Anda di halaman 1dari 7

1. 1.

probing
2. radiolusen
Radiolusen merupakan gambaran berupa bayangan gelap pada film karena
struktur jaringan tersebut sedikit menyerap sinar-x. Pemeriksaan radiografi
sangat diperlukan untuk menentukan diagnosis dan rencana perawatan.
Difus : batasnya tidak jelas
3. Difus

Pertanyaan
1. Bagaimana mekanisme gigi pasien bisa menjadi setengah? ▶️nerissa
Resorpsi akar dapat diinduksi oleh kekuatan gaya melalui perawatan ortodonti
dan hyalinisasi ligamen periodontal yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas
sementoklas dan osteoklas. Selama pergerakan gigi, area kompresi (osteoklas
menginduksi resorpsi tulang) dan area ketegangan (osteoblas merangsang
pembentukan tulang aktif) terbentuk. Gigi akan bergerak menuju sisi resorpsi
tulang. Ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pengendapan
mengakibatkan kehilangan sementum, ia dapat berkontribusi kepada sel
osteoklas di area resoprsi pada akar. Apabila zona hialin terbentuk, pergerakan
gigi akan berhenti. Setelah regenerasi ligamen periodontal, zona hialin
dihilangkan oleh sel mononukleus yang mirip dengan makrofag dan oleh sel
raksasa multinukleus sehingga gigi mulai bergerak lagi. Selama pemindahan
zona hialin, lapisan sementoblast di permukaan akar mungkin rusak dan ini
menyebabkan daerah yang kaya dan padat dengan sementum menjadi terpapar.
Ada kemungkinan bahwa gaya yang terjadi selama perawatan ortodonti dapat
secara langsung merusak permukaan luar akar. Permukaan akar gigi di bawah
zona hialin terresorpsi setelah beberapa hari apabila terjadi proses reparasi di
peripheral. Proses resorpsi selesai setelah pengangkatan zona hialin atau bila
gaya ortodonti menurun.
2. Bagaimana jika pada pemeriksaan intraoral ditemukan pewarnaan pada gigi?
Rigil▶️
3. Apa penatalaksanaan yang tepat dari kasus tersebut? Megan
Penanggulangan Resorpsi Akar Eksternal
Bila resorpsi akar terdeteksi, perawatan yang dilakukan dapat berupa
perawatan endodonti atau penggunaan LIPUS.
• Perawatan Endodonti
Studi sebelumnya mengungkapkan bahwa resorpsi akar merupakan
dampak yang wajar pada perawatan ortodonti. Penelitian oleh Kokich
menyatakan bahwa resorpsi akan berhenti ketika perawatan ortodonti dihentikan.
Namun pada beberapa kasus, resorpsi dapat terus berlanjut setelah perawatan
ortodonti dihentikan. Resorpsi ini hanya dapat terjadi pada gigi yang masih vital.
Perawatan untuk kasus seperti ini adalah dengan perawatan endodonti. Bila
resorpsi tersebut menyebabkan gigi goyang, maka perawatan dapat
dikombinasikan dengan splinting intrakoronal. Ankylosis dapat terjadi pada gigi
yg dirawat endodonti. Pada kasus resorpsi yang menyebabkan gigi goyang,
maka ankylosis menguntungkan. Namun bila ankylosis terjadi sewaktu gigi akan
digerakkan, maka tindakan pembedahan harus dilakukan.
• Penggunaan LIPUS (Low-intensity Pulsed Ultrasound)
Ultrasonik, gelombang akustik yang frekuensinya diatas ambang
pendengaran manusia, dapat ditransmisikan melalui dan ke dalam jaringan
biologis manusia, dan telah banyak digunakan di bidang kedokteran. Salah
satunya seperti pada terapi penyakit TMJ. Intensitas ultrasonik yang digunakan
untuk terapi dan bedah adalah sebesar 1-3 W/cm2 . LIPUS (Low-intensity Pulsed
Ultrasound) efektif memicu pembentukan fibroblas dari sel makrofag, dan
memicu angiogenesis selama penyembuhan luka, dan mempercepat
pertumbuhan tulang pasca fraktur.
Telah dilaporkan bahwa LIPUS dapat meningkatkan pertumbuhan apikal
pada insisivus mandibula dan mempercepat laju erupsi gigi. Belakangan ini,
telah diketahui bahwa ultrasonik dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi. Karena
ultrasonik merangsang produksi faktor pertumbuhan, pembentukan protein
tulang, anti-inflamasi, dan memperbaiki jaringan gigi, maka dapat disimpulkan
bahwa LIPUS dapat membantu penyembuhan resorpsi akar yang terjadi akibat
perawatan ortodonti.
Tidak ada pasien yang merasa tidak nyaman ataupun kesakitan selama
dan sesudah penggunaan ultrasonik. Juga tidak ada bukti adanya efek
kerusakan pada jaringan lunak di sekitar gigi. Setelah 4 minggu perawatan
LIPUS, pegasnya dilepas dan premolar pertama tersebut diekstraksi, lalu
diperiksa dengan SEM. Pengamatan dengan SEM menunjukkan pengurangan
yang signifikan pada area resorpsi yang dirawat dengan LIPUS (Gambar 23)
Fakta bahwa ultrasonik telah dapat digunakan secara aman dengan
intensitas dan frekuensi yang lebih tinggi pada janin manusia membuat frekuensi
yang lebih rendah dapat diterima untuk memperbaiki resorpsi akar. Penggunaan
LIPUS selama 20 menit setiap hari dalam waktu empat minggu didasarkan pada
penelitian bahwa dosis minimum dapat menghasilkan efek histologis (3-4
minggu). Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan LIPUS selama perawatan ortodonti meningkatkan perbaikan dari
resorpsi akar tanpa menghentikan perawatan ortodonti. Peningkatan vaskularitas
pada pulpa adalah hasil sampingan dari laporan sebelumnya bahwa ultrasonik
meningkatkan pembentukan pembuluh darah. Degenerasi dan fibrosis dapat
terjadi karena kekuatan ortodonti ataupun karena overdosis LIPUS, karena
terlihat secara histologis bahwa sementum dibentuk secara berlebihan

4. Bagaimana etiologi dari kasus pada skenario?nerissa▶️tasya


Faktor Predisposisi Terjadinya Resorpsi Akar Eksternal
Faktor individu memegang peranan penting dalam terjadinya resorpsi akar pada
perawatan ortodonti. Masing-masing individu memiliki tingkat kerentanan yang
berbeda terhadap resorpsi akar pada perawatan ortodonti. Faktor-faktor pada
individu yang berkaitan dengan terjadinya resorpsi akar dapat dibagi menjadi
faktor biologis dan faktor mekanis.1-3,17
Faktor Biologis
Faktor biologis meliputi faktor genetik, keadan gigi, kesehatan rongga mulut ,
kondisi sistemik, kebiasaan, jenis kelamin, dan usia pasien. Resorpsi akar pada
pasien yang memiliki faktor resiko tinggi lima kali lebih besar dibandingkan
pasien lain yang beresiko rendah, walaupun besar dan lama kekuatan diberikan
sama (Gambar 11).2-Gambar11. Histologi apikal akar dari dua buah premolar
dengan perawatan yang identik selama 3 minggu (a) pada pasien yang beresiko
tinggi terhadap resorpsi (tanda panah) hampir mengenai pulpa.(b) Pada pasien
yang beresiko rendah; permukaan akar utuh tanpa terjadi resorpsi1
Faktor Genetik
Interleukin-1 (IL -1) dan TNF merupakan sitokin pro-inflamasi yang menginduksi
sintesis beberapa protein dan menyebabkan inflamasi akut ataupun kronis. Al-
Qawasmi mengidentifikasi hubungan antara ketidakseimbangan gen IL-1B
dengan resorpsi akar eksternal pada pasien yang dirawat ortodonti. Kandidat
gen lain yang juga memicu terjadinya resorpsi akar eksternal adalah TNSALP,
yang memegang peran penting dalam mineralisasi dan pembentukan sementum.
Bila TNSALP tidak berfungsi dengan baik, formasi sementum aseluler menjadi
rusak dan perbaikan akar terhambat. Ngan (2004) meneliti kontribusi genetik
dalam terjadinya resorpsi akar pada perawatan ortodonti dan mendapati bahwa
adanya hubungan keluarga terutama saudara kandung memperlihatkan
hubungan genetik terhadap resorpsi akar.1-4,15,21,34
Kesehatan Rongga Mulut 
Kehilangan tulang alveolar cenderung terjadi pada pasien dewasa, karena
pasien dewasa lebih berpotensial mengalami penyakit periodontal seperti
gingivitis dan periodontitis. Eliasson, dkk (1982) meneliti bahwa dengan tidak
adanya plak sewaktu kekuatan ortodonti diberikan, maka kehilangan tulang
akibat perawatan ortodonti tidak akan terjadi. Boyd, dkk (1989) membandingkan
suatu kelompok orang dewasa yang semuanya mengalami periodontitis dengan
suatu kelompok orang dewasa dan remaja yang mempunyai periodontium sehat.
Kelompok yang mengalami periodontitis menjalani terapi periodontal sebelum di
beri penanganan orthodonti selam 3 bulan. Lalu kedua group diberi penanganan
ortodonti. Hasilnya tidak ada perbedaan berarti pada kedua kelompok itu. Hal ini
menunjukkan bahwa perawatan ortodonti aman dilakukan pada pasien yang
memiliki jaringan periodontal yang sehat walaupun kehilangan tulang alveolar.
Resorpsi akar sebanyak sepertiga apikal tidak dapat menyebabkan gigi goyang,
kecuali resorpsi akar diikuti dengan kehilangan tulang alveolar. Oleh karena itu,
selama perawatan ortodonti, kesehatan jaringan pendukung gigi harus
diperhatikan.1-3,20,22 
Kondisi Sistemik 
Penyakit-penyakit sistemik seperti diabetes, arthritis, dan asma serta malnutrisi
merupakan faktor predisposisi yang mempercepat terjadinya resorpsi akar pada
perawatan ortodonti. Pasien asma kronis baik yang mendapatkan perawatan
maupun tidak, memiliki resiko yang tinggi terhadap resorpsi akar, yang dapat
dilihat dari penumpulan drastis pada akar molar maksila. Hal ini dapat terjadi
karena dekatnya akar dengan sinus maksila yang terinflamasi dan atau tanpa
mediator inflamasi pada pasien-pasien ini. Pasien yang alergi, misalnya terhadap
rumput, serbuk bunga, bulu binatang, nikel, dan makanan juga rentan terhadap
resorpsi akar. Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Owman-Moll
dan Kurol (2000) pada pasien yang mengalami resorpsi akar , kebanyakan alergi
terhadap serbuk bunga dan bulu binatang.1-3,21 
Kebiasaan 
Kebiasaan buruk seperti menggigit kuku merupakan salah satu faktor
predisposisi resorpsi akar pada perawatan ortodonti. Penelitian yang dilakukan
pada 63 pasien yang terdiri dari kelompuk uji dan kelompok kontrol dimana
pasien memiliki kebiasaan menggigit kuku menunjukkan panjang akar gigi
insisivus sentralis dan lateralis rahang atas dan bawah berkurang. Selain itu,
kelompok yang diuji juga menunjukkan kehilangan crest alveolar yang signifikan
pada regio anterior. Namun tidak ada perbedaan panjang mahkota yang
signifikan antara kelompok yang diuji dengan kelompok kontrol. Kebiasaan lain,
seperti bruksism atau adanya traumatik oklusi juga merupakan faktor
predisposisi dari resorpsi akar.1-3,20,21 
Jenis Kelamin 
Penelitian yang dilakukan Baumrind, dkk (1996) pada sekelompok pasien
dewasa yang melakukan perawatan ortodonti menunjukkan prevalensi resorpsi
akar yang lebih besar pada pria daripada wanita. Sedangkan Kjar (1995)
menemukan prevalensi yang lebih besar pada wanita daripada pria. Kjar juga
menemukan tidak ada perbedaan resorpsi akar signifikan antara laki-laki dan
perempuan yang pernah melakukan perawatan endodonti.1-3,21,23 
Usia 
Semua jaringan yang terlibat dalam proses resorpsi menunjukkan perubahan
seiring bertambahnya usia. Membran periodontal menjadi aplastik dan kurang
vaskular, tulang menjadi lebih padat, avaskular dan aplastik, serta
pembentukan kolagen lebih lambat. Perubahan ini dapat dilihat dari tingkat
kerentanan yang lebih besar pada orang dewasa.1-3,21

Faktor Biologi Individu


a) Umur
Resiko resorpsi akar meningkat seiring bertambahnya usia karena penurunan
vaskularisasi membrane periodontal dan peningkatan kepadatan tulang.20
Lopatiene dan Dumbravaite (2008) telah menyatakan bahwa gigi dengan
formasi akar yang tidak lengkap mengalami resorpsi kurang dari pada akar
yang terbentuk sempurna. Akar yang terbentuk tidak sempurna mencapai
panjang akar normal. Jika akar gigi tidak terbentuk sepenuhnya pada awal
perawatan ortodonti, gigi terus berkembang selama perawatan, namun tetap
lebih pendek.17 Semakin tua pasien, maka semakin parah resorpsi akar
terjadi. Pada pasien yang lebih muda, lingkungan anatomi merupakan faktor
penting, sementum yang ada pada permukaan akar dapat mengurangi
kejadian timbulnya resorpsi akar, dan jika ada lapisan predentin yang tebal,
resorpsi samping apikal atau apikal tidak dapat mencegah pengembangan
lebih lanjut dari akar. Oleh karena itu, mekanisme proteksi pre-sementum dan
pre-dentin yang terletak pada apeks muda juga bisa menjadi faktor yang
mempengaruhi
b) Jenis
Kelamin Wahab et al. (2017) menyatakan laki-laki ditemukan memiliki resiko
terjadinya resorpsi akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita25 .
Namun demikian, ada penelitian yang membuktikan bahwa ada perbedaan
jenis kelamin yang tidak signifikan dalam hubungannya dengan resorpsi
akar.10,17 Peneliti Mohandesan et al. (2007) telah mendaftarkan resorpsi
akar lebih banyak terjadi pada wanita.6 Kaur dan Singh (2017) menyatakan
bahwa estrogen meningkatkan pembentukan tulang dengan merangsang
aktivitas pembentukan tulang osteoblas dan menghambat tumor necrosis
factor, interleukin 1 dan 6 yang terlibat dalam resorpsi tulang.
c) Genetik
Faktor predisposisi terhadap resorpsi akar mungkin disebabkan dominan
autosomal, resesif autosomal, atau herediter ditentukan oleh beberapa gen.
Faktor genetik menyumbang setidaknya 50% variasi pada resorpsi akar.17
Pasien yang homozigot yang memiliki 5,6 kali lipat alel IL-1B lebih rentan
terhadap resiko resorpsi akar eksternal dibandingkan dengan mereka yang
tidak homozigot untuk alel IL-1B (+3954) 1. Allele 1, yang terbukti
menurunkan produksi sitokin IL-1 secara in vivo, secara signifikan
meningkatkan resiko resorpsi akar eksternal pada pasien.30
d) Riwayat Trauma
Trauma pada gigi dapat menyebabkan resorpsi akar pada gigi tanpa
perawatan ortodonti. Gigi yang mengalami trauma secara ortodonti dengan
resorpsi akar sebelumnya lebih sensitif terhadap hilangnya jaringan akar lebih
lanjut. Gigi dapat dirawat secara ortodonti tiga bulan setelah transplantasi
atau replantasi gigi. Gigi transplantasi yang benar-benar berasimilasi akan
bereaksi terhadap gaya ortodonti seperti gigi normal.17
e) Kepadatan Tulang Alveolar
Sebagian penelitian telah membuktikan bahwa semakin padat tulang
alveolar, semakin banyak resorpsi akar terjadi selama perawatan ortodonti.
Gaya kontinue yang kuat terhadap tulang alveolar dengan densitas yang
kurang padat sama dengan gaya kontinue yang ringan terhadap tulang
alveolar dengan densitas yang lebih padat. Resorpsi lebih sulit terjadi dengan
adanya tekanan ortodonti dibandingkan dengan tulang bundle. Densitas
tulang menentukan pergerakan gigi tetapi tidak ada hubungan dengan
resorpsi akar. Sementum lebih padat daripada tulang alveolar dan lebih
banyak termineralisasi, terdapat lebih banyak serat ligamen periodontal
dalam sementum daripada di tulang alveolar, sehingga osteoklas memiliki
kemungkinan yang lebih kecil untuk melukai lapisan sementum dan
menginduksi resorpsi akar.17
f) Morfologi Akar Gigi
Resorpsi akar menyebabkan pemendekkan akar gigi. Resorpsi akar eksternal
merupakan dampak iatrogenik dalam perawatan ortodonti.31 Morfologi apikal
dapat dikaitkan dengan resorpsi akar gigi selama perawatan ortodonti.32
Oyama et al. (2007) telah meneliti efek morphologi akar pada distibusi stress
di apeks akar dengan menggunakan 3D-finite elements model. Peneliti telah
meneliti dengan berbagai morfologi akar sesuai dengan klasifikasi Lavender
dan Malmgren (1988) (Gambar 5), dan didapatkan hasil apabila gaya
ortodonti diberi secara horizontal dan vertikal sepanjang aksis gigi dapat
menyebabkan resiko resorpsi akar.32 Morfologi akar yang mengalami deviasi
rentan terhadap peningkatan resorpsi akar dibandingkan dengan morfologi
akar normal pada penerapan gaya ortodonti.31,32,33 Oleh karena itu penting
untuk mengidentifikasi morfologi akar pada awal perawatan ortodonti.32
5. Mengapa pada pemeriksaan radiografis pd gigi 12 area 1/3 apikal tampak
radiolusen difus? tasya▶️Megan

6. Bagaiman interpretasi dari pemeriksaan yang dilakukan pada pasien? aliyah ▶️

7. Apa diagnosis dari kasus pada skenario? Rateh


Resorpsi merupakan kondisi terkait proses fisiologis atau patologis yang
mengakibatkan hilangnya dentin, sementum, atau tulang karena interaksi
terstruktur antara sel inflamasi dan sel-sel resorpsi (osteoklas, odontoklas, atau
dentinoklas) dan jaringan keras, di inisiasi oleh cedera pada jaringan non-mineral
yang menutupi permukaan eksternal akar (precementum) atau permukaan
internal saluran akar (predentin). Proses resorpsi dimulai oleh berbagai
rangsangan seperti trauma, peradangan kronis pada pulpa terus menerus yang
disebabkan oleh faktor bakteri dan perawatan ortodontik.2 Klasifikasi resorpsi
dibagi menjadi resorpsi internal yang terdiri dari inflammatory dan replacement,
dan resorpsi eksternal yaitu resorpsi permukaan eksternal, resorpsi servikal
invasif, resorpsi akar inflamasi, ankilosis, dan resorpsi replacement.

Resorpsi akar adalah hilangnya dentin dan sementum dari akar gigi baik
fisiologis maupun patologis yang berlangsung secara progresif sebagai akibat
dari aktivitas osteoklas. Proses fisiologis resorpsi akar pada periode gigi desidui
terjadi ketika gigi akan digantikan dengan gigi permanen sedangkan sebagian
besar kejadian resorpsi akar pada gigi permanen adalah bersifat patologis.

Resorpsi eksternal didefinisikan sebagai proses lisis irreversible pada cement-


dentinal sampai ke permukaan akar gigi. Singh et al. (2017) menyatakan bahwa
proses ini terjadi pada gigi vital dan non-vital. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan hasil radiografi dan pemeriksaan klinis, walaupun sebagian besar
menunjukkan resorpsi asimtomatik
8. Diagnosis banding dari kasus tersebut? Zidan

Anda mungkin juga menyukai