PEMICU II BLOK 16
Disusun oleh:
200600174
Kelompok 6
Fasilitator:
2022
Pemicu 1
BAB I
PENDAHULUAN
Skenario: Seorang anak laki-laki usia 11 tahun dibawa ibunya dengan keluhan gigi berlubang
pada gigi belakang kiri bawah. Pasien sudah 6 bulan ini merasa ngilu saat minum dingin dan
sakit saat makan, namun tidak pernah merasa sakit spontan. Hasil pemeriksaan klinis
diperoleh gigi 35 terdapat karies yang dalam pada oklusal gigi dengan keterlibatan pulpa
yang minimal dan gigi tidak sensitif saat diperkusi.
Learning issue :
1. Pemeriksaan lengkap
2. Bahan perawatan pulpa vital
3. Radiografi 4. Morfologi dan anatomi gigi
4. Prosedur perawatan pulpa
5. Kegagalan perawatan gigi
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber :
3. Bahan perawatan pulpa apa saja yang dapat digunakan pada kasus ini ? Apa
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing bahan tersebut ? (Dental
material)
1) Kalsium Hidroksida
Digunakan sebagai medicament intracanal, sealer endodontik, pulp capping
agent (hardsetting calcium hydroxyl), apeksifikasi, perawatan pulpotomi.
Keuntungan kalsium hidroksida
Kalsium hidroksida (Ca(OH)) telah digunakan sejak 1920 Kalsium
hidroksida terbuktisebagai bahan biokompatibel, pH bahan kalsium hidroksida
berkisar antara 12,5-12,8.Kalsium hidroksida memiliki kelarutan yang rendah
terhadap air, serta tidak dapat larutdalam alkohol. Karena sifat yang
dimilikinya, kalsium hidroksida dinilai efektif dalam melawan mikroba
anaerob yang berada pada pulpa gigi yang nekrosis. Kandungan alkaline pada
CaOH mampu menghalangi proses inflamasi dengan berperan sebagai buffer
lokal dandengan mengaktivasi alkaline fosfatase yang penting dalam
pembentukan jaringan keras.Keuntungan lain adalah bahan kalsium hidroksida
memiliki keefektifan dalam waktu yangcukup lama jika dibandingkan dengan
bahan medikamen lainnya, dan pada beberapa kasus perawatan saluran akar
bahan ini dapat bertahan selama beberapa bulan dalam saluran akar.
Kekurangan kalsium hidroksida
Menurut Tam et al, (1989) kalsium hidroksida juga memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya kekuatan kompresif yang rendah sehingga dapat
berpengaruh pada kestabilan kalsium hidroksida terhadap cairan di dalam
saluran akar yang akhirnya dapat
melarutkan bahan medikamen saluran akar. Selain itu, Haapasalo et al dan Por
teiner et al melaporkan bahwa dentin dapat menginaktifkan
aktivitas antibakteri kalsium hidroksida, hal ini berkaitandengan kemampuan
buffer dentin yang menghambat kerja kalsium hidroksida.
Kemampuan buffer dentin menghambat terjadinya kondisi alkaline yang dibut
uhkan untuk membunuh bakteri, juga menghambat penetrasi ion hydroxyl ke j
aringan pulpa. Begitu juga penelitianPeters et al, (2002) menunjukkan jumlah
saluran akar yang positif mengandung bakteri meningkat setelah perawatan
saluran akar dengan kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida menyebabkan
resopsi interna sehingga gigi mudah fraktur
2) Pasta Zinc Oxide-Eugenol (Zoe)
Keuntungan Zinc Oxide-Eugenol
Keuntungan dari bahan pengisi saluran akar bentuk pasta adalah
mudah didapatkan, biaya relatif murah, mempunyai efek antimikroba yang
baik, tidak sitotoksik untuk sel-selyang berkontak langsung ataupun tidak
langsung, plastisitasnya baik, tidak toksisitas,merupakan materi radiopak,
memiliki anti inflamasi dan analgesik yang sangat bergunasetelah prosedur
pulpektomi. Selain itu, ZOE juga tidak menyebabkan diskolorisasi padagigi.
Kekurangan Zinc Oxide-Eugenol
Zinc Oxide Eugenol (ZOE) dapat mengiritasi jaringan periradicular
tulang danmenyebabkan nekrosis tulang dan cementum. Jika pengisiannya
berlebih dapat mengiritasi jaringan sehingga menyebabkan inflamasi. Tingkat
resorpsi lambat, dan mengubah jalanerupsi gigi permanen
Sumber :
1. Chen Chung Wen, Kao Chia Tze, Tsui Hsien Huang. Comparison of
the biocompatibility between 2 endodontic filling material for primary teeth. Chin De
nt J.2005; 24(1): 28-34.5
2. Praveen P, et al. A review of obturating material for primary teeth. SRM
UniversityJournal of Dental Sciences. 2011; 1(3)
4. Jelaskan tahap kerja dari masing-masing bahan pulpa yang dapat digunakan
pada kasus ini?(IKGA)
Beberapa bahan telah digunakan, seperti gel kolagen-kalsium fosfat atau trikalsium
fosfat, namun tidak ada yang efektif dalam mempromosikan penghalang kalsifikasi seperti
kalsium hidroksida atau MTA.
Contoh Kasus :
Gambar 1. (a) Seorang pasien berusia 15 tahun memiliki riwayat trauma pada gigi insisivus
sentralis rahang atas. Trauma terjadi pada usia sebelum penutupan apikal terjadi. Gigi
didiagnosis nekrosis pulpa disertai periodontitis apikal simptomatik. Perhatikan lesi
periapikal yang besar. (b) Debridement gigi kurang dari 2 mm dari apeks. (c) Ca(OH)2
ditempatkan ke dalam saluran sampai ke apeks. (d) Pemeriksaan tiga bulan menunjukkan
resorpsi Ca(OH)2, tetapi apikalnya masih terbuka. Lesi apikal hampir sembuh total. (e)
Ca(OH)2 ditempatkan lagi. (f ) Evaluasi ulang sepuluh bulan. Barrier apikal muncul. (g)
Obturasi selesai.
Gambar 2. (a) Insisiv sentral dengan apeks terbuka. (b) Ca(OH)2 intrakanal ditempatkan
dan pengisian pintu masuk GIC diberikan. (c) follow up enam bulan. (d) Dua puluh
bulan follow up. (e) Kalsium hidroksida dihilangkan dan bukti calcific barrier. (f )
Calcific barrier dilihat melalui mikroskop. (g) Thermoplastic backfill obturation selesai
dilakukan. (h) Lihat melalui mikroskop. (i) Recall selama dua tahun menunjukkan
penyembuhan yang baik.
Kalsium hidroksida telah menjadi bahan yang paling banyak digunakan untuk induksi
apical barrier. Namun, waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan barrier bervariasi
dari bulan hingga tahun. Munculnya MTA/CSC telah menyediakan metode yang
sederhana dan lebih efektif untuk menciptakan apical barrier bagi klinisi. MTA/CSC
telah menunjukkan biokompatibilitas yang baik dan kemampuan yang lebih baik untuk
menyegel dan menghasilkan barrier yang unggul.
Prosedur
Gambar 3. (a) Insisivus sentralis rahang atas dengan apeks terbuka. (b) Apical barrier
MTA single visit. (c) Obturasi dilengkapi dengan obturasi termoplastik. (d) Satu tahun
follow up menunjukkan gigi secara klinis dan radiografi asimtomatik
Sumber : Gopikrishna, K., 2021, Grossman’s Endodontic Practice, 14th Edition, Wolter
Kluwer:India.
5. Kapan saja dilakukan kontrol dan apa saja yang dilakukan pada saat kontrol ? (IKGA)
Kontrol pasca endodontik dilakukan secara periodik dengan interval 3-6 bulan untuk
melihat perkembangan apikal sampai menutup, biasanya selesai 2-3 tahun, kontrol terakhir
setelah 4 tahun. Pasien kemudian dipantau secara klinis dan radiografis, setiap 3 bulan,
untuk menilai perkembangan gigi lanjutan dan tanda atau gejala nekrosis pulpa, infeksi
saluran akar, resorpsi akar atau patologi periradikular. Beberapa pemeriksaan yang
dilakukan saat kontrol adalah pemeriksaan klinis dan pemeriksaan radiografi.
Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis seperti pengujian sensitivitas pulpa (stimulasi termal, pengujian pulpa
elektrik) akan menunjukkan ada tidaknya vitalitas pulpa pada sebagian besar situasi klinis.
Selain itu, tes klinis lainnya seperti perkusi dan palpasi akan memberikan informasi
mengenai perubahan inflamasi pada jaringan periradikular. Adanya saluran sinus,
pembengkakan, perubahan warna gigi koronal atau peningkatan mobilitas juga akan
memberikan informasi tentang status pulpa, jaringan periradikular, dan peralatan perlekatan.
Pemeriksaan radiografi akan memberikan informasi spesifik mengenai luasnya lesi karies,
perkembangan akar, adanya patosis periradikular, resorpsi akar dan fraktur mahkota
dan/atau akar.(12)
Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan radiografi akan memberikan informasi spesifik mengenai luasnya lesi karies,
perkembangan akar, adanya patosis periradikular, resorpsi akar dan fraktur mahkota
dan/atau akar.
Sumber:
Camp J, Barrett EJ, Pulver F. Pediatric Endodontics: Endodontic treatment for the
primary and young permanent dentition. In: Pathways of the Pulp, 8th Ed., 2002:23.
Kuo HY, Lin JR, Huang WH, Chiang ML. Clinical outcomes for primary molars
treated by different types of pulpotomy: A retrospective cohort study. Journal of the
Formosan Medical Association 2018; Volume 117 (Issue 1): 24-33.
6. Sebuah perawatan akan kemungkinan terjadi kegagalan perawatan. Kegagalan
perawatan apa yang mungkin dapat terjadi pada kasus dan jelaskan tanda klinis dan
radiografi pada kasus dengan kegagalan tersebut? (IKGA dan radiologi)
Apeksifikasi, umumnya dengan Ca(OH)2 saja atau dalam kombinasi dengan obat lain
untuk merangsang penutupan apical. Penggunaan Ca(OH)2 intrakanal dalam jangka
panjang dapat menyebabkan melemahnya dentin akar yang menyebabkan fraktur
akar. Meskipun sangat sukses, teknik ini meninggalkan akar yang sangat rentan tinggi
terhadap fraktur bervariasi dari 28% hingga 77% setelah 4 tahun. Semakin tipis dentin akar,
semakin lebih mungkin akarnya patah (Gambar 17.1).
Obturasi pada gigi yang dilakukan perawatan apeksifikasi tidak disarankan
menggunakan kondensasi lateral karena tekanan lateral selama pemadatan gutta-percha
dapat beresiko fraktur. Pada kondisi seperti ini, metode kondesasi vertikal dari obturasi lebih
disukai
Sumber :
7. Kemungkinan apa saja penyebab terjadinya kegagalan pada kasus dan apa yang
dilakukan apabila terjadi kegagalan ini? (IKGA).
Pada kasus pasien mengalami keluhan gigi berlubang pada gigi belakang kiri bawah, merasa
ngilu saat minum dingin dan sakit saat makan, namun tidak pernah merasa sakit spontan,
diagnosisnya yaitu pulpitis reversible. Pulpitis reversibel dikarakteristikkan adanya
hipersensitif terhadap suhu maupun stimulasi kimia yang tiba-tiba menghilang pada saat
stimulus dihilangkan. Gejala Pulpitis reversibel Simptomatik ditandaidengan rasa sakit yang
tajam yang hanyasebentar,timbulnya tidak spontan, penyebabrasa sakitdeikarenakan faktor
stimulus sepertiair dingin atau aliran udara
8. Kapan dikatakan perawatan final telah dicapai, dan apa yang dilakukan saat
perawatan final? (IKGA)
Waktu yang dibutuhkan untuk proses penyelesaian ini dapat berkisar dari 6 minggu hingga
18 bulan. Perawatan final / Obturasi akhir saluran akar harus dilakukan jika :
Tidak adanya gejala apapun
Lesi periapikal sembuh
Tidak adanya fistula atau sinus
Tidak adanya mobilitas
Terdapat firm stop / apical barrier baik secara klinis maupun radiografis
Jenis Penutupan Yang Dapat Terjadi Selama Apeksifikasi :
Perkembangan ujung akar dalam pola normal
Apex menutup tetapi lebih lebar di ujung apikal
Pengembangan jembatan kalsifikasi hanya koronal ke puncak
Pembentukan penghalang tipis pada atau dekat dengan puncak
Gambar. 4 A-D. (A) Perkembangan ujung akar dalam pola normal; (B) Apeks menutup tetapi
lebih lebar di ujung apikal; (C) Perkembangan calcific bridge dari koronal ke apex; (D)
embentukan thin barrier dekat dengan apeks.
Sumber : Garg, N., & Garg, A. 2019, Textbook of Endodontics, 4th Edition, Jaypee Brothers
Medical Publisher:India
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalsium hidroksida telah menjadi bahan yang paling banyak digunakan untuk induksi
apical barrier. Namun, waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan barrier bervariasi
dari bulan hingga tahun. Munculnya MTA/CSC telah menyediakan metode yang
sederhana dan lebih efektif untuk menciptakan apical barrier bagi klinisi. MTA/CSC
telah menunjukkan biokompatibilitas yang baik dan kemampuan yang lebih baik
untuk menyegel dan menghasilkan barrier yang unggul. Pulpotomi vital atau amputasi
vital adalah tindakan pengambilan jaringanpulpa bagian koronal yang mengalami
inflamasi dengan melakukan anestesi,kemudian memberikan medikamen di atas pulpa
yang diamputasi agar pulpabagian radikular tetap vital.Pulpotomi vital umunya
dilakukan pada gigi sulung dan gigi permanenmuda. Pulpotomi gigi sulung umunya
menggunakan formokresol atau glutaradehid. Pada gigi dewasa muda dipakai kalsium
hidroksid. Kalsiumhidroksid pada pulpotomi vital gigi sulung menyebabkan resorpsi
interna.Berdasarkan penelitian, menurut Finn keberhasilan pulpotomi
vitalformokresol 97% secara rontgenologis dan 82% secara histologis.Reaksi
formokresol terhadap jaringan pulpa yaitu membentuk area yangterfiksasi dan pulpa
di bawahnya tetap dalam keadaan vital. Pulpotomi vitaldengan formokresol hanya
dilakukan pada gigi sulung dengan singkat danbertujuan mendapat sterilisasi yang
baik pada kamar pulpa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Garg, N., & Garg, A. 2019, Textbook of Endodontics, 4th Edition, Jaypee
Brothers Medical Publisher:India
2. Soxman, J. A., 2015, Handbook of Clinical Techniques in Pediatric Dentistry,
Wiley:India
3. Gopikrishna, K., 2021, Grossman’s Endodontic Practice, 14th Edition, Wolter
Kluwer:India.
4. Garg, N., & Garg, A. 2019, Textbook of Endodontics, 4th Edition, Jaypee
Brothers Medical Publisher:India
5. Camp J, Barrett EJ, Pulver F. Pediatric Endodontics: Endodontic treatment for the
primary and young permanent dentition. In: Pathways of the Pulp, 8th Ed.,
2002:23.
6. Kuo HY, Lin JR, Huang WH, Chiang ML. Clinical outcomes for primary molars
treated by different types of pulpotomy: A retrospective cohort study. Journal of
the Formosan Medical Association 2018; Volume 117 (Issue 1): 24-33.
7. Maulidar. Perawatan Apeksogenesis Gigi Insisivus Permanen Dengan Akar Masih
Terbuka Disertai Pulpa Terbuka Karena Trauma. Cakradonya Dent J; 11(1): 58-62
8. Gopikrishna, K., 2021, Grossman’s Endodontic Practice, 14th Edition, Wolter
Kluwer:India.
9. Chen Chung Wen, Kao Chia Tze, Tsui Hsien Huang. Comparison of the
biocompatibility between 2 endodontic filling material for primary teeth. Chin
Dent J.2005; 24(1): 28-34.5
10. Praveen P, et al. A review of obturating material for primary teeth. SRM
UniversityJournal of Dental Sciences. 2011; 1(3)