Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

“Keberhasilan Perawatan Pulpotomi Vital (Apeksogenesis) Pada Gigi Molar


Satu Bawah Permanen Muda dengan Bahan Kalsium Hidroksida dan
Biodentin”

Nama : Revina Angelia

NIM : 180600177

Kelas : A

FASILITATOR

Dr. Essie Octiara, drg., Sp.KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020
Keberhasilan Perawatan Pulpotomi Vital (Apeksogenesis) Pada Gigi Molar Satu Bawah
Permanen Muda dengan Bahan Kalsium Hidroksida dan Biodentin

Revina Angelia (180600177)

Ilmu Kedokteran Gigi Anak


Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, Medan
Jl. Dr. T. Mansur No.9, Padang Bulan, Medan

Pendahuluan dan pengisian saluran akar secara


Gigi tetap muda merupakan gigi tetap konvensional sulit dilakukan.1
yang telah erupsi tetapi proses Terapi pulpa vital adalah pengobatan
pembentukan akarnya belum sempuma. pilihan untuk gigi permanen muda yang
Untuk menyelesaikan pembentukan dan karies atau terpapar secara traumatis
penutupan akar merupakan proses yang (apeks yang tidak berkembang sempurna).
membutuhkan waktu lama sekitar 3 Tujuannya untuk mempertahankan
sampai 4 tahun setetah gigi erupsi. Gigi vitalitas pulpa bagian akar. Terapi pulpa
tetap dengan pembentukan akar yang vital yang dapat dilakukan adalah
belum sempurna pada anak usia muda apeksogenesis. 2
biasanya memperlihatkan keadaan apeks
Apeksogenesis didefinisikan sebagai suatu
yang terbuka lebar. berbentuk divergen ke
perawatan pulpa vital pada gigi yang
apeks seperti corong arau sering disebut
akarnya belum tumbuh sempurna, untuk
sebagai saluran akar blunderbuss. Bila gigi
memberikan kesempatan pada akar gigi
tersebut pulpanya nekosis disertai dengan
melanjutkan pertumbuhan dan menutup
kelainan periaeks, dapat menyebabkan
apeks. Perawatan pada pulpa vital adalah
pembentukan dentin dan pertumbuhan
secara pulpotomi. Pulpotomi secara umum
akar terhenti. Pada gigi tetap muda
merupakan pengambilan pulpa yang telah
pembentukan akar belum sempuma,
mengalami infeksi di dalam kamar pulpa
saluran akar di bagian sepertiga apikal dan
dan meninggalkan jaringan pulpa dibagian
foramen apikalis masih terbuka lebar
radikular.2,3
sehingga prosedur preparasi saluran akar
Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah dirawat secara direct pulp capping dengan
tindakan pengambilan jaringan pulpa menggunakan kalsium hidroksida. Namun
bagian koronal yang mengalami inflamasi pada jangka panjang, penelitian
dengan melakukan anestesi, kemudian menunjukkan hasil yang berbeda. Kalsium
memberikan medikamen di atas pulpa hidroksida tidak memberikan hasil yang
yang diamputasi agar pulpa bagian baik terhadap dentin, tidak menunjang
radikular tetap vital. Syarat bahan differensiasi odontoblas dengan konsisten
medikamen pulpotomi yang ideal adalah dan terbukti sitotoksik pada kultur sel
bersifat bakterisidal, tidak membahayakan (Bogen et al, 2008). Pembentukan
pulpa dan jaringan sekitarnya, memicu jembatan dentin yang tidak sempurna
penyembuhan pulpa radikular yang tersisa (tunnel defect) dapat mempengaruhi
tanpa mempengaruhi proses resorpsi akar aplikasi etsa asam, migrasi bahan adesif,
fisiologis dan tidak menyebabkan sensitivitas pasca operatif, dan shrinkage
toksisitas. polimerisasi dan tekanan kontraksi ( Peter
& Franklin, 2006).3
Bahan yang paling sering digunakan untuk
prawatan pulp capping pada perforasi Oleh karena itu, diperkenalkan bahan
pulpa baik karena trauma dari pemakaian medikamen biodentine oleh perusahaan
instrumen maupun karena karies adalah septodent yang menarik perhatian di dunia
kalsium hidroksida (Ca(OH)2). kedokteran gigi karena sifatnya yang cepat
Keuntungan utama dari kalsium hidroksida mengeras, biokompatibilitas tinggi,
adalah dapat menstimulasi jaringan pulpa kekuatan tekan tinggi, kemampuan sealing
pada pembentukan jembatan dentin. yang sangat baik, dan mudah diaplikasikan
Banyak penelitian yang menunjukkan dan dapat digunakan baik pada perawatan
adanya perbaikan dan pembentukan endodontik dan prosedur restorasi tanpa
jaringan keras pada pulpa terbuka yang menimmbulkan pewarnaan pada gigi.4

Indikasi apeksogenesis

Indikasi apeksogenesis adalah untuk gigi-gigi dengan apeks terbuka dan akar belum
terbentuk sempurna disertai kerusakan pulpa pada bagian korona tetapi diperkirakan pulpa
pada akar masih sehat. Mahkota harus cukup utuh dan dapat direstorasi. Kontraindikasi
apeksogenesis adalah pada gigi yang mengalami avulsi dan replantasi atau sangat goyang,
gigi dengan fraktur akar horizontal yang tidak baik yaitu dekat dengan margin gingiva,
fraktur mahkota yang berat sehingga memerlukan tumpatan dengan retensi intraradikuler, dan
karies yang tidak dapat ditumpat lagi.

Bahan perawatan pulpa

Kalsium Hidroksida Ca(OH)2. Kalsium hidroksida (Ca(OH)₂) merupakan salah satu bahan
medikamen saluran akar yang dapat digunakan. Komposisi bahan kalsium hidroksida terbagi
dua yaitu base dan katalis. Bahan aktif utama pada base yaitu Glycol Salycylate 40% dan
sebagai inert filler, pemberi warna (pigment), dan pemberi efek radiopak yaitu Calcium
sulphate, Titanium dioksida, dan Calsium tungstate. Bahan aktif utama pada katalis
yaitu Calsium Hidrokside 50% dan Zink oxide 10%, bahan pembawa senyawa minyak
adalah Ethylene Toluene Sulphonamide 39,5% dan yang menjadi aselerator adalah Zink
Streate 0,5%.

Kalsium hidroksida mempunyai aksi kerja melalui pelepasan ion Ca²⁺ yang berperan dalam
proses mineralisasi jaringan dan ion OH⁻ yang dapat memberikan efek antimikroba melalui
peningkatan pH sehingga terbentuk lingkungan alkalin yang menyebabkan sebagian besar
mikroorganisme yang ada dalam saluran akar tidak mampu bertahan hidup (Hasheminia dkk.,
2009).

Biodentin.

Bentuk Outline Kamar Pulpa

Prosedur Kerja

Kontrol dan Evaluasi Keberhasilan Perawatan

Pada kunjungan pertama tidak langsung dilakukan restorasi permanen, tetapi perawatan
dievaluasi selama tiga bulan sebelum restorasi akhir. Pasien ini dikontrol selama tiga bulan
karena pertimbangan lamanya waktu pasien setelah terjadi trauma pada gigi, dikhawatirkan
perawatan pulpotomi akan gagal. Selain itu hidroksida kalsium lama kelamaan akan rusak,
yang akan menyebabkan kebocoran tepi pada daerah tempat rusaknya hidroksida kalsium
yang pertama sehingga mengakibatkan adanya ruangan di antara jembatan dentin yang baru
dengan restorasi di atasnya.

Setelah tiga bulan hasil perawatan pulpotomi, gigi dapat berfungsi dengan baik dan tidak
menimbulkan gejala sakit. Gambaran radiografis tidak menunjukkan kelainan periodontitis
apikalis, tidak ada resorpsi akar dan terjadi pertumbuhan akar dan pembentukan dentin.
Kontrol sebelas bulan kemudian dari kunjungan kontrol pertama, pembentukan akar belum
begitu terbentuk. Perlu dilakukan kontrol kembali untuk melihat keadaan apeks. Bila pulpa
menjadi nekrotik atau pembentukannya berhenti, diperlukan perawatan apeksifikasi.

Pembahasan

Kesimpulan

Daftar Pustaka

1. Febriyanti., Soemartono,SH. Perawatan Apeksifikasi Gigi Molar Pertama Tetap Pada


Anak Usia 9 Tahun (Laporan Kasus). Ed Khusus KPPIKG XIV. IJD 2006 : 112-16.
2. Maulidar. Laporan Kasus : Perawatan Apeksogenesis Gigi Insisivus Permanen
Dengan Akar Masih Terbuka Disertai Pulpa Terbuka Karena Trauma. Cakradonya
Dent J; 11(1): 58-62.
3. A. Noesrat., S. Asgari. Case Report : Apexogenesis Of A Symptomatic Molar with
Calcium Enriched Mixture. International Endodontic Journal 2010;(43):940–44.
4. Annisa, T., Pertiwi, A. Laporan Kasus : Biodentine pada pulpotomi vital gigi sulung.
Indonesian Journal of Paediatric Juli 2018;1(2):197-203.
5. Sjogren U., Figdor, D.,Spanberg, L., Sundqvist, G. The Antimicrobial Effect of
Calcium Hydroxide as a a Short-Term Intracanal Dressing. Int J Endod J
1991;24:119-25.
6. Malkondu, O. A Review on Biodentine, a Contemporary Dentine Replacement and
Repair Material. BioMEd Research International;2014.
7.

Anda mungkin juga menyukai