Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1: GIGI TIRUAN LENGKAP

KELOMPOK TUTORIAL K

DOSEN TUTOR

drg. Agus Sumono, M. Kes.

BLOK 19 PERAWATAN REHABILITATIF

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN AJARAN 2018/ 2019
ANGGOTA TUTORIAL K

Dosen Tutor: drg. Agus Sumono, M. Kes.


Ketua: Dhilan Purna Aji (161610101107)
Scriber: Aisya Nurrachma (161610101106)
Anggota: Astrid Ganadya N.I (161610101101)
Pintan Qorina D. (161610101102)
Rizky Kurniawan (161610101103)
Paramadiva Zefina P. (161610101104)
Ajeng N.A (161610101105)
Syeifira Salsabila (161610101108)
M. Bintang Menara (161610101109)
Marisa Icha A (161610101110)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial. Laporan ini disusun untuk melaporkan hasil diskusi
kelompok turorial K dalam skenario 1 Blok 19 Perawatan Rehabilitatif Semester Genap 2018-
2019.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan terimakasih kepada drg. Agus Sumono, M. Kes. selaku tutor yang telah
membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok K dan memberi masukan yang membantu
bagi pengembangan ilmu yang kami didapatkan serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca
Jember, 07 April 2019

Penyusun
Skenario 1
Gigi Tiruan Lengkap
Seorang pasien laki laki usia 58 tahun, pensiunan pegawai swasta, ingin dibuatkan gigi tiruan
baru. Keluhan utama banyak gigi yang hilang sehingga sulit untuk makan. Belum pernah
memakai gigi tiruan. Kesehatan umum baik. Pemeriksaan intra oral gigi 11, 12, 13,
15,23,24,31, 32, 41, 42 resesi gingiva, goyang o3, kalkulus di daerah lingual. Gigi 43 tinggal
sisa akar, gigi 35 karies profunda preforasi, gigi yang lain hilang. Gigi hilang karena karies.
Dokter gigi melakukan rencana perawatan: ekstraksi semua gigi dengan pertimbangan estetik,
membuat GTL RA dan RB bahan basis akrilik dengan, anasir akrilik. Setelah melakukan
anamnesis, dokter gigi melakukan cetak anatomis, juga cetak fungsional dan melakukan
penetapan gigit. Setelah GTL diinsersikan, menghasilkan GTL yang retentif, stabil. Dokter
gigi menginstruksikan untuk kontrol di hari berikutnya, GTL baru bisa untuk berbicara dan
untuk makan.
Step 1 (Clarifying unfamiliar terms)

1. Retentif dan stabil


Retentif adalah kemampuan GTL dalam mempertahankan posisinya saat mendapat gaya-
gaya dari arah vertical atau berlawanan
Stabil adalah kemampuan GTL dalam mempertahankan posisinya saat mendapat
gaya/tekanan dari arah vertical, horizontal, maupun lateral agar tidak goyah, kuat, dan
tidak lepas saat dipakai untuk mengunyah
2. Cetak anatomis
Cetak anatomis adalah cetakan yang berfungsi untuk mendapatkan model studi. Bagian
rongga mulut yang dicetak antara lain terdiri dari tulang alveolar, gigi, dan palatum. Bahan
yang digunakan untuk mencetak adalah alginat hidrokoloid irreversibel
3. Cetak fungsional
Cetak fungsional adalah cetakan yang dapat mencetak daerah mukosa bergerak dan
mukosa tidak bergerak, biasanya menggunakan sendok cetak individu/individual tray
berbahan elastomer
4. Anasir akrilik
Anasir akrilik adalah gigi artifisial/buatan yang terbuat dari akrilik
5. Penetapan gigit
Penetapan gigit perlu dilakukan pada kasus pencabutan lebih dari 1 gigi yang masih
memiliki tinggi gigit
6. GTL
Gigi tiruan lengkap adalah salah satu perawatan untuk seseorang yang sudah tidak
memiliki gigi. GTL merupakan gigi tiruan yang berfungsi untuk menggantikan seluruh
gigi yang hilang dan jaringan pendukungnya pada rahang atas dan rahang bawah

Step 2 (Identifying problems)

1. Apa tujuan dari pembuatan gigi tiruan?


2. Apa saja syarat GTL yang baik?
3. Apa saja yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi GTL?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pembuatan GTL?
5. Bagaimana tahapan pembuatan GTL?
6. Apakah ekstraksi semua gigi dilakukan secara bertahap atau langsung dilakukan?
7. Apa maksud dari perawatan ekstraksi semua gigi dengan pertimbangan estetik?
8. Apa pengaruh dari belum pernah memakai gigi tiruan terhadap rencana perawatan?
9. Mengapa drg menginstruksikan untuk kontrol di hari berikutnya?

Step 3 (Brainstorming)
1. Apa tujuan dari pembuatan gigi tiruan?
Jawab:
- Mengembalikan fungsi mastikasi, fonetik, estetis
- Mencegah kelainan yang dapat timbul dari edentulus , misalkan protusi RB yang dapat
menyebabkan TMD
- Meningkatkan kualitas hidup
- Memperbaiki gizi yang diterima oleh tubuh pasien
2. Apa saja syarat GTL yang baik?
Jawab:
- Material yang digunakan tidak berbau, halus, ukuran dan bentuk sesuai dengan mulut
pasien
- Memiliki retensi dan stabilisasi yang baik
- Dapat berfungsi untuk mastikasi, berbicara jelas, estetik
- Nyaman, tidak menimbulkan iritasi pada jaringan pendukung
- Oklusi baik dan harmonis
- Biokompatibel
- Tetap kuat meskipun ada tekanan kunyah zat makanan minuman dan saliva
3. Apa saja yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi GTL?
Jawab:
Retensi GTL dipengaruhi oleh faktor intraoral dan ekstraoral. Faktor intraoral antara
lain penyusutan tulang alveolar, adanya torus, tuber maksila besar, volume saliva, bentuk
anatomis lengkung rahang, dan bentuk alveolar ridge. Keadaan rongga mulut yang dapat
mendukung retensi GTL antara lain saliva yang banyak, bentuk lengkung rahang adalah
square. Bentuk alveolar ridge yang ovoid dapat mendukung stabilisasi GTL. Faktor
ekstraoral antara lain suhu yang ekstrim yang dapat menyebabkan perubahan dimensi
GTL. Selain itu juga ada faktor patologis misal pada penderita osteoporosis dimana tulang
alveolar tidak begitu kuat

4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pembuatan GTL?


- Indikasi: adanya kehilangan seluruh gigi karena diekstraksi / tanggal, masih ada
beberapa gigi yang harus diekstraksi karena tidak dapat dipertahankan, kedaan proc.
Alveolaris baik, pasien bersedia dibuatkan GTL, keadaan umum pasien baik, pasien
kooperatif, pasien siap dirawat dari segi waktu dan biaya
- Kontraindikasi: pasien memiliki sistemik berat (DM, kardiovaskular terutama pada
prosedur anestesi saat ekstraksi), pasien sedang menjalani radioterapi yg dapat
berpengaruh ke tulang alveolar, alergi terhadap bahan, pasien dengan epilepsi, kondisi
morfologi yang tidak mendukung GTL (Contoh torus palatinus yang besar),
ketidakmampuan biaya
5. Bagaimana tahapan pembuatan GTL?
Jawab:
- Anamnesa meliputi status sosial, medis, sikap mental pasien, riwayat kesgilut,
pemeriksaan klinis ekstraoral mapun intraoral, pemeriksaan ronsen
- Pencetakan anatomis
Alat cetak: bowl, spatula, alginat, sendok cetak
Pencetakan menggunakan alginat, kemudian dicor menggunakan gipsum tipe 3
- Membuat sendok cetak individual
- Border moulding
- Pencetakan fisiologis menggunakan bahan elastomer
- membuat basis gigi tiruan menggunakan bahan akrilik heat cured
- Membuat bite rim / galengan gigit
- pemasangan model rahang atas pada artikulator
- menentukan kesejajaran dan pengukuran dimensi vertikal
- pemasangan model kerja rahang bawah pada artikulator
- penyusunan gigi anterior, disertai pemilihan gigi artifisial
- pasien try-in untuk mengetahui kesesuaian susunan gigi-geligi dan dukungan bagi
posisi dan bentuk bibir.
- penyusunan gigi posterior rahang atas dan bawah
- try-in dan penyesuaian susunan gigi tiruan rahang atas dan bawah baik bagian anterior
maupun posterior secara keseluruhan.
- basis malam gigi tiruan dipacking akrilik
- polishing
- Insersi ke dalam mulut pasien
- Medical record
6. Apakah ekstraksi semua gigi dilakukan secara bertahap atau langsung dilakukan?
Jawab:
Jika dilakukan secara bertahap, ekstraksi membutuhkan waktu lama. Oleh karena itu,
ekstraksi dapat dilakukan langsung sekaligus karena kondisi sistemik pasien baik, tapi
pasien harus rawat inap, dan perlu pemeriksaan jaringan periodontal
7. Apa maksud dari perawatan ekstraksi semua gigi dengan pertimbangan estetik?
Jawab:
Estetik diperlukan karena ketika seluruh gigi dicabut akan mempengaruhi penampilan
pasien. Setelah gigi dicabut dapat segera dipasang immediate denture. Immediate denture
adalah protesa yang langsung dipasang setelah ekstraksi
8. Apa pengaruh dari belum pernah memakai gigi tiruan terhadap rencana perawatan?
Jawab:
- Anamnesa yang dilakukan pada pasien yang baru dibuatkan gigi tiruan dengan pasien
yang sebelumnya pernah memakai GTL adalah berbeda
- Adaptasi pasien baru memakai GTL lebih lama
- Instruksi DHE yang diberikan berbeda dengan pasien yang sudah pernah memakai
GTL sebelumnya
9. Mengapa drg menginstruksikan untuk kontrol di hari berikutnya?
Jawab:
Kontrol perlu dilakukan untuk mengetahui kecocokan dan kenyamanan protesa, apakah
pasien mengalami alergi terhadap protesa, apakah protesa sudah pas di rongga mulut
pasien. Kontrol dilakukan 3-4 hari sekali untuk pasien biasa/tidak ada keluhan lain,
sedangkan untuk pasien yang memiliki kelainan sistemik perlu kontrol 1-2 hari sekali
Step 4 (Mapping)

GIGI TIRUAN
LENGKAP

DEFINISI TUJUAN INDIKASI & SYARAT


KONTRAINDIKASI GTL

PROSEDUR

KONTROL

STEP 5 (Learning Objective)

1. Mahasiswa mampu mengkaji definisi dan tujuan pembuatan GTL


2. Mahasiswa mampu mengkaji indikasi dan kontraindikasi GTL
3. Mahasiswa mampu mengkaji syarat GTL yang baik (retentif, stabil, estetis)
4. Mahasiswa mampu mengkaji prosedur pembuatan GTL
5. Mahasiswa mampu mengkaji kontrol dan evaluasi keberhasilan atau kegagalan
perawatan GTL
Step 7 (Reporting)
LO 1: Mahasiswa Mampu Mengkaji Definisi dan Tujuan Pembuatan GTL
A. Definisi GTL

Gigi tiruan lengkap (GTL) merupakan suatu piranti yang dibuat tidak hanya untuk
menggantikan seluruh gigi yang hilang beserta jaringan sekitarnya, akan tetapi juga dapat
memperbaiki fungsi kunyah, estetik, serta fonetik penderita. Pembuatan GTL yang memberi
rasa nyaman, fungsi, dan keselarasan estetika pada pasien secara bersamaan dengan
mendapatkan retensi dan stabilisasi dari GTL merupakan salah satu prosedur yang paling
menantang bagi dokter gigi, khususnya bagi seorang prostodontis. Gigi tiruan lengkap
merupakan suatu perangkat mekanis utama karena berfungsi di dalam rongga mulut dan harus
dibentuk sehingga selaras dengan fungsi normal neuromuskuler (Muchtar, 2019).

Gigi tiruan lengkap (GTL) dapat didefinisikan sebagai protesa gigi lepasan yang
dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang
menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah. Protesa tersebut terdiri
dari gigi-gigi tiruan yang dilekatkan pada basis protesa. Basis protesa memperoleh dukungan
melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut di bawahnya.

B. Tujuan Pembuatan GTL


1. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau mengembalikan
fungsi bicara, pengunyahan, estetis, dan psikis.
2. Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous,
misalkan protusi mandibula dan kelainan pada sendi temporomandibular
3. mencegah pengerutan / atropi processus alveolaris
4. mencegah berkurangnya dimensi vertikal yang disebabkan turunnya otot-otot pipi karena
tidak ada penyangga dan hilangnya oklusi sentrik
5. Meningkatkan psikososial/kepercayaan diri pasien
6. Menghilangkan keluhan pasien

LO 2: Mahasiswa Mampu Mengkaji Indikasi dan Kontraindikasi GTL


Beberapa indikasi perawatan GTL antara lain:
1. Kehilangan seluruh gigi pada salah satu rahang atau keduanya.
2. Pasien yang tidak dapat menerima perawatan dental implant karena masalah keuangan,
riwayat penyakit sistemik, atau kerusakan pada struktur vital seperti saraf dan pembuluh
darah.
3. keadaan rongga mulut pasien baik
4. tidak ada perawatan alternatif lain
5. pasien bersedia dibuatkan GTL
6. Gigi asli tidak bisa digunakan abutment untuk GTSL
Beberapa kontraindikasi perawatan GTL antara lain:
1. Pasien tidak ingin menggunakan piranti lepasan untuk menggantikan gigi yang hilang.
2. Pasien mempunyai alergi terhadap akrilik yang digunakan dalam pembuatan gigi tiruan
penuh.
3. Pasien mempunyai refleks muntah yang tidak dapat dikontrol.
4. Sisa tulang alveolar pasien mengalami resorpsi yang parah
5. OH buruk/ kondisi RM kurang baik
6. Pasien tidak siap mental, tidak bersedia dibuatkan GTL
7. Kondisi sistemik buruk (misal TBC karena resorpsi tulang lebih cepat, pada penderita DM
viskositas saliva lebih kental)
8. Pasien dengan depresi mental yang mengkonsumsi obat-obat tertentu yang mempengaruhi
viskositas saliva misal obat antidepressan

LO 3: Mahasiswa Mampu Mengkaji Syarat GTL yang Baik (Retentif, Stabil, Estetis)
Pembuatan gigi tiruan harus memiliki syarat-syarat tertentu yang baik agar nyaman saat
digunakan dan tidak menimbulkan kelainan lain. Syarat gigi tiruan lengkap yang baik antara
lain:
a. Retensi dan stabilisasi gigi tiruan yang baik
Retensi
Retensi adalah daya tahan terhadap gaya yang melepaskan gigi tiruan dari arah vertical
atau dari arah yang berlawanan dengan arah pemasangan, sehingga retensi merupakan
kemampuan GTL untuk mempertahankan posisinya dalam rongga mulut. Semakin luas
permukaan yang berkontak, maka semakin tinggi retensinya. Faktor – faktor yang
mempengaruhi retensi antara lain:
1. Adhesi, yang terjadi antara saliva dengan mukosa dan basis gigi tiruan terjadi akibat
tekanan ion antara c-glikoprotein dan resin akrilik
2. Kohesi, adalah mekanisme ketertarikan fisik antara molekul yang sama. Dikaitkan
dengan hukum aksi reaksi Newton III yaitu aksi sama dengan reaksi
3. Tekanan atmosfer
4. Otot – otot oral dan wajah, retensi didapatkan jika posisi anasir tepat pada netral zone
antara pipi dan lidah. Selain itu karena permukaan gigi tiruan halur dan bentuk yang
tepat.
5. Tegangan permukaan antar fasial, adalah daya tahan 2 permukaan yang merekat dengan
perantaraan selapis tipis cairan (pelikel)

Ada 3 permukaan penting untuk retentif:


1. Oklusal, yaitu permukaan yang bersentuhan dengan gigi antagonis
2. Permukaan poles, yaitu bagian yang dipoles seperti palatal, bukal
3. Permukaan cetakan
Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan gigi tiruan untuk mempertahankan posisinya saat mendapat
gaya dari arah horizontal, vertikal, oblique dengan baik dan konstan posisinya bila terdapat
tekanan. Faktor nya antara lain:
1. Kontak rapat antara basis gigi tiruan dengan mukosa
2. Besar dan bentuk daerah pendukung
3. Kualitas cetakan fisiologis
4. Susunan anasir gigi tiruan
b. Dukungan yang cukup yang meliputi daerah pendukung gigi tiruan, yaitu:
1. Dukungan primer  daerah yang menerima beban oklusal secara tegak lurus, tidak
mudah mengalami resorbsi. RA: Ridge posterior & palatum yg datar, RB: shelf
buccal, ridge posterior, dan retromolar pad
2. Dukungan sekunder  ridge anterior atas dan bawah, dan seluruh lereng ridge
3. Dukungan tambahan  seluruh vestibulum yg jaringannya mudah bergerak
c. Bahan yang digunakan tidak menyebabkan alergi/iritasi pada mukosa mulut
Apabila pasien alergi, dapat menggunakan implan gigi atau GTC berbahan metal/porselen
d. Oklusi yang harmonis
e. Estetik
f. Nyaman digunakan
g. Tidak iritatif
h. Dukungan biologis yang cukupyang meliputi alveolar ridge, jaringan mukosa, anatomical
landmark
i. Dapat memenuhi fungsi bicara, pengunyahan, dan estetis
j. Oklusi seimbang dan baik, tidak menyebabkan TFO yang selanjutnya dapat menyebabkan
TMD
k. GTL seimbang dengan otot-otot di RM agar tidak terjadi tekanan berlebih yang
menyebabkan kelelahan otot

LO 4: Mahasiswa Mampu Mengkaji Prosedur Pembuatan GTL


1. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Pada kunjungan pertama, dilakukan pengisian kartu status prostodonsia yang
terdiri dari data demografi pasien, pemeriksaan subjektif dan objektif, diagnosis,
rencana perawatan, dan alternatif rencana perawatan. Pasien diinformasikan tentang
diagnosis, yakni edentulus rahang atas dan rahang bawah serta rencana perawatan yang
akan dilakukan yakni pembuatan gigitiruan penuh lepasan dari bahan akrilik pada
rahang atas dan rahang bawah. Pasien juga diberitahu tentang waktu kunjungan yang
akan dilakukan dan biaya perawatan. Setelah informasi ini diberikan dan pasien setuju,
pasien diminta menandatangani informed consent.
2. Membuat Cetakan Pendahuluan
Setelah informed consent ditandatangani oleh pasien, tahap selanjutnya adalah
pencetakan pendahuluan dengan menggunakan edentulous perforated stock tray.
Sebelum pencetakan, sendok cetak dicobakan terlebih dahulu dan dipilih yang paling
sesuai dengan ukuran rahang pasien. Bahan cetak irreversible hydrocolloid (alginat).

Setelah selesai, cetakan tersebut dicor sebanyak dua kali dengan gips stone
(Blue Dental Plaster, Korea) sehingga diperoleh model studi dan model kerja. Model
studi disimpan untuk dipelajari sedangkan model kerja untuk membuat sendok cetak
individual.
Batas-batas cetakan rahang atas meliputi frenulum labialis dan bukalis,
vestibulum labialis dan bukalis, hamular notch, garis getar palatum, residual ridge,
palatum durum, rugae palatine, tuberositas maksilaris, papila insisivus, fovea palatina,
raphe mid-palatina, dan tepi palatal posterior. Batas gigitiruan atas diperluas ke
posterior sampai mencapai garis getar palatum yang merupakan perbatasan antara
palatum durum dan palatum molle. Garis ini merupakan batas maksimal posterior
gigitiruan atas yang penting bagi retensi gigitiruan rahang atas.
Sedangkan batas-batas cetakan rahang bawah meliputi retromolar pad,
frenulum lingualis, frenulum bukalis, frenulum labialis, lingir alveolar, vestibulum
bukalis dan labialis, sulkus alveolingual, residual ridge, raphe pterygomandibular,
ruang retromylohyoid, dan torus mandibularis. Perluasan pencetakan rahang bawah
diperluas hingga ke retromolar pad. Retromolar pad adalah daerah segitiga pada
mukosa tebal yang berada di distal molar terakhir. Pad ini bertindak sebagai pendukung
yang membantu menahan pergerakan gigitiruan ke distal.
3. Membuat Sendok Cetak Individual
Pada model kerja digambarkan batas antara jaringan bergerak dengan tidak
bergerak lalu batas-batas sendok cetak individual ditentukan ±2 mm lebih pendek dari
batas jaringan bergerak-tidak bergerak agar tersedia ruang yang cukup untuk
memanipulasi bahan pembentuk tepi. Sendok cetak individual ini dibuat dari shellac
baseplate (Hiflex shellac base plate, Prevest Denpro Limited, India) yang dilunakkan
dengan cara dipanaskan di atas lampu spritus, lalu ditekan-tekan di atas model kerja
hingga bentuknya sesuai dengan desain gigitiruan penuh yang telah dibuat sebelumnya.
Kelebihan shellac dipotong dengan menggunakan gunting dan pisau malam saat masih
dalam keadaan lunak sesuai dengan batas yang telah digambar. Selanjutnya dibuat
pegangan dan lubang-lubang pada sendok cetak individual. Lubang-lubang ini untuk
mengalirkan bahan cetak yang berlebih sehingga mengurangi tekanan sewaktu
mencetak.

4. Mencoba Sendok Cetak Individual ke Pasien


Sendok cetak individual mencakup semua semua daerah kecuali frenulum, baik
rahang atas maupun rahang bawah. Tidak boleh ada undercut yang dapat menghalangi
pada saat nanti dilakukan pencetakan fisiologis.
5. Border Moulding
Setelah sendok cetak sesuai dengan rahang atas dan bawah tanpa ada retensi
saat dilepas-pasang, tahap berikutnya yakni border moulding dengan menggunakan
greenstick compound (Peri compound border moulding impression material, GC
Corporation, Jepang) yang dipanaskan. Setelah greenstick dipanaskan di atas lampu
spirtus, rendam di dalam air selama beberapa detik agar pasien tidak merasakan panas
dari greenstick yang sudah dilunakkan dan agar greenstick tidak terlalu cair. Greenstick
ditambahkan sedikit demi sedikit pada tepi luar sendok cetak individual.
Ketika sendok cetak individual yang sudah diletakkan greenstick compound
berada di dalam mulut, pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan fisiologis. Pada
rahang atas, membuka mulut dan menggerakkan rahang bawah ke kanan dan ke kiri
serta ke depan untuk membentuk hamular notch dan sayap bukalis. Selanjutnya untuk
daerah frenulum bukalis, pipi dan bibir pasien ditarik ke luar, ke belakang, ke depan
dan ke bawah. Untuk daerah sayap labial, bibir ditarik ke depan dan ke bawah serta
penarikan bibir atas ke depan untuk daerah frenulum labialis. Untuk membentuk daerah
posterior palatum durum yang merupakan batas antara palatum molle dan palatum
durum pasien diinstruksikan untuk mengucapkan “ah”.
Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi sayap distolingual dan daerah buccal
shelf, maka setelah greenstick dilunakkan, dan sendok cetak telah dimasukkan ke dalam
mulut pasien, kemudian pasien diminta untuk membuka mulut kemudian menutup
mulut untuk mengaktifkan otot masseter. Kemudian, untuk membentuk daerah
distolingual dan postmylohyoid maka pasien diinstruksikan untuk menggerakkan lidah
ke kiri dan ke kanan serta ke posterior palatum durum. Frenulum lingual dibentuk
dengan menginstruksikan kepada pasien untuk meletakkan ujung lidahnya ke bagian
anterior palatum dan ke bibir atas. Selanjutnya, daerah sayap labial dibentuk dengan
memberikan instruksi yang sama dengan instruksi border moulding rahang atas.

6. Membuat Cetakan Fisiologis


Tahap berikutnya yakni membuat cetakan dengan menggunakan bahan
elastomer (polyvinylsiloxane). Bahan elastomer (Exaflex Hydrophilic Vinyl
Polysiloxane Impression Material Regular Type, GC America Inc., Jepang) ini bersifat
hidrofobik sehingga harus dalam lingkungan yang kering agar bisa tercetak dengan
baik. Oleh karenanya, sebelum pencetakan, mukosa yang akan dicetak dikeringkan
terlebih dahulu dengan menggunakan tampon. Pasien diinstruksikan untuk tegak agar
bahan cetak tidak mengalir ke belakang. Teknik mencetak rahang atas maupun bawah
yaitu sendok cetak ditekan pada bagian posterior kemudian lanjutkan penekanan di
bagian anterior. Penekanan dilakukan hingga dapat dirasakan berkontak dengan
mukosa di mulut pasien. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 7.
Setelah selesai mencetak, cetakan negatif tadi dicor dengan menggunakan gips
stone sehingga diperoleh model positif cetakan fisiologis.

7. Membuat basis gigi tiruan


Basis gigi tiruan dibuat dari bahan akrilik. Pada saat manipulasi akrilik perlu
diperhatikan adanya kontraksi porositas. Kontraksi porositas terjadi ketika adonan
akrilik yang tidak cukup telah ditempatkan untuk membuat kelebihan atau flash. Atau,
penerapan tekanan yang tidak mencukupi selama proses curing dapat menyebabkan
rongga porositas tersebar ke seluruh basis gigi tiruan. Porositas gas dihasilkan jika suhu
adonan dinaikkan secara signifikan di atas titik didih monomer (100 ° C), menghasilkan
rongga berbentuk bola di bagian terpanas adonan curing. Ini paling sering terjadi pada
lingual flanges gigi tiruan rahang bawah. Porositas granular dihasilkan dari penguapan
monomer selama persiapan. Proporsi rasio bubuk terhadap cairan tergantung pada
kemungkinkan setiap partikel bubuk menjadi terbasahi oleh monomer. Campuran
dibiarkansampai mencapai konsistensi yang tepat dan cocok untuk dimasukkan ke
dalam cetakan gipsum. Selama periode ini tutup harus ditempatkan pada bejana
pencampur untuk mencegah penguapan monomer. Hilangnya monomer selama tahap
ini dapat menghasilkan porositas granular dalam material yang ditetapkan, yang
ditandai dengan permukaan buram bernoda
8. Membuat bite rim / galengan gigit
9. Pemasangan model rahang atas pada artikulator
10. Menentukan kesejajaran dan pengukuran dimensi vertikal
Pada kunjungan ini, pasien dicobakan basis gigi tiruan dan galengan gigit atau bite rim
rahang atas dan rahang bawah. Basis dan bite rim terbuat dari baseplate wax. Periksa
kestabilan basis dengan melihat ketebalan dan kerapatan basis rahang atas dan bawah.
Bite rim harus dibuat sesuai dengan lengkung rahang.

Tahap selanjutnya adalah melakukan kesejajaran pada bite rim atas. Dimulai
dengan membuat garis nasoauricular atau garis camper dengan cara menarik benang
mulai dari bawah hidung pasien ke bagian atas tragus telinga pasien untuk membantu
menilai kesejajaran. Lalu, masukkan bite rim rahang atas ke dalam mulut dan sejajarkan
bite rim rahang atas dengan garis camper dengan bantuan fox plane guide.
Pada saat melakukan kesejajaran pada bite rim rahang atas, beberapa hal yang
harus diperhatikan seperti penentuan tinggi bite rim rahang atas dan garis servikal yang
berjarak 2 mm dari low lip line bibir atas pada saat pasien tersenyum, penyesuaian
labial fullness, dan penentuan kesejajaran galengan gigit rahang atas anterior dan
posterior terhadap garis camper. Bite rim disesuaikan sehingga bite rim bawah berimpit
rapat dengan rim atas pada saat beroklusi. Kemudian setelah itu dilanjutkan dengan
penentuan dimensi vertikal.
Penentuan dimensi pada kasus dengan pasien edentulus, dimulai dengan
menentukan dimensi vertikal istirahat tanpa menggunakan bite rim atas dan bawah.
Pasien diminta untuk mengucapkan huruf ”M”, dan dalam posisi istirahat dimensi
vertikal diukur. Dimensi vertikal oklusi diperoleh dari dimensi vertikal saat istirahat
dikurangi dengan free way space. Kemudian, bite rim atas dan bawah dimasukkan
kembali ke dalam mulut, lalu pasien diminta menelan dan mengigit dalam oklusi
sentris, kemudian dilakukan pengukuran dimensi vertikal oklusi kembali. Bite rim
bawah dikurangi hingga diperoleh dimensi vertikal oklusi yang telah ditetapkan.
Selama proses pengurangan bite rim bawah ini, bite rim atas dikeluarkan dari mulut
agar basis yang terbuat dari malam tidak berubah bentuk.
Selanjutnya adalah penentuan hubungan rahang. Hubungan rahang
didefinisikan sebagai suatu keadaan hubungan rahang bawah terhadap rahang atas dan
dinyatakan dengan hubungan rahang dalam arah vertikal dan hubungan rahang dalam
arah horizontal. Kedua hubungan rahang ini saling mempengaruhi satu sama lain.
Hubungan rahang dalam arah vertikal disebut juga dengan dimensi vertikal. Dimensi
vertikal sering diartikan sebagai tinggi wajah vertikal yang ditentukan oleh besarnya
ruang antar rahang. Terdapat dua keadaan dimensi vertikal yaitu dimensi vertikal oklusi
dan dimensi vertikal istirahat fisiologis, sehingga dalam mulut terdapat selisih ruang
dari kedua dimensi vertikal tersebut yang dikenal sebagai jarak interoklusal (free way
space) yang dalam keadaan normal berkisar antara 2-4 mm. Sedangkan hubungan
rahang dalam arah horizontal yang sering dikenal dengan relasi sentrik, merupakan
hubungan horizontal maksilomandibular ketika rahang bawah dalam posisi paling
posterior. Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi vertikal
dan relasi sentrik pada pasien edentulus, namun pengukuran sering dilakukan dengan
mengkombinasikan beberapa metode sehingga mendapatkan hasil pengukuran yang
lebih akurat. Ketidaktepatan dalam menentukan hubungan rahang baik dimensi vertikal
maupun relasi sentrik akan menyebabkan berbagai keluhan dari pasien diantaranya
gangguan fungsi pengunyahan, bicara, estetik dan mempertahankan kesehatan jaringan
pendukung gigitiruan penuh serta akan mempengaruhi sendi temporomandibular.
Pada pengukuran dimensi vertikal gigi tiruan penuh, dimensi vertikal istirahat
ditentukan terlebih dahulu kemudian pengukuran dimensi vertikal oklusi. Dimensi
vertikal istirahat fisiologis diartikan sebagai posisi netral dari rahang bawah pada saat
otot-otot membuka dan menutup mulut berada dalam keadaan seimbang. Dimensi
vertikal istirahat fisiologis diukur pada saat rahang bawah dalam keadaan istirahat
fisiologis dengan cara pasien didudukkan dalam keadaan rileks dengan posisi kepala
sedemikian rupa dimana alanasi-tragus sejajar lantai, buat tanda berupa dua titik pada
wajah, satu diatas puncak hidung dan satu lagi pada bagian paling menonjol dari dagu
pasien. Pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan menelan dan rahang bawah
dibiarkan dalam keadaan posisi istrirahat fisiologis, ukur jarak kedua titik tersebut.
Kemudian pasien diinstruksikan untuk mengucapkan huruf “mmm” berdengung dan
secara bersamaan dilakukan pengukuran jarak kedua titik kembali. Apabila hasil pada
kedua pengukuran sama, maka posisi tadi dapat diterima sebagai dimensi vertikal
istirahat. Pengukuran ini harus dilakukan beberapa kali, pasien diajak berbicara dan
rileks diantara kedua pengukuran tersebut. Setelah ukuran dimensi vertikal istirahat
diperoleh, kemudian dikurangi dengan jarak free way space sekitar 2-3 mm sehingga
didapatkan hasil akhir yang merupakan dimensi vertikal oklusal pendahuluan.
Masukkan oklusal rim ke dalam mulut dan pasien diinstruksikan menutup mulut hingga
mencapai kontak minimal antara oklusal rim rahang atas dan oklusal rim rahang bawah.
Oklusal rim disesuaikan hingga mencapai dimensi vertikal oklusal pendahuluan. Untuk
mengetahui ketepatan dari dimensi vertikal, dilakukan dengan tes fonetik. Pasien
diintruksikan untuk mengucapkan kata-kata yang mengandung huruf desis yaitu huruf
“S”, contohnya mengucapkan angka dari “sebelas” sampai “sembilanbelas”. Pada saat
pasien mengucapkan kata-kata ini, harus terdapat celah diantara kedua oklusal rim di
daerah gigi premolar yang besarnya skitar 2-4 mm. Jarak ini disebut ruang bicara
terkecil (closest speaking space).
Apabila dimensi vertikal yang benar telah ditetapkan, selanjutnya dilakukan
penetapan hubungan rahang pada dataran horizontal yaitu relasi sentrik. Pengukuran
relasi sentrik dapat dilakukan dengan metode statis, fungsional dan grafik. Metode statis
lebih sering digunakan karena praktis dan dapat dilakukan berulang-ulang. Penetapan
relasi sentrik dengan metode statis dilakukan dengan cara:
1. Persiapkan groove berbentuk V dengan kedalaman 3-4 mm pada oklusal rim
rahang atas yang ditempatkan secara bilateral di regio molar satu-premolar dua.
Oleskan gel petroleum pada daerah yang bersentuhan dengan lawan wax rim dan
masukkan oklusal rim rahang atas ke dalam mulut pasien.
2. Persiapkan daerah berbentuk kotak dengan kedalaman 2-3 mm pada oklusal rim
rahang bawah yang ditempatkan secara bilateral di regio molar satu-premolar dua.
Isi daerah tersebut dengan bahan beeswax lunak dan masukkan oklusal rim rahang
bawah ke dalam mulut pasien.
3. Pasien didudukkan dengan rileks dan posisi kepala didukung oleh sandaran kepala.
Oklusal rim berada di dalam mulut pasien. Stabilkan oklusal rim rahang atas
dengan ibu jari dan jari telunjuk, kemudian ibu jari dan jari tangan lainnya
ditempatkan pada permukaan labial oklusal rim rahang bawah untuk menstabilkan
basis gigitiruan pada posisi linggir serta memandu rahang bawah pasien ke posisi
relasi sentrik. Pasien diinstruksikan membuka dan menutup mulut pelan-pelan.
Pada saat pasien membuka mulut, rahang bawah didorong ke belakang perlahan-
lahan tanpa paksaan dan berhenti pada saat oklusal rim mencapai dimensi vertikal
yang telah ditentukan sebelumnya. Gerakan ini dicobakan beberapa kali hingga
pasien melakukannya dengan benar dan terbiasa dengan posisi tersebut.
4. Setelah dimensi vertikal dan relasi sentrik diperoleh, lalu oklusal rim difiksasi.
Pasien dan oklusal rim tidak boleh bergerak selama bahan pencatat mengeras.
Apabila bahan pencatat telah mengeras, pasien membuka mulut secara hatihati dan
oklusal rim beserta catatan interoklusalnya dikeluarkan dari mulut sebagai satu
unit. Bahan pencatat yang berlebihan dibuang dan lakukan pengecekan, kedua
oklusal rim tidak boleh berkontak pada daerah distal. Kemudian oklusal rim
dikembalikan pada model kerja dan ditanam pada artikulator.

Tahap selanjutnya yakni melakukan penentuan posisi distal, yakni sandarkan


dental unit diatur agar pasien berada pada posisi supinasi. Dari sini mandibula berada
pada posisi yang paling distal. Kemudian tentukan garis median dan garis kaninus.
Fiksasi bite rim rahang atas dengan rahang bawah dengan menancapkan paper clip
yang telah dipanaskan. Kemudian, bite rim atas dan bawah yang sudah terfiksasi
tersebut dikeluarkan bersamaan dengan cara pasien diinstruksikan membuka mulut
selebar mungkin. Lalu, bite rim atas dan bawah dimasukkan pada model kerja. Bila
telah sesuai bite rim atas dan bawah dipasang pada artikulator. Kemudian model dan
artikulator dapat dikirim ke tekniker
11. Pemasangan model kerja rahang bawah pada artikulator
12. Penyusunan gigi anterior, disertai pemilihan gigi artifisial
Dalam memilih warna gigi, sebenarnya tidak ada aturan yang terlalu kaku dalam
mengingat banyaknya variasi pada gigi alami. Pemilihan warna gigi salah satunya
ditentukan oleh usia dan ras. Semakin tua usia, gigi alami menjadi semakin tua
warnanya. Penampilan yang tidak terlalu palsu didapatkan bila pasien berkulit gelap
diberi gigi dengan warna yang lebih gelap, sedangkan pasien berkulit pucat diberi gigi
yang lebih terang.
Dalam memilih ukuran gigi insisivus sentralis rahang atas, lebar inter filtrum dapat
dijadikan patokan. Hal ini dikarenakan lebar kedua gigi insisivus sentralis biasanya
sama dengan lebar inter filtrum bibir atas. Kemudian untuk menentukan letak ujung
gigi kaninus rahang atas dapat diperoleh dengan memproyeksikan garis yang ditarik
dari canthus mata ke ala nasi.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 14.

Gambar 14. Cara menentukan lebar kedua gigi insisivus sentralis rahang atas dan letak
ujung gigi kaninus rahang atas

13. Pasien try-in untuk mengetahui kesesuaian susunan gigi-geligi dan dukungan bagi
posisi dan bentuk bibir.
Try-in gigi anterior dimulai dengan pemeriksaan susunan gigi anterior terlebih
dahulu dengan melihat kesesuaian susunan gigi, bentuk gigi, ukuran gigi dan posisi gigi
pada model dengan keadaan dalam mulut pasien dan oklusi dalam mulut pasien jangan
sampai ada yang terlihat “open”. Kemudian periksa ketepatan garis median, posisi
distal, stabilitas, retensi, serta fonetik dengan meminta pasien mengucapkan huruf “f”
atau “s”.
14. Penyusunan gigi posterior rahang atas dan bawah
15. Try-in dan penyesuaian susunan gigi tiruan rahang atas dan bawah baik bagian
anterior maupun posterior secara keseluruhan.
Hal yang perlu diperhatikan pada saat try-in penyusunan gigi yaitu :
1. Kesesuaian susunan, bentuk, ukuran, dan posisi gigi di dalam mulut pasien.
2. Pemeriksaan oklusi dengan bantuan articulating paper. Hubungan gigi atas dan
bawah harus interdigitasi dengan baik.
3. Pemeriksaan basis gigitiruan rahang bawah terhadap gerakan fungsional lidah,
sayap lingual sebaiknya tidak menghalangi gerakan lidah
4. Pemeriksaan stabilitas, retensi, basis gigitiruan rahang atas.
5. Pemeriksaan estetis dengan melihat garis kaninus.
6. Pemeriksaan fonetik dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan huruf S,
D, O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan.
16. Basis malam gigi tiruan dipacking akrilik
17. Polishing
18. Insersi
Ketika mencoba melakukan insersi gigitiruan kepada pasien, pasien terlihat agak kaku
dalam berbicara. Memang pasien yang memakai gigitiruan penuh untuk pertama
kalinya harus belajar mengakomodasikan prostesis yang ‘tebal’ ini sebagai pengganti
gigi alaminya. Kebanyakan orang dapat mengatasi kesulitan ini dan belajar untuk
menguasai aktivitas otot yang berubah yang dibutuhkan dalam pemakaian gigitiruan.
Pada umumnya semakin tua pasien, periode belajarnya lebih lama dan lebih sulit.

Perhatikan:
a) Retensi
Pemeriksaan retensi dengan cara menggerak-gerakkan pipi dan bibir, prostesis
lepas atau tidak.

b) Oklusi
Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan bantuan lembar articulating paper, titik-titik
kontak prematur atau daerah yang mengalami tekanan lebih besar diasah dengan
menggunakan bur gurinda. Prosedur ini dilakukan untuk mencari dan
menghilangkan semua hambatan oklusal pada gerak lateral dan protrusi.
Pengasahan dilakukan pada permukaan oklusal gigi yang tampak miring atau
memanjang karena pemasakan. Pada oklusi eksentrik tidak dilakukan pengasahan
pada bagian distobukal molar dua bawah. Semua pengasahan di sisi keseimbangan
dilakukan terhadap bagian lingual dari permukaan oklusal molar dua bawah.

c) Stabilitas
Pemeriksaan stabilitas gigitiruan dengan cara menekan gigi molar satu kiri dan
kanan secara bergantian apakah ada sisi yang terungkit atau tidak. Pemeriksaan
gigitiruan di dalam mulut saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi,
penelanan, bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada
gangguan, maka prostesis dapat dipolis.

Selain itu, periksa juga adaptasi basis dan tepi gigi tiruan, posisi distal, dimensi
vertikal, fonetik, estetik, dan keadaan jaringan pendukung gigitiruan juga diperiksa.
Pastikan tidak ada gingiva yang menerima tekanan yang besar. Hal ini akan nampak
jika terlihat gingiva yang berwarna pucat yang diakibatkan oleh tekanan dari
gigitiruan. Perhatikan juga pipi dan bibir pasien jangan ada yang kendur.
19. Pasien diajarkan cara memasang dan melepas gigi tiruannya.
Pasien juga diberikan instruksi penggunaan dan pemeliharaan prostesis, seperti :
- Bersihkan gigi tiruan dengan sikat dan sabun sehabis makan.
- Instruksi perawatan berupa penyikatan gigitiruan tidak disarankan memakai pasta
gigi karena sifat abrasifnya akan mengikis prostesis sehingga akan menjadi lebih
sulit untuk dibersihkan dan menjadi tempat akumulasi plak. Penyikatan lidah dan
mukosa juga dilakukan untuk menghilangkan plak dan melancarkan sirkulasi darah
pada jaringan ini.
- Prostesa direndam dalam air bersih suhu kamar sewaktu dilepas
- Pada malam hari, sebelum tidur, lepaskan gigi tiruan agar jaringan otot-otot di
bawahnya dapat beristirahat. Sikat bersih dan rendam di dalam air
- Sebagai latihan, pertama-tama sebaiknya makan makanan yang lunak atau
makanan yang mudah dimakan. Apabila tidak ada keluhan, maka boleh makan
makanan biasa.
- Biasakan mengunyah makanan pada kedua sisi rahang secara bersamaan.
- Hindari makanan yang keras, makanan dan minum yang lengkat ataupun yang
terlalu panas.
- Apabila ada rasa tidak nyaman atau sakit, gangguan bicara, gigitiruan tidak stabil,
ataupun terjadi kerusakan pada gigitiruan dianjurkan untuk menghubungi operator.

LO 5: Mahasiswa Mampu Mengkaji Kontrol dan Evaluasi Keberhasilan atau Kegagalan


Perawatan GTL
A. Kontrol
Kontrol 1 (24 jam setelah insersi)
Evaluasi basis gigi tiruan yang menghadap mukosa untuk melihat undercut dan keakuratan
kontak jaringan. Caranya adalah dengan menggunakan PIP (Pressure Indicating Paste)
yang dioleskan pada basis gigi tiruan yang menghadap mukosa sebelum gigi tiruan
dipasang. Jika ada undercut, pasta akan tertinggal pada mukosa saat gigi tiruan dilepas
Cek oklusi dan artikulasi dengan articulating paper
Kontrol 2 (48 jam setelah kontrol 1)
sama seperti kontrol 1
Kontrol 3 (72 jam setelah kontrol 2)
sama seperti kontrol 1
B. Evaluasi
DHE (Dental Health Education)
- Rutin menyikat gigi tiruan dua kali sehari dan merendamnya. Hal ini akan membantu
menjaga gigi tiruan tetap bersih, segar dan bebas dari plak. Menyikat gigi palsu membantu
menyingkirkan makanan dan puing-puing yang sulit lainnya. Menggunakan sikat gigi
berkepala kecil membantu untuk mendapatkan akses ke sudut-sudut yang canggung dan sikat
yang lembut menghindari kerusakan gigitiruan. Pasta gigi tidak boleh digunakan karena
terlalu abrasif dan akan meninggalkan goresan kecil pada permukaan akrilik.
- Setelah menyikat gigi, gigi tiruan harus direndam dalam pembersih khusus untuk membantu
menghilangkan noda, kalkulus, dan plak yang membandel.
Analisis komplain pasien dan cara mengatasinya
Instruksi kepada pasien setelah pemasangan GTL
1. Instruksi untuk pemeliharaan protesa :
a. Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas
b. Protesa dijaga kebersihannya
c. Protesa dijaga agar tidak mudah lepas
Instruksi untuk pasien :
a. Pasien dianjurkan untuk beradaptasi dengan protesa tersebut sampai biasa.
b. Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan otot-otot dibawahnya dapat
beristirahat.
c. Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien dianjurkan untuk
segera kembali ke klinik.
d. Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna pengecekan lebih lanjut dan
bila nantinya tidak ada gangguan, pasien bisa terus memakainya.
Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :
- Pemeriksaan subyektif: Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak, ditanyakan
apakah ada gangguan atau tidak, dan ditanyakan apakah ada rasa sakit.
- Pemeriksaan obyektif: Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau
perlukaan dan diperiksa retensi dan stabilisasi
e. Removal by break the seal dengan memasukkan dan menggerakkan ½ jari sepanjang
pinggir denture atau menggembungkan pipi (bunyi P)
f. Cleaning : setelah makan atau paling sedikit minimal 1 hari sekali kemudian di rendam
dan disikat.
- Sikat dan pasta gigi yang digunakan khusus tidak boleh sembarangan karena bias
timbul goresan sehingga anatomicalnya berubah dan estetiknya menurun
- Merendam dengan bahan yang spesifik lalu harus di rinse lagi agar bahan tadi tidak
tercerna
- Bahan untuk merendam yang efektif yaitu larutan desinfektan ada 2 larutan yang
efektif mengendalikan plak yaitu :
1. Alkalin hipoklorit : efektif dalam pembersihan plak gigi tiruan
2. Cairan klorheksidin glukonat : efektif dalam menghambat pembentukannya
Bila digunakan larutan hipoklorit yang mengandung 0,08% klorin atau cairan
klorheksida glukonat 0,1% gigi tiruan harus direndam selama satu malam
g. Menjaga diet
Makan seperti biasa namun pada awal pemakaian diusahakan memakan makanan yang
lunak – lunak terlebih dahulu. Menggigit kecil atau dengan hati-hati. Mengunyah
dengan dua sisi dalam waktu bersamaan, karena dapat membantu GTL stabil. Hindari
makanan dan minuman panas untuk mencegah rasa terbakar
DAFTAR PUSTAKA

Abdulwaheed, A. 2016. Indications and Contraindications to Complete Dentures. Medscape


Journal.
Basker, RM, Davenport JC. Prosthetic treatment of edentulous patient. 4th ed. Oxford:
Blackwell Publishing Company; 2002. p.58, 71, 146-7, 177, 188, 190, 211, 260,263-4
Craig,W Barclay, Stewart C Barclay, Peter Heasman, Douglas Lovelock, Philip J Lumley,
Declan Millett, Nigel D Robb, Philip Preshaw, Richard Welbury. 2013. Master Dentistry:
Restorative Dentistry, Paediatric Dentistry and Orthodontics Volume 2. Philadephia:
Churcill Livingstone Elsevier
Devlin, H. 2002. Complete Dentures: A Clinical Manual for the General Dental Practicioner.
Springer-Verlag: Berlin
Fadriyanti, O. 2010. Perawatan pasien edentulous dengan gigi tiruan lengkap. Padang:
Universitas Baiturrahama
Muchtar, Meriyam., Habar, Ike D. 2019. Teknik pencetakan fungsional untuk pembuatan gigi
tiruan lengkap pada pasien dengan lingir datar. Departemen Prostodonsia. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar
Rahn, AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete denture. Shelton: People’s
Medical Publishing House; 2009. p. 33-4, 113-4.
Veeraiyan, DN, Ramalingam K, Bhat V. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2007. p. 4, 16, 50, 55, 80.
Winkler, S. Essentials of complete denture prosthodontics. 2nd Ed. India: AITBS Publishers
& Distributors, 2000: xiii-vi;.123-41;183-201.
Zarb, GA, Bolender CL, Hickey JC, Carlsson GE. Buku ajar prostodonsi untuk pasien tak
bergigi menurut Boucher. Alih bahasa: Mardjono D, Koesmaningati H. Jakarta: EGC;
2002. hal. 159, 270, 276, 429.

Anda mungkin juga menyukai