PENDAHULUAN
terhadap gigi yang telah selesai perkembangannya tidak selalu dapat diterapkan
pada gigi yang apeksnya belum berkembang sempurna.(1,2,3)
Fungsi pulpa secara umum yaitu: (2)
A. Pulpa dan dentin mempunyai fungsi kesatuan. Pulpa mempunyai kewajiban
membentuk odontoblas bersama ekornya, dimana odontoblas akan masuk ke
dentin dan menghasilkan cairan yang terdapat pada tubulus dentin. Cairan
yang berupa intratubular dan ekstraselular inilah yang menjadi pemasok
makanan pada dentin, cairan dentin ini miskin protein, tetapi kaya fosfat, dan
selalu berhubungan dengan organ.
B. Membentuk dentin primer pada masa pembentukan gigi.
C. Pada fungsi pulpa yang normal setelah pertumbuhan gigi terhenti, odontoblas
secara terus-menerus membentuk dentin sekunder.
D. Jika terjadi kerusakan odontoblas, sel pulpa dapat membentuk sel yang
hampir serupa dengan odontoblas, yang fungsinya dapat mengganti dentin
yang rusak.
E. Jika ada rangsangan yang kuat baik termis, mekanis, toksin, maupun bakteri,
akan terjadi reaksi radang akut atau radang kronis pada pulpa.
Plak bakteri dan mikroorganisme beserta produk-produknya yang terdapat
pada lesi dini dentin dapat menyebabkan reaksi pulpa. Pada saat berlanjutnya
proses karies walaupun pulpa belum terkena, sel-sel peradangan akan
mengadakan penetrasi ke pulpa melalui tubulus dentin yang terbuka sehingga jika
karies sudah meluas mengenai pulpa, maka terjadilah inflamasi kronis. Selain plak
bakteri, diet juga sangat berperan sebagai faktor penyebab karies. Komponen diet
yang sangat kariogenik adalah sukrosa, yang dimetabolisme oleh bakteri dalam
plak sehingga melarutkan email.(2)
Pembuluh darah dan saraf masuk ke pulpa melalui foramen apikal dan
kadang melalui saluran akar lateral. Pulpa gigi sulung dan gigi permanen muda
dengan apeks yang belum menutup sempurna, sangat kaya akan persediaan darah.
Oleh karena itu, pulpa gigi permanen yang belum matang ini mempunyai potensi
penyembuhan yang besar dan umumnya memberikan respon baik sekali terhadap
perawatan yang bertujuan mempertahankan dan mengawetkan pulpa. Suplai darah
juga sangat penting untuk pertahanan, gizi, dan pembentukan yang terus-menerus
dari dentin, yang mengelilingi dan melindungi pulpa. Saraf akan memastikan
sensitivitas gigi. Seumur hidup gigi, terjadi kalsifikasi yang lambat dan progresif
dimana volume ruang pulpa juga akan berkurang. Jika pulpa hancur, gigi menjadi
lebih lemah dan rapuh, serta jaringan pulpa akan mati dan gigi cenderung lebih
gelap dan berwarna abu-abu.(4,5)
Deposisi dentin pada gigi sulung dimulai beberapa bulan sebelum erupsi
dan pada gigi permanen beberapa tahun sebelum erupsi. Meskipun mahkota gigi
yang baru erupsi mempunyai bentuk eksternal yang matang, pulpa di dalamnya
masih harus bekerja keras untuk menyelesaikan perkembangan gigi. Bila pulpa
tetap sehat, deposisi dentin akan berlanjut selama setahun pascaerupsi untuk gigi
sulung dan dua sampai tiga tahun untuk gigi permanen, yang mengubah gigi ke
bentuk yang matang. Oleh sebab itu, salah satu tujuan perawatan kesehatan gigi
anak adalah melindungi dan mempertahankan pulpa gigi dalam keadaan sehat,
paling sedikit sampai tahap perkembangan gigi selesai.(4)
Di Indonesia, dengan segala kemajuan ilmu teknologi, pengobatan
penyakit karies gigi masih tertinggal oleh negara-negara lain. Meskipun telah
banyak yang dicapai, prevalensi karies gigi masih tinggi dan tidak menurun
seperti pada negara-negara maju. Mempertahankan gigi geligi sulung dalam
keadaan sehat dan nonpatologis adalah suatu hal yang penting dan harus
diupayakan. Tujuannya agar diperoleh kemampuan mastikasi yang baik,
terpeliharanya estetika dan fungsi mempertahankan ruang bagi gigi permanen,
perkembangan fonetik dan pencegahan terhadap kebiasaan buruk. Masih
tingginya tingkat karies dan penyakit pulpa pada gigi anak menyebabkan perlunya
dilakukan perawatan untuk mempertahankan fungsi-fungsi diatas.(6,7)
Perawatan pulpa pada gigi sulung dapat dianggap sebagai upaya preventif
karena gigi yang telah dirawat dapat dipertahankan dalam keadaan nonpatologis
sampai saat tanggalnya yang normal. Dengan demikian, lengkung geligi dapat
dipertahankan dalam keadaan utuh, fungsi kunyah dipertahankan, infeksi dan
peradangan kronis dapat dipertahankan. Selain itu, mempertahankan gigi anterior
dapat memperbaiki fungsi estetik, mencegah timbulnya kebiasaan buruk pada
lidah, membantu fungsi bicara, dan mencegah timbulnya efek psikologis.(4)
Gigi sulung dengan pulpa terbuka jangan dibiarkan tanpa perawatan.
Terdapat dua golongan perawatan pulpa pada gigi sulung yaitu perawatan pulpa
konservatif yang berupa perlindungan pulpa indirect, direct, dan pulpotomi. Yang
kedua ialah perawatan pulpa radikal yaitu pulpektomi diikuti dengan pengisian
saluran akar. Sedangkan perawatan pulpa pada gigi permanen muda hampir sama
dengan perawatan pada gigi sulung. Namun hal lain yang perlu diperhatikan pada
gigi permanen muda dengan kalainan pulpa atau pulpa yang mengalami trauma
adalah kebutuhan untuk melanjutkan penutupan apeks secara normal atau
merangsang penutupan apeks yang atipikal.(4)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi dan Fisiologi Pulpa Gigi Sulung dan Permanen Muda
Pulpa gigi merupakan struktur jaringan lunak hidup yang terletak dalam
kamar pulpa dan saluran akar gigi sulung dan gigi permanen. Pulpa gigi berasal
dari jaringan mesenkim dan mempunyai banyak fungsi. Fungsi permulaan dari
pulpa gigi ialah untuk meletakkan dentin yang membentuk struktur dasar gigi,
menentukan morfologinya secara umum, dan memberikan kekuatan dan
kekerasan mekanis. Sistem sensori yang kompleks dari pulpa gigi ialah
mengontrol peredaran darah dan sensasi rasa sakit.(4,5)
A. Anatomi Gigi Sulung dan Permanen Muda
Gigi-gigi
sulung
berbeda
morfologinya
dengan
gigi
permanen
Dentin dan email gigi sulung lebih tipis sedangkan kandungan mineral
pada gigi sulung dan permanen hampir sama. Email gigi sulung hanya setengah
tebal email gigi permanen. Warna gigi sulung lebih terang. Tanduk pulpa bagian
mesial mendekati oklusal, lebih tinggi dari pada gigi permanen. Ruang pulpa lebih
besar dan tanduk pulpanya lebih dekat dengan permukaan luar gigi dibandingkan
gigi permanen. Ruang pulpa gigi molar bawah lebih besar daripada gigi molar atas
pada gigi sulung.(9)
Pulpa gigi sulung menua sama seperti pulpa gigi permanen, dengan
demikian saluran akar molar sulung pada usia tiga tahun terlihat sangat luas pada
gambaran radiografik, sementara pada usia delapan tahun pada anak yang sama
terlihat sangat kecil atau hilang. Selain itu, pulpa gigi sulung mampu mengadakan
Gigi sulung
Gigi permanen
Sumber: http://www.pdi705_slide_restorasi_gigi_anak1_1-pdf.
Dari 20 gigi sulung, yang pertama erupsi adalah gigi insisivus sentral
rahang bawah, biasanya pada usia enam sampai delapan bulan. Insisivus
lateral secara keseluruhan lebih panjang namun lebih kecil daripada insisivus
sentral. Saluran pulpa mengikuti bentuk topografinya.
Gigi insisivus sentral dan lateral sulung rahang atas erupsi pada umur
10 bulan. Insisivus sentral rahang atas memiliki dimensi mesiodistal yang
besar dari ketinggian mahkota. Sama dengan insisivus bawah, insisivus sentral
rahang atas juga memiliki permukaan labial yang datar. Cingulum lingualis
terlihat jelas. Akarnya berbentuk kerucut dengan panjang sekitar dua kali lebih
tinggi mahkota. Gigi insisivus sentral memiliki dua atau tiga proyeksi kecil
tanduk pulpa, dimana tanduk pulpa mesial yang paling menonjol. Gigi
insisivus sulung umumnya lebih kerucut, baik mahkota maupun akarn, dan
ruang pulpanya juga lebih kecil.
10
Gigi molar sulung rahang bawah mempunyai empat cusp, dua pada
bagian bukal dan dua pada bagian lingual. Cusp mesiolingual dan mesiobukal
hampir bersatu sehingga permukaannya agak sempit. Enamel ridge sangat
menonjol, dan membagi permukaan oklusal. Akar molar sulung bawah
memiliki empat tanduk pulpa dan dua akar, yaitu pada aspek mesial dan distal.
5. Kaninus Sulung
Gigi kaninus biasanya erupsi pada umur 20 bulan. Kaninus atas lebih
panjang dan tajam. Marginal ridge pada gigi kaninus sulung kurang menonjol,
tetapi singulumnya lebih menonjol. Akarnya ramping, dengan panjang hampir
tiga kali panjang mahkota. Ruang pulpanya seperti gigi insisivus, mengikuti
kontur umum gigi. Gigi kaninus sulung rahang bawah lebih sempit dan
panjang, jauh lebih kecil daripada kaninus atas. Marjinal ridge bagian distal
jauh lebih rendah dari bagian mesial. Panjang akar kaninus bawah dua kali
panjang mahkota. Ruang pulpa mengikuti bentuk gigi secara umum.
11
Gigi molar kedua sulung merupakan gigi yang terakhir erupsi, yaitu
pada usia 28 bulan. Molar kedua sulung rahang atas menyerupai molar
pertama permanen rahang atas dari penampilannya, tetapi lebih kecil. Ada
empat cusp, dua di bagian bukal dan dua di bagian lingual. Seringkali ada cusp
kelima, yang disebut cusp Carabelli. Gigi ini berbentuk belah ketupat dan
mempunyai tiga akar. Ridge oblique menghubungkan cusp distolingual
dengan cusp mesiolingual. Terdapat lima atau bahkan empat tanduk pulpa.
Tanduk pulpa mesiobukal paling besar dan paling dekat dengan DEJ.
Molar kedua sulung rahang bawah juga hampir sama dengan gigi
molar pertama permanen rahang bawah, tapi ukurannya lebih kecil. Ada lima
cusp, tiga di permukaan bukal dan dua dibagian lingual. Akar gigi molar
kedua sulung rahang bawah ada dua yaitu, akar mesial dan distal yang
keduanya sangat sempit tapi luas dibagian bukolingual. Ada lima tanduk pulpa
yang sesuai dengan lima cusp.
Morfologi gigi sulung menyebabkan resiko karies yang besar. Hal ini
disebabkan karena emailnya lebih tipis, sehingga karies gigi lebih aktif pada gigi
sulung, secara proporsional dentinnya sangat tipis sehingga karies berkembang ke
jaringan pulpa lebih cepat.(10)
12
Induktif
Pulpa berpartisipasi dalam induksi dan pengembangan odontoblas dan
Formatif
Odontoblas membentuk dentin. Sel-sel yang sudah sangat khusus ini
13
Proses formatif ini terbatas pada daerah cedera dan disebut sebagai
dentinogenesis tersier.
3.
Nutritif
Melalui tubulus dentin, pulpa memasok nutrient yang sangat diperlukan
Defensif
Odontoblas, selain membetuk dentin sebagai respon terhadap cedera,
Sensatif
Melalui sistem saraf, pulpa memancarkan sensasi yang diperantarai
oleh email atau dentin ke pusat-pusat saraf yang lebih tinggi. Pulpa juga
memancarkan sensasi nyeri yang dalam yang disebabkan oleh penyakit,
terutama penyakit inflamasi.
14
15
Secara histologi, pulpa gigi sulung sama dengan permanen, yaitu terdiri
atas jaringan ikat longgar yang batas luarnya dikelilingi oleh lapisan sel sekresi
khusus yang saling bersambungan, yaitu odontoblas. Odontoblas mempunyai
beberapa percabangan yang memberikan jalur komunikasi interseluler dan
membantu mempertahankan posisi relative sel satu ke sel lainnya. Odontoblas
merupakan sel dengan deferensiasi tinggi dan berfungsi membentuk dentin
primer,
dentin
sekunder
maupun
dentin
reparative.
Karena
perluasan
sitoplasmanya masuk ke dalam tubuli dentin, sel-sel ini merupakan bagian utama
kompleks pulpa dentin. Jika kompleks ini cedera oleh karena penyakit atau atrisi
atau prosedur operatif, odontoblas akan bereaksi dalam upaya melindungi pulpa.(4)
Pulpa orang muda terutama bentuk dari jaringan ikat pulpa yang longgar,
dengan konsistensi sepertiga gel. Didalam pulpa terdapat kolagen, serabut
prokolagen, dan jaringan ikat saraf, serta berbagai macam sel, seperti fobroblas
dan sel pertahanan tubuh.(2)
B. Sel-sel Dalam Jaringan Pulpa
1. Odontoblas
Odontoblas merupakan sel yang paling utama dari jaringan pulpa.
Odontoblas membentuk suatu lapisan tunggal di daerah perifer dan
mensintesis matriks, yang akan termineralisasi dan disebut dentin. Sel
odontoblas terdiri dari dua komponen struktural dan fungsional utama, yakni
badan sel dan prosesus sitoplasmiknya. Badan sel terletak persis di bawah
matriks dentin yang tidak termineralisasi (predentin) dan membentuk daerah
16
suatu
pertukaran
metabolit.
Pada
pulpa
koronal,
18
terdapat tiga tipe yaitu: batu bebas yang dikelilingi oleh jaringan pulpa; batu
lekat yang menyambung dengan dentin, dan; batu terbenam yang seluruhnya
dikelilingi oleh dentin, kebanyakan dentin tersier. Batu pulpa yang besar
secara klinis akan jelas terlihat dan bisa menghalangi akses ke saluran akar
selama perawatan.
Kalsifikasi dapat pula membentuk deposit yang terpencar-pencar atau
berupa garis. Keadaan ini berkaitan dengan bundel-bundel neurovaskuler
dalam inti pulpa. Macam kalsifikasi ini paling banyak dijumpai pada pulpa
yang atrofi atau pulpa yang mengalami inflamasi kronis.
E. Pembuluh Darah pada Pulpa (1)
Pulpa matang memiliki vaskularisasi yang luas dan unik yang
mencerminkan keunikan lingkungan sekitar pulpa. Jalinan pembuluh ini telah
diperiksa melalui berbagai teknis misalnya teknis perfusi tinta India, dengan
mikroskop elektron transmisi, dengan mikroskop elektron skaning dan
mikroradiografi.
1. Pembuluh Darah Aferen (Arteriola)
Terdapat satu atau adakalanya dua pembuluh aferen yang memasuki
saluran akar melalui foramen apikal. Pembuluh-pembuluh ini adalah
pembuluh arteriola yang merupakan cabang kecil dari arteri dental. Arteri
dental adalah cabang dari arteri alveolaris inferior, arteri alveolaris posterior
superior, atau arteri infraorbita, yang kesemuanya merupakan cabang dari
arteri maksilaris interna. Semua pembuluh aferen (kecuali pembuluh kapiler)
21
dan
shunt
vena
arteri
memiliki
mekanisme
neuromuskuler
untuk
22
dentin beberapa micron. Hanya 10 sampai 20% tubuli dentin pada dentin koronal
mengandung ujung saraf, dan pada dentin radikular hampir tidak ada.
Sekitar 80% saraf pulpa adalah serabut tipe-C, dan sisanya adalah serabut
A-delta. Serabut-serabut ini mungkin didistribusi ke seluruh jaringan pulpa, oleh
karena itu, serabut-serabut tersebut menyalurkan rasa sakit berdenyut dan rasa
sakit yang tidak tajam yang ada hubungannya dengan kerusakan jaringan pulpa.
Batang saraf di susun dari serabut A-delta bermielin pada perifer dan
serabut C yang tidak bermielin di pusat. Pada daerah periapikal, batang saraf
bergabung dengan bagian maksila atau mandibula saraf kranial kelima atau
trigeminal, ke pons, ke thalamus, dan akhirnya ke korteks, dimana
diinterpretasikan sebagai rasa sakit.
Teori hidrodinamik menjelaskan reaksi rasa sakit pulpa terhadap panas,
dingin, pemotongan dentin, dan probing dentin. Panas mengembangkan cairan
dentin, sedang dingin mengerutkan cairan dentin, memotong tubuli dentin
memungkinkan cairan dentin keluar, dan melakukan probing pada permukaan
dentin yang dipotong atau terbuka dapat merusak bentuk tubuli dan menyebabkan
gerakan cairan. Semua rangsangan ini mengakibatkan gerakan cairan dentin dan
menggiatkan ujung saraf.
G. Sistem Limfatik
Limfatik merupakan pembuluh kecil berdinding tipis, terletak di daerah
korona yang kemudian memasuki daerah tengah dan daerah apeks untuk keluar
melalui satu atau dua pembuluh yang lebih besar di foramen apikal. Dinding
23
pembuluh limfatik terbentuk dari suatu endothelium yang kaya akan organel dan
granula. Ada celah-celah pada dinding pembuluh limfatik seperti juga pada
dinding pembuluh kapiler. Namun, tidak seperti pada pembuluh darah, celah ini
dapat dijumpai pula di daerah membran basalis. Celah-celah di membran basalis
dan didinding pembuluh limfe ini memungkinkan lewatnya cairan jaringan
interstisial ke dalam pembuluh limfe yang bertekanan negatif.(1)
Pembuluh limfatik dijumpai di dalam pulpa. Struktur endotelialnya yang
halus membuat pembuluh tersebut sukar untuk dilihat. Fungsi pembuluh limfatik
ini adalah menghilangkan cairan celah dan produk pembuangan metabolik, untuk
mempertahankan tekanan jaringan intrapulpa pada tingkat yang normal. Setelah
keluar dari pulpa, sejumlah pembuluh bergabung dengan pembuluh yang datang
dari ligamen periodontium, semua bermuara kedalam kelenjar limfe regional
(submenial, submandibula, atau servikal) sebelum mengosongkan isinya ke dalam
vena subklavia dan vena jugularis interna. Pembuluh limfatik ini mengikuti jalan
venula ke arah foramen apikal.(1,3)
H. Cairan Interstisial Pulpa
Cairan interstisial meliputi seluruh jaringan pulpa dan mengisi tubuli
dentin pada perluasannya ke distal dan di sekeliling prosesus odontoblastik.
Cairan interstisial yang mengisi tubuli dentin di sebut cairan dentin. Adanya
cairan ini dalam kavitas pulpa menghasilkan suatu tekanan rata-rata interpulpa
sekitar 10 mmHg. Melihat susunan struktural matriks, yang mempunyai substansi
24
dasar yang diperkuat oleh serabut kolagen, pulpa kelihatannya mampu membatasi
daerah dengan tekanan interpulpa yang meningkat selama periode inflamasi.(3)
I.
Mineralisasi Pulpa
Struktur histologi lain yang ditemukan pada pulpa gigi adalah mineralisasi.
25
dan pulpa terletak lebih dekat ke permukaan, sehingga cacat email dapat
berpengaruh besar terhadap pulpa. Makin banyak daerah dentin yang terbuka,
makin besar efeknya pada pulpa.(2,10)
Jaringan pulpa dan periapeks normal adalah keadaan saat pulpa dan daerah
periapeks bebas dari keadaan sakit. Hal ini dapat dilihat dari variasi struktur
histologi yang bergantung pada umur dan fungsi gigi tersebut. Tidak adanya
gejala tidak menjamin bahwa pulpa itu sehat. Bahkan pulpa yang mati pada
dasarnya tidak menunjukkan gejala. Kadang pasien anak enggan untuk
memberitahukan bahwa giginya sakit, beruntung jika orang tuanya menyadari,
karena proses karies cepat menyebar pada gigi sulung. Akibatnya, jaringan pulpa
sering terkena dan pilihan pengobatan untuk gigi sulung sangat sedikit. Dalam
perawatan endodontik dikenal beberapa macam kelainan pulpa, yaitu: hiperemia
pulpa; pulpitis (inflamasi pulpa); degenerasi pulpa, dan; nekrosis pulpa.(2,12)
A. Hiperemia pulpa
Hiperemia pulpa adalah penumpukan darah secara berlebihan pada pulpa,
yang disebabkan oleh kongesti vascular. Hiperemia pulpa merupakan penanda
bahwa pulpa tidak dapat dibebani iritasi lagi untuk dapat bertahan sebagai suatu
pulpa yang tetap sehat.
Hiperemia pulpa ada dua tipe yaitu:
1. Arteri (aktif), jika terjadi peningkatan peredaran darah arteri.
2. Vena (pasif), jika terjadi pengurangan peredaran darah vena.
26
27
kepekaan yang sedikit lebih tinggi dari pada pulpa normal. Gambaran radiografi
menunjukkan ligamen periodontal dan lamina dura yang normal dan dapat dilihat
kedalaman karies. Hiperemia pulpa harus dibedakan dengan hipersensitivitas
dentin walaupun keduanya termasuk pulpitis reversibel.(2)
B. Pulpitis
Pulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa nyeri.
Pulpitis merupakan kelanjutan dari hiperemia pulpa, dimana bakteri telah
menggerogoti jaringan pulpa. Menurut Ingle, atap pulpa mempunyai persarafan
terbanyak dibanding bagian lain pada pulpa. Secara hematogen, pulpitis juga
dapat terjadi karena tuberkulosis, sifilis, dan anachorose.(2,13)
1.
28
29
30
31
32
33
akar pada masa pembentukan gigi, dan dentikel palsu yang terbentuk pada
kamar pulpa karena degenerasi sel pulpa setelah pembentukan akar
sempurna.(2,3)
4. Degenerasi atrofik, dimana dijumpai lebih sedikit sel-sel stelat, dan cairan
interselular meningkat. Jaringan pulpa kurang sensitif.(3)
D. Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang merupakan proses lanjutan
dari radang pulpa akut maupun kronis atau terhentinya sirkulasi darah secara tibatiba akibat trauma. Terbukanya pulpa karena karies akhirnya diikuti oleh infeksi
pulpa, sedangkan terbukanya pulpa karena trauma diikuti oleh infeksi, jika pulpa
yang terbuka terkontaminasi saliva. Pulpa yang infeksi meradang sehingga
terjadilah nekrosis pulpa, gigi permanen yang sedang berkembang dapat terkena.
Nekrosis pulpa dapat parsial atau total.(2,3,15)
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf, dan sel odontoblas,
memiliki kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan
untuk mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan. Akan tetapi apabila terjadi
inflamasi kronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang
jaringan pulpa maka akan menyebabkan kematian pulpa atau nekrosis pulpa. Hal
ini sebagai akibat kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau
penyembuhan. Semakin luas kerusakan jaringan pulpa yang meradang semakin
berat sisa jaringan pulpa yang sehat untuk mempertahankan vitalitasnya.
34
Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali adanya infeksi bakteri pada
jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan
lingkungan oral akibat terbentuknya tubula dentinalis dan direct pulpal exposure,
hal ini memudahkan infeksi bakteri ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang
pada jaringan pulpa. Apabila tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada
pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam
pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Tubula dentinalis dapat
terbentuk sebagai hasil dari prosedur restorasi yang kurang baik atau akibat
restorasi material yang bersifat iritatif. Bisa juga diakibatkan karena fraktur pada
email, fraktur dentin, proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari tubula dentinalis inilah
infeksi bakteri dapat mencapai jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan.
Sedangkan direct pulpal exposure bisa disebabkan karena proses trauma, prosedur
restorasi, dan yang paling umum adalah karena adanya karies. Hal ini
mengakibatkan bakteri menginfeksi jaringan pulpa dan terjadi peradangan
jaringan pulpa.
35
pulpa dan menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini
memungkinkan bakteri untuk penetrasi sampai ke pembuluh darah kecil pada
apeks. Semua proses tersebut dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.(16)
Ada dua tipe nekrosis pulpa, yaitu: (2,3,14)
1. Nekrosis Koagulasi
Pada nekrosis koagulasi (pengentalan), terdapat bagian jaringan yang
larut, mengendap, dan berubah menjadi bahan yang padat. Pengejuan adalah
suatu bentuk nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa
seperti keju, yang terdiri atas protein yang mengental, lemak, dan air.
2. Nekrosis Liquefaction
Nekrosis liquefaction (pencairan) terjadi bila enzim proteolitik
mengubah jaringan menjadi bahan yang lunak, cair, atau debris amorfus.
Pulpa terkurung oleh dinding yang kaku, tidak mempunyai sirkulasi daerah
kolateral dan venul, serta limfatiknya kolaps akibat meningkatnya tekanan
jaringan sehingga pulpitis ireversibel akan menjadi nekrosis liquifaksi.
36
37
BAB III
PERAWATAN PULPA GIGI SULUNG DAN PERMANEN MUDA
PADA ANAK-ANAK
Diagnose patologi pulpa sangat sulit ditentukan pada pasien muda karena
tidak jarang mereka tidak mengajukan gejala yang jelas. Penilaian sebelum
perawatan penting untuk menentukan indikasi perawatan pulpa atau pencabutan.
Penilaian status pulpa yang dapat dilakukan yaitu riwayat pasien, pemeriksaan
klinis untuk melihat adanya pembengkakan dan mobilitas, perkusi, dan tes
vitalitas pulpa. Tes dilakukan dengan tester pulpa elektrik yang memberikan hasil
sebanding bila digunakan untuk gigi sulung atau permanen muda. Pemeriksaan
histologi dari gigi geligi sulung yang sudah dicabut membuktikan bahwa
penyebaran radang yang cepat dapat dianggap sebagai respon umum terhadap
karies yang dalam.(4,10)
Pemeriksaan radiografis juga merupakan syarat penting untuk suatu
perawatan pulpa pada gigi sulung dan permanen muda. Radiografi praoperatif
diperlukan untuk menghilangkan kontraindikasi lokal dari terapi saluran akar,
seperti kerusakan koronal yang besar, resorbsi akar internal atau eksternal tahap
lanjut, dan kerusakan tulang alveolar yang besar, yang berhubungan dengan
goyangnya gigi.(10)
38
39
40
4. File
File terdiri atas bermacam-macam bentuk yang pada umumnya
digunakan untuk menghaluskan dan membersihkan dinding saluran akar. Ada
beberapa jenis file, diantaranya adalah:
a. File Hedstrom
File Hedstrom berbentuk seperti kerucut, yang tersusun semakin ke
ujung semakin kecil. Gunanya untuk mengikis permukaan dinding saluran
akar, tetapi akan meninggalkan permukaan yang kasar.
b. File Tipe Kerr
File tipe Kerr mempunyai penampang segiempat yang kemudian
diputar dengan ujungnya ditahan sehingga berbentuk spiral. Gunanya
untuk menghaluskan permukaan dinding saluran akar, melebarkan saluran
akar yang sempit dan bengkok dengan gerakan naik turun, dan membawa
semen saluran akar ke dalam saluran akar.
c. File Rat Tail
Bentuk file rat tail hampir sama dengan barbed broaches, tetapi
kaitnya lebih pendek dan lebih banyak.
B. Instrumen Pengisian Saluran Akar
Instrumen yang biasa digunakan untuk mengisi saluran akar adalah
sebagai berikut: (2)
41
42
3. Lentulo
Lentulo merupakan instrumen yang berbentuk spiral, yang berukuran
sama seperti file atau reamer. Penggunaannya dapat dilakukan dengan tangan
atau mesin putaran lambat, dimasukkan dengan putaran berlawanan dengan
arah jarum jam, kemudian dikeluarkan searah dengan jarum jam. Apabila
terjadi hambatan, sebaiknya pemutarannya jangan dipaksakan karena alat bisa
patah dalam saluran akar.
III.2 Bahan Pengisi Saluran Akar dan Fiksasi Jaringan Pada Gigi Sulung
dan Permanen Muda
A. Bahan Pengisi Saluran Akar Pada Gigi Sulung dan Permanen Muda
Bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung berbeda dengan gigi
permanen. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan gigi-geligi,
perbedaan anatomi dan fisiologi gigi, adanya resorbsi akar, dan kesulitan
memperoleh gambaran radiologi yang memadai di sekitar apeks gigi sulung. (7,11)
Kriteria ideal untuk bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung
adalah:(7,11)
1. Bahan tersebut harus dapat diresorbsi seiring dengan resorbsi fisiologi
akar gigi sulung;
2. Tidak berbahaya bagi jaringan periapikal dan benih gigi permanen;
3. Melekat dengan baik pada dinding saluran akar dan tidak mengkerut;
4. Mudah diaplikasikan dan dapat dibuang dengan mudah bila diperlukan;
43
paling banyak digunakan. Menurut Camp, pasta ini diberikan untuk pengisian
pada gigi yang tidak memperlihatkan gejala klinis atau simptom infeksi.
Tingkat keberhasilan bahan ini cukup tinggi, baik digunakan sendiri atau
ditambahkan dengan bahan fiksatif lain. Untuk memudahkan pengisian, bahan
tersebut diaduk hingga mencapai konsistensi yang cukup encer untuk bisa
masuk ke dalam saluran akar, namun harus berhati-hati agar tidak terjadi
overfilling. Sebaliknya, pasta yang terlalu kental menyulitkan obturasi dan
menyebabkan underfilling.
Campuran bahan zinc oksida eugenol untuk pengisian saluran akar telah
menghasilkan bentuk yang cukup keras sehingga memungkinkan terjadinya
44
perubahan arah pada gigi permanen pengganti, dan dapat pula terjadi
keterlambatan erupsi atau bahkan erupsi yang lebih dini. Barker dan Locket
juga mensinyalir bahwa apabila bahan tersebut ditekan terlalu dalam dan keluar
melampaui akar gigi, maka bahan tersebut tidak akan diresorbsi dan
menimbulkan reaksi tubuh terhadap adanya benda asing. Namun Woods dan
Kildea menyatakan bahwa bahan tersebut masih dapat diresorbsi hanya saja
memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Kelebihan pasta zinc oksida eugenol cenderung akan dibuang oleh
tubuh sebagai mekanisme pertahanan terhadap benda asing. Pasta tersebut
cenderung bergerak dari region apikal ke region interadikuler yang lebih
sedikit hambatannya. Gerakan ini disebabkan tekanan erupsi gigi permanen
dan mekanisme tubuh untuk membuang benda asing.
Erausquin dan Muruzabal memperlihatkan bahwa zinc oksida eugenol
mengiritasi jaringan periapikal dan menyebabkan nekrosis tulang dan
sementum. Pasta zinc oksida eugenol tidak memiliki kemampuan bakterisid
kecuali bila dicampur dengan bahan lain misalnya formokresol. Namun efek
dari pemakaian formokresol masih dipertanyakan terlebih bila terjadi
overfiling. Dikhawatirkan efek formaldehid bahan tersebut akan difus pada
organisme makhluk hidup.(7)
2.
Iodoform
Iodoform merupakan bahan yang dicampurkan dengan camphor,
45
yang
dilakukan
oleh
Woodhouse
dan
Wright
46
tidak sukses sebagai bahan pengisi saluran akar gigi sulung. Hal ini karena
bahan tersebut menimbulkan resorbsi internal pada akar gigi sulung.
Pemakaian
kalsium
hidroksida
lebih
diindikasikan
untuk
perawatan
47
terkontaminasi oleh bakteri terutama pada fase kritis penyembuhan. Pasta ini
juga tidak terlihat secara radiografi dan tidak tahan lama, namun hal tersebut
tidak menjadi masalah, mengingat masa retensi gigi sulung yang relative
pendek. Selain itu harganya relative mahal dan pemakaiannya yang kurang
praktis dibandingkan dengan dressing lainnya karena pasta harus melapisi
dinding saluran akar dimasukkan sesuai panjang kerja.(7,18)
Kalsium hidroksida mempunyai pH 12,5 serta memiliki efek antibakteri
dan mampu memperbaiki kondisi patologis lesi periapikal. Kalsium hidroksida
juga mempunyai sifat alkalin yang dapat berperan sebagai iritan, dengan
merusak sel pada daerah yang berkontak kemudian menstimulasi sel-sel yang
berdekatan untuk memacu terbentuknya jaringan terkalsifikasi. Sifat fisis
kalsium hidroksida adalah daya larutnya yang tinggi di dalam air dan gliserol,
tidak larut dalam alkohol, dan tidak berbau. Mekanisme kerja kalsium
hidroksida di dalam saluran akar belum diketahui secara pasti, tetapi difusi ion
kalsium dan hidroksil ke tubuli dentin sudah terbukti.(7,18,19)
Indikasi penggunaan kalsium hidroksida adalah sebagai bahan dressing
pada sebagian besar kasus perawatan saluran akar baik pada gigi vital maupun
non vital. Peletakan kalsium hidroksida di antara waktu kunjungan dianjurkan
pada gigi dengan pembersihan dan pembentukan saluran akar yang belum
sempurna, simptomatis, waktu antar kunjungan lama, ada infeksi periapikal,
juga pada kasus injuri traumatik. Pemakaian kalsium hidroksida sebagai
dressing awal tidak diindikasikan pada keadaan dimana dibutuhkan
penghambatan inflamasi atau inflamasi resorbsi akar aktif, atau bila ada rasa
48
sakit. Karena pada keadaan tersebut pasta ini dapat merupakan iritan yang
dapat menyebabkan eksaserbase simptom atau inflamasi yang sebelumnya
sudah ada.(18)
Machida meneliti penambahan iodoform ke dalam bahan kalsium
hidroksida. Dari penelitiannya, terlihat bahwa campuran tersebut diresorbsi
lebih cepat dari resorbsi fisiologis akar gigi. Campuran ini juga lebih mudah
diaplikasikan, tidak memiliki efek toksik bagi gigi permanen penggantinya dan
radioopak. Bahan ini dijual dalam siringe yang dilengkapi dengan ujung untuk
aplikasi. Kalsium hidroksida dan iodoform dianggap paling mendekati
persyaratan ideal bahan pengisi saluran akar untuk gigi sulung.(7)
Formokresol
Pada tahun 1905, Buckley membuat larutan yang mengandung 1%
formaldehid, 35% kresol dalam larutan gliserin / air, yang nantinya akan
digunakan sebagai obat untuk perawatan gigi-gigi molar sulung dengan
perforasi pulpa. Pulpotomi formokresol dengan menempatkan cotton pelet
yang dibasahi dengan obat dan diletakkan ke potongan pulpa setelah pulpa
koronal dibersihkan dan perdarahan dihentikan. Cotton pelet dibiarkan selama
49
merupakan
agen
bakterisidal
yang
mematikan.
Glutaraldehid
Bahan cairan glutaraldehid 2% telah diperkenalkan oleh Gravenmade
50
mempunyai bahan fiksasi yang lebih baik dan ringan, tetapi daya toksik
kurang, karena mempunyai dua kelompok aldehid yang berfungsi aktif. Sifat
glutaraldehid adalah kurang antigenik dan mudah dimetabolis oleh tubuh.
Fuks dkk, mendapatkan kegagalan sebesar 18% pada gigi sulung
setelah 25 bulan pemakaian glutaraldehid. Setelah 42 bulan, keberhasilan
sebesar 45% mengalami lebih cepat dari yang dikontrol Fuks dan Bimstein.
Belakangan ini ada beberapa peneliti telah menunjukkan keracunan reaksi
alergi, dan menimbulkan iritasi mata. Oleh karena itu, bahan ini masih banyak
diperdebatkan oleh para ahli untuk pemakaian pada gigi anak.(6)
3.
Ranly dan
Garcia-Godoy membandingkan
formaldehid
dengan
51
53
54
55
56
menggunakan
formokresol
atau
glutaraldehid,
dan
devitalisasi
pulpotomi.(3,15,20)
57
59
g. Mobilitas patologik;
h. Adanya pus pada pulpa yang terbuka.
i. Rasa sakit spontan atau rasa sakit bila diperkusi maupun palpasi.
j. Keadaan umum yang kurang baik, di mana daya tahan tubuh terhadap
infeksi sangat rendah.
k. Perdarahan yang berlebihan setelah amputasi pulpa.
Keuntungan perawatan pulpotomi vital adalah perawatan dapat
diselesaikan dalam waktu singkat, hanya satu sampai dua kali kunjungan;
pengambilan pulpa hanya di bagian korona, hal ini menguntungkan karena
pengambilan jaringan pulpa bagian saluran akar sulit karena adanya
mumifikasi; iritasi instrumen atau obat-obatan terhadap jaringan periapikal
dapat dihindari, dan; bila perawatan pulpotomi gagal, maka dapat dilakukan
pulpektomi atau pulpotomi devital.(20)
60
61
Sumber: http://www.pdi705_slide_perawatan_pulpa_gigi_anak_1_pdf.
62
63
(20)
a. Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karena karies atau trauma;
b. Pasien dengan perdarahan yang abnormal, misalnya hemofili;
c. Kesulitan dalam membuang semua jaringan pulpa pada perawatan
pulpektomi terutama pada gigi posterior;
d. Bila pulpotomi vital sulit dilakukan, misalnya kesulitan untuk
melakukan anestesi lokal, dan;
e. Gigi yang akarnya bengkok, atau lokasi gigi sukar untuk dilakukan
pulpektomi.
Kontra indikasi perawatan pulpotomi devital adalah: (23)
a. Kerusakan gigi bagian koronal yang besar sehingga restorasi tidak
mungkin dilakukan;
b. Infeksi periapikal, apeks masih terbuka, dan;
c. Adanya kelainan patologis pulpa secara klinis maupun rontgenologis.
Teknik perawatan pulpotomi devital adalah sebagai berikut: (23)
Kunjungan pertama :
a. Rontgen foto;
b. Isolasi daerah kerja dengan rubber dam;
c. Karies disingkirkan kemudian pasta devital paraformaldehid dengan
kapas kecil diletakkan di atas pulpa;
d. Tutup dengan tambalan sementara, hindarkan tekanan pada pulpa, dan;
e. Orang tua diberitahu untuk memberikan analagesik sewaktu waktu
jika timbul rasa sakit;
64
65
C. Pulpektomi
Pulpektomi adalah suatu tindakan pembuangan jaringan nekrotik dan
saluran akar gigi sulung yang pulpanya nonvital atau mengalami radang kronis.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan infeksi dan mempertahankan fungsi gigi
sulung hingga waktunya tanggal tanpa membahayakan benih gigi permanen dan
kesehatan anak.(4,7)
Indikasi perawatan pulpektomi adalah: (4,27)
1. Gigi sulung dengan pulpitis ireversibel, atau gigi yang semula akan
dilakukan pulpotomi tapi ternyata pulpa menunjukkan tanda-tanda pulpitis
ireversibel
(misalnya,
perdarahan
berlebihan
yang
tidak
dapat
Ada dua macam pulpektomi gigi sulung yaitu: pulpektomi parsial dan
pulpektomi menyeluruh.
1. Pulpektomi parsial
Pulpektomi parsial dilakukan pada gigi sulung bila jaringan pulpa
bagian koronal dan dalam saluran akar masih vital tetapi menunjukkan gejala
klinis hiperemia, atau bila perdarahan pada pemotongan pulpa yang tidak
dapat dikontrol. Prosedur ini dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan.(4)
Teknik perawatan pulpektomi parsial yaitu: (4)
a. Rontgen foto;
b. Pemberian anestesi lokal, lalu gigi diisolasi dengan rubber dam;
c. Membuang semua jaringan karies dan seluruh atap pulpa, lalu jaringan
pulpa bagian koronal diambil dengan eskavator atau bur bulat;
d. Sisa jaringan dibersihkan dan diirigasi, lalu dikeringkan;
e. Jaringan pulpa dalam saluran akar diambil dengan jarum eksterpasi
yang dimasukkan dengan perlahan-lahan sampai dirasakan adanya
hambatan untuk masuk lebih dalam;
f. Saluran akar dilebarkan dengan file untuk memudahkan pengisian
saluran akar, dan didirigasi berulang-ulang dengan larutan NaOCL
agar sisa debris hilang;
g. Saluran akar dikeringkan dengan paper point, dan diisi dengan bahan
pengisian yang dapat mengalami resorbsi dengan menggunakan jarum
lentulo, pressure syringe, file, atau kondensor amalgam, dan;
67
h. Di atas bahan pengisi saluran akar diletakkan dasar semen, lalu gigi
direstorasi permanen.
2. Pulpektomi Lengkap
Pulpektomi lengkap atau menyeluruh dilakukan untuk merawat gigi
sulung nonvital, dan dilakukan dalam beberapa kali kunjungan. Bila gigi
goyang, terdapat pembengkakan atau fistula, terdapat pus pada saluran akar,
atau instrumetasi saluran akar tidak boleh dilakukan pada kunjungan
pertama.(4)
Teknik perawatan pulpektomi menyeluruh adalah sebagai berikut: (4,28)
a. Pada kunjungan pertama, dilakukan perkusi pada gigi yang akan
dirawat, bila terdapat abses, fistula, atau reaksi positif terhadap
perkusi, pulpa segera harus dibuka untuk drainase dan meredakan rasa
sakit;
b. Abses yang berfluktuasi diinsisi dan fistula yang menonjol dieksisi;
c. Pada kunjungan berikutnya gigi diisolasi dengan rubber dam, lalu
semua jaringan karies dibuang;
d. Jaringan pulpa pada mahkota diambil dan jaringan nekrotik
dibersihkan,
e. Kavitas diirigasi dengan aquades, kemudian ruang pulpa diisi dengan
kapas yang dibasahi dengan obat antibakteri, seperti CHKM, kresofen,
lalu ditutup dengan tumpatan sementara;
f. Pada kunjungan berikutnya, setelah ruang pulpa kering dan semua
gejala hilang, tumpatan sementara dibuka, kemudian saluran akar diisi
68
69
70
(22)
1. dapat diselesaikan dalam waktu singkat, yaitu dengan satu atau dua kali
kunjungan;
2. Pengambilan pulpa hanya di bagian koronal. Hal ini menguntungkan
karena pengambilan pulpa di bagian radikular sulit dan sempit, serta penuh
ramikasi, disamping itu, iritasi obatobatan dan instrumen perawatan
saluran akar tidak ada, dan;
3. Jika perawatan ini gagal dapat dilakukan pulpektomi.
C. Apeksifikasi
Apeksifikasi adalah suatu perawatan endodontik yang bertujuan untuk
merangsang perkembangan lebih lanjut atau meneruskan proses pembentukan
apeks gigi yang belum tumbuh sempurna, yang disebabkan trauma dan biasanya
pada pulpa yang mengalami nekrosis. Kebanyakan kasus trauma terjadi pada gigi
permanen muda yang akarnya belum menutup sempurna sehingga dapat
menyebabkan kematian pulpa. Apeksifikasi ini merupakan suatu perawatan
pendahuluan pada perawatan endodontik dengan menggunakan kalsium
hidroksida sebagai bahan pengisian saluran akar yang bersifat sementara pada gigi
non vital dengan apeks gigi yang terbuka. Setelah dilakukan apeksifikasi
diharapkan terjadinya penutupan saluran akar pada bagian apikal. Dengan
71
untuk
mendapatkan
hasil
perawatan
yang
diharapkan.
72
dengan
larutan
H2O2
3%
dan
NaOCl
2,6%
untuk
73
74
kalsium
pengecekan secara
perawatan
apeksifikasi
secara
klinis
jika
proses
penyembuhan mulai berlangsung, pasien akan terbebas dari rasa sakit spontan,
demikian pula rasa sakit waktu perkusi dan palpasi, dan penutupan apeks akan
terbentuk. Secara rontgen foto keberhasilan perawatan apeksifikasi terlihat
75
gambaran radioopak di sepanjang bagian saluran akar yang berarti telah terjadi
penutupan pada bagian apeks gigi dan tidak dijumpai adanya gambaran radiolusen
yang merupakan tanda patologis dibagian periapikal.(30)
76
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Pulpa gigi merupakan struktur jaringan lunak hidup yang berasal dari
jaringan mesenkim dan mempunyai banyak fungsi yaitu induktif, formatif,
nutritif, defensif, dan sensatif.
Pulpa gigi sulung berbeda dengan gigi permanen. Ruang pulpa gigi sulung
lebih besar dan tanduk pulpanya lebih dekat dengan permukaan luar gigi
dibandingkan gigi permanen.
Dalam perawatan endodontik dikenal beberapa macam kelainan pulpa,
yaitu hiperemia, pulpitis, degenerasi pulpa, dan nekrosis. Untuk menangani
kelainan pulpa pada gigi sulung dan permanen muda, maka harus dilakukan
perawatan untuk mempertahankan gigi sebelum waktunya tanggal. Perawatan
pulpa yang dapat dilakukan pada gigi sulung antara lain pulp caping, pulpotomi,
dan pulpektomi. Pada gigi permanen muda dapat dilakukan pulp caping,
pulpotomi, dan apeksifikasi.
Instrumen yang digunakan untuk preparasi saluran akar antara lain jarum
miller, jarum eksterpasi, reamer, dan file. Sedangkan instrumen untuk pengisian
saluran akar yaitu root canal spreader, root canal plugger, dan lentulo.
77
Bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung dan permanen muda yang
sering digunakan adalah zinc oksida eugenol, iodoform, kalsium hidroksida, dan
obat-obat
untuk
fiksasi
jaringan
yaitu
formokresol,
glutaraldehid, dan
formaldehid.
IV.2 Saran
Orang tua harus berperan aktif dalam menjaga oral higyene anaknya. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengajarkan cara menyikat gigi dan mengunjungi
dokter gigi setiap enam bulan sekali, untuk mencegah terjadinya karies dini.
Bila sudah terjadi karies yang melibatkan pulpa, maka dapat dilakukan
perawatan pulpa seperti pulp caping, pulpotomi, pulpektomi, dan apeksifikasi.
Namun, jika kerusakan sudah sangat parah dan sulit untuk dipertahankan, maka
dapat dilakukan pencabutan dan jika perlu menggunakan space maintainer
78