasien dengan alergi logam,
anak yang memiliki kelainan sistemik dan keganasan, gigi pengganti yang akan erupsi.

d. Teknik Preparasi

1. Pengukuran materi gigi


Sebelum gigi di preparasi jarak mesio distal di ukur dengan kaliper. Pengukuran ini bertujuan
untuk memilih besarnya SSC yang akan dipakai, sesuai dengan besarnya gigi.
2. Pembuangan seluruh jaringan karies
Dengan round bur putaran rendah atau dengan menggunakan ekscavator

3. Mengurangi permukaan oklusal


Fisur-fisur yang dalam pada permukaan oklusal diambil sampai kedalaman 1-1,5mm dengan
taperred diamond bur
4. Mengurangi permukaan proksimal
Sebelum melakukan preparasi, gigi tetanggadilindungi matrik band. Tempatkan tappered
diamond bur berkontrakdengan gigi pada embrasure bukal atau lingual dengan posisi sudut
kira-kira 20derajat dari vertikal dan ujungnya pada margin gingiva. Preparasi dilakukan
dengan suatu gerakan bukolingual meliputi konturproksimal gigi. Untuk mengurangi resiko
kerusakan pada gigi tetangga akibat posisi bur yang miring, maka slicing dilakukan lebih
dahulu dari lingual kearah bukal atau sebaliknya, baru kemudian dari oklusal ke gingival

5. Mengurangi permukaan bukal dan lingual


Dengan tapered diamond bur permukaan bukal dan lingual dikurangi sedikits ampai ke
gingival margin dengan kedalaman lebih kurang 1-1,5mm. Sudut-sudut antara ke-2
permukaan dibulatkan.
6. Perlindungan pulpa.
Pembuangan jaringan karies yang telah mencapai dentin cukup dalam sebaiknyaditutupi
dengan kalsiumhidroksida, yang berfungsi melindungi pulpa terhadap iritasi.

e. Pemotongan SSC

1. Letakkan SSC yang sudah dipilih di atas gigi yang telah dipreparasi.

2. Tekan SSC kearah gingiva bila terlalu tinggi atau rendah maka oklusi tidak baik.
bilaterlalu besar atau kecil, SSC tidakdapat memasuki sulkus gingiva.

3. Periksa apakah tepi SSC pada daerah aproksimal sudah baik.

4. Tentukan kelebihan SSC, kemudian buang dengan stone bur atau potong dengan gunting.
5. SSC coba lagi dan perhatikan oklusi gigi geligi, jika gingiva terlihat pucat berarti SSC
masih kepanjangan dan perlu pemotongan bagian servikalnya.
6. Pembentukan SSC Diperlukan tang – tang khusus :
a) Tempatkan tang dengan paruh cembung sebelah dalam dan paruh cekung sebelah luar
mahkota yang akan dibentuk.
b) Bagian bukaldan lingual serta servikal dibentuk dengan konfigurasi yang sesuai dengan
giginya.
c) Bagian servikal harus benar menempel pada posisi gigi untuk mendapatkan retensi
yang maksimal.

7. Pemasangan SSC

a) Setelah gigi selesai dipreparasi, SSC dipersiapkan, gigi dikeringkan dan diisolasi
dengan gulungan kapas. Saliva ejector dipasang agar gigi tetap kering dan bebasdari
saliva.
b) Gunakan adhesif semen misalnya polikarboksilat, diaduk sampai konsistensi seperti
krim dan dialirkan ke dinding sebelah dalam SSC hingga hamper penuh.

c) Pasang SSC dari lingual ke bukal, tekan dengan jari sampai posisi yang tepat kemudian
pasien disuruh menggigit dengan wooden blade diletakkan di atas gigi tersebut.
d) Jika semen telah mengeras, bersihkan semua kelebihan bahan terutama pada celah
gingiva dan daerah interdental papil dengan menggunakan skeler. Semen yang
berlebihan dapat mengakibatkan inflamasi gingiva dan ketidak nyamanan.
e) Pasien diinstruksikan untuk diet setengah lunak selama satu hari dan dianjurkan untuk
membersihkan celah gingiva dan daerah interdental papil dengan dental floss
Laporan Kasus Restorasi SSC
Nama Pasien : Kenzie Yusuf
No RM : 18-45-57
Elemen Gigi : 75 dan 74
Diagnosis : Karies Dentin dengan Insensitifitas Dentin
Terapi : Restorasi SSC

Penatalaksanaan Kasus
Tanggal Perawatan
Kunjungan I S : Pasien mengeluh giginya berlubang dan makanan sering masuk kedalam
(21-8-2018) lubang giginya
O : EO : Wajah Simetri, tidak ada kelainan
IO : Terdapat karies kedalaman dentin pada bafian oklusal meluas kearah
distal pada gigi 75
Sondasi : - Perkusi: - Palpasi: - CE: +
A : Karies detin dengan insensitifitas dentin
P : Restorasi SSC

Telah dilakukan preparasi mahkota gigi untuk restorasi SSC dan dilakukan
insersi SSC dengan luting cement pada gigi 75
Kunjungan II S : Pasien mengeluh giginya berlubang dan makanan sering masuk kedalam
(29-8-2018) lubang giginya
O : EO : Wajah Simetri, tidak ada kelainan
IO : Terdapat karies kedalaman dentin pada bafian oklusal meluas kearah
distal pada gigi 74
Sondasi : - Perkusi: - Palpasi: - CE: +
A : Karies detin dengan insensitifitas dentin
P : Restorasi SSC

Telah dilakukan preparasi mahkota gigi untuk restorasi SSC dan dilakukan
insersi SSC dengan luting cement pada gigi 74
Laporan Kasus Restorasi Sandwich
Nama Pasien : Nabhila Ayu
No RM : 18-34-97
Elemen Gigi : 12,11,21,22
Diagnosis : Karies dentin dengan sensitifitas dentin
Terapi : Restorasi Sandwich

Penatalaksanaan Kasus
Tanggal Perawatan
Kunjungan I S : Pasien mengeluh gigi atas berlubang dan sering ngilu bila minum dingin
15 Desember 2017 O : EO : Wajah Simetri, tidak ada kelainan
IO : Terdapat kavitas pada gigi 11 dan 21 dengan kedalaman dentin
Sondasi : + Perkusi: - Palpasi: - CE:+
A : Karies dentin dengan sensitifitas dentin gigi 11 21
P : Tumpat sandwich

Telah dilakukan preparasi pada kavitas gigi 11 dan 21 dan dilakukan lining
SIK pada dasar kavitas serta penumpatan resin komposit
Kunjungan II S : Pasien mengeluh gigi atas berlubang dan sering ngilu bila minum dingin
19 Desember 2017 O : EO : Wajah Simetri, tidak ada kelainan
IO : Terdapat kavitas pada gigi 12 dan 22 dengan kedalaman dentin
Sondasi : + Perkusi: - Palpasi: - CE:+
A : Karies dentin dengan sensitifitas dentin gigi 12 22
P : Tumpat sandwich

Telah dilakukan preparasi pada kavitas gigi 12 dan 22 dan dilakukan lining
SIK pada dasar kavitas serta penumpatan resin komposit
Laporan Kasus Pulpektomi Gigi Desidui
Nama Pasien : Gabriel Evangeli
No RM : 18-82 - 27
Elemen Gigi : Gigi 85
Diagnosis : Gangrene Pulpa
Terapi : Pulpektomi

Penatalaksanaan Kasus
Tanggal Perawatan
Kunjungan 1 S : Pasien mengeluh gigi bawah kaan berlubang
21 November 2017 O : EO : Wajah Simetri, tidak ada kelainan
IO : Terdapat kavitas kedalaman dentin dengan pulpa terbuka pada gigi 85
Sondasi : - Perkusi: - Palpasi: - CE:-
A : Gangrene pupla gigi 85
P : Pulpektomi

Telah dilakukan preparasi kavitas dan pencarian orifice da ekstirpasi saluran


akar pada gigi 85, irigasi saline dan aquades steril
Dressing CaoH + Tumpat Cavit
Kunjungan II S : Pasien mengeluh gigi bawah kaan berlubang
23 November 2017 O : EO : Wajah Simetri, tidak ada kelainan
IO : Terdapat kavitas kedalaman dentin dengan pulpa terbuka pada gigi 85
Sondasi : - Perkusi: - Palpasi: - CE:-
A : Gangrene pupla gigi 85
P : Pulpektomi

Telah dilakukan preparasi saluran gigi 85,


Panjang Kerja : 14mm
IAF : #10, #15, #20
Irigasi salura akar dengan saline dan aquades steril
Dressing CaoH + Tumpat Cavit
Kunjungan III S : Pasien mengeluh gigi bawah kaan berlubang
27 November 2017 O : EO : Wajah Simetri, tidak ada kelainan
IO : Terdapat kavitas kedalaman dentin dengan pulpa terbuka pada gigi 85
Tumpatan utuh, paper poin kering dan berbau medikamen
Sondasi : - Perkusi: - Palpasi: - CE:-
A : Gangrene pupla gigi 85
P : Pulpektomi

Telah dilakukan pengisian salura akar dengan bahan metapex dan tumpat Cavit
Kunjungan IV S : Pasien igin menambal gigi
6 Desember 2017 O : EO : Wajah Simetri, tidak ada kelainan
IO : Terdapat gigi 85 pasca obturasi, tumpatan utuh
Sondasi : - Perkusi: - Palpasi: - CE:-
A : Nekrose gigi 85
P : Pulpektomi
Telah dilakukan peumpatan menggunakan SIK Fuji IX
Laporan Kasus Pulpektomi Gigi Permanen
Nama Pasien : Hanif Deris Derian
No RM : 17-78-84
Elemen Gigi : Gigi 11
Diagnosis : Nekrose pulpa gigi 11
Terapi : Pulpektomi

Penatalaksanaan Kasus
Tanggal Perawatan
Kujungan 1 S : Pasien mengeluh gigi atas patah akibat jatuh saat bermain bola
12 September 2017 O : EO : Wajah Simetri, tidak ada kelainan
IO : Terdapat gigi 11 yang patah pada bagian incisal dengan kedalaman
pulpa, gigi tersebut sebelumya telah dilakukan apesifikasi selama 3
kali kunjungan. Saat ini apeks sudah menutup
Sondasi : - Perkusi: - Palpasi: - CE:-
A : Nekrose pulpa gigi 11
P : Pulpektomi

Telah dilakukan pengukuran panjang kerja dan pengukuran IAF berdasarkan


ronsen periapikal pada gigi 11
PK = P mahkota + P akar – 1 mm = 21 mm
IAF #45
Telah dilakukan preparasi saluran akar dengan file #45, #55, #60, irigasi
menggunakan saline, Naocl dan aquades steril, dressing menggunakan CaOh +
gliserin dan tumpat cavit
Pasien diinstruksikan kontrol 2 minggu kemudian
Kunjungan II S : Pasien mengeluh gigi atas patah akibat jatuh saat bermain bola
27 September 2017 O : EO : Wajah Simetri, tidak ada kelainan
IO : 2 minggu lalu gigi 11 telah dilakukan dressing degan CaOH
Sondasi : - Perkusi: - Palpasi: - CE:-
A : Nekrose pulpa gigi 11 paska apeksifikasi
P : Pulpektomi

Telah dilakukan pengisian akar menggunakan gutta percha cone # 60 pada gigi
11 dan ditumpat dengan semen zinc fosfat, pasien diistruksikan kontrol 1
minggu lagi

Kunjungan III S : Pasien mengeluh gigi atas patah akibat jatuh saat bermain bola
2 Oktober 2017 O : EO : Wajah Simetri, tidak ada kelainan
IO : Terdapat gigi 11 yang minggu lalu telah dilakukan obturasi saluran
akar
Sondasi : - Perkusi: - Palpasi: - CE:-
A : gigi non vital pada gigi 11 pasca obturasi
P : Tumpat resin komposit

Telah dilakukan peumpatan dengan resin komposit pada gigi 11


Selanjutnya pasien dilakukan perawatan mahkota jaket utuk mengembalikan
fungsi estetik giginya

Anda mungkin juga menyukai