Anda di halaman 1dari 5

1. No 3 Jelaskan tanda-tanda adanya sumbatan jalan nafas dan penatalaksanaanya ?

Carissa
Tanda-tanda adanya sumbatan jalan nafas atau airway yang dapat dilihat pada
kasus ialah saat pasien mengeluhkan bahwa ia mengalami sesak dan suara serak. Dimana
hal ini pasien sulit untuk bicara dan bernafas dengan bebas. Hal ini mengakibatkan
penurunan tekanan darah secara drastis sehingga aliran darah ke seluruh jaringan tubuh
terganggu. Akibatnya muncul gejala berupa sulit bernafas bahkan penurunan kesadaran.
Sumbatan jalan napas dapat parsial dan total:

 Sumbatan jalan napas parsial ditandai dengan adanya stridor, retraksi otot napas didaerah
spraklaikula, suprasternal, sela iga dan epigastrium selama inspirasi. Napas paradoksal (saat
inspirasi dinding dada menjadi cekung/datar bukan mengembang atau membesar). Napas
makin berat dan sulit. Ada tanda sianosis yang merupakan tanda hipoksemia akibat obstruksi
jalan napas yang berat. Sumbatan parsial berisik dan harus pula segera dikoreksi karena dapat
menyebabkan kerusakan otak, serta dapat menyebabkan henti napas dan henti jantung. Pada
Sumbatan jalan napas parsial, udara yang masuk berkurang dan ada bunyi napas tambahan.
Bunyi napas gaduh, stridor inspirasi dan sebagainya adalah tanda sumbatan parsial daerah
faring dan laring. Sumbatan di bawah laring umumnya berbunyi sebagai wheezing ekspirasi.1
 Sumbatan jalan napas total, serupa dengan obstruksi parsial akan tetapi gejala lebih hebat
dan stridor menghilang. Retraksi lebih jelas, gerakan paradoksal lebih jelas, kerja otot napas
tambahan meningkkat dan makin jelas. Sianosis lebih cepat timbul. Sumbatan total tidak
berbunyi dan menyebabkan asfiksia, henti napas dan henti jantung dalam waktu 5-10 menit
bila tidak dikoreksi. Sumbatan total pada pasien yang masih berusaha bernapas nampak
sebagai gerak paradoksal dada dan perut yaitu dada turun pada waktu perut bergerak naik.
Pada sumbatan jalan napas total suara napas hilang, tidak teraba/tidak terdengar suara napas.1

Sumbatan jalan napas parsial ataupun total harus diatasi dengan segera tanpa adanya
hasil laboratorium, radiologi atau fungsi paru, karena dapat mengakibatkan kerusakan otak
permanen dan bahkan kematian. Keberhasilan managemen harus diawali dengan evaluasi
jalan napas dengan hati-hati, teliti, dan cepat untuk identifikasi berbagai faktor penyebab.2
Cara membebaskan jalan nafas:1
- Tanda-tanda adanya sumbatan dapat mendengkur (snoring) berasal dari sumbatan
pangkal lidah. Penatalaksanaannya dapat dilakukan chin lift (tindakan
mengangkat dagu), jaw thrust (tindakan mengankat sudut rahang bawah), head tilt
(tindakan menekan dahi), pemasangan pipaorofaring/nasofaring, atau pemasangan
endobronkial.
- Seperti berkumur (gargling), yaitu ada cairan di daerah hipofaring, cara
mengatasinya yaitu dengan finger sweep dan pengisapan.
- Untuk stridor (crowing) yaitu sumbatan di plika vokalis, cara mengatasinya
dengan cricotirotomi, dan trakeostomi.

1. Sajinadiyasa IGK. Manajemen Jalan Napas. Dalam: Bakta IM, dkk, eds. Buku Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan XXIV, EMERGENCY IN INTERNAL MEDICINE:
INNOVATION FOR FUTURE. Denpasar: PT Percetakan Bali, 2016: 39-47.
2. Yusuf M. Diagnosis Obstruksi Jalan Napas Atas pada Anak dan Dewasa. In: Kentjono
WA, Juniati SH, Romdhoni AC. Update Management on Pharyngolaryngeal Diseases,
2015: 166.

Suci

Tatalaksana kegawatdaruratan medisdilakukan berdasar kaidah-kaidah baku yangharus diikut


i yaitu penilaian tentang: jalan napas -Airway, pernapasan - Breathing, sirkulasi - Circulation,
dan kesadaran – Disability.

Airway management adalah prosedur medis yang dilakukan untuk mencegah obstruksi jala
n napas untuk memastikan jalur nafas terbuka antara paru-paru pasien dan udara luar.
Hal ini dilakukan dengan membuka jalan nafas atau mencegah obstruksi jalan napas ya
ng disebabkan oleh lidah, saluran udara itusendiri, benda asing, atau bahan dari tubuh sendiri,
seperti darah dan cairan lambung yang teraspirasi.

A – Saluran Napas dan Adrenalin

▪ Menjaga saluran napas dan pemberian oksigen 100%

▪ Adrenalin. Jika akses IV tersedia, diberikan adrenalin 1 : 10.0000, 0.5 – 1 ml, dapat diulang
jika perlu. Alternatif lain dapat diberikan 0,5 – 1 mg (0,5 – 1 ml dalam larutan 1 : 1000) secar
a IM diulang setiap 10 menit jika dibutuhkan.
B - Pernapasan

▪ Jamin pernapasan yang adekuat. Intubasi dan ventilasi mungkin diperlukan

▪ Adrenalin akan mengatasi bronkospasme dan edema saluran napas atas.

▪ Bronkodilator semprot (misalnya salbutamol 5 mg) atau aminofilin IV mungkin dibutuhkan


jika bronkospasme refrakter (dosis muat 5 mg/kg diikuti dengan 0,5 mg/kg/jam).

C – Sirkulasi

▪ Akses sirkulasi. Mulai CPR jika terjadi henti jantung.

▪ Adrenalin merupakan terapi yang paling efektif untuk hipotensi berat.

▪ Pasang 1 atau dua kanula IV berukuran besar dan secepatnya memberikan infus saline norm
al. Koloid dapat digunakan (kecuali jika diperkirakan sebagai sumber reaksi anafilaksis).

▪ Aliran balik vena dapat dibantu dengan mengangkat kaki pasien atau memiringkan posisi pa
sien sehingga kepala lebih rendah.

▪ Jika hemodinamik pasien tetap tidak stabil setelah pemberian cairan dan adrenalin, beri dosi
s adrenalin atau infus intravena lanjutan (5 mg dalam 50 ml saline atau dekstrose 5% melalui
syringe pump, atau 5 mg dalam 500 ml saline atau dekstrose 5% yang diberikan dengan infus
lambat). Bolus adrenalin intravena yang tidak terkontrol dapat membahayakan, yaitu kenaika
n tekanan yang tiba-tiba dan aritmia. Berikan obat tersebut secara berhati-hati, amati respon d
an ulangi jika diperlukan. Coba lakukan monitor EKG, tekanan darah dan pulse oximtry.

Christopher

Ada tiga gerakan dasar untuk membebaskan sumbatan jalan napas (tanpa alat) akibat lidah da
n bagian-bagian jalan napas lainnya yaitu : Heal Thil, Chin lief, Jaw Thrus

• Head Thilt

Posisikan telapak tangan pada dahi sambil mendorong dahi ke belakang

• Chin lief

Posisikan telapak tangan pada dahi sambil mendorong dahi ke belakangpada posisi yang sam
a,ujung jari tangan yang lain mengangkat dagu . Jika ada kecurigaan trauma leher jangan mel
akukan head thil
• Jaw Thrus

Cari sudut siku rahang bawah ( angulus mandibula ) dengan jari telunjuk dan jari lainnya. Ke
mudian jari-jari yang diletakan pada rahang bawah di belakang angulus mendorong rahang ba
wah ke depan.Dengan kedua ibu jari, bukalah mulut mulut dengan sedikit mendorongdagu, k
arena mulut kemudian membuka, cara ini baik untuk pasien dengan sumbatan hidung, karena
tulang leher tidak bantak bergerak,cara ini baik untuk pasien cedera tulang leher. Pada cedera
tulang belakang/ tulang leher, tindakan jaw thrust harus dibantu seorang asisten untuk menah
an kepala pada posisi netral.

Nuraisha

Pengelolaan Jalan Nafas Dengan Alat

• Oropharyngeal Tube

Pipa orofaring digunakan untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan menahan pan
gkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan napas pada pasien tidak sad
ar. Yang perlu diingat adalah bahwa pipa orofaring ini hanya boleh dipakai pada pasien yang
tidak sadar atau penurunan kesadaran yang berat (GCS ≤ 8).

• Nasopharyngeal Tube (pipa nasofaring)

Untuk pipa nasofaring kontra indikasi relatifnya adalah adanya fraktur basis cranil yang ditan
dai dengan adanya brill hematon, bloody rhinorea, bloody otorea, dan battle sign.

• Endotracheal Tube

Intubasi endotrachea adalah gold standard untuk pembebasan jalan napas. Sehingga Intubasi
endotrachea disebut juga definitive airway. Intubasi endotrakhea adalah proses memasukkan
pipa endotrakheal ke dalam trakhea, bila dimasukkan melalui mulut disebut intubasi orotrakh
ea, bila melalui hidung disebut intubasi.

• Laringeal Mask Airway (LMA)

LMA adalah alat pembebasan jalan napas yang non-invasif yang dipasang di supraglotis. Sec
ara umum terdiri dari 3 bagian: airway tube, mask, dan Inflation line.

LMA disebut juga sebagai alternative airway, karena bagi tenaga yang belum berpengalaman
melakukan intubasi endotrachea maka LMA inilah yang menjadi alternatif pilihan yang palin
g baik untuk membebaskan jalan napas.
Rifai, A., & Sugiyarto, S. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Simulasi
Pertolongan Pertama (Management Airway) Pada Penyintas Dengan Masalah Sumbatan
Jalan Nafas pada Masyarakat Awam di Kec. Sawit Kab. Boyolali. (JKG) Jurnal Keperawatan
Global, 4(2), 81-88.

Penatalaksanaan Lanjut:

 Berikan antihistamin. H1 bloker misalnya klorfeniramin (10 mg IV) dan H2 bloker


ranitidin (50 mg IV lambat) atau simetidin (200 mg IV lambat).
 Kortikosteroid. Berikan hidrokortison 200 mg IV diikuti dengan 100 – 200 mg 4
sampai 6 jam. Steroid memakan waktu beberapa jam untuk mulai bekerja.
 Buat keputusan apakah membatalkan atau melanjutkan usulan pembedahan.
 Pindahkan pasien di tempat yang perawatannya yang lebih baik (misalnya unit
perawatan intensif, ICU) untuk observasi dan terapi lebih lanjut. Reaksi anafilaktik
mungkin memakan waktu beberapa jam untuk dapat diatasi dan pasien harus
diobservasi secara ketat pada masa-masa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai