Anda di halaman 1dari 19

https://cardo13.wordpress.

com/2012/12/06/anastesiblok-pada-maksila-dan-mandibula/
Anastesi Blok Pada Maksila dan Mandibula

Desember 6, 2012
BY RICARDO 7N@G@

Untuk menghasilkan konduksi anestesi, anestesi local diinjeksikan


pada permukaan tubuh. Anestesi lokal akan berdifusi masuk ke dalam
syaraf dan menghambat serta memperlambat sinyal terhadap rasa
nyeri, kontraksi otot, regulasi dari sirkulasi darah dan fungsi tubuh
lainnya. Biasanya obat dengan dosis atau konsentrasi yang tinggi akan
menghambat semua sensasi (nyeri, sentuhan, suhu, dan lain-lain)
serta kontrol otot. Dosis atau konsentrasi akan menghambat sensasi
nyeri dengan efek yang minimal pada kekuatan otot.
Anestesi local dapat memblok hampir setiap syaraf antara akhir dari
syaraf perifer dan system syaraf pusat. Teknik perifer yang paling
bagus adalah anestesi local pada permukaan kulit atau tubuh.
Adapun manfaat dari anestesi local adalah sebagai berikut :
Digunakan sebagai diagnostic, untuk menentukan sumber nyeri
Digunakan sebagai terapi, local anestesi merupakan bagian dari
terapi untuk kondisi operasi yang sangat nyeri, kemampuan dokter gigi
dalam menghilangkan nyeri pada pasien meski bersifat sementara
merupakan ukuran tercapainya tujuan terapi.
Digunakan untuk kepentingan perioperatif dan postoperasi. Proses
operasi yang bebas nyeri sebagian besar menggunakan anestesi local,
mempunyai metode yang aman dan efektif untuk semua pasien
operasi dentoalveolar.
Digunakan untuk kepentingan postoperasi. Setelah operasi dengan
menggunakan anestesi umum atau lokal, efek anestesi yang berlanjut
sangat penting untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien.

PEMBAHASAN
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-tidak, tanpa dan
aesthtos, persepsi, kemampuan untuk merasa), secara umum
berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa
sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver
Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Dua Kelompok Anastesi
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu
analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa
disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang
mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik
tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu
meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan
hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap
sadar.
Tipe Anastesi
Beberapa tipe anestesi adalah:
1. Pembiusan total hilangnya kesadaran total
2. Pembiusan lokal hilangnya rasa pada daerah tertentu yang
diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).
3. Pembiusan regional hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas
dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang
berhubungan dengannya
Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi
yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa
menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila
digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah selesai operasi
tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.

Anestesiologis Dengan Empat Rangkaian Kegiatan


Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis.
Dokter spesialis anestesiologi selama pembedahan berperan
memantau tanda-tanda vital pasien karena sewaktu-waktu dapat
terjadi perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.
Empat rangkaian kegiatan yang merupakan kegiatan sehari-hari dokter
anestesi adalah:
1. Mempertahankan jalan napas
2. Memberi napas bantu
3. Membantu kompresi jantung bila berhenti
4. Membantu peredaran darah
5. Mempertahankan kerja otak pasien.
Berdasarkan kemasannya, obat anestesia umum inhalasi ada 2
macam, yaitu :
1. Obat anestesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah
menguap :
a. Derivat halogen hidrokarbon.
Halothan
Trikhloroetilen
Khloroform
b. Derivat eter.
Dietil eter
Metoksifluran
Enfluran
Isofluran
2. Obat anestesia umum yang berupa gas
a. Nitrous oksida (N2O)
b. Siklopropan
Penggunaan Dan Macam macam Obat Obatan Dalam Anastesi
Dalam membius pasien, dokter anestesi memberikan obat-obatan

(suntik, hirup, ataupun lewat mulut) yang bertujuan menghilangkan


rasa sakit (pain killer), menidurkan, dan membuat tenang (paraytic
drug). Pemberian ketiga macam obat itu disebut triangulasi.
Bermacam obat bius yang digunakan dalam anestesi saat ini seperti:
1. Thiopental (pertama kali digunakan pada tahun 1934)
2. Benzodiazepine Intravena
3. Propofol (2,6-di-isopropyl-phenol)
4. Etomidate (suatu derifat imidazole)
5. Ketamine (suatu derifat piperidine, dikenal juga sebagai Debu
Malaikat/PCP (phencyclidine)
6. Halothane (d 1951 Charles W. Suckling, 1956 James Raventos)
7. Enflurane (d 1963 u 1972), isoflurane (d 1965 u 1971), desflurane,
sevoflurane
8. Opioid-opioid sintetik baru fentanyl (d 1960 Paul Janssen),
alfentanil, sufentanil (1981), remifentanil, meperidine
9. Neurosteroid
Anastesi Lokal
Anastesi local atau zat penghilang rasa setempat adalah obat yang
pada penggunaan local merintangi secara reversible penerusan impuls
saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi
rasa nyeri, gatal gatal, rasa panas atau dingin. Banyak persenyawaan
lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi efeknya tidak reversible
dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel saraf.
Anastesi local pertama adalah kokain, yaitu suatu alkaloid yang
diperoleh dari daun suatu tumbuhan alang-alang di pegunungan Andes
(Peru).
Persyaratan
Ada beberapa criteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang
digunakan sebagai anastetikum local, antara lain :
1. Tidak merangsang jaringan

2. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf


3. Toksisitas sistemis yang rendah
4. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput
lender
5. Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama
6. Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga
terdapat sterilisasi
Penggolongan Anastesi Lokal
Struktur dasar anstetika local pada umumnya terdiri dari tiga bagian,
yakni suatu gugus-amino hidrofil (sekunder atau tersier) yang
dihubungkan oleh suatu ikatan ester (alcohol) atau amida dengan
suatu gugus-aromatis lipofil. Semakin panjang gugus alkoholnya,
semakin besar daya kerja anastetiknya, tetapi toksisitasnya juga
meningkat.
Anastetika local dapat digolongkan secara kimiawi dalam beberapa
kelompok sbb:
1. Senyawa-ester : kokain dan ester-PABA (benzokain, prokain,
oksibuprokain, tetrakain),
2. Senyawa-amida : lidokain dan prilokain, mepivakain, bupivakain, dan
cinchokain
3. Lainnya : fenol, benzialkohol dan etilklorida
4. Semua obat tersebut di atas adalah sintetris kecuali kokain yang
alamiah.
Mekanisme Kerjanya
Anastetika local mengakibatkan kehilangan rasa dengan jalan
beberapa cara. Misalnya dengan jalan menghindarkan untuk
sementara pembentukan dan transmisi impuls melalui sel saraf
ujungnya. Pusat mekanisme kerjanya terletak di membrane sel. Seperti
juga alcohol dan barbital, anastetika local menghambat penerusan
impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas membrane sel saraf

untuk ion-natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini
disebabkan adanya persaingan dengan ion-kalsium yang berada
berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membrane neuron.
Pada waktu bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang
kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat,
sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara reversible.
Ketika diinjeksikan ke jaringan lunak, anestesi lokal memiliki aksi
farmakologik pada pembuluh darah. Semua anestesi lokal memiliki
derajar vasoaktivitas, kebanyakan menghasilkan dilatasi pembuluh
kapiler di tempat larutan diinjeksikan dan beberapa dapat
menyebabkan vasokonstriksi.
Anestesi lokal jenis ester merupakan obat vasodilatasi yang poten.
Prokain, vasodilator paling poten digunakan secara klinis ketika aliran
darah perifer terganggu karena injeksi intraarterial tidak sengaja
(misalnya tiopental). Tetrakain, klorprokain dan propoksikain juga
mempunyai sifat vasodilator yang bervariasi meski tidak sepoten
prokain. Kokain adalah satu-satunya anestesi lokal yang mempunyai
sidaf vasokonstriksi. Aksi inisiasi kokain tetapi dimulai dengan
vasodilatasi yang diikuti dengan vasokonstriksi yang memanjang.
Efek klinis vasodilatasi adalah meningkatkan kecepatan absorpsi ke
dalam darah yang kemudian dapat meningkatkan potensi overdosis
atau toksisitas. Kecepatan anestesi lokal diabsorpsi ke peredaran darah
sistemik dan mencapak level puncak bervariasi tergantung cara
pemberian obatnya.
Absorbsi Anastesi Lokal
Oral
Semua anestesi lokal tidak baik diabsorpsi di saluran cerna setelah
pemakaian secara oral, kecuali untuk kokain. Hampir semua anestesi
lokal mengalami first-pass effect di hepar sehingga obat

dimetabolisme menjadi metabolit inaktif. Pada tahun 1984, dibuatlah


analogi lidokain yaitu focainidin hidroklorid yang efektif secara oral.
Topikal
Anestesi lokal diabsorpsi dengan kecepatan yang berbeda pada
membran mukosa yang berbeda. Pada mukosa trakea, absorpsi yang
terjadi hampir sama dengan pada pemberian secara intravena. Pada
mukosa faring, absorpsi lebih lambat dan pada mukosa esofagus dan
kandung kemih, absorpsi lebih lambat dari aplikasi topikal di faring.
Injeksi
Kecepatan absorpsi anestesi lokal pada pemberian secara parenteral
(subkutan, intramuskuler atau intravena) tergantung pada
vaskularisasi tempat injeksi dan vasoaktivitas obat. Pemberian
anestesi lokal secara intravena merupakan cara pemberian yang
memungkinkan kadar obat dalam darah mempunyai level yang paling
tinggi dalam waktu yang cepat. Cara ini digunakan secara klinis untuk
menajemen disritmia ventrikel. Cara pemberian IV dapat
mengakibatkan reaksi toksisitas yang serius.
Distribusi Anastesi dalam Tubuh
Ketika anestesi lokal masuk ke peredaran darah, mereka
didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh.
Organ yang highly perfused: otak, kepala, hepar, ginjal, paru-paru,
limpa.
Otot rangka meski tidak terlalu highly perfused mempunyai
konsentrasi terbesar karena jumlahnya paling banyak.
Persentase cardiac output pada beberapa sistem organ :
Ginjal 22 %
GIT, limpa 21 %
Otot rangka 15 %

Otak 14 %
Kulit 6 %
Hepar 6 %
Tulang 5 %
Otot jantung 3 %
Lain-lain 8 %.6
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar anestesi lokal dalam darah:
Kecepatan absorpsi
Kecepatan distribusi obat (lebih cepat pada orang sehat daripada
pada pasien medically compromised)
Eliminasi obat melalui proses metabolisme dan ekskresi.5
Metabolisme tubuh terhadap Anastesi Lokal
Toksisitas tergantung pada keseimbangan absorpsi dengan
metabolisme
Ester: hidrolisis di plasma dengan bantuan enzim
pseudokolinesterase
Sebagai contoh klorprokain, prokain dan tetrakain berturut-turut
mempunyai kecepatan hidrolisis 4,7; 1,1 dan 0,3 (hmol/ ml/ hr)
Makin cepat kecepatan hidrolisis, makin kecil potensi toksisitas
anestesi lokal
Biotransformasi anestesi lokal amida lebih kompleks daripada
golongan ester
Organ metabolisme lidokain, mepivakain, artikain, etidokain,
bupivakain: hepar sedangkan prilokain dimetabolisme di hepar dan
paru-paru
Fungsi hati yang normal merupakan faktor penting pada proses
metabolisme

Hubungan Proses Eksresi dengan Anastesi Lokal


Organ utama proses ekskresi adalah ginjal
Ester > sejumlah besar dimatebolisme sehingga hanya sejumlah
kecil yang tidak mengalami perubahan
Amida > karena lebih kompleks maka bentuk asalnya dapat
ditemukan lebih besar di urin
Fungsi ginjal yang sehat juga faktor yang berperan penting pada
proses ekskresi.6
Nama Nama Obat dalam Anastesi
1. Prokain
a. Farmakodinamik
Dosis 100-800 mg : analgesik ringan , efek maks 10-20 , hilang stlh
60
Dhidrolisis mjd PABA (para amino benzoic acid) dapat hambat kerja
sulfonamid
b. Farmakokinetik
Esterase
Absorpsi cepat PABA + dietilaminoetanol
Hidrolisis
PABA diekskresi dlm urin (btk utuh & terkonjugasi)
c. Indikasi
Anestesi infiltrasi, blokade saraf, epidural, kaudal & spinal
Geriatri : perbaiki aktivitas seksual & fgs kel endokrin (conflicted)
d. Sediaan
e. Prokain HCl 1-2 %adalah anestesi infiltrat, 5-20% ; anestesi spinal
2. Lidokain
a. Farmakodinamik
Anestesi lokal kuat . Tjd lebih cepat, lbh kuat, lbh lama & lbh
ekstensif dp prokain
Lar lidokain 0,5% adalah anestesi infiltrat, 1-2% ; anestesi blok &

topikal
Efektif bila tanpa vasokonstriktor, kec absorpsi & tox , masa kerja lbh
pendek
b. Farmakokinetik
Mudah diserap dr tmpt injeksi
Dapat tembus sawar darah otak
Metab : hati; eks : urin
c. Indikasi
Injeksi : anestesi infiltrasi, blokade saraf, anest epidural, anest
kaudal, anest mukosa
Anest infiltrat : lar 0,25-0,50% dg atau tanpa adrenalin
Kedok gigi : lar 1-2% lido dg adrenalin
Anest permukaan , anest kornea mata (lidokain 2% + adrenalin)
Turunkan iritabilitas jantung.1
Anastesi Blok Mandibula
Anestesi blok rahang bawah biasanya dilakukan apabila kita
memerlukan daerah yang teranestesi luas misalnya pada waktu
pencabutan gigi posterior rahang bawah atau pencabutan beberapa
gigi pada satu quadran. Saraf yang dituju pada anestesi blok teknik
Gow-Gates adalah N. Mandibularis sedangkan pada Teknik Akinosi dan
Teknik Fisher saraf yang dituju adalah :N. Alveolaris inferior dan N.
Lingualis Dengan teknik Gow- Gates daerah yang teranestesi adalah :
Gigi mandibula setengah quadran, mukoperiosteum bukal dan
membrane mukosa pada daerah penyuntikan , dua pertiga anterior
lidah dan dasar mulut, jaringan lunak lingual dan periosteum, korpus
mandibula dan bagian bawah ramus serta kulit diatas zigoma , bagian
posterior pipi dan region temporal. Sedangkan daerah yang teranestesi
pada teknik Akinosi dan Teknik Fisher adalah : gigi gigi mandibula
setengah quadran, badan mandibula dan ramus bagian bawah,

mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan foramen


mentalis, dasar mulut dan dua pertiga anterior lidah, jaringan lunak
dan periosteum bagian lingual mandibula. Karena N. Bukalis tidak
teranestesi maka apabila diperlukan , harus dilakukan penyuntikan
tambahan sehingga pasen menerima beban rasa sakit. Pada Teknik
modifikasi Fisher kita menambahkan satu posisi lagi sebelum jarum
dicabut sehingga tidak diperlukan penusukan ulang yang menambah
beban sakit pada pasen.
Anestesi blok teknik Gow-Gates :
Prosedur :
1. Posisi duduk pasien terlentang atau setengah terlentang.
2. Pasien diminta untuk membuka mulut lebar dan ekstensi leher
3. Posisi operator :
a. Untuk mandibula sebelah kanan, operator berdiri pada posisi jam 8
menghadap pasien.
b. Untuk mandibula sebelah kiri , operator berdiri pada posisi jam 10
menghadap dalam arah yang sama dengan pasien.
4. Tentukan patokan ekstra oral : intertragic notch dan sudut mulut
Daerah sasaran: daerah medial leher kondilus, sedikit dibawah insersi
otot pterygoideus eksternus.
5. Operator membayangkan garis khayal yang dibentuk dari intertragic
notch ke sudut mulut pada sisi penyuntikan untuk membantu melihat
ketinggian penyuntikan secara ekstra oral dengan meletakkan tutup
jarum atau jari telunjuk.
6. Jari telunjuk diletakkan pada coronoid notch untuk membantu
meregangkan jaringan .
7. Operator menentukan ketinggian penyuntikan dengan patokan intra
oral berdasarkan sudut mulut pada sisi berlawanan dan tonjolan
mesiopalatinal M2 maksila.
8. Daerah insersi jarum diberi topical antiseptik.

9. Spuit diarahkan ke sisi penyuntikan melalui sudut mulut pada sisi


berlawanan, dibawah tonjolan mesiopalatinal M2 maksila, jarum
diinsersikan kedalam jaringan sedikit sebelah distal M2 maksila .
10. Jarum diluruskan kebidang perpanjangan garis melalui sudut mulut
ke intertragic notch pada sisi penyuntikan kemudian disejajarkan
dengan sudut telinga kewajah sehingga arah spuit bergeser ke gigi P
pada sisi yang berlawanan, posisi tersebut dapat berubah dari M
sampai I bergantung pada derajat divergensi ramus mandibula dari
telingan ke sisi wajah.
11. Jarum ditusukkan perlahan-lahan sampai berkontak dengan tulang
leher kondilus, sampai kedalamam kira-kira 25 mm. Jika jarum belum
berkontak dengan tulang, maka jarum ditarik kembali per-lahan2 dan
arahnya diulangi sampai berkontak dengan tulang. Anestetikum tidak
boleh dikeluarkan jika jarum tidak kontak dengan tulang.
12. Jarum ditarik 1 mm , kemudian aspirasi, jika negatif depositkan
anestetikum sebanyak 1,8 2 ml perlahan-lahan.
13. Spuit ditarik dan pasien tetap membuka mulut selama 1 2 menit .
14. Setelah 3 5 menit pasen akan merasa baal dan perawatan boleh
dilakukan.
Anestesi blok teknik Akinosi :
Teknik ini dilakukan dengan mulut pasien tertutup sehingga baik
digunakan pada pasen yang sulit atau sakit pada waktu membuka
mulut.
Prosedur :
1. Pasien duduk terlentang atau setengah terlentang
2. Posisi operator untuk rahang kanan atau kiri adalah posisi jam
delapan berhadapan dengan pasien.
3. Letakkan jari telunjuk atau ibu jari pada tonjolan koronoid,
menunjukkan jaringan pada bagian medial dari pinggiran ramus. Hal
ini membantu menunjukkan sisi injeksi dan mengurangi trauma selama

injeksi jarum.
4. Gambaran anatomi :
Mucogingival junction dari molar kedua dan molar ketiga maksila
Tuberositas maksila
5. Daerah insersi jarum diberi antiseptic kalau perlu beri topikal
anestesi.
6. Pasien diminta mengoklusikan rahang, otot pipi dan pengunyahan
rileks.
7. Jarum suntik diletakkan sejajar dengan bidang oklusal maksila,
jarum diinsersikan posterior dan sedikit lateral dari mucogingival
junction molar kedua dan ketiga maksila.
8. Arahkan ujung jarum menjauhi ramus mandibula dan jarum
dibelokkan mendekati ramus dan jarum akan tetap didekat N.
Alveolaris inferior.
9. Kedalaman jarum sekitar 25 mm diukur dari tuberositas maksila.
10. Aspirasi, bila negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,5 1,8 ml
secara perlahan-lahan. Setelah selesai , spuit tarik kembali.
Kelumpuhan saraf motoris akan terjadi lebih cepat daripada saraf
sensoris. Pasien dengan trismus mulai meningkat kemampuannya
untuk membuka mulut.
Teknik Fisher :
Prosedur :
Posisi pasien duduk dengan setengah terlentang. Aplikasikan antiseptic
didaerah trigonum retromolar. Jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi
terakhir mandibula, geser kelateral untuk meraba linea oblique
eksterna. Kemudian telunjuk digeser kemedian untuk mencari linea
oblique interna, ujung lengkung kuku berada di linea oblique interna
dan permukaan samping jari berada dibidang oklusal gigi rahang
bawah.
Posisi I : Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku , dari sisi

rahang yang tidak dianestesi yaitu regio premolar.


Posisi II : Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan
bidang oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi
bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk
menganestesi N. Lingualis.
Posisi III : Spuit digeser kearah posisi I tapi tidak penuh lalu jarum
ditusukkan sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm.
Aspirasi dan bila negative keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk
menganestesi N. Alveolaris inferior. Setelah selesai spuit ditarik
kembali.
Teknik modifikasi Fisher :
Setelah kita melakukan posisi III, pada waktu menarik kembali spuit
sebelum jarum lepas dari mukosa tepat setelah melewati linea oblique
interna ,jarum digeser kelateral (ke daerah trigonum retromolar ),
aspirasi dan keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk
menganestesi N. Bukalis. Kemudian Spuit ditarik keluar.2,3
Anestesi Blok Pada Maksila
Blok Nervus Alveolaris Superrior Anterior
Titik suntik terletak pada lipatan mukolabial sedikit mesial dari gigi
kaninus, Arahkan jarum keapeks kaninus, anastetikum dideponir
perlahan ke atas apeks akar gigi tersebut.
Injeksi yang dilakukan pada kedua kaninus biasanya bisa
menganastesi keenam gigi anterior. Injeksi N.Alvolaris Superrior
Anterior biasanya sudah cukup untuk prosedur operatif. Untuk
ekstraksi atau bedah, diperlukan juga tambahan injeksi palatinal pada
region kaninus atau foramen incisivum.
Blok Nervus Alveolaris Superrior Posterior
Blok syaraf alveolaris superior posterior diperoleh dengan
menempatkan jarum didistal molar terakhir, ke atas dan medial,

bersudut 45, memungkinkan deposisi larutan 1,5 ke permukaan disto


bukkal maxilla.
Komplikasi umum dari teknik ini adalah bila beberapa pembuluh darah
plexus vena pterigoid pecah, menimbulkan haematoma. Karena obatobat analgesia lokal, teknik infiltrasi meliputi deposisi hanya 1 ml
larutan digunakan.
Gigi-gigi molar kecuali akar molar satu
Processus alveolaris bagian bukkal dari gigi molar termasuk
periosteum.
Jaringan ikat dan membran mukosa
Anatomi landmarks :
Lipatan zygomatikus pada maxilla
Processus zygomatikus pada maxilla
Tuberositas maxilla
Bagian anterior dan processus coronoideus dari ramus mandibula.
Tekniknya :
Bila anestesi adalah nervus alveolaris superior posterior dexter
Operator berdiri sebelah kanan depan.Masukkan jari telunjuk kiri kita
ke vestibulum oris sebelah kanan penderita, kemudian jari telunjuk
pada daerah lipatan mukobukkal di sebelah posterior gigi premolar dua
sampai teraba proccesus zygomaticus. Lengan kita turun kebawah
sehingga jari telunjuk membuat sudut 90 terhadap oklusal plane gigi
rahang atas, dan membentuk sudut 45 bidang sagital penderita. Hal
ini dapat dilakukan bilamana penderita dalam keadaan setengah tutup
mulut, sehingga bibir dan pipi dapat ditarik kelateral posterior. Jari
telunjuk disisi merupakan pedoman tempat penusukan jarum ambil
spoit yang telah disiapkan, dan sebelumnya tempat yang akan disuntik
harus dilakukan desinfeksi terlebih dahulu. Arah jarum harus sejajar
dengan jari kita, penusukan jarum sedalam - inch. Aspirasi, jika

tidak darah yang masuk, keluarkan larutan secara perlahan-lahan


sebanyak 1,5 cc.
Blok Nervus Intra Orbital
Blok infraorbital paling sering digunakan. Pinggir intra orbital dapat
teraba dengan menggunakan ujung jari pertama, notah infraorbital
dapat diidentifikasi. Dengan ujung jari tetap pada posisi ini, ibu jari
dapat digunakan untuk menarik bibir atas. Ujung jarum dimasukkan
jauh ke dalam sulkus di atas apeks premolar kedua dan meluas segaris
dengan sumbu panjang gigi sampai sedalam 1,5-2 cm baru larutan
analgesic didepositkan . pembengkakan jaringan dapat
diraba dibalik jari pertama bila letak ujung jarum, tepat. Biarkan
keadaan ini selama 3 menit, untuk memastikan diperolehnya analgesia
yang memadai.
Saraf yang teranestesi :
Nervus alveolaris superior, anterior dan medium
Nervus infra orbital
Nervus palpebra inferior
Nervus nasalis lateralis
Nervus labialis superior
Daerah yang teranestesi :
Gigi incisivus sampai premolar
Akar mesio bukkal dari molar satu
Jaringan pendukung dari gigi tersebut
Bibir atas dan kelopak atas
Sebagian hidung pada sisi yang sama
Anatomi Landmark :
Infra orbital ridge
Supra orbital notch
Gigi anterior dan pupil mata
Tekniknya :

A. Intra oral approach


Dudukkan penderita, kemudian buka mulut sampai daratan oklusal gigi
rahang atas membentuk 45 dengan garis horizontal, dan penderita
disuruh melihat ke arah depan Kita menggambarkan suatu garis khayal
yang lurus, berjalan vertikal melalui pupil mata ke infra orbital dan gigi
premolar dua rahang atas. Bila sudah menemukan infra orbital notch,
maka jari telunjuk yang kita pakai palpasi, kita gerakkan ke bawah
kira-kira cm, disinilah akan kita temukan suatu cekungan dimana
letaknya foramen infra orbital. Setelah ditemukan foramen infra
orbital, maka jari telunjuk tetap diletakkan pada tempat foramen infra
orbitalis untuk mencegah tembusnya jarum mengenai bola mata. Bibir
atas diangkat dengan ibu jari Lakukan desinfeksi pada muko bukkal
regio premolar dua rahang atas Pergunakan jarum 27 gauge dan 1 5/8
inch. Jarum suntikan tersebut ditusukkan pada lipatan muko bukal
regio premolar dua rahang atas, mengikuti arah garis khayalan yang
telah dibuat. Untuk mengurangi rasa sakit, pada saat jarum menembus
mukosa, injeksikan beberapa strip larutan, kemudian jarum tersebut
diteruskan secara perlahan-lahan, hingga mencapai foramen intra
orbitalis, maka dapat dirasakan oleh jari yang kita letajjan pada
foramen tersebut. Aspirasi, kemudian keluarkan anestetikum sebanyak
1-1 cc (jumlah larutan tersebut tergantung dari kebutuhan)
B. Extra oral approach
Indikasi : bila intra oral approach tidak dapat dilakukan, misalnya ada
peradangan.
Tekniknya :
Tentukan letak foramen intra orbital (sama dengan teknik pada intra
oral approach)
Pada waktu akan di tusuk jarum, penderita dianjurkan menutup mata
untuk mencegah kemungkinan bahaya untuk mata. Titik insersi jarum
kira-kira 1 cm di bawah foramen infra orbital, kita memasukkan jarum

dengan membuat sudut 45, dan jarum tersebut diluncurkan sesuai


dengan arah garis khayalan sejajar 1 cm, kemudian keluarkan secara
perlahan-lahan larutan anestetik. Ujung jarum dimasukkan melalui
papila nasopalatina sampai ke lubang masuk kanalis insisivus. Bila
tulang berkontak dengan jarum, jarum harus ditarik kira-kira 0,5-1 mm.
Kira-kira 0,1-0,2 ml larutan didepositkan, larutan tidak boleh
dikeluarkan terlalu cepat karena dapat menimbulkan rasa tidak enak.
Jaringan akan memucat, dan timbulnya analgesia cukup cepat.
Blok Nervus Naso Palatinus
Nervus naso palatinus keluar dari foramen incisivus. Daerah yang
teranestesi adalah bagian bukkal dari palatum durum sampai gigi
caninus kiri dan kanan.
Anatomi Landmark :
Incisivus papilla
Incisivus centralis
Tekniknya :
Incisivus papilla ini sangat sensitif, eleh karena itu pada penusukan
jarum yang pertama harus disuntikkan beberapa tetes anestetikum.
Kemudian jarum tersebut diluncurkan dalam arah paralel dengan
longaxis gigi incisivus, dan tetap dalam garis median. Jarum tersebut
diluncurkan kira-kira 2 mm kemudian larutan anestesi dikeluarkan
secara perlahan-lahan sebanyak 0,5 cc. Jarum yang digunakan adalah
jarum yang pendek. Analgesia palatum pada salah satu sisi sampai
kekaninus dapat diperoleh dengan mendepositkan 0,5-0,75 ml larutan
pada syaraf palatina besar ketika syaraf keluar dari foramen palatina
besar. Secara klinis, jarum dimasukkan 0,5 cm. Suntikan diberikan
perlahan karena jaringan melekat erat. Mukosa dapat memutih, dan
ludah dari kelenjar ludah minor dapat dikeluarkan.
Blok Nervus Palatinus Anterior
Syaraf ini keluar dari foramen palatinus major. Daerah yang teranestesi

adalah bagian posterior dari palatum durum mulai dari premolar


Anatomi Landmark :
Molar dua dan tiga maxilla
Tepi gingiva sebelah palatinal dari molar dua dan molar tiga maxilla
Garis khayal yang kita buat dari 1/3 bagian tepi gingiva sebelah
palatinal ke arah garis tengah palatum.
Indikasi :
Untuk anestesi daerah palatum dari premolar satu sampai molar tiga
Untuk operasi daerah posterior dari palatum durum.
Tekniknya :
Nervus palatinus anterior keluar dari foramen palatinus mayor yang
terletak antara molar dua, molar tiga dan 1/3 bagian dari gingiva molar
menuju garis median. Jika tempat tersebut telah ditentukan, tusuklah
jarum dari posisi berlawanan mulut (bila di suntikkan pada sebelah
kanan, maka arah jarum dari kiri menuju kanan). Sehingga membentuk
sudut 90 dengan curve tulang palatinal. Jarum tersebut ditusukkan
perlahan-lahan hingga kontak dengan tulang kemudian kita
semprotkan anestetikum sebanyak 0,25-0,5 cc.4,5,6

Anda mungkin juga menyukai