KELOMPOK TUTORIAL K
DOSEN TUTOR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial. Laporan ini disusun untuk melaporkan hasil diskusi
kelompok turorial K dalam skenario 1 Blok 19 Perawatan Rehabilitatif Semester Genap 2018-
2019.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan terimakasih kepada drg. Agus Sumono, M. Kes. selaku tutor yang telah
membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok K dan memberi masukan yang membantu
bagi pengembangan ilmu yang kami didapatkan serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca
Jember, 07 April 2019
Penyusun
Skenario 1
Gigi Tiruan Lengkap
Seorang pasien laki laki usia 58 tahun, pensiunan pegawai swasta, ingin dibuatkan gigi tiruan
baru. Keluhan utama banyak gigi yang hilang sehingga sulit untuk makan. Belum pernah
memakai gigi tiruan. Kesehatan umum baik. Pemeriksaan intra oral gigi 11, 12, 13,
15,23,24,31, 32, 41, 42 resesi gingiva, goyang o3, kalkulus di daerah lingual. Gigi 43 tinggal
sisa akar, gigi 35 karies profunda preforasi, gigi yang lain hilang. Gigi hilang karena karies.
Dokter gigi melakukan rencana perawatan: ekstraksi semua gigi dengan pertimbangan estetik,
membuat GTL RA dan RB bahan basis akrilik dengan, anasir akrilik. Setelah melakukan
anamnesis, dokter gigi melakukan cetak anatomis, juga cetak fungsional dan melakukan
penetapan gigit. Setelah GTL diinsersikan, menghasilkan GTL yang retentif, stabil. Dokter
gigi menginstruksikan untuk kontrol di hari berikutnya, GTL baru bisa untuk berbicara dan
untuk makan.
Step 1 (Clarifying unfamiliar terms)
Step 3 (Brainstorming)
1. Apa tujuan dari pembuatan gigi tiruan?
Jawab:
- Mengembalikan fungsi mastikasi, fonetik, estetis
- Mencegah kelainan yang dapat timbul dari edentulus , misalkan protusi RB yang dapat
menyebabkan TMD
- Meningkatkan kualitas hidup
- Memperbaiki gizi yang diterima oleh tubuh pasien
2. Apa saja syarat GTL yang baik?
Jawab:
- Material yang digunakan tidak berbau, halus, ukuran dan bentuk sesuai dengan mulut
pasien
- Memiliki retensi dan stabilisasi yang baik
- Dapat berfungsi untuk mastikasi, berbicara jelas, estetik
- Nyaman, tidak menimbulkan iritasi pada jaringan pendukung
- Oklusi baik dan harmonis
- Biokompatibel
- Tetap kuat meskipun ada tekanan kunyah zat makanan minuman dan saliva
3. Apa saja yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi GTL?
Jawab:
Retensi GTL dipengaruhi oleh faktor intraoral dan ekstraoral. Faktor intraoral antara
lain penyusutan tulang alveolar, adanya torus, tuber maksila besar, volume saliva, bentuk
anatomis lengkung rahang, dan bentuk alveolar ridge. Keadaan rongga mulut yang dapat
mendukung retensi GTL antara lain saliva yang banyak, bentuk lengkung rahang adalah
square. Bentuk alveolar ridge yang ovoid dapat mendukung stabilisasi GTL. Faktor
ekstraoral antara lain suhu yang ekstrim yang dapat menyebabkan perubahan dimensi
GTL. Selain itu juga ada faktor patologis misal pada penderita osteoporosis dimana tulang
alveolar tidak begitu kuat
GIGI TIRUAN
LENGKAP
PROSEDUR
KONTROL
Gigi tiruan lengkap (GTL) merupakan suatu piranti yang dibuat tidak hanya untuk
menggantikan seluruh gigi yang hilang beserta jaringan sekitarnya, akan tetapi juga dapat
memperbaiki fungsi kunyah, estetik, serta fonetik penderita. Pembuatan GTL yang memberi
rasa nyaman, fungsi, dan keselarasan estetika pada pasien secara bersamaan dengan
mendapatkan retensi dan stabilisasi dari GTL merupakan salah satu prosedur yang paling
menantang bagi dokter gigi, khususnya bagi seorang prostodontis. Gigi tiruan lengkap
merupakan suatu perangkat mekanis utama karena berfungsi di dalam rongga mulut dan harus
dibentuk sehingga selaras dengan fungsi normal neuromuskuler (Muchtar, 2019).
Gigi tiruan lengkap (GTL) dapat didefinisikan sebagai protesa gigi lepasan yang
dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang
menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah. Protesa tersebut terdiri
dari gigi-gigi tiruan yang dilekatkan pada basis protesa. Basis protesa memperoleh dukungan
melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut di bawahnya.
LO 3: Mahasiswa Mampu Mengkaji Syarat GTL yang Baik (Retentif, Stabil, Estetis)
Pembuatan gigi tiruan harus memiliki syarat-syarat tertentu yang baik agar nyaman saat
digunakan dan tidak menimbulkan kelainan lain. Syarat gigi tiruan lengkap yang baik antara
lain:
a. Retensi dan stabilisasi gigi tiruan yang baik
Retensi
Retensi adalah daya tahan terhadap gaya yang melepaskan gigi tiruan dari arah vertical
atau dari arah yang berlawanan dengan arah pemasangan, sehingga retensi merupakan
kemampuan GTL untuk mempertahankan posisinya dalam rongga mulut. Semakin luas
permukaan yang berkontak, maka semakin tinggi retensinya. Faktor – faktor yang
mempengaruhi retensi antara lain:
1. Adhesi, yang terjadi antara saliva dengan mukosa dan basis gigi tiruan terjadi akibat
tekanan ion antara c-glikoprotein dan resin akrilik
2. Kohesi, adalah mekanisme ketertarikan fisik antara molekul yang sama. Dikaitkan
dengan hukum aksi reaksi Newton III yaitu aksi sama dengan reaksi
3. Tekanan atmosfer
4. Otot – otot oral dan wajah, retensi didapatkan jika posisi anasir tepat pada netral zone
antara pipi dan lidah. Selain itu karena permukaan gigi tiruan halur dan bentuk yang
tepat.
5. Tegangan permukaan antar fasial, adalah daya tahan 2 permukaan yang merekat dengan
perantaraan selapis tipis cairan (pelikel)
Setelah selesai, cetakan tersebut dicor sebanyak dua kali dengan gips stone
(Blue Dental Plaster, Korea) sehingga diperoleh model studi dan model kerja. Model
studi disimpan untuk dipelajari sedangkan model kerja untuk membuat sendok cetak
individual.
Batas-batas cetakan rahang atas meliputi frenulum labialis dan bukalis,
vestibulum labialis dan bukalis, hamular notch, garis getar palatum, residual ridge,
palatum durum, rugae palatine, tuberositas maksilaris, papila insisivus, fovea palatina,
raphe mid-palatina, dan tepi palatal posterior. Batas gigitiruan atas diperluas ke
posterior sampai mencapai garis getar palatum yang merupakan perbatasan antara
palatum durum dan palatum molle. Garis ini merupakan batas maksimal posterior
gigitiruan atas yang penting bagi retensi gigitiruan rahang atas.
Sedangkan batas-batas cetakan rahang bawah meliputi retromolar pad,
frenulum lingualis, frenulum bukalis, frenulum labialis, lingir alveolar, vestibulum
bukalis dan labialis, sulkus alveolingual, residual ridge, raphe pterygomandibular,
ruang retromylohyoid, dan torus mandibularis. Perluasan pencetakan rahang bawah
diperluas hingga ke retromolar pad. Retromolar pad adalah daerah segitiga pada
mukosa tebal yang berada di distal molar terakhir. Pad ini bertindak sebagai pendukung
yang membantu menahan pergerakan gigitiruan ke distal.
3. Membuat Sendok Cetak Individual
Pada model kerja digambarkan batas antara jaringan bergerak dengan tidak
bergerak lalu batas-batas sendok cetak individual ditentukan ±2 mm lebih pendek dari
batas jaringan bergerak-tidak bergerak agar tersedia ruang yang cukup untuk
memanipulasi bahan pembentuk tepi. Sendok cetak individual ini dibuat dari shellac
baseplate (Hiflex shellac base plate, Prevest Denpro Limited, India) yang dilunakkan
dengan cara dipanaskan di atas lampu spritus, lalu ditekan-tekan di atas model kerja
hingga bentuknya sesuai dengan desain gigitiruan penuh yang telah dibuat sebelumnya.
Kelebihan shellac dipotong dengan menggunakan gunting dan pisau malam saat masih
dalam keadaan lunak sesuai dengan batas yang telah digambar. Selanjutnya dibuat
pegangan dan lubang-lubang pada sendok cetak individual. Lubang-lubang ini untuk
mengalirkan bahan cetak yang berlebih sehingga mengurangi tekanan sewaktu
mencetak.
Tahap selanjutnya adalah melakukan kesejajaran pada bite rim atas. Dimulai
dengan membuat garis nasoauricular atau garis camper dengan cara menarik benang
mulai dari bawah hidung pasien ke bagian atas tragus telinga pasien untuk membantu
menilai kesejajaran. Lalu, masukkan bite rim rahang atas ke dalam mulut dan sejajarkan
bite rim rahang atas dengan garis camper dengan bantuan fox plane guide.
Pada saat melakukan kesejajaran pada bite rim rahang atas, beberapa hal yang
harus diperhatikan seperti penentuan tinggi bite rim rahang atas dan garis servikal yang
berjarak 2 mm dari low lip line bibir atas pada saat pasien tersenyum, penyesuaian
labial fullness, dan penentuan kesejajaran galengan gigit rahang atas anterior dan
posterior terhadap garis camper. Bite rim disesuaikan sehingga bite rim bawah berimpit
rapat dengan rim atas pada saat beroklusi. Kemudian setelah itu dilanjutkan dengan
penentuan dimensi vertikal.
Penentuan dimensi pada kasus dengan pasien edentulus, dimulai dengan
menentukan dimensi vertikal istirahat tanpa menggunakan bite rim atas dan bawah.
Pasien diminta untuk mengucapkan huruf ”M”, dan dalam posisi istirahat dimensi
vertikal diukur. Dimensi vertikal oklusi diperoleh dari dimensi vertikal saat istirahat
dikurangi dengan free way space. Kemudian, bite rim atas dan bawah dimasukkan
kembali ke dalam mulut, lalu pasien diminta menelan dan mengigit dalam oklusi
sentris, kemudian dilakukan pengukuran dimensi vertikal oklusi kembali. Bite rim
bawah dikurangi hingga diperoleh dimensi vertikal oklusi yang telah ditetapkan.
Selama proses pengurangan bite rim bawah ini, bite rim atas dikeluarkan dari mulut
agar basis yang terbuat dari malam tidak berubah bentuk.
Selanjutnya adalah penentuan hubungan rahang. Hubungan rahang
didefinisikan sebagai suatu keadaan hubungan rahang bawah terhadap rahang atas dan
dinyatakan dengan hubungan rahang dalam arah vertikal dan hubungan rahang dalam
arah horizontal. Kedua hubungan rahang ini saling mempengaruhi satu sama lain.
Hubungan rahang dalam arah vertikal disebut juga dengan dimensi vertikal. Dimensi
vertikal sering diartikan sebagai tinggi wajah vertikal yang ditentukan oleh besarnya
ruang antar rahang. Terdapat dua keadaan dimensi vertikal yaitu dimensi vertikal oklusi
dan dimensi vertikal istirahat fisiologis, sehingga dalam mulut terdapat selisih ruang
dari kedua dimensi vertikal tersebut yang dikenal sebagai jarak interoklusal (free way
space) yang dalam keadaan normal berkisar antara 2-4 mm. Sedangkan hubungan
rahang dalam arah horizontal yang sering dikenal dengan relasi sentrik, merupakan
hubungan horizontal maksilomandibular ketika rahang bawah dalam posisi paling
posterior. Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi vertikal
dan relasi sentrik pada pasien edentulus, namun pengukuran sering dilakukan dengan
mengkombinasikan beberapa metode sehingga mendapatkan hasil pengukuran yang
lebih akurat. Ketidaktepatan dalam menentukan hubungan rahang baik dimensi vertikal
maupun relasi sentrik akan menyebabkan berbagai keluhan dari pasien diantaranya
gangguan fungsi pengunyahan, bicara, estetik dan mempertahankan kesehatan jaringan
pendukung gigitiruan penuh serta akan mempengaruhi sendi temporomandibular.
Pada pengukuran dimensi vertikal gigi tiruan penuh, dimensi vertikal istirahat
ditentukan terlebih dahulu kemudian pengukuran dimensi vertikal oklusi. Dimensi
vertikal istirahat fisiologis diartikan sebagai posisi netral dari rahang bawah pada saat
otot-otot membuka dan menutup mulut berada dalam keadaan seimbang. Dimensi
vertikal istirahat fisiologis diukur pada saat rahang bawah dalam keadaan istirahat
fisiologis dengan cara pasien didudukkan dalam keadaan rileks dengan posisi kepala
sedemikian rupa dimana alanasi-tragus sejajar lantai, buat tanda berupa dua titik pada
wajah, satu diatas puncak hidung dan satu lagi pada bagian paling menonjol dari dagu
pasien. Pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan menelan dan rahang bawah
dibiarkan dalam keadaan posisi istrirahat fisiologis, ukur jarak kedua titik tersebut.
Kemudian pasien diinstruksikan untuk mengucapkan huruf “mmm” berdengung dan
secara bersamaan dilakukan pengukuran jarak kedua titik kembali. Apabila hasil pada
kedua pengukuran sama, maka posisi tadi dapat diterima sebagai dimensi vertikal
istirahat. Pengukuran ini harus dilakukan beberapa kali, pasien diajak berbicara dan
rileks diantara kedua pengukuran tersebut. Setelah ukuran dimensi vertikal istirahat
diperoleh, kemudian dikurangi dengan jarak free way space sekitar 2-3 mm sehingga
didapatkan hasil akhir yang merupakan dimensi vertikal oklusal pendahuluan.
Masukkan oklusal rim ke dalam mulut dan pasien diinstruksikan menutup mulut hingga
mencapai kontak minimal antara oklusal rim rahang atas dan oklusal rim rahang bawah.
Oklusal rim disesuaikan hingga mencapai dimensi vertikal oklusal pendahuluan. Untuk
mengetahui ketepatan dari dimensi vertikal, dilakukan dengan tes fonetik. Pasien
diintruksikan untuk mengucapkan kata-kata yang mengandung huruf desis yaitu huruf
“S”, contohnya mengucapkan angka dari “sebelas” sampai “sembilanbelas”. Pada saat
pasien mengucapkan kata-kata ini, harus terdapat celah diantara kedua oklusal rim di
daerah gigi premolar yang besarnya skitar 2-4 mm. Jarak ini disebut ruang bicara
terkecil (closest speaking space).
Apabila dimensi vertikal yang benar telah ditetapkan, selanjutnya dilakukan
penetapan hubungan rahang pada dataran horizontal yaitu relasi sentrik. Pengukuran
relasi sentrik dapat dilakukan dengan metode statis, fungsional dan grafik. Metode statis
lebih sering digunakan karena praktis dan dapat dilakukan berulang-ulang. Penetapan
relasi sentrik dengan metode statis dilakukan dengan cara:
1. Persiapkan groove berbentuk V dengan kedalaman 3-4 mm pada oklusal rim
rahang atas yang ditempatkan secara bilateral di regio molar satu-premolar dua.
Oleskan gel petroleum pada daerah yang bersentuhan dengan lawan wax rim dan
masukkan oklusal rim rahang atas ke dalam mulut pasien.
2. Persiapkan daerah berbentuk kotak dengan kedalaman 2-3 mm pada oklusal rim
rahang bawah yang ditempatkan secara bilateral di regio molar satu-premolar dua.
Isi daerah tersebut dengan bahan beeswax lunak dan masukkan oklusal rim rahang
bawah ke dalam mulut pasien.
3. Pasien didudukkan dengan rileks dan posisi kepala didukung oleh sandaran kepala.
Oklusal rim berada di dalam mulut pasien. Stabilkan oklusal rim rahang atas
dengan ibu jari dan jari telunjuk, kemudian ibu jari dan jari tangan lainnya
ditempatkan pada permukaan labial oklusal rim rahang bawah untuk menstabilkan
basis gigitiruan pada posisi linggir serta memandu rahang bawah pasien ke posisi
relasi sentrik. Pasien diinstruksikan membuka dan menutup mulut pelan-pelan.
Pada saat pasien membuka mulut, rahang bawah didorong ke belakang perlahan-
lahan tanpa paksaan dan berhenti pada saat oklusal rim mencapai dimensi vertikal
yang telah ditentukan sebelumnya. Gerakan ini dicobakan beberapa kali hingga
pasien melakukannya dengan benar dan terbiasa dengan posisi tersebut.
4. Setelah dimensi vertikal dan relasi sentrik diperoleh, lalu oklusal rim difiksasi.
Pasien dan oklusal rim tidak boleh bergerak selama bahan pencatat mengeras.
Apabila bahan pencatat telah mengeras, pasien membuka mulut secara hatihati dan
oklusal rim beserta catatan interoklusalnya dikeluarkan dari mulut sebagai satu
unit. Bahan pencatat yang berlebihan dibuang dan lakukan pengecekan, kedua
oklusal rim tidak boleh berkontak pada daerah distal. Kemudian oklusal rim
dikembalikan pada model kerja dan ditanam pada artikulator.
Gambar 14. Cara menentukan lebar kedua gigi insisivus sentralis rahang atas dan letak
ujung gigi kaninus rahang atas
13. Pasien try-in untuk mengetahui kesesuaian susunan gigi-geligi dan dukungan bagi
posisi dan bentuk bibir.
Try-in gigi anterior dimulai dengan pemeriksaan susunan gigi anterior terlebih
dahulu dengan melihat kesesuaian susunan gigi, bentuk gigi, ukuran gigi dan posisi gigi
pada model dengan keadaan dalam mulut pasien dan oklusi dalam mulut pasien jangan
sampai ada yang terlihat “open”. Kemudian periksa ketepatan garis median, posisi
distal, stabilitas, retensi, serta fonetik dengan meminta pasien mengucapkan huruf “f”
atau “s”.
14. Penyusunan gigi posterior rahang atas dan bawah
15. Try-in dan penyesuaian susunan gigi tiruan rahang atas dan bawah baik bagian
anterior maupun posterior secara keseluruhan.
Hal yang perlu diperhatikan pada saat try-in penyusunan gigi yaitu :
1. Kesesuaian susunan, bentuk, ukuran, dan posisi gigi di dalam mulut pasien.
2. Pemeriksaan oklusi dengan bantuan articulating paper. Hubungan gigi atas dan
bawah harus interdigitasi dengan baik.
3. Pemeriksaan basis gigitiruan rahang bawah terhadap gerakan fungsional lidah,
sayap lingual sebaiknya tidak menghalangi gerakan lidah
4. Pemeriksaan stabilitas, retensi, basis gigitiruan rahang atas.
5. Pemeriksaan estetis dengan melihat garis kaninus.
6. Pemeriksaan fonetik dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan huruf S,
D, O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan.
16. Basis malam gigi tiruan dipacking akrilik
17. Polishing
18. Insersi
Ketika mencoba melakukan insersi gigitiruan kepada pasien, pasien terlihat agak kaku
dalam berbicara. Memang pasien yang memakai gigitiruan penuh untuk pertama
kalinya harus belajar mengakomodasikan prostesis yang ‘tebal’ ini sebagai pengganti
gigi alaminya. Kebanyakan orang dapat mengatasi kesulitan ini dan belajar untuk
menguasai aktivitas otot yang berubah yang dibutuhkan dalam pemakaian gigitiruan.
Pada umumnya semakin tua pasien, periode belajarnya lebih lama dan lebih sulit.
Perhatikan:
a) Retensi
Pemeriksaan retensi dengan cara menggerak-gerakkan pipi dan bibir, prostesis
lepas atau tidak.
b) Oklusi
Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan bantuan lembar articulating paper, titik-titik
kontak prematur atau daerah yang mengalami tekanan lebih besar diasah dengan
menggunakan bur gurinda. Prosedur ini dilakukan untuk mencari dan
menghilangkan semua hambatan oklusal pada gerak lateral dan protrusi.
Pengasahan dilakukan pada permukaan oklusal gigi yang tampak miring atau
memanjang karena pemasakan. Pada oklusi eksentrik tidak dilakukan pengasahan
pada bagian distobukal molar dua bawah. Semua pengasahan di sisi keseimbangan
dilakukan terhadap bagian lingual dari permukaan oklusal molar dua bawah.
c) Stabilitas
Pemeriksaan stabilitas gigitiruan dengan cara menekan gigi molar satu kiri dan
kanan secara bergantian apakah ada sisi yang terungkit atau tidak. Pemeriksaan
gigitiruan di dalam mulut saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi,
penelanan, bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada
gangguan, maka prostesis dapat dipolis.
Selain itu, periksa juga adaptasi basis dan tepi gigi tiruan, posisi distal, dimensi
vertikal, fonetik, estetik, dan keadaan jaringan pendukung gigitiruan juga diperiksa.
Pastikan tidak ada gingiva yang menerima tekanan yang besar. Hal ini akan nampak
jika terlihat gingiva yang berwarna pucat yang diakibatkan oleh tekanan dari
gigitiruan. Perhatikan juga pipi dan bibir pasien jangan ada yang kendur.
19. Pasien diajarkan cara memasang dan melepas gigi tiruannya.
Pasien juga diberikan instruksi penggunaan dan pemeliharaan prostesis, seperti :
- Bersihkan gigi tiruan dengan sikat dan sabun sehabis makan.
- Instruksi perawatan berupa penyikatan gigitiruan tidak disarankan memakai pasta
gigi karena sifat abrasifnya akan mengikis prostesis sehingga akan menjadi lebih
sulit untuk dibersihkan dan menjadi tempat akumulasi plak. Penyikatan lidah dan
mukosa juga dilakukan untuk menghilangkan plak dan melancarkan sirkulasi darah
pada jaringan ini.
- Prostesa direndam dalam air bersih suhu kamar sewaktu dilepas
- Pada malam hari, sebelum tidur, lepaskan gigi tiruan agar jaringan otot-otot di
bawahnya dapat beristirahat. Sikat bersih dan rendam di dalam air
- Sebagai latihan, pertama-tama sebaiknya makan makanan yang lunak atau
makanan yang mudah dimakan. Apabila tidak ada keluhan, maka boleh makan
makanan biasa.
- Biasakan mengunyah makanan pada kedua sisi rahang secara bersamaan.
- Hindari makanan yang keras, makanan dan minum yang lengkat ataupun yang
terlalu panas.
- Apabila ada rasa tidak nyaman atau sakit, gangguan bicara, gigitiruan tidak stabil,
ataupun terjadi kerusakan pada gigitiruan dianjurkan untuk menghubungi operator.