PROFIL METABOLISME PASIEN ORTODONTIK YANG MENUNJUKKAN
RESORBSI AKAR DINILAI DARI PREDIKSI HIPOTESIS BIOLOGI
DAN MEMINIMALISIR RESORPSI AKAR YANG DISEBABKAN PERAWATAN ORTODONTIK Disusun oleh : Se!h"nie A#eli" Sus"no $%&%''()*&PKG&+$+ PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNI,ERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA *-$. 1 PROFIL METABOLISME DARI PASIEN ORTODONTIK YANG MENUNJUKKAN RESORPSI AKAR DINILAI DARI PREDIKSI HIPOTESIS BIOLOGI Masalah resorpsi akar sangat menarik untuk diteliti sebab implikasi klinis dan hukum yang mengkhawatirkan terkait dengan masalah tersebut. Pada bab ini, pencarian literatur yang lengkap disajikan bersama dengan bukti yang mendukung predisposisi biologi yang menyebabkan efek iatrogenik tersebut. Se/"0"h Pe0s!e1i2 Reso0!si A1"0 Laporan pertama adanya resorpsi akar pada gigi permanen dikutip oleh Ketcham, dibuat oleh Bates tahun 1!", #hase tahun 1$!, dan %arding tahun 1$. Penelitian pertama mengenai resorpsi apeks akar yang dihubungkan dengan prosedur ortodontik dilaporkan oleh &ttolengui tahun 1'1(. )amun laporan resorpsi pada apeks akar disajikan oleh Ketcham tahun 1'*$, diikuti oleh laporan kedua tahun 1'*', yang akhirnya menjadi perhatian oleh profesi ortodontik. +walnya, Ketcham melaporkan insiden resorpsi akar pada indi,idu normal berkisar antara 1- sampai !-, sedangkan pada pasien ortodontik insiden resorpsi akar sampai *1-. Ketcham menyatakan .apeks akar hilang sangat mengejutkan, sangat berbahaya untuk pasien ortodontik, sangat mungkin untuk mendapat tuduhan bagi ortodontis sendiri/. 0indakan Ketcham merupakan pernyataan yang dramatis sebagai katalis, mengubah persepsi setiap ortodontis untuk meninjau kembali prakteknya. 1elain itu, 2udolf menemukan pada akhir tahun pertama perawatan, ('- dari pasien menunjukkan resorpsi akar3 pada akhir tahun kedua perawatan persentase mencapai $!-. Pada tahun 1'!1, %enry dan 4einman melaporkan hasil sebuah penelitian histologi dari karakteristik morfologi dan fisiologi dari sisi jumlah, ukuran, distribusi dan tipe area resorpsi gigi permanen pada 1! cada,er. Penemuan mereka mengungkap bahwa lebih dari '5- gigi menunjukkan bukti bahwa terjadi resorpsi akar. 6aerah resorpsi akar lebih sering dilihat pada 178 apical akar 9$",-: daripada 2 di tengah 91'-: atau 178 gingi,al 9(-:. +da juga kasus resorpsi pada permukaan mesial dan bukal, indikasi resorpsi terjadi segera pada permukaan yang berhadapan langsung dengan penyimpangan fisiologis. Potensi untuk perbaikan setelah resorpsi akar, pertama ditunjukan oleh %enry dan 4einman, telah dikonfirmasi oleh peneliti yang lain. Pada tahun 1'!(, Massler dan Malone meneliti $5 radiografi gigi dari indi,idu normal umur 1* sampai (' tahun dan dibandingkan dengan 1 radiografi pasien umur 1* sampai 1' tahun dengan perawatan ortodontik. Mereka menemukan lebih dari 5- kelompok yang tidak dilakukan perawatan menunjukkan resorpsi akar dibandingakan dengan kelompok dengan perawatan ortodontik sampai '8,8-. )amun frekuensi resorpsi akar derajat sedang meningkat dari ',*- pada kelompok tanpa perawatan menjadi 81,(- pada kelompok yang dilakukan perawatan. ;rekuensi dari resorpsi akar yang parah meningkat dari 5,8- menjadai 15,- dan resorpsi yang sangat parah dari 5,11- menjadi 8,(-. Persentase dari gigi yang menunjukkan resorpsi akar sedikit menurun dari $1- menjadi !(,$-. 0ampaknya ada beberapa perbedaan pendapat diantara penelitian epidemiologi tentang frekuensi dan kerentanan dari perbedaan gigi yang mengalami resorpsi akar setelah perawatan ortodontik. 1ecara keseluruhan ada kesamaan pada gigi yang paling rentan terjadi resorpsi, yaitu insisi,us maksila dan mandibula diikuti molar pertama maksila, premolar pertama dan kedua maksila dan caninus maksila, sementara caninus mandibula, premolar pertama dan kedua, dan molar pertama mandibula hanya sedikit kerentanannya. %al itu juga didukung oleh bukti adanya kesamaan pada gigi yang paling banyak dan paling sedikit kerentanannya diantara populasi yang dilakukan perawatan dan yang tidak dilakukan perawatan3 hanya satu perbedaan yang di tunjukkan adalah keparahan dari resorpsi akar. <enis kelamin tidak menunjukkan adanya hubungan dengan resorpsi akar. +da beberapa kontro,ersi tentang pengaruh umur pada pasien yang menjalani perawatan ortodontik dan lamanya perawatan ortodontik. Penelitian selanjutya menemukan peningkatan yang signifikan diantara pasien yang lebih tua, sementara 3 yang lainnya tidak menemukan hubungan diantaranya. 6emikian juga ditemukan beberapa hubungan ringan antara waktu perawatan dan resorpsi akar.sedangkan yang lain tidak menemukan adanya hubungan. Beberapa ada yang menghubungkan jumlah pergerakan gigi dengan resorpsi akar dan dibantah oleh yang lainnya. 0idak ada hubungan antara awal maloklusi dan resorpsi akar. Penggunaan rectangular archwire tidak meningkatkan insiden resorpsi akar, sementara dengan begg appliances insiden terjadinya resorpsi akar meningkat * sampai 8 kali ketika dibandingkan dengan kasus yang dilakukan perawatan dengan edgewise appliances. Me1"nis3e Reso0!si A1"0 Banyak penelitian yang berusaha mejelaskan mekanisme resorpsi akar dan menjelaskan perubahan struktur penyangga gigi yang dihubungkan dengan pergerakan ortodontik. 1ekarang ilmu pengetahuan menggunakan subjek penelitian anjing, monyet dan manusia. )amun, penggambaran situasi yang paling akurat diperoleh menggunakan mikroskop elektron . Pada prinsipnya temuan pada penelitian ini menunjukkan respon awal terhadap aplikasi gaya adalah pelebaran pembuluh darah dan penggabungan eritrosit bersama dengan platelet dan bahan folikular yang terpecah diantara elemen seluler. Pada tahap ini dinding pembuluh tampak utuh, dan walaupun eritrosit tertekan satu sama lain akan tetapi lumen tetap terbuka dalam pembuluh. Pada tahap selanjutnya, bagian dari dinding endotel hilang bersama dengan dasar lamina, sehingga memungkinkan hubungan antara lumen dinding pembuluh darah dan ruang peri,askular. Kristalilasi eritrosit di dalam ligamen periodontal menunjukkan degradasi lokal dari eritrosit sebagai hasil tekanan dan hemostatis. 1ementoblas, fibroblast, dan osteoblas menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam reaksi seluler terhadap kekuatan ortodontik. 1emuanya menunjukkan berbagai tahap karakteristik disintegrasi yaitu pembengkakan intraseluler, pelebaran reticulum endoplasmic, 4 pembengkakan sedang dari mitokondria, pecahnya sel membrane diikuti pemisahan nucleus dari sitoplasma, dan penguraian nucleus. Proses ini menunjukkan terjadinya kematian sel pada sitoplasma, sementara nucleus hancur setelah itu. 1elanjutnya hal ini menunjukkan bahwa asumsi sebelumnya, yang menyatakan bahwa kematian sel lebih dulu pada nucleus daripada sitoplasma disebabkan karena penampilan inti piknotik adalah tidak benar. Proses ini akan berlangsung terus sampai hialinisasi sempurna terjadi pada P6L yang terkena tekanan. Multinuclear giant sel kemudian muncul di dekat permukaan sementum agak jauh dari jaringan hialin, sel tersebut meresorpsi substansi gigi. 2esorpsi cementum terlihat dengan menggunakan mikroskop electron, sebagai resorpsi dari bagian belakang. 1egera sesudah terjadi resorpsi pada sementum, hal ini merupakan indikasi bahwa resorpsi akan berlanjut pada dentin pada tingkat yang lebih besar. 6engan kata lain, sementum bertindak sebagai penghalang sehingga resorpsi akar tidak terjadi pada seluruh gigi. P6L berdekatan dengan sementum diserap dari belakang yang kaya akan pembuluh darah dan sel. 1truktur hialin menghilang bersamaan dengan in,asi sel dan pembuluh darah dari P6L sebelahnya. =mumnya ditemukan baik pada hewan maupun manusia dan menunjukkan bahwa pembentukan >ona hialinisasi pada P6L karena aplikasi gaya menyebabkan resorpsi akar selam in,asi sel baru dari peridonsium sehat dan sumsum tulang. Munngkin dapat disimpulkan bahwa mekanisme terjadinya resorpsi akar saat ini sudah jelas. )amun, meskipun sudah ditetapkan perawatan ortodontik dapat secara signifikan meningkatkan jumlah gigi yang terkena defek dan keparahan,tetapi lliteratur tidak memberikan kontribusi secara substansial, mengapa respon indi,idu terhadap perawatan ortodontik dengan berbagai derajat ,ariasi resorpsi akar. F"1o042"1o0 5"n6 3e3!en6"0uhi 0eso0!si "1"0 Se3enu3 1ementum adalah jaringan yang mempunyai karekteristik morfologi sama dengan tulang. 1ementum dihasilkan oleh sel sementoblas yang sangat mirip dengan osteoblas, dan kalsifikasinya sama dengan tulang dan diresorpsi oleh sel raksasa 5 berinti banyak yang pertama?tama menghilangkan mineral kemudian matriks organik. Meskipun demikian, sementum memiliki beberapa perbedaan dari tulang yang membantu untuk menerangkan mengapa sementum jauh lebih resisten terhadap resorpsi serta menjelaskan mengapa resorpsi dapat terjadi. +da empat alasan utama mengapa sementum lebih resisten terhadap resorpsi daripada tulang@ 91: sementum mempunyai kadar fluoride lebih tinggi daripada tulang3 9*: jaringan tulang memiliki cukup suplai darah sedangkan sementum sepenuhnya bebas dari jaringan pembuluh darah3 98: sementum dikelilingi kolagen yang lebih tua dan lebih matang, dimana lebih resisten terhadap perubahan kimia daripada tulang, dan 9(: sementum dilapisi oleh lapisan nonmineral presementum bernama sementoid, yang memiliki karakteristik seperti osteoid yang dianggap sebagai pelapis yang resisten terhadap resorpsi. 1etiap ,ariasi empat faktor tersebut sangat mempengaruhi kapasitas sementum untuk resisten terhadap resorpsi, terutama ketika stimulus lokal mengubah keseimbangan P6L. Karena sementum dianggap sangat dekat hubungannya dengan tulang, akan lebih logis untuk berspekulasi bahwa mekanisme yang menyebabkan akti,itas seluler untuk membentuk atau meresorpsi tulang juga akan mempengaruhi akti,itas seluler untuk membentuk atau meresorpsi sementum. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tulang dibentuk dari sel yang berproliferasi dari ,askuler endotel berdinding tipis pembuluh sinusoid. 1el yang berasal dari pembuluh tersebut sering disebut sebagai osteogenic precursor cells 9undifferentiated mesenchymal cells:. Berbagai macam faktor bekerja mempengaruhi proliferasi sel ini, beberapa umumnya untuk jaringan ikat sel dan beberapa spesifik untuk tulang. =mumnya semua sel membutuhkan suplai energi yang cukup sebelum pembelahan sel dapat terjadi. Karena produksi energi dibawa melalui oksidasi sebagai produk energi tinggi sel tertentu, suplai oksigen yang melimpah dibutuhkan untuk proliferasi dan akti,itas. 6 Pada P6L, sel undifferentiated mesenchymal menjadi osteoblas, yang menentukan matriks tulang. <ika terjadi penurunan suplai oksigen, jumlah matrik sosteoid yang dihasilkan menurun atau berhenti sama sekali. 1ama pentingnya untuk pembelahan sel adalah konsentrasi lokal karbondioksida. Konsentrasi karbondioksida yang terlalu tinggi atau terlalu rendah menghambat proliferasi sel. Karena konsentrasi lokal oksigen dan karbon dioksida sebagian diatur oleh laju aliran darah, sehingga hal ini harus menjadi pertimbangan penting. <ika laju aliran darah berkurang, pada sisi P6L yang tertekan, oksigen yang tersedia berkurang, dan pada saat yang bersamaan, jumlah penghilangan karbon dioksida juga berkurang. 6engan berkurangnya aliran darah, akan menyebabkan lebih sedikit osteoblast dan lebih sedikit jaringan tulang yang terbentuk, dan pada saat yang bersamaan osteoclas yang terbentuk dari sel mesenchim undifferentiated juga berkurang jumlahnya. Bagaimanapun juga, telah dibuktikan bahwa saat jumlah aliran darah yang melalui tulang berkurang, macrophag meningkat ukurannya dan bergabung untuk membentuk osteoclast fagosit. 1ehingga akti,itas osteoclastik dan resorpsi tulang meningkat. Ho03on Mekanisme regulasi lain dari pembelahan sel dan produksi matriks interseluler adalah keseimbangan antara hormon anabolik dan katabolik. 0erdapat * tipe osteoclast. Keduanya adalah multinucleated cells dan mensekresikan en>im yang menghidrolisis dan mendegradasi jaringan tulang sehingga mampu meresorbsi tulang. 0ipe pertama osteoclast terbentuk akibat gabungan undifferentiated cells akibat adanya kelebihan cortisol atau corticosteroid. 4alaupun sel ini menunjukkan akti,itas cytoplasmik yang besar, osteoclast yang terbentuk dalam hal ini tetap berdaa pada satu tempat, dan masih terikat dengan sel sekitarnya. &steoclast jenis yang kedua bergerak dengan bebas terbentuk dari makrofag. 1el ini terbentuk pada sumsum tulang dan memiliki kemampuan fagositik. 1ebelum makrofag dapat bergabung, sel tersebut membesar. %al ini dicegah oleh cortisol atau corticosteroid, sehingga agen katabolik ini mencegah produksi osteoclast yang bergerak bebas. 7 Keberadaan parathyiroid hormon 9P0%: diperlukan sebelum makrofag dapat bergabung membentuk osteoclast. 6engan anadanya jumlah P0% yang berlebih, osteoclast ini menampilkan akti,itas yang banyak. Keberadaan hormon thyroid tampaknya penting untuk akti,itas P0%. %ormon yang berbeda mengatur metabolisme tulang untuk menjaga tingkat kalsium ekstraseluler yang konstan. Kalsium adalah substansi penting yang dibutuhkan untuk@ 91:membentuk calcium phospate dan calcium carbonate untuk membentuk konstituen kimiawi tulang yang penting , sementum dan enamel3 9*:. =ntuk koagulasi darah 9pembentukan bekuan:3 dan 98: untuk regulasi fungsi saraf dengan menjaga tingakat rangsangan akhiran saraf pada tingkat yang normal. 0elah dipercaya bahwa penjagaan terhadap konsentrasi kalsium ekstraseluler yang konstan bergantung terutama pada kontrol resiprocal ganda resorpsi tulang oleh P0% dan calcitonin 9#0:. ;aktor penting lain dalam menjaga hoemeostatis kalsium dan resorpsi tulang adalah kadar ekstraselular phosphorus 9P&(:, adanya ,itamin 6, dan hormon thyroid 908, 0(: dan korticosteroid. ;aktor sekunder termasuk sukrosa, asam lemak, hearin, serum protein, hormon pria dan wanita, dan lain sebagainya. P0% memiliki baik regulasi maupun permissi,e role dalam resorpsi tulang.1ecara umum jumlah resorpsi tulang dijaga oleh sekresi berlanjut P0%, yang dapat meningkat atau menurun sebagai respon terhadap konsentrasi kalsium. P0% meningkatkan kadar kalsium darah dengan menyebabkan resorpsi osteoclastic tulang dan meningkatkan ekskresi P&( dari ginjal., menyebabkan pencegahan reabsorbsi P&( dari tubulus dan mencegah kalsifikasi tulang baru yang terbentuk. Konsentrasi dalam darah #0 bersamaan dengan P&( merupakan * fisiologik sinergi untuk menceah terjadinya resorbsi tulang. #0 terutama mencegah resorpsi mineral in ,i,o, sedangkan konsentrasi P&( terutama mencegah resorpsi matriA dengan meningkatkan deposisi mineral pada kolagen sehingga menghalangi resorpsi. #ara lain P&( mencegah resorpsi tulang adalah dengan meningkatkan deposisi mineral kalsium pada permukaan tulang yang kurang termineralisasi. Berbeda dengan P0% yang menyebabkan resorpsi tulang bersamaan dengan lepasnya kalsium dengan 8 menstimulasi akti,itas en>im collagenolytic dan proteolytic, #0 dan P&( menghalangi pelepasan kalsium tanpa mencegah pelepasan hormon. %al ini mengindikasikan bahwa P0% bekerja langsung di sel, sedangkan #0 tidak. %ormon thyroid mengatur homeostatis kalsium dengan mengontrol sekresi kalsium dan fosfat oleh ginjal. 2umitnya peran hormon dapat dipengaruhi oleh faktor lokal atau sistemik 9primary endocrine malfunction, diet, renal insufficiency, masalah gastrointestinal, dsb:, mempengaruhi akti,itas selular dalam pembentukan dan resorpsi tulang. Berdasarkan kemiripan sementum dan tulang, diasumsikan faktor? faktor ini juga mempengaruhi resorpsi sementum. I3!li1"si Ho03on"l &rthodontis selama bertahun?tahun telah berspekulasi mengenai pengaruh hormonal dan diet terhadap resorpsi akar dan beberapa peneliti telah meneliti hubungan tersebut. Pada sebuah penelitian yang melibatkan 155 orang yang mengalami resorpsi akar, diperiksa secara lengkap kondisi fisiknya, urinalisis, differential blood count, sur,ey diet, pemeriksaan klinis dan radiografis gigi dan rahang, pemeriksaan metabolic rate, dan kadar kalsium da P&( serum serta sali,a. %asilnya "5- grup orthodontic dan (5 - grup non orthodontik menderita hypotyroidism. %ipotyroidism bersamaan dengan endocrinopaty yang lain terjadi pada *5- grup orthodontik, dan *" - di grup non orthodontik. %yperpituitari juga tercatat pada penelitian ini dan berhubungan dengan resorpsi akar sama dengan masalah intestinal, yang nantinya akan menyebabkan gangguan pada metabolisme mineral dan memicu terjadinya pembentukan tulang pathologis. Pada tahun 1'$!, )ewman memeriksa ($ pasien orthodontik yang masing? masing menderita resorspi akar moderate sampai parah pada minimal 8 gigi, dalam hubungannya dengan genetik, status endokrin dan kesehatan nutrisi. )ewman menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang pasti diantaranya dan mengenai aspek genetik, aspek metabolis tidak berhubungan sama sekali dengan resorpsi akar. 9 %iperparathyroid sekunder tidak terbukti meningkatkan insiden resorpsi akar, sedangkan pemberian thyroAin terbukti menurunkannya. Mengenai efek perawatan corticosteroid terhadap resorpsi akar, sebuah penelitian menunjukkan bahwa pemberian hydrocortison meningkatkan potensi resorpsi akar pada monyet, sedangkan penelitian lain menunjukkan pemberian prednisolone menurunkan derajat resorpsi akar secara signifikan. Ine0"1si P"0"3ee0 Biolo6is Pada tahun 1'1, sebeuah penelitian memriksa 1* pasien berusia 1$?** yang menjalani perawatan orthodontik. Bnam orang diantaranya mengaai resorpsi akar tingkat sedang hingga parah, " lainnya yang tidak mengalami resorpsi akar digunakan sebagai kontrol. 6ilakukan pemeriksaan terhadap spesimen darah dan urine untuk diperiksa kalsium serum, kadar fosfat serum, *(?jam kalsium urine, *( jam fosfat urin, tubular resorption of phosphorus 902P:, kadar alkalin fosfat darah, kadar thyroid hormon 08 darah, kadar thyroid hormon 0( darah, kadar cortisol darah, kadar parathyroid hormon darah 9P0%:. %asil penelitian sangat di,ergen, dan beberapa tidak berhubungan dengan resorpsi akar. %asil ini sama dengan penelitian )ewman, yang memeriksa hubungan antara hormon thyroid 0(, protein?bound iodine, serum kalsium, serum fosfat, dan alkaline phosphatase terhadap resorpsi akar dan menyimpulkan tidak ada hubungan diantaranya. Becks meneliti 155 pasien dengan resorpsi akar menyimpulkan bahwa ""- pasien orthodontik dan "- pasien non orthodontik menunjuukan hipertyroidism yang jelas. Penemuan ini berdasarkan tertama dari pembacaan basal metabolic rate pasien. +kan tetapi penelitian terbaru yang menggunakan metode yang lebih akurat untuk melihat fungsi thyroid, tidak mendukung hasil penelitian ini. 1P11 stepwise discriminan analysis 9 1P11, McCraw?%ill, )ew Dork,)D: menunjukkan bahwa ,ariabel tunggal yang paling penting adalah hormon 08, sedangkan faktor yang meningkatkan fungsi terpisah 08, adalah 0(. %al ini 10 mengindikasikan bahwa fungsi thyroid mempunyai hubungan yang erat dengan resorpsi akar.Berdasarkan hasilpenelitian, tampak adanya kemungkinan beberapa mekanisme biologis yang terlibat. Beberapa diantaranya kemungkinan berhubungan dengan status nutrisi, seperti yang telah dibuktikan oleh Becks dan Marshal3beberpa mungkin berhubungan dengan fungsi ginjal dan maslaah gastrointestinal, seperti yang disimpulkan oleh 1isher dan 4einman3 beberapa diantaranya mungkin berhubungan dengan maslaah endokrin primer. Penelitian ini sangat jelas mendeskripsikan hubungan yang jelas antara gambaran metabolis pasien, seperti yang ditunjukkan oleh tes yang dilakukan dan resorpsi akar meyeluruh. Lebih jauh lagi penelitian ini menyimpulkan bahwa prosedur yang dipakai dalam penelitian ini dapat digunakan secara prospecti,e sebagai tes untuk memprediksi gambaran akar gigi dari pasien orthodontik. Kesi3!ul"n Berdasarkan re,iew pada literatur mengenai resorpsi akar, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut@ 1. 2esorpsi akar dapat terjadi pada indi,idual baik mereka menjalani perawatan orthodontik atau tidak *. 1elama perawatan orthodontik, terjadi peningkatan kejadian dan keparahan resorpsi akar 8. 2esorpsi akar mengalami berbagai derjat perbaikan (. Baik usia, waktu, dan besarnya pergerakan orthodontik dapat meningkatkan jumlah resorpsi akar masih menjadi kontro,ersi !. 0erdapat beberapa spekulasi mengenai pengaruh faktor metabolik pada perkembangan resorpsi gigi ". Dang harus diperhatikan oleh orthodontis adalah persentase kecil pasien yang menampakkan resorspi akar menyeluruh dari sedang sampai parah 11 $. 0elah dibuktikan bahwa terdapat gambaran metabolik indi,idu yang sehat dimana terjadi peningkatan root resorption yang menyeluruh dari tingkat sedang sampai parah 12 MEMINIMALISIR RESORPSI AKAR YANG DISEBABKAN PERAWATAN ORTODONTIK 0ingginya frekuensi dari resorpsi apikal pada akar gigi yang disebabkan oleh perawatan ortodontik telah dilaporkan dalam studi histologis, dan reaksi jaringan terdokumentasikan dengan baik. 6alam studi radiografi klinis, frekuensi yang dilaporkan ber,ariasi. Phillips berpendapat bahwa resorpsi apikal melebihi E dari panjang akar terjadi sebesar 1,!- pada gigi insisi,us sentral rahang atas dan *,*- pada gigi insisi,us lateral. Linge dan Linge melaporkan resorpsi akar apikal terjadi sebesar 8 mm atau lebih pada (- dari gigi insisi,us rahang atas dalam penelitiannya. Fariasi indi,idu antara pasien dan antara gigi yang berbeda pada orang yang sama juga telah dilaporkan. Karena resorpsi akar yang luas mungkin memiliki gejala yang tak diinginkan seperti mobilitas gigi dan hilangnya tulang pendukung, strategi untuk meminimalkan resorpsi harus dipertimbangkan dan rencana penanganan juga harus ditetapkan sebelum perawatan ortodontik. 1trategi tersebut mencakup e,aluasi terhadap resiko terjadinya resorpsi akar sebelum perawatan dan pada tahap yang telah ditentukan pada awal perawatan. 2esorpsi yang terdeteksi dini harus ditindaklanjuti dan didokumentasikan pada akhir perawatan. P0e0e"3en 7Se8elu3 Pe0"9""n: Karena tidak diketahuinya respon indi,idual, semua faktor sistemik dan lokal harus dipertimbangkan sebelum melakukan perawatan. Penilaian resiko resorpsi akar dimulai dengan riwayat kesehatan pasien untuk menge,aluasi pengaruh hipotetis faktor sistemik. 2iwayat harus mencakup @ 1. ;aktor herediter3 hasil dari perawatan orthodontik yang diperoleh orang tua, saudara atau keluarga lainnya. *. ;aktor sistemik 3 diabetes, reaksi alergi atau penyakit sistemik lainnya 8. ;aktor lokal 3 menggigit kuku dan kebiasaan buruk lainnya 13 (. 0rauma3 trauma sebelumnya, jenis, tindak lanjut, termasuk catatan gigi dari peristiwa trauma jika tersedia. Pemeriksaan klinis, termasuk radiografi periapikal standar diambil, sebaiknya dilakukan untuk menilai kontribusi potensial dari faktor kondisi lokal periodontal harus dicatat. Berdasarkan temuan radiografi, faktor?faktor penting berikut harus die,aluasi @ resorpsi akar yang ada, termasuk akibat gangguan erupsi 9gambar !?(: 3 bentuk apikal akar 9gambar !?!a:, in,aginasi 9gambar !?!b:, agenesis 9gambar !?":, dan anomali akar pendek 9gambar !?1:. 2encana perawatan utama mencakup e,aluasi dari jenis dan luasnya pergerakan gigi yang diperlukan untuk memperbaiki penyimpangan, durasi perawatan, dan kebutuhan untuk ekstraksi. Pada pasien dengan faktor predisposisi beberapa rencana perawatan indi,idual harus dimodifikasi untuk mengurangi resiko terjadinya resorpsi akar, misalnya terjadinya pemendekan saat perawatan, kurangnya kekuatan, dan terbatasnya hasil akhir. Pe0"9""n Begitu perawatan dimulai, monitoring dianjurkan dilakukan selama " bulan dan harus menyertakan gambaran radiografi periapikal semua gigi insisi,us rahang atas dan rahang bawah, karena ini adalah gigi yang paling rentan terhadap resorpsi akar. +dalah penting bahwa apeks akar dapat dilihat setidaknya pada dua gambaran radiografi yang diambil dari arah yang berbeda. 6alam rangka standarisasi penilaian terhadap resorpsi akar, indeks empat poin dapat diterapkan 9gambar !?$:. <ika tidak ada tanda?tanda resorpsi akar pada hasil radiografis pada tahapan perawatan ini, resiko resorpsi yang parah pada akhir perawatan menjadi minimal 9gambar !?a:. 2esorpsi yang tampak pada " bulan awal perawatan akan cenderung menunjukkan resiko resorpsi yang progresif pada hasil perawatan 9gambar !?b:. 2esiko ini dapat diperkecil dengan penghentian sementara perawatan aktif selama * 14 atau 8 bulan 9Cambar !?'a dan gambar !?'b:. Pada gigi yang menunjukkan resorpsi progresif, selanjutnya dianjurkan melakukan radiografi lanjutan setiap 8 bulan sekali. Pos;T0e"3en 7Seel"h Pe0"9""n: 1etelah perawatan, pemeriksaan radiografis merupakan keharusan, serta pasien dan dokter gigi rujukan harus diberitahu jika resorpsi akar telah terjadi. <ika terjadi resorpsi ringan atau sedang, tidak diperlukan tindakan lebih lanjut. <ika keadaannya parah dan akar yang tersisa tidak lebih dari mahkota gigi, maka akan terdapat resiko mobilitas gigi. 6alam kasus seperti itu, tindak lanjut, monitoring dan instruksi untuk pasien sangat diperlukan. Bu1i Be0#"s"01"n Su#i Klinis 0idak ada bukti yang pasti dalam literatur tentang pentingnya interaksi antara faktor biologis dan mekanis selama perawatan. )amun, faktor ini harus diperhitungkan dalam menilai resiko resorpsi akar dan harus dimasukkan dalam rencana perawatan. ;aktor keturunan keluarga pada kasus resorpsi selama perawatan ortodontik ditemukan pada sebuah studi yang melibatkan sejumlah besar saudara kandung, dan hasilnya menunjukkan resorpsi merupakan komponen yang dapat diwariskan. %ubungan antara jenis kelamin dan resorpsi akar telah dilaporkan. Linge dan Linge melaporkan bahwa perempuan lebih rentan daripada laki?laki, akan tetapi penelitian lain tidak dapat mem,erifikasi temuan ini. 6a,ido,itch dkk mengusulkan bahwa indi,idu dengan kondisi yang sudah terdapat inflamasi, seperti periodontitis, diabetes, dan alergi, memiliki resiko yang lebih tinggi untuk resorpsi akar ketika perawatan ortodontik. 1elanjutnya, Kjaer menunjukkan hubungan antara beberapa anomali gigi, terutama ektopik dan agenesis gigi, dan kecenderungan untuk terjadinya resorpsi akar selama perawatan ortodontik. &bser,asi ini di,erifikasi oleh penyelidikan yang dirancang untuk menganalisis resiko resorpsi akar terkait dengan agenesis. Pada pasien dengan multipel agenesis, 15 resiko resorpsi akar harus dipertimbangkan dengan hati?hati karena gigi sering dijadikan sebagai abutment pada protesa. Perawatan dengan archwire rectrangular ditambah elastis intermaAillary dan durasi perawatan yang lama secara signifikan mempengaruhi tingkat keparahan resorpsi akar. %al ini mencerminkan kesulitan dalam mengendalikan tekanan7kekuatan yang diberikan ketika hanya terdapat beberapa gigi yang tersedia untuk penjangkaran. Beberapa karakter morfologi anatomi akar dapat didiagnosa pada gambaraan radiologi intraoral sebelum perawatan. &ppenheim menduga bahwa gigi insisi,us dengan bentuk akar yang menyimpang sangat beresiko. Lind dan )ewman mengklaim bahwa kondisi anomali akar yang pendek merupakan predisposisi pada resorpsi akar selama perawatan orthodontik. +nomali selalu mempengaruhi kedua gigi insisi,us sentral dengan hampir simetri, pada umumnya akar tersebut berbentuk bulat. Premolar dan kaninus lebih jarang terlibat, namun hanya dengan resorpsi minor dapat membahayakan prognosis jangka panjang mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Malmgren dkk menganalisis resorpsi akar setelah perawatan ortodontik pada gigi yang pernag mengalami trauma. Penelitian terdiri dari !! insisi,us yang mengalami luksasi tanpa adanya luka antimeres. Pada saat luka, semua gigi telah diperiksa oleh pedodontik yang berpengalaman dengan mengikuti prosedur standar. %asil pemeriksaan tersebut menyatakan bahwa besar resorpsi akar gigi trauma sama dengan gigi kontralateralnya yang tidak trauma. )amun, beberapa gigi yang memperlihatkan resorpsi sebelum perawatan ortodontik akan menjadi semakin parah selama berjalannya perawatan. Pada penelitian Morin dkk, 1$ pasien dengan *$ gigi mengalami trauma berat yang dicatat dengan lengkap dari setiap trauma dan di follow?up setelah perawatan trauma dengan menggunakan alat cekat. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa dalam kasus?kasus trauma parah, gigi dengan kerusakan periodontal parah, berpindah sebagian dan direplantasi serta gigi dengan luksasi intrusif harus diekstraksi jika pada periode follow up setelah trauma menunjukkan bahwa gigi memiliki prognosis buruk. Cigi pasca trauma yang berhasil dirawat dan menunjukkan ligamen 16 periodontal normal setelah periode obser,asi post trauma memungkinkan untuk dilakukan perawatan ortodontik tanpa menambah resiko resorpsi akar. 1elanjutnya, gigi yang akarnya fraktur, dipulihkan dengan jaringan tulang maupun jaringan ikat, akan dianggap sebagai gigi yang akarnya pendek. <ika garis fraktur terletak pada sepertiga akar, ada resiko terjadi pemendekan lebih lanjut pada fragmen koronal selama gerakan ortodontik. Pentingnya gaya telah dibahas selama bertahun?tahun. 1ebagian besar penulis hanya mempertimbangkan kekuatan yang besar sebagai penyebab resorpsi akar, akan tetapi pada kenyataanya intensitas dan durasi juga merupakan faktor yang penting. K,am, %arry dan 1ims, dan Fardimon dkk menemukan hubungan antara tingkat keparahan resorpsi dengan besarnya kekuatan, sementara &wman?Moll menyimpulkan bahwa resorpsi akar tidak sensitif terhadap besarnya gaya. 1ering dinyatakan bahwa gaya yang besar dapat menyebabkan gigi goyang, intrusi, dan torGuing akar sehingga meningkatkan resiko resorpsi akar. 1ebuah korelasi antara resorpsi dan durasi perawatan aktif juga telah ditunjukkan dalam beberapa studi. Penelitian resorpsi akar baru?baru ini mengkaitkan resorpsi akar dengan teknik edgewise standar dan edgewise straight. 0erungkap bahwa resorpsi pada insisi,us central lebih signifikan pada pasien dengan perawatan teknik edgewise standar. Pada penelitian lainnya, penggunaan heat?acti,ated dan superelastik wire menyebabkan berkurangnya resorpsi pada teknik edgewise standar dan straightwire daripada ketika stainless steel archwires digunakan. 0elah ditunjukkan bahwa gerakan mengarah ke tulang labial dan kortikal dapat menyebabkan resorpsi akar. Maka, penting untuk menetapkan batasan tulang kortikal berdasarkan gambaran radiografi profil sebelum perawatan. <ika al,eolar crest sempit, resorpsi dapat terjadi dengan mudah saat retraksi gigi insisi,us rahang atas. Cigi insisi,us rahang atas sering protrusif sehingga memerlukan torGue akar palatal selama retraksi, gerakan akar ini harus dilakukan di daerah tulang cancellous yang lebih longgar, dan sebaiknya menggunakan teknik yang mengintrusi gigi anterior pada onset perawatan. 17 &wman?Moll menemukan ,ariasi respon jaringan terlepas dari besarnya gaya yang diberikan. Pada beberapa pasien, resorpsi substansial terdeteksi setelah beberapa saat perawatan, meskipun kekuatan ringan yang digunakan. 1ehingga dapat disimpulkan bahwa durasi perawatan, faktor mekanik dan ,ariasi indi,idu merupakan faktor yang penting. Pertimbangan utama adalah resorpsi apikal akar terdeteksi dini ketika perawatan ortodontik aktif. 2eitan merekomendasikan penghentian perawatan sementara pada kasus yang menunjukkan kecenderungan yang kuat untuk terjadinya resorpsi akar. 2ygh bahkan mengajukan penjadwalan periode penundaan perawatan selama perjalanan terapi ortodontik. 0erdapat suatu pengertian bahwa resorpsi akar biasanya berhenti setelah perawatan ortodontik, ketika aplikasi gaya dihentikan. Penelitian histologis menunjukkan bahwa perbaikan ka,itas resorpsi akan berlangsung setelah kekuatan gaya dihilangkan. Brud,ik dan 2ygh mempelajari proses reparatif pada hewan percobaan tikus dan mengamati mineralisasi sementum baru pada permukaan akar terbentuk *1 hari setelah kekuatan dihentikan. 6alam percobaan manusia, &wman? Moll menemukan berbagai tingkat perbaikan setelah minggu, dan &denrick dkk melaporkan deposisi jaringan keras pada ka,itas resorpsi terjadi setelah !8 sampai '5 hari. 6alam sebuah penelitian terhadap pasien yang perawatan aktif telah ditangguhkan *?8 bulan karena terjadi resorpsia akar awal, terjadi pengurangan resorpsi yang signifikan pasca perawatan dibandingkan kasus yang tidak dilakukan penghentian perawatan sementara. 1edikit yang diketahui dari prognosis jangka panjang gigi dengan akar yang parah atau sangat teresorpsi. Berkaitan dengan studi sebelumnya oleh Fonder+he, 2emington dkk melaporkan bahwa gigi dengan resorpsi parah yang disebabkan perawatan ortodontik dapat berfungsi cukup baik secara klinis beberapa tahun pasca perawatan. 6alam laporan kasu pasien dengan gigi insisi,us rahang atas yang akarnya sangat pendek diperiksa 88 tahun setelah perawatan, pemeriksaan radiografi, ,isual dan taktil menunjukkan bahwa gigi berfungsi dengan baik. 0elah dinyatakan 18 bahwa resorpsi 178 apikal akar tidak mengganggu stabilitas karena persentase tertinggi perlekatan periodontal adalah pada *78 crestal akar. <ika terjadi pemendekan yang cukup banyak pada akar, daya tahan gigi mungkin terganggu, gigi mungkin tidak dapat menahan beban fungsional normal. 2esiko selanjutnya adalah bahwa jika terjadi kehilangan tulang al,eolar crestal, perlekatan periodontal akan kritis. Cejala klinis untuk resorpsi akar parah menjadi perhatian utama. 4ainwright menyimpulkan bahwa resorpsi dapat menyebabkan mobilitas dan bahkan lepasnya gigi. 1harpe dkk mengemukakan adanya pre,alensi resorpsi akar yang lebih tinggi pada pasien yang mengalami relaps dibandingkan pada pasien kontrol. %asil penelitian menunjukkan resiko peningkatan mobilitas gigi dikaitkan dengan rasio mahkota?akar lebih besar dari 1@ 1. 0elah diklaim bahwa kehilangan tulang al,eolar meningkat sesuai dengan usia. +lbandar dan +bbas menemukan sedikit kehilangan tulang pada subyek usia 8* tahun dan kehilangan 5,* mm per tahun pada mereka dari usia 88 sampai (! tahun. Hni berarti bahwa stabilitas gigi insisi,us dengan resorpsi kecil juga akan menurun. Meningkatnya mobilitas gigi dengan akar pendek harus dipandang sebagai faktor resiko jangka panjang sehingga gigi tersebut harus dimonitor dengan baik. Kesi3!ul"n ;ollow up pengambilan radiografi diindikasikan pada " sampai ' bulan perawatan ortodontik cekat. +da korelasi yang signifikan antara awal dan sesudah perawatan resorpsi apikal akar. <ika tidak terdapat tanda?tanda resorpsi pada gambaran radiografi yang ditemukan pada kontrol bulan ke " sampai ', ini berarti resiko keparahan resorpsi pada akhir perawatan kecil. +danya resorpsi ringan pada awal perawatan merupakan indikasi resiko resorpsi akan menjadi parah pada periode perawatan selanjutnya. 2esiko keparahan resorpsi mungkin dapat dikurangi dengan penghentian sementara perawatan aktif selama * sampai 8 bulan dengan tidak mengaktifkan archwire. 0erdapat peningkatan resiko resorpsi akar pada gigi insisi,us rahang atas yang memiliki bentuk akar yang menyimpang, terutama bentuk akar 19 bulat. 2encana perawatan untuk pasien dengan multipel agenesis gigi harus mempertimbangkan resiko resorpsi apikal akar berlebihan selama terapi ortodontik. <ika perawatan ortodontik menyebabkan resorpsi akar yang parah dan perbandingan mahkota?akar kurang dari atau sama dengan 1@ 1, akan ada resiko mobilitas gigi. 20