Anda di halaman 1dari 19

TUGAS INDIVIDU

PEMICU II BLOK 16

“Anak mengeluh sakit gigi”

Disusun oleh:

Gabriela Yosephine Doloksaribu

200600174

Kelompok 6

Fasilitator:

Prof. Tri Murni Abidin,drg.,M.Kes., Sp.KG.(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022
Pemicu 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Topik

Nama Pemicu : Anak mengeluh sakit gigi

Penyusun : Dr.Essie Octiara,drg.,SP.KGA, ; Dewi Kartika,drg.,MDSc ; Sefty Ariyani


Harahap,drg.,MSi

Skenario: Seorang anak laki-laki usia 11 tahun dibawa ibunya dengan keluhan gigi berlubang
pada gigi belakang kiri bawah. Pasien sudah 6 bulan ini merasa ngilu saat minum dingin dan
sakit saat makan, namun tidak pernah merasa sakit spontan. Hasil pemeriksaan klinis
diperoleh gigi 35 terdapat karies yang dalam pada oklusal gigi dengan keterlibatan pulpa
yang minimal dan gigi tidak sensitif saat diperkusi.

1. Bagaimana interpretasi radiografi gigi 35 pada kasus ini ? (dept radiologi)


2. Jelaskan diagnosis dan rencana terapi kasus ini (IKGA)
3. Bahan perawatan pulpa apa saja yang dapat digunakan pada kasus ini ? Apa kelebihan
dan kekurangan dari masing-masing bahan tersebut ? (Dental material)
4. Jelaskan tahap kerja dari masing-masing bahan pulpa yang dapat digunakan pada
kasus ini?(IKGA)
5. Kapan saja dilakukan kontrol dan apa saja yang dilakukan pada saat kontrol ? (IKGA)
6. Sebuah perawatan akan kemungkinan terjadi kegagalan perawatan. Kegagalan
perawatan apa yang mungkin dapat terjadi pada kasus dan jelaskan tanda klinis dan
radiografi pada kasus dengan kegagalan tersebut? (IKGA dan radiologi)
7. Kemungkinan apa saja penyebab terjadinya kegagalan pada kasus dan apa yang
dilakukan apabila terjadi kegagalan ini? (IKGA).
8. Kapan dikatakan perawatan final telah dicapai, dan apa yang dilakukan saat
perawatan final? (IKGA)

Learning issue :

1. Pemeriksaan lengkap
2. Bahan perawatan pulpa vital
3. Radiografi 4. Morfologi dan anatomi gigi
4. Prosedur perawatan pulpa
5. Kegagalan perawatan gigi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Topik

1. Bagaimana interpretasi radiografi gigi 35 pada kasus ini ? (dept radiologi)

Radiografi periapikal merupakan jenis radiografi intraoral yang bertujuan melihat


keseluruhan makhota dan akar gigi (crown and root), tulang alveolar dan jaringan
sekitarnya. Radiografi periapikal memiliki beberapa kegunaan yaitu untuk mendeteksi
infeksi atau inflamasi periapikal, penilaian status periodontal, trauma yang melibatkan
gigi dan tulang alveolar, gigi yang tidak erupsi, keadaan dan letak gigi yang tidak erupsi,
penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi, perawatan endodontik, penilaian sebelum
dilakukan tindakan operasi dan penilaian pasca operasi apikal, mengevaluasi kista
radikular secara lebih akurat dan lesi lain pada tulang alveolar serta evaluasi pasca
pemasangan implant.

Berikut ini interpretasi radiografi gigi 35 pada kasus diatas :

Mahkota  Gambaran radiolusen yang


dalam pada oklusal distal gigi
yang meluas hingga mencapai
lapisan dentin mendekati pulpa
 Terdapat selapis bagian
radioopak di atas tanduk pulpa

Akar  Terdapat 1 akar 1 saluran akar


 Bentuk akar lurus
 Terdapat gambaran radiolusen
pada bagian apical akar karena
akar belum berkembang
sempurna (bagian pulpa belum
menutup secara sempurna)
 Saluran akar melebar terutama
pada bagian apikal gigi yang
membentuk area radiolusen
yang luas dan melebar.

Lamina Dura Menghilang di 1/3 apikal pada bagian


mesial dan distal

Membran Periodontal Menyempit dan menghilang di 1/3


apikal

Furkasi Tidak terdapat furkasi

Crest alveolar Terjadi penurunan tulang alveolar,


berbentuk horizontal, mengalami
penumpulan dan kerusakan tulang
dalam arah horizontal.

Periapikal Terdapat gambaran radiolusen, namun


bukan merupakan lesi melainkan akar
yang belum menutup secara sempurna.

Kesan Terdapat kelainan pada mahkota yang


melibatkan pulpa, akar belum
berkembang sempurna (bagian pulpa
belum menutup secara sempurna),
lamina dura dan membrane periodontal
menghilang di 1/3 apikal, crest alveolar
menurun.

Suspek Radiodiagnosis Pulpitis reversibel


2. Jelaskan diagnosis dan rencana terapi kasus ini (IKGA)
Pada kasus pasien mengalami keluhan gigi berlubang pada gigi belakang kiri
bawah, merasa ngilu saat minum dingin dan sakit saat makan, namun tidak pernah
merasa sakit spontan, diagnosisnya yaitu pulpitis reversible. Pulpitis reversibel
dikarakteristikkan adanya hipersensitif terhadap suhu maupun stimulasi kimia yang
tiba-tiba menghilang pada saat stimulus dihilangkan. Gejala Pulpitis reversibel
Simptomatik ditandaidengan rasa sakit yang tajam yang hanyasebentar,timbulnya
tidak spontan, penyebabrasa sakitdeikarenakan faktor stimulus sepertiair dingin atau
aliran udara
Perawatan terbaik untuk Pulpitis Reversibel adalah :
 Usaha Preventif.
Dilakukan perawatan periodik untuk mencegah perkembangan karies,dengan
penumpatan awal sebelum karies meluas, penggunaan pernis kavitasatau
semen dasar sebelum penumpatan. Prognosis untuk pulpa adalah baik bila
iritan diambil cukup dini kalua tidak kondisi nya dapat berkembang menjadi
pulpitis ireversibel.
 Apeksogenesis
Apeksogenesis adalah suatu prosedur pada pulpa yang telah terinflamasi dan
masih vital pada gigi yang perkembangannya belum sempurna atau sering
disebut dengan gigi permanen muda, untuk memberi kesempatan pada akar
melanjutkan pertumbuhan dan menutup apeksnya. Perawatan ini dilakukan
dengan cara mempertahankan pulpa vital atau menyingkirkan pulpa yang
terinflamasi reversibel supaya pembentukan akar dan pematangan apeks dapat
dilanjutkan
 Pulpotomi vital
Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah tindakan pengambilan
jaringanpulpa bagian koronal yang mengalami inflamasi dengan melakukan
anestesi,kemudian memberikan medikamen di atas pulpa yang diamputasi
agar pulpabagian radikular tetap vital.Pulpotomi vital umunya dilakukan pada
gigi sulung dan gigi permanenmuda. Pulpotomi gigi sulung umunya
menggunakan formokresol atau glutaradehid. Pada gigi dewasa muda dipakai
kalsium hidroksid. Kalsiumhidroksid pada pulpotomi vital gigi sulung
menyebabkan resorpsi interna.Berdasarkan penelitian, menurut Finn
keberhasilan pulpotomi vitalformokresol 97% secara rontgenologis dan 82%
secara histologis.Reaksi formokresol terhadap jaringan pulpa yaitu
membentuk area yangterfiksasi dan pulpa di bawahnya tetap dalam keadaan
vital. Pulpotomi vitaldengan formokresol hanya dilakukan pada gigi sulung
dengan singkat danbertujuan mendapat sterilisasi yang baik pada kamar pulpa.

Sumber :

1. Maulidar. Perawatan Apeksogenesis Gigi Insisivus Permanen Dengan Akar Masih


Terbuka Disertai Pulpa Terbuka Karena Trauma. Cakradonya Dent J; 11(1): 58-62

3. Bahan perawatan pulpa apa saja yang dapat digunakan pada kasus ini ? Apa
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing bahan tersebut ? (Dental
material)
1) Kalsium Hidroksida
Digunakan sebagai medicament intracanal, sealer endodontik, pulp capping
agent (hardsetting calcium hydroxyl), apeksifikasi, perawatan pulpotomi.
Keuntungan kalsium hidroksida
Kalsium hidroksida (Ca(OH)) telah digunakan sejak 1920 Kalsium
hidroksida terbuktisebagai bahan biokompatibel, pH bahan kalsium hidroksida
berkisar antara 12,5-12,8.Kalsium hidroksida memiliki kelarutan yang rendah
terhadap air, serta tidak dapat larutdalam alkohol. Karena sifat yang
dimilikinya, kalsium hidroksida dinilai efektif dalam melawan mikroba
anaerob yang berada pada pulpa gigi yang nekrosis. Kandungan alkaline pada
CaOH mampu menghalangi proses inflamasi dengan berperan sebagai buffer
lokal dandengan mengaktivasi alkaline fosfatase yang penting dalam
pembentukan jaringan keras.Keuntungan lain adalah bahan kalsium hidroksida
memiliki keefektifan dalam waktu yangcukup lama jika dibandingkan dengan
bahan medikamen lainnya, dan pada beberapa kasus perawatan saluran akar
bahan ini dapat bertahan selama beberapa bulan dalam saluran akar.
Kekurangan kalsium hidroksida
Menurut Tam et al, (1989) kalsium hidroksida juga memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya kekuatan kompresif yang rendah sehingga dapat
berpengaruh pada kestabilan kalsium hidroksida terhadap cairan di dalam
saluran akar yang akhirnya dapat
melarutkan bahan medikamen saluran akar. Selain itu, Haapasalo et al dan Por
teiner et al melaporkan bahwa dentin dapat menginaktifkan
aktivitas antibakteri kalsium hidroksida, hal ini berkaitandengan kemampuan
buffer dentin yang menghambat kerja kalsium hidroksida.
Kemampuan buffer dentin menghambat terjadinya kondisi alkaline yang dibut
uhkan untuk membunuh bakteri, juga menghambat penetrasi ion hydroxyl ke j
aringan pulpa. Begitu juga penelitianPeters et al, (2002) menunjukkan jumlah
saluran akar yang positif mengandung bakteri meningkat setelah perawatan
saluran akar dengan kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida menyebabkan
resopsi interna sehingga gigi mudah fraktur
2) Pasta Zinc Oxide-Eugenol (Zoe)
Keuntungan Zinc Oxide-Eugenol
Keuntungan dari bahan pengisi saluran akar bentuk pasta adalah
mudah didapatkan, biaya relatif murah, mempunyai efek antimikroba yang
baik, tidak sitotoksik untuk sel-selyang berkontak langsung ataupun tidak
langsung, plastisitasnya baik, tidak toksisitas,merupakan materi radiopak,
memiliki anti inflamasi dan analgesik yang sangat bergunasetelah prosedur
pulpektomi. Selain itu, ZOE juga tidak menyebabkan diskolorisasi padagigi.
Kekurangan Zinc Oxide-Eugenol
Zinc Oxide Eugenol (ZOE) dapat mengiritasi jaringan periradicular
tulang danmenyebabkan nekrosis tulang dan cementum. Jika pengisiannya
berlebih dapat mengiritasi jaringan sehingga menyebabkan inflamasi. Tingkat
resorpsi lambat, dan mengubah jalanerupsi gigi permanen

Sumber :

1. Chen Chung Wen, Kao Chia Tze, Tsui Hsien Huang. Comparison of
the biocompatibility between 2 endodontic filling material for primary teeth. Chin De
nt J.2005; 24(1): 28-34.5
2. Praveen P, et al. A review of obturating material for primary teeth. SRM
UniversityJournal of Dental Sciences. 2011; 1(3)

4. Jelaskan tahap kerja dari masing-masing bahan pulpa yang dapat digunakan
pada kasus ini?(IKGA)
Beberapa bahan telah digunakan, seperti gel kolagen-kalsium fosfat atau trikalsium
fosfat, namun tidak ada yang efektif dalam mempromosikan penghalang kalsifikasi seperti
kalsium hidroksida atau MTA.

A. MULTIPLE-STEP APEXIFICATION WITH CALCIUM HYDROXIDE


Kalsium hidroksida adalah bahan yang paling umum dan tradisional yang digunakan
untuk menginduksi apeksifikasi. Namun, teknik ini biasanya merupakan pendekatan
beberapa kunjungan, yang membutuhkan waktu 6 bulan hingga 4 tahun untuk
diselesaikan.
Prosedur

Contoh Kasus :
Gambar 1. (a) Seorang pasien berusia 15 tahun memiliki riwayat trauma pada gigi insisivus
sentralis rahang atas. Trauma terjadi pada usia sebelum penutupan apikal terjadi. Gigi
didiagnosis nekrosis pulpa disertai periodontitis apikal simptomatik. Perhatikan lesi
periapikal yang besar. (b) Debridement gigi kurang dari 2 mm dari apeks. (c) Ca(OH)2
ditempatkan ke dalam saluran sampai ke apeks. (d) Pemeriksaan tiga bulan menunjukkan
resorpsi Ca(OH)2, tetapi apikalnya masih terbuka. Lesi apikal hampir sembuh total. (e)
Ca(OH)2 ditempatkan lagi. (f ) Evaluasi ulang sepuluh bulan. Barrier apikal muncul. (g)
Obturasi selesai.
Gambar 2. (a) Insisiv sentral dengan apeks terbuka. (b) Ca(OH)2 intrakanal ditempatkan
dan pengisian pintu masuk GIC diberikan. (c) follow up enam bulan. (d) Dua puluh
bulan follow up. (e) Kalsium hidroksida dihilangkan dan bukti calcific barrier. (f )
Calcific barrier dilihat melalui mikroskop. (g) Thermoplastic backfill obturation selesai
dilakukan. (h) Lihat melalui mikroskop. (i) Recall selama dua tahun menunjukkan
penyembuhan yang baik.

B. SINGLE-STEP APEXIFICATION WITH MTA/CSC CEMENTS

Kalsium hidroksida telah menjadi bahan yang paling banyak digunakan untuk induksi
apical barrier. Namun, waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan barrier bervariasi
dari bulan hingga tahun. Munculnya MTA/CSC telah menyediakan metode yang
sederhana dan lebih efektif untuk menciptakan apical barrier bagi klinisi. MTA/CSC
telah menunjukkan biokompatibilitas yang baik dan kemampuan yang lebih baik untuk
menyegel dan menghasilkan barrier yang unggul.

Prosedur
Gambar 3. (a) Insisivus sentralis rahang atas dengan apeks terbuka. (b) Apical barrier
MTA single visit. (c) Obturasi dilengkapi dengan obturasi termoplastik. (d) Satu tahun
follow up menunjukkan gigi secara klinis dan radiografi asimtomatik

Sumber : Gopikrishna, K., 2021, Grossman’s Endodontic Practice, 14th Edition, Wolter
Kluwer:India.

5. Kapan saja dilakukan kontrol dan apa saja yang dilakukan pada saat kontrol ? (IKGA)
Kontrol pasca endodontik dilakukan secara periodik dengan interval 3-6 bulan untuk
melihat perkembangan apikal sampai menutup, biasanya selesai 2-3 tahun, kontrol terakhir
setelah 4 tahun. Pasien kemudian dipantau secara klinis dan radiografis, setiap 3 bulan,
untuk menilai perkembangan gigi lanjutan dan tanda atau gejala nekrosis pulpa, infeksi
saluran akar, resorpsi akar atau patologi periradikular. Beberapa pemeriksaan yang
dilakukan saat kontrol adalah pemeriksaan klinis dan pemeriksaan radiografi.
 Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis seperti pengujian sensitivitas pulpa (stimulasi termal, pengujian pulpa
elektrik) akan menunjukkan ada tidaknya vitalitas pulpa pada sebagian besar situasi klinis.
Selain itu, tes klinis lainnya seperti perkusi dan palpasi akan memberikan informasi
mengenai perubahan inflamasi pada jaringan periradikular. Adanya saluran sinus,
pembengkakan, perubahan warna gigi koronal atau peningkatan mobilitas juga akan
memberikan informasi tentang status pulpa, jaringan periradikular, dan peralatan perlekatan.
Pemeriksaan radiografi akan memberikan informasi spesifik mengenai luasnya lesi karies,
perkembangan akar, adanya patosis periradikular, resorpsi akar dan fraktur mahkota
dan/atau akar.(12)

 Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan radiografi akan memberikan informasi spesifik mengenai luasnya lesi karies,
perkembangan akar, adanya patosis periradikular, resorpsi akar dan fraktur mahkota
dan/atau akar.
Sumber:
 Camp J, Barrett EJ, Pulver F. Pediatric Endodontics: Endodontic treatment for the
primary and young permanent dentition. In: Pathways of the Pulp, 8th Ed., 2002:23.
 Kuo HY, Lin JR, Huang WH, Chiang ML. Clinical outcomes for primary molars
treated by different types of pulpotomy: A retrospective cohort study. Journal of the
Formosan Medical Association 2018; Volume 117 (Issue 1): 24-33.
6. Sebuah perawatan akan kemungkinan terjadi kegagalan perawatan. Kegagalan
perawatan apa yang mungkin dapat terjadi pada kasus dan jelaskan tanda klinis dan
radiografi pada kasus dengan kegagalan tersebut? (IKGA dan radiologi)

Apeksifikasi, umumnya dengan Ca(OH)2 saja atau dalam kombinasi dengan obat lain
untuk merangsang penutupan apical. Penggunaan Ca(OH)2 intrakanal dalam jangka
panjang dapat menyebabkan melemahnya dentin akar yang menyebabkan fraktur
akar. Meskipun sangat sukses, teknik ini meninggalkan akar yang sangat rentan tinggi
terhadap fraktur bervariasi dari 28% hingga 77% setelah 4 tahun. Semakin tipis dentin akar,
semakin lebih mungkin akarnya patah (Gambar 17.1).
Obturasi pada gigi yang dilakukan perawatan apeksifikasi tidak disarankan
menggunakan kondensasi lateral karena tekanan lateral selama pemadatan gutta-percha
dapat beresiko fraktur. Pada kondisi seperti ini, metode kondesasi vertikal dari obturasi lebih
disukai
Sumber :

1. Soxman, J. A., 2015, Handbook of Clinical Techniques in Pediatric Dentistry, Wiley:India


2. Gopikrishna, K., 2021, Grossman’s Endodontic Practice, 14th Edition, Wolter
Kluwer:India.
3. Garg, N., & Garg, A. 2019, Textbook of Endodontics, 4th Edition, Jaypee Brothers Medical
Publisher:India

7. Kemungkinan apa saja penyebab terjadinya kegagalan pada kasus dan apa yang
dilakukan apabila terjadi kegagalan ini? (IKGA).
Pada kasus pasien mengalami keluhan gigi berlubang pada gigi belakang kiri bawah, merasa
ngilu saat minum dingin dan sakit saat makan, namun tidak pernah merasa sakit spontan,
diagnosisnya yaitu pulpitis reversible. Pulpitis reversibel dikarakteristikkan adanya
hipersensitif terhadap suhu maupun stimulasi kimia yang tiba-tiba menghilang pada saat
stimulus dihilangkan. Gejala Pulpitis reversibel Simptomatik ditandaidengan rasa sakit yang
tajam yang hanyasebentar,timbulnya tidak spontan, penyebabrasa sakitdeikarenakan faktor
stimulus sepertiair dingin atau aliran udara

8. Kapan dikatakan perawatan final telah dicapai, dan apa yang dilakukan saat
perawatan final? (IKGA)

Waktu yang dibutuhkan untuk proses penyelesaian ini dapat berkisar dari 6 minggu hingga
18 bulan. Perawatan final / Obturasi akhir saluran akar harus dilakukan jika :
 Tidak adanya gejala apapun
 Lesi periapikal sembuh
 Tidak adanya fistula atau sinus
 Tidak adanya mobilitas
 Terdapat firm stop / apical barrier baik secara klinis maupun radiografis
Jenis Penutupan Yang Dapat Terjadi Selama Apeksifikasi :
 Perkembangan ujung akar dalam pola normal
 Apex menutup tetapi lebih lebar di ujung apikal
 Pengembangan jembatan kalsifikasi hanya koronal ke puncak
 Pembentukan penghalang tipis pada atau dekat dengan puncak
Gambar. 4 A-D. (A) Perkembangan ujung akar dalam pola normal; (B) Apeks menutup tetapi
lebih lebar di ujung apikal; (C) Perkembangan calcific bridge dari koronal ke apex; (D)
embentukan thin barrier dekat dengan apeks.

Sumber : Garg, N., & Garg, A. 2019, Textbook of Endodontics, 4th Edition, Jaypee Brothers
Medical Publisher:India

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalsium hidroksida telah menjadi bahan yang paling banyak digunakan untuk induksi
apical barrier. Namun, waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan barrier bervariasi
dari bulan hingga tahun. Munculnya MTA/CSC telah menyediakan metode yang
sederhana dan lebih efektif untuk menciptakan apical barrier bagi klinisi. MTA/CSC
telah menunjukkan biokompatibilitas yang baik dan kemampuan yang lebih baik
untuk menyegel dan menghasilkan barrier yang unggul. Pulpotomi vital atau amputasi
vital adalah tindakan pengambilan jaringanpulpa bagian koronal yang mengalami
inflamasi dengan melakukan anestesi,kemudian memberikan medikamen di atas pulpa
yang diamputasi agar pulpabagian radikular tetap vital.Pulpotomi vital umunya
dilakukan pada gigi sulung dan gigi permanenmuda. Pulpotomi gigi sulung umunya
menggunakan formokresol atau glutaradehid. Pada gigi dewasa muda dipakai kalsium
hidroksid. Kalsiumhidroksid pada pulpotomi vital gigi sulung menyebabkan resorpsi
interna.Berdasarkan penelitian, menurut Finn keberhasilan pulpotomi
vitalformokresol 97% secara rontgenologis dan 82% secara histologis.Reaksi
formokresol terhadap jaringan pulpa yaitu membentuk area yangterfiksasi dan pulpa
di bawahnya tetap dalam keadaan vital. Pulpotomi vitaldengan formokresol hanya
dilakukan pada gigi sulung dengan singkat danbertujuan mendapat sterilisasi yang
baik pada kamar pulpa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Garg, N., & Garg, A. 2019, Textbook of Endodontics, 4th Edition, Jaypee
Brothers Medical Publisher:India
2. Soxman, J. A., 2015, Handbook of Clinical Techniques in Pediatric Dentistry,
Wiley:India
3. Gopikrishna, K., 2021, Grossman’s Endodontic Practice, 14th Edition, Wolter
Kluwer:India.
4. Garg, N., & Garg, A. 2019, Textbook of Endodontics, 4th Edition, Jaypee
Brothers Medical Publisher:India
5. Camp J, Barrett EJ, Pulver F. Pediatric Endodontics: Endodontic treatment for the
primary and young permanent dentition. In: Pathways of the Pulp, 8th Ed.,
2002:23.
6. Kuo HY, Lin JR, Huang WH, Chiang ML. Clinical outcomes for primary molars
treated by different types of pulpotomy: A retrospective cohort study. Journal of
the Formosan Medical Association 2018; Volume 117 (Issue 1): 24-33.
7. Maulidar. Perawatan Apeksogenesis Gigi Insisivus Permanen Dengan Akar Masih
Terbuka Disertai Pulpa Terbuka Karena Trauma. Cakradonya Dent J; 11(1): 58-62
8. Gopikrishna, K., 2021, Grossman’s Endodontic Practice, 14th Edition, Wolter
Kluwer:India.
9. Chen Chung Wen, Kao Chia Tze, Tsui Hsien Huang. Comparison of the
biocompatibility between 2 endodontic filling material for primary teeth. Chin
Dent J.2005; 24(1): 28-34.5
10. Praveen P, et al. A review of obturating material for primary teeth. SRM
UniversityJournal of Dental Sciences. 2011; 1(3)

Anda mungkin juga menyukai