1. Tindakan Konservasi
Sebelum merencanakan gigi tiruan harus diketahui perbaikan yang akurat terhadap gigi-gigi
yang ada. Antara lain penambalan, pembuatan inlay, kedudukan rest
Perawatan endodontik adalah suatu usaha menyelamatkan gigi terhadap tindakan
pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam socket. Karena itu sebaiknya seorang klinisi
(Dokter Gigi, red) harus mengetahui prinsip-prinsip ilmu endodontik secara benar yaitu
pengetahuan mendiagnosis, cara merestorasi jaringan gigi yang hilang dan mempertahankan
sisa jaringan, sehingga gigi tersebut dapat bertahan selama mungkin di dalam mulut dan
menghindari tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soketnya sehingga dapat
memperlambat resorbsi tulang alveolar gigi terkait. Keuntungan secara psikologis yang
diperoleh adalah gigi dapa tbertahan secara alamiah. Pasien tetap memiliki gigi asli dalam
kedaan sehat, karena gigi dapat berfungsi seperti semula, dan gigi dapat dipakai sebagai
tumpuan gigi tiruan lepasan.
Dalam setiap melakukan perawatan endodontik, prinsip prinsip perawatan endodontik
harus selalu diperhatikan, yaitu teknik asepsis, akses langsung saluran akar, pembersihan dan
pembentukan saluran akar, pengisian saluran akar, dan pembuatan restorasi (penambalan,
pembuatan onlay atau mahkota) yang benar, sehingga didapatkan jaringan periodondal yang
sehat. Umumnya kualitas restorasi sangat bergantung pada tiga faktor, yaitu klinisi/Dokter
Gigi, bahan restorasi,Laboratorium Gigi, dan pasien. Tetapi dari keempat faktor penyebab
kegagalan tersebut, yang sangat memegang peranan adalah faktor klinisi/Dokter Gigi
tersebut. Sedang bahan restorasi adalah factor terakhir kegagalan restorasi (penambalan,
pembuatan onlay atau mahkota).Tujuan prosudur restorasi adalah membentuk gigi seperti
semula sehingga dapat berfungsi kembali, memberi kekuatan untuk menahan daya kunyah
atau daya lain seperti trauma,clenching, atau bruxism. Selain itu juga perlindungan terhadap
proses karies, sedapat mungkin menampilkan restorasi estetis, dan mempersiapkan
penjangkaran gigi tiruan lepasan atau cekat.
yangekstensif seperti beberapa filling yang dipakai lebih dari periode yang ditentukan.
Kadang-kadang, prosedur umum dental dapat menyebabkan pulpa meradang. Sebagai
contoh, persiapan sebuah gigi untuk pembuatan crown kadang-kadang dapat berujung
dengan perawatan saluran akar.
Dalam beberapa kasus, ketika pulpa meradang, tapi tidak terinfeksi, pulpa dapat
sembuhdengan sendirinya dan kembali normal. Dokter gigi akan memonitor gigi tersebut
sebelum melakukan saluran perawatan akar. Namun, ada saatnya pulpa tetap meradang, yang
dapat menyebabkan sakit dan infeksi. Ketika pulpa mengalami infeksi, infeksi tersebut dapat
mengenai tulang sekitar gigi dan membentuk abses. Tujuan dari perawatan saluran akar ini
adalah untuk menyelamatkan gigi dengan membuang pulpa yang terinfeksi, merawat infeksi
yang ada, serta mengisi saluran akar yang kosong. Jika perawatan saluran akar tidak berhasil,
maka gigi kemungkinan akan diekstraksi. Alasan dilakukannya perawatan saluran akar
biasanya karena adanya lubang pada kavitas yang terlalu besar. Gigi biasanya akan menjadi
rapuh, namun dapat diatasi dengan pembuatan crown setelah dilakukannya perawtan saluran
akar, atau dalam beberapa kasus direstorasi dengan composite filling material yang warnanya
mirip dengan warna gigi.
Perawatan saluran akar dapat selesai dilakukan dalam satu atau beberapa kali kunjungan,
tergantung pada keadaan gigi. Gigi yang terinfeksi akan memerlukan beberapa kali
kunjungan untuk memastikan infeksi tersebut hilang. Beberapa gigi mungkin saja susah
untuk dirawat dikarenakan posisi gigi, atau karena gigi tersebut memiliki saluran akar yang
susah untuk dipastikan lokasinya. Ketika perawatan saluran akar sudah selesai, dokter gigi
akan menyarankan pasien melakukan restorasi crown atau filling.
2. Indirect Pulp Capping
a. Indikasi dan Kontraindikasi Indirect Pulp Capping
Perawatan ini dapat dilakukan pada gigi sulung dan gigi permanen muda yang kariesnya
telah luas dan sangat dekat dengan pulpa. Tujuannya adalah untuk membuang lesi dan
melindungi pulpanya sehingga jaringan pulpa dapat melaksanakan perbaikannya sendiri
dengan membuat dentin sekunder. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat
terhindarkan.
Indikasi
Lesi dalam dan tanpa gejala yang secara radiografik sangat dekat ke pulpa tetapi tidak
mengenai pulpa.
Pulpa masih vital.
Bisa dilakukan pada gigi sulung dan atau gigi permanen muda.
Kontra Indikasi
Nyeri spontan nyeri pada malam hari.
Pembengkakan.
Fistula.
Peka terhadap perkusi.
Gigi goyang secara patologik.
Resorpsi akar eksterna.
Resorpsi akar interna.
Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
Kalsifikasi jaringan pulpa.
b. Alat dan Bahan yang Digunakan pada Indirect Pulp Capping
Alat :
Bur bulat
Fungsinya :
a) Untuk membur email
b) Untuk menyingkirkan karies di dentin
c) Untuk menyingkirkan dentin karies di daerah singulum
Ekscavator
Fungsinya :
a) Untuk membuang sisa-sisa akhir dari debris
b) Untuk membuang jaringan gigi yang lunak/karies
Hachet email atau pahat
Pinset berkerat
Fungsinya :
a) Untuk menjepit kapas dan gulungan kapas
Plastis filling instrument
Fungsinya :
a) Untuk memasukkan, memanipulasi dan membentuk bahan tumpatan plastis
b) Aplikasi semen
c) Untuk mengurangi kelebihan bahan
Alat pengaduk semen
Fungsinya :
a) Untuk memanipulasi bahan tumpatan
Stopper cement
Fungsinya :
a) Untuk menempatkan atau memampatkan bahan basis/semen
Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan hilangnya rasa sakit, serta
reaksi sensitive terhadap rangsang panas atau dingin yang dilakukan pada pemeriksaan
subjektif setelah perawatan. Kemudian pada pemeriksaan objektif ditandai dengan pulpa
yang tinggal akan tetap vital, terbentuknya jembatan dentin yang dapat dilihat dari
gambaran radiografi pulpa, berlanjutnya pertumbuhan akar dan penutupan apikal.
Sebagian besar peneliti memakai criteria jembatan dentin sebagai indicator keberhasilan
perawatan karena jembatan dentin bertindak sebagai suatu barrier untuk melindungi
jaringan pulpa dari bakteri sehingga pulpa tidak mengalami inflamasi, tetap vital,
membantu kelanjutan pertumbuhan akar dan penutupan apikal pada gigi yang
pertumbuhannya belum sempurna. Jembatan dentin terbentuk karena adanya fungsi sel
odontoblas pada daerah pulpa yang terbuka.
Reaksi jaringan dentin terhadap kalsium hidroksida terjadi pada hari pertama hingga
minggu kesembilan, sehingga pasien dapat diminta datang 2 bulan setelah perawatan
untuk melakukan control. Kemudian secara periodic setiap 6 bulan sekali dalam jangka
waktu 2 sampai 4 tahun untuk menilai vitalitas pulpa.
Faktor kegagalan
Pada saat pengeburan, ada kemungkinan mata bur membuat perforasi atap pulpa. Hal ini
perawatan pulp capping indirect berganti menjadi pulp capping direct.
d. Prognosis
Pulp capping indirect lebih dari dua kunjungan, lebih disukai oleh banyak klinisi, pulp
capping dirasa lebih konservatif dan lebih memberi hasil yang diharapkan dari metode
direct. Pendukung-pendukung teori ini lebih suka untuk tidak menimbulkan trauma pada
gigi dengan melakukan prosedur eksploratori guna menentukan apakah mereka
menghadapi pulpa yang terbuka atau hanya lesi karies yang dalam. Tindakan ini memberi
keuntungan dari gigi yaitu ditinggalkannya dentin karies yang meragukan diatas daerah
pulpa dan menutupinya. Kadang-kadang, setelah beberapa waktu kemudian, sesudah
mineralisasi ulang terjadi lesi dibuka ulang kembali, setelah itu semua semen dan dentin
karies disingkirkan lalu kavitas dirawat dengan prosedur sama seperti lesi karies yang
dalam. Prognosis baik juga tergantung pada kekooperatifan pasien dalan perawatan.
e. Prosedur Perawatan Pulp Capping
Pengambilan karies, jaringan karies diambil secara bertahap supaya tidak perforasi dan
dimaksudkan untuk terbentuknya dentin sekunder
1. Perawatan langsung sama dengan perawatan dentin keras.
2. Perawatan bertahap
Kunjungan I
1. Asepsis
2. Pembersihan jaringan karies
3. Membersihkan permukaan preparasi
4. Menempatkan Subbase dengan bahan dan prosedur sama dengan diatas
5. Melapisi subbase dengan base
6. Penumpatan sementara
7. Melakukan control seminggu kemudian
Kunjungan II:
1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan
sementara
2. Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan
penderita, apabila tidak ada keluhan maka subbase dan base dibuang dan diganti yang
baru setelah itu baru dilakukan penumpatan tetap.
TUMPATAN TETAP DENGAN MENGGUNAKAN RESIN KOMPOSIT
Resin komposit
Resin komposit adalah bahan tambal sewarna gigi, dengan bahan dasar polimer dan
ditambahkan dengan partikel anorganiksebagai penguat. Bahan tambal ini umumnya
mengalami reaksi pengerasan dengan bantuan sinar (sinar UV, atau bisa juga dengan
visible light)
Kelebihan
Aplikasinya cukup luas. Meski dulu ada keraguan bahwa bahan tambal resin
komposit tidak cukup kuat untuk digunakan pada gigi geraham di mana tekanan kunyah
di daerah tersebut paling besar, namun bahan tambal ini terus menerus mengalami
perkembangan sehingga kini cukup dapat diandalkan untuk menambal gigi geraham
meskipun kekuatannya masih tetap di bawah amalgam.
Warna bahan tambal dapat disesuaikan dengan keadaan gigi pasien, karena resin
komposit memiliki pilihan shade/warna.
Kekurangan :
benar-benar memuaskan dan tahan lama. Jika tidak, tambalan dapat mudah lepas/patah,
berubah warna, atau terlihat batas antara tepi tambalan dengan gigi sehingga mengurangi
estetika.
Pada saat penambalan diperlukan suasana mulut yang cukup kering karena
kontaminasi saliva dapat mempengaruhi sifat-sifat jangka panjang dari resin komposit,
seperti kekuatan dan daya tahannya. Oleh sebab itu gigi yang akan ditambal resin
komposit idealnya harus benar-benar diisolasi, dan hal ini cukup sulit dilakukan terutama
pada gigi belakang dan mungkin menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien.
Resin komposit dapat menyerap warna dari zat pewarna dari makanan atau
minuman sehingga dalam jangku waktu lama dapat berubah warna.
Periodontitis dewasa yang berat dan luas akan menyebabkan kehilangan tulang
berlebihan dan mobiliti gigi yang menetap.
(4) Gigi Retak
Gigi yang retak atau mengalami fraktur akar yang biasanya menyebabkan nyeri hebat dan
tidak dapat dikendalikan dengan perawatan endodonti.
(5) Gigi Malposisi
Gigi yang dapat menyebabkan trauma jaringan lunak dan posisinya tidak dapat diperbaiki
dengan perawatan orthodonti.
(6) Gigi Terpendam
Apabila gigi terpendam menimbulkan masalah dan menyebabkan gangguan fungsi
normal dari pertumbuhan gigi, maka gigi terpendam ini diekstraksi.
(7) Gigi Berlebih
Dapat mengganggu pertumbuhan gigi geligi normal atau menyebabkan gigi berjejal berat
danestetis yang kurang pada gigi anterior.
(8) Gigi yang berkaitan dengan lesi patologis
Ekstraksi gigi dengan lesi patologis harus dilakukan bersamaan dengan pembuangan
lesinya.
(9) Gigi Persistensi
Gigi desidui yang sudah waktunya tanggal tetapi masih kuat dan gigi penggantinya sudah
erupsi. Biasanya gigi desidui mengalami resorbsi sehingga akan goyah, tetapi pada gigi
desidui yang gangren tidak mungkin terjadi resorbsi atau karena kondisi kesehatan dari
pasien maka gigi desidui itu masih tetap tertanam dalam tulang alveolar.
(10) Keperluan Orthodonti
Ekstraksi gigi premolar dilakukan untuk perawatan orthodonti dengan pertumbuhan gigi
yang berjejal.
(11) Ekstraksi Preprostetis
Untuk keperluan pembuatan protesa dilakukan ekstraksi gigi.
(12) Preradioterapi
Pasien yang akan mendapatkan perawatan radioterapi pada rongga mulutnya harus
dilakukan ekstraksi gigi terlebih dahulu pada gigi-gigi yang merupakan indikasi pada
daerah yang akan diradioterapi.
Kontraindikasi
Walaupun gigi memenuhi persyaratan untuk dilakukan ekstraksi, pada beberapa keadaan
tidak boleh dilakukan ekstraksi gigi karena beberapa faktor atau merupakan
kontraindikasi ekstraksi gigi. Pada keadaan lain, kontraindikasi ekstraksi gigi sangat
berperan penting untuk tidak dilakukan ekstraksi gigi sampai masalahnya dapat diatasi.
(1) Penderita penyakit jantung, hipertensi, arteriosklerosis, dan diabetes mellitus
kontraindikasi pada pemberian adrenalin.
Adrenalin pada ekstraksi gigi merupakan kontraindikasi pada penderita penyakit
jantung, hipertensi, arteriosklerosis dan diabetes melitus.
(2) Penderita Trombositopenia
Penderita trombositopenia memiliki jumlah trombosit lebih sedikit dari normal
sehingga darah sukar membeku. Seperti yang telah diketahui bahwa trombosit
penting artinyadalam pembekuan darah.
(3) Penderita Leukemia
Penderita leukemia memiliki jumlah leukosit yang lebih banyak dari normal dalam
darahsehingga mudah mengalami perdarahan.
(4) Kaheksi
Penderita memiliki keadan umum yang sangat buruk karena malnutrisi atau sesudah
menderita penyakit yang lama dan berat. Akibatnya semua keadaan menjadi
jelek,perdarahan banyak, penyembuhan luka lambat dan dengan suntikan atau sedikit
trauma iadapat kolaps. Ekstraksi gigi ditunda sampai keadaan umum penderita lebih
baik.
(5) Penderita Hemofilia
Merupakan penyakit atau kelainan susunan darah yang bersifat herediter dan hanya
terdapat pada laki-laki. Apabila penderita mendapatkan luka, maka darahnya tidak
dapat membeku. Hal ini disebabkan oleh trombosit tidak dapat pecah kalau
berhubungan dengan udara karena kekurangan zat antihemofilia dalam serum,
sehingga darah akan terus mengalir.
(6) Kehamilan
Ekstraksi gigi merupakan kontraindikasi pada trimester pertama, karena keadaan
umumibu hamil pada trimester pertama sering sangat lemah dan dalam masa
pembentukan janin.
(7) Peradangan di sekitar Gigi
Apabila terdapat peradangan di sekitar gigi, maka ekstraksi gigi adalah
kontraindikasi. Ekstraksi gigi dapat dilakukan jika inflamasinya sudah sembuh.
Dalam kasus ini untuk gigi yang akan diektraksi adalah gigi 21 27 45 dan 46. Dengan pertimbangan
untuk gigi 21 yaitu fraktur hingga sisa akar yang hampir tertutup gusi, sesuai dengan indikasi Gigi Retak
dan Gigi Terpendam. Kemudian gigi 27 dan 45 juga sisa akar dan memiliki indikasi Gigi Terpendam.
Kemudian untuk gigi 46 terkena fraktur dan tambalannya lepas, memiliki indikasi Gigi Retak
suatu
teknik
yang
digunakan
untuk
memberantas
semua
jenis
dengan jelas tanpa bayangan hitam yang membuatgelap daerah operasi. Retraksi jaringan
juga dibutuhkan untuk mendapatkan lapanganpandang yang jelas. Daerah operasi harus
bersih dari saliva dan darah yang dapatmengganggu penglihatan ke daerah tersebut
sehingga dibutuhkan penyedotan padarongga mulut.
(4) Tata Kerja Teratur
Bekerja sistematis agar dapat mencapai hasil semaksimal mungkin dengan
mengeluarkan tenaga sekecil mungkin. Penting untuk mengetahui cara kerja yang
berbeda untuk setiappembedahan, sehingga dapat menggunakan tekanan terkontrol
sesuai dengan urutan tindakan.
B. Penyingkiran sisa akar yang tinggal dan gigi impaksi
Pengambilan sisa akar yang terpenting dapat dilakukan dari permukaan labial/bukal,
atau palatal tanpa mengurangi tinggi alveolar ridge.
Pengambilan gigi yang impaksi dilakukan sedini mungkin agar dapat mencegah
infeksi akut dan kronis.
3. Jaringan Periodontal
Gigi tiruan dapat berfingsi baik bila jaringan periodontal memiliki kesehatan yang optimal.
Kontak jaringan periodontal yang baik dan basis gigi tiruan akan mendukung gigi tiruan supaya
retentive dan tahan dari kekuatan yang bekerja padanya.
Kondisi jaringan periodontal ideal untuk ggi tiruan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bentuk lingir alveolar yang ideal adalah bentuk U dengan puncak yang membulat,serta memiliki
sisi-sisi yang sejajar dan lebar. Ketika lingir alveolar bertambah sempit, maka akan bertambah
tajam sehingga akan sulit menahan tekanan pengunyahan dibandingkan dengan lingir alveolar
yang lebar.
Secara morfologi perubahan dapat terjadi pada jaringan periodontal setelah gigi hilang
khususnya tulang alveolar akan diresorbsi. Tulang alveolar berubah bentuk secara nyata saat gigi
hilang, baik dalam bidang horizontal maupun vertikal. Setelah terjadi resorbsi secara fisiologis,
struktur tulang rahang yang tinggal disebut dengan istilah residual ridge. Tulang yang ada
setelah tulang alveolar mengalami resorbsi disebut dengan tulang basal. Pada pasien yang
kehilangan gigi perlu dipertimbangkan kebutuhkan perawatan atau tindakan yang sesuai,
sebelum pembuatan gigi tiruan untuk menciptakan keadaan anatomis yang lebih baik. Perbaikan
kondisi jaringan periodontal tersebut diharapkan dapat memperbaiki retensi,stabilitas dan
kenyamanan gigi tiruan tersebut.
3.1.
Scaling
dalam dan gingivitis, kontak minimal dengan gusi akan menimbulkan pendarahan dan
menimbulkan rasa sakit, biasanya akan dilakukan anestesi lokal oleh dokter gigi.
Setelah scaling, dilakukan root planning dengan pemolesan atau polishing. Prosedurnya
sederhana, gigi akan diolesi dengan pumice, yang berbentuk pasta tapi kasar seperti
berpasir.Kemudian gigi akan di sikat dengan bur brush pada permukaan yang di-scaling
untuk membuangsisa karang gigi, menghaluskan permukaan gigi dan menimbulkan sensasi
segar dalam mulutpasien, sehingga mulut terasa bersih dan segar. Diharapkan dengan
permukaan gigi yang halus,mempersulit terakumulasinya kembali plak dan bakteri, terbentuk
perlekatan gingival baru yanglebih baik dan berkurangnya kedalaman poket gingival yang
menjadi media bakteri.
Hal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada sehingga
dapat memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigi tiruan. Adapan tindakan
tersebut antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
3.2.
Menghilangkan kalkulus
Menghilangkan pocket periodontal
Melakukan splinting terhadap gigi yang mobility
Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan menggantung.
Menghilangkan gangguan oklusal
Alveoplasti
3.3.
Alveolar Augmentasi
Terapi prostodontik akan mencegah resorpsi lingir alveolus yang lebih lanjut. Resorpsi
lingir alveolus yang cukup terkontrol akan meningkatkan keberhasilan perawatan dengan
gigi tiruan. Resorpsi yang terjadi pada sisi labial dan lingual linger alveolus mandibula di
bagian anterior membuat bentuk puncak lingir alveolus menjadi tajam seperti pisau.
Gingiva yang menutupi lingir menjadi tergulung sehingga akan sering menimbulkan rasa
sakit dan ketidak nyamanan pada pemakaian gigi tiruan. Kondisi seperti ini dapat diatasi
dengan tindakan bedah dengan tujuan menambah besar dan lebar tulang rahang,
menambah kekuatan rahang, memperbaiki jaringan pendukung gigi tiruan serta
membentuk kembali lingir alveolus.
Cara menambah ketinggian linggir alveolar:
a. Cangkok tulang autogenous
3.4.
Frenektomi
Tindakan bedah untuk merubah ikatan frenulum baik frenulum labialis atau frenulum
lingualis. Frenulum merupakan lipatan mukosa yang terletak pada vestibulum mukosa
bibir, pipi dan lidah. Keadaan ini paling sering terjadi pada garis tengah, mengenai
papilla diantara gigi-gigi insisvus sentral.
a. Frenektomi labial
pengeluaran perlekatan jaringan dari bagian tengah bibir atas. Perlekatan frenulum
terlalu jauh kebawah dari gusi dapat menyebabkan resesi gingiva dan celah diantara
gigi depan. Pasien yang akan menngunakan gigi tiruan biasanya melakukan
perawatan frenektomi labial untuk mencapai kedudukan gigi tiruan yang stabil.
Dilakukan dengan eksisi dua hemostat.
b. Frenulim lingual
Frenektomi lingual adalah pemindahan atau pengeluaran dari frenulum lingualis atau
jaringan dibawah lidah. Secara umum, apabila jaringan berlekatan terlalu dekat
dengan ujung lidah, maka dapat mengganggu fungsi bicara dan fungsi gigi yang
sebenarnya. Frenektomi lingual merupakan prosedur umum untuk pasien yang
frenulumnya pendek dan terkadang berhubungan dengan lidah terjepit. Prosedur
frenektomi lingual dapat dilakukan dengan atau tanpa menggunakan hemostat.
Setelah selesai dilakukan, maka lidah akan terbiasa bergerak secara bebas
3.5.
Vestibuloplasti
Vestibuloplasti adalah suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk meninggikan sulkus
vestibular yang melekat dengan cara melakukan reposisi mukosa, ikatan otot dan otot
yang melekat pada tulang yang dapat dilakukan baik pada maksila maupun pada
mandibula dan akan menghasilkan sulkus vestibular yang dalam untuk menambah
stabilisasi dan retensi gigi tiruan. Vestibulum dangkal dapat disebabkan resorbsi tulang
alveolar, perlekatan otot terlalu tinggi, adanya infeksi atau trauma. Pada umumnya,
vestibuloplasti digunakan pada tuang alveolar yang masih adekuat tetapi jaringan lunak
Eksostosis merupakan penonjolan tulang yang dapat terjadi pada rahang baik pada
mandibula maupun mada maksila. Eksostosis bukan merupakan tumor tapi lesi dysplastic
exophytic. Etiologi belum diketahui dengan pasti tetapi beberapa ahli menduga terjadi
karena adanya proses inflamasi pada tulang. Pembedahan diindikasikan pada eksostosis
baik yang terjadi karena pertumbuhan yang berlebihan ataupun yang terjadi karena hasil
resorbsi lingir yang menimbulkan gangguan pembuatan gigi tiruan. Eksostosis terdapat
dua macam yaitu torus palatina dan torus mandibular.
3.8.
Torus Palatina
Torus palatina terdapat di daerah tengah pada palatum durum sepanjang sutura palatinus
media dan dapat meluas ke lateral kiri atau kanan. Terdiri dari berbagai jenis ukuran dan
bentuk yang bervariasi, multiloculated, basselated, bentuk yang irregular. Pada torus
palatina yang berukuran besar dapat mengganggu fungsi bicara dan pengunyahan. Torus
palatina biasanya tidak membutuhkan terapi khusus, kecuali pada pasien edentulous yang
akan memakai gigi tiruan dan pada pasien yang merasa terganggu fungsi bicara dan
pengunyahan.
3.9.
Torus Mandibula
Torus mandibula merupakan eksostosis yang biasanya terdapat pada lingual rahang
bawah, pada salah satu sisi atau biasanya terjadi pada kedua sisi regio kaninus atau
premolar, ataupun regio premolar dan molar. Torus mandibula tidak berbahaya dan tidak
memerlukan terapi khusus, kecuali jika pasien ingin memasang gigi tiruan penuh. Hal ini
dikarenakan torus mandibula dapat mempersulit upaya memperoleh gigi tiruan yang
nyaman, sebab tepi-tepi gigi tiruan secara langsung menekan mukosa yang menutupi
tonjolan tersebut.
4. Perawatan Orthodonti
Gigi yang sudah lama dicabut biasanya meninggalkan ruang kosong yang
semakin lama akan sempit karena terjadinya migrasi gigi tetangga. Hal seperti ini
menyebabkan gigi menjadi malposisi, sehinnga kurang baik bila akan dipakai sebagai
dukungan gigi tiruan. Memaksakan gigi miring menahan beban akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan periodontal. Pada kasus seperti ini diindikasikan melakukan
sedikit pergeseran gigi, sehingga gigi akan kembali ke posisi yang baik. Parawatan
profunda
46 dapat dilakukan konservasi bila memungkinkan, perlu pemeriksaan klinis lebih lanjut dan