Anda di halaman 1dari 38

Skenario 1

Seorang pasien laki laki usia 58 tahun, pensiunan pegawai swasta, ingin dibuatkan
gigi tiruan baru. Keluhan utama banyak gigi yang hilang sehingga sulit untuk makan. Belum
pernah memakai gigi tiruan. Kesehatan umum baik. Pemeriksaan intra oral gigi 11, 12, 13,
15,23,24,31, 32, 41, 42 resesi gingiva, goyang o3, kalkulus di daerah lingual. Gigi 43 tinggal
sisa akar, gigi 35 karies profunda preforasi, gigi yang lain hilang. Gigi hilang karena karies.
Dokter gigi melakukan rencana perawatan: ekstraksi semua gigi dengan pertimbangan
estetik, membuat GTL RA dan RB bahan basis akrilik dengan, anasir akrilik. Setelah
melakukan anamnesis, dokter gigi melakukan cetak anatomis, juga cetak fungsional dan
melakukan penetapan gigit. Setelah GTL diinsersikan, menghasilkan GTL yang retentif,
stabil. Dokter gigi menginstruksikan untuk kontrol di hari berikutnya, GTL baru bisa untuk
berbicara dan untuk makan.

1
STEP 1 : Clarifying UnfamiliarTerms

1. Resesi gingiva :
- Keadaan terbukanya akar oleh karena bergesernya gingiva ke arah apikal.
- Resesi gingiva dapat dilihat dari batas Cemento Enamel Junction (CEJ)
sampai ke puncak margin gingiva.

2. Goyang o3 :
- Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang
ditandai dengan hilangnya perlekatan serta kerusakan tulang vertikal.
- Penyebab dari kegoyangan gigi meliputi:
 Kerusakan tulang pendukung gigi.
 Trauma oklusi.
 Proses patologik di rahang atau rongga mulut.
 Perluasan peradangan di gingiva ke periodontal.
- Macam kegoyangan gigi :
1. Goyang derajat 1 : kegoyangan sedikit lebih dari normal atau
fisiologis.
2. Goyang derajat 2 : kegoyangan sekitar 1 mm.
3. Goyang derajat 3 : kegoyangan lebih dari 1 mm.

3. GTL RA dan RB bahan basis akrilik :


- Gigi tiruan adalah suatu alat tiruan yang digunakan untuk menggantikan
sebagian atau seluruh gigi asli yang sudah hilang serta mengembalikan
perubahan-perubahan struktur jaringan yang terjadi akibat kehilangan gigi.
- Gigi tiruan lengkap (GTL) RA dan RB adalah gigi tiruan yang dibuat untuk
menggantikan semua gigi asli baik rahang atas maupun rahang bawah beserta
bagian jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang telah hilang semua
gigi geliginya, maka dapat menghambat fungsi pengunyahan, fungsi fonetik,
fungsi estetik dan dapat mempengaruhi keadaan psikis.
- Bahan basis akrilik adalah bahan yang digunakan pada pembuatan basis gigi
tiruan dengan bahan dasar yaitu resin akrilik poli metil metakrilat. Bahan basis
gigi tiruan resin akrilik yang sering digunakan yaitu jenis heat cured yang

2
mempunyai kelebihan; estetik yang baik, karena basis dapat didesain sesuai
warna normal gingiva, lebih ringan, dan nyaman digunakan. Namun, bahan
tersebut juga mempunyai kekurangan yaitu menyerap cairan dan mempunyai
sifat porus yang merupakan tempat ideal untuk pengendapan sisa makanan
sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak.

4. Anasir akrilik :
- Anasir akrilik adalah bagian dari gigi tiruan yang berfungsi menggantikan gigi
asli yang telah hilang dimana bahan yang digunakan yaitu berupa akrilik.
- Keuntungan penggunaan anasir akrilik yaitu resorbsi tulang alveolar yang
rendah karena daya kunyah yang diterima gigi tiruan dapat diredam.

3
STEP 2 : Problem Identification

1. Bagaimana proses ekstraksi yang dilakukan oleh dokter gigi pada skenario?
2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pembuatan GTL?
3. Apa saja syarat GTL yang baik?
4. Bagaimana prosedur dalam pembuatan GTL dan pemasangan pada RA dan RB?
5. Bagaimana cara untuk mendapatkan GTL yang retentif dan stabil?
6. Apa saja pertimbangana dokter gigi menggunakan bahan GTL resin akrilik dan anasir
akrilik?
7. Mengapa pasien di instruksikan untuk kontrol dan kapan waktunya?

4
STEP 3 : Brainstorming

1. Bagaimana proses ekstraksi yang dilakukan oleh dokter gigi pada skenario?
Proses ekstraksi dilakukan secara langsung dan semuanya karena giginya
sudah tidak dapat dipertahankan dalam rongga mulut pasien. Penggunaan GTL pasca
ekstraksi dapat dilakukan 30 hari setelah dilakukan ekstraksi pada gigi pasien. Karena
pada 10 hari pasca ekstraksi baru terjadi blood cloot dan 2 minggu pasca ekstraksi
terjadi penyembuhan tulang. Sebelum dilakukan pemasangan dengan GTL yang
nantinya akan digunakan, pasien dilakukan pemasangan immediate denture hal ini
dikarenakan pasien biasanya tidak mau melalui fase ompong. Sehingga immediate
denture ini merupakan sebuah gigi tiruan yang diberikan dengan segera pada rongga
mulut pasien dan diindikasikan untuk pasien yang tidak mau melewati fase ompong.

2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pembuatan GTL?


a. Indikasi :
- Seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
- Ada beberapa gigi yang harus dicabut karena ada kerusakan gigi yang
tidak dapat diipertahankan.
- Keadaan umum dan keadaan rongga mulut yang baik.
- Pasien jika dibuatkan gigi tiruan sebagian (GTS), gigi yang masih ada
akan menganggu keberhasilannya.
- Pasien yang setuju akan waktu, biaya, dan mengerti prognosis yang
akan didapatkan.
b. Kontraindikasi :
- Pasien belum siap mental dan fisik.
- Pasien alergi terhadap bahan.
- Pasien tidak tertarik menganti gigi yang hilang.

3. Apa saja syarat GTL yang baik?


1. Material tidak berbau, tidak berasa, halus bersih, dan ukurannya sesuai.
2. Harus dapat mengembalikan fungsi pengunyahan, fonetik, dan estetik pasien.
3. Tidak menimbulkan gangguan selama penggunyahan.
4. Tidak berpengaruh terhadap cairan ludah.
5. Estetis.

5
6. Memiliki retensi (daya lepas saat diam) dan stabilisasi (daya lepas saat
bergerak) yang baik.

4. Bagaimana prosedur dalam pembuatan GTL dan pemasangan pada RA dan


RB?
1. Tahapan Klinis (Tahapan Subyektif dan Obyektif) :
- Pasien dilakukan anamnesa dan dilihat anatomical landmark hal ini
berfungsi untuk retensi dan stabilisasi GTL meliputi;
 Proc. Alveolaris melebihi ½ kaca mulut sehingga baik untuk
retensi.
 Retromolar dilihat dalam atau dangkal.
 Frenulum baik bukal labial lingual
 Retromandibula.
2. Tahapan Laboratoris :
- Menghitung dimensi vertikal dan oklusi sentris pasien.
- Melakukan pencetakan pada rahang :
 Cetak anatomis : disebut model studi atau diagnostik
berfungsi untuk penunjang diagnosa untuk pembuatan GTL
dengan menggunakan sendok cetak universal atau biasa.
 Cetakan fungsional : disebut model kerja berfungsi untuk
mendesain GTL (sendok cetak individual).
 Pasien diintruksikan untuk mengucapkan AH dan OH agar
vibrating line tercetak dan sesuai dengan keadaan anatomis.
- Pembuatan balok malam.
- Pembuatan galangan gigit.

5. Bagaimana cara untuk mendapatkan GTL yang retentif dan stabil?


Terdapat 4 faktor penting untuk mendapatkan GTL yang baik:
1. Retentif : Dilihat periperal seal.
2. Adesi : Tegangan permukaan GTL.
3. Otot-otot dalam rongga mulut
4. Oklusi pasien : Diperlukan dari pemeriksaan dimensi vertikal dan oklusi
sentris.

6
Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi GTL :
1. Retensi :
- Peripheral Seal
Didapatkan dari peripheral seal yang baik agar tekanan atmosfer
terjaga. Posisi terbaik peripherial seal adalah di sekeliling tepi gigi
tiruan yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas, pada permukaan
bukal gigi tiruan bawah. Peripherial seal bersambung dengan postdam
pada rahang atas menjadi sirkular seal. Sirkular seal ini berfungsi
membendung agar udara dari luar tidak dapat masuk ke dalam basis
gigi tiruan (fitting surface) dan mukosa sehingga tekanan atmosfer di
dalamnya tetap terjaga. Apabila pada sirkular seal terdapat kebocoran
(seal tidak utuh/terputus) maka protesa akan mudah lepas. Hal inilah
yang harus dihindari dan menjadi penyebab utama terjadinya
kegagalan dalam pembuatan protesa gigi tiruan lengkap. Postdam,
diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari palatum molle dekat
fovea palatina.
- Adaptasi
Adaptasi yang baik anatara basis gigi tiruan dan mukosa mulut.
- Perluasan Basis Gigi Tiruan pada Mukosa (Fitting Surface)
Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang
ditutupi oleh basis gigi tiruan.
- Residual Ridge
Residual ridge sangat diperhatikan karena disini tidak ada lagi gigi
yang dapat dipakai sebagai pegangan terutama pada rahang atas.
- Faktor Kompresibilitas Jaringan Lunak dan Tulang di bawahnya
Hal ini digunakan untuk menghindari rasa sakit dan terlepasnya gigi
tiruan saat berfungsi
- Gaya-Gaya dalam Cairan
Kondisi rongga mulut pasien karena saliva juga akan menyebabkan
GTL retentif. Saliva berhubungan dengan volume saliva dimana
apabila volume meningkat maka viskositas juga akan meningkat. Pada
pasien xerostomia harus dibuatkan reservoir jika akan dibuatkan GTL
sehingga sifat retentif tetap dapat dicapai.

7
- Tekanan Atmosfer
Tekanan atmosfer ini menahan gaya-gaya yang akan melepaskan gigi
tiruan asalkan ada pheriperal seal yang baik. Hubungan antara
pheriperal seal dengan gaya-gaya di dalam lapisan saliva serta GTL
bisa diibaratkan dengan dua buah bak yang diisi air dengan balok yang
mempunyai berat sama dalam dua bak tersebut, akan tetapi bentuk
baloknya berbeda. Balok pertama mempunyai ukuran yang sangat pas
dengan bak, sedangkan balok yang kedua lebih kecil. Maka apabila
balok pertama diambil, maka terasa akan sangat susah sekali. Berbeda
dengan balok kedua yang apabila diambil maka kita bisa lebih mudah
mengambilnya. Bak dengan balok yang pertama ini diibaratkan dengan
GTL yang mempunyai periperal seal yang baik, sehingga tekanan
yang ada pada GTL dengan saliva tinggi sehingga GTL lebih retentif,
sedangkan bak dengan balok kedua ini seperti GTL dengan periperal
seal yang kurang baik atau bahkan tidak mempunyai periperal seal.
Tidak ada gaya-gaya yang menahan GTL agar retentif, sehingga GTL
lebih mudah lepas.
b. Stabilisasi
Stabilisasi dapat ditegakan harus membutuhkan suatu alat yaitu artikulator
sehingga GTL akan diketahui kestabilannya dan nantinya akan diaplikasikan
pada pasien.

6. Apa saja pertimbangana dokter gigi menggunakan bahan GTL resin akrilik dan
anasir akrilik?
Bahan basis gigi tiruan dengan akrilik :
1. Resin akrilik merupakan penghambat panas yang baik.
2. Mudah dibentuk.
3. Harganya relatif murah.
4. Warna sesuai dengan jaringan dirongga mulut atau ginggiva.
5. Jika patah dapat dipreparasi kembali atau dapat dilakukan relining dan
rebasing.
6. Mudah dibersihkan.
7. Tidak mudah larut dalam air atau saliva dan penyerapan rendah.

8
Anasir akrilik :
- Memiliki perlekatan kimia dengan basis gigi tiruan sehingga dapat digunakan
pada beban kunyah yang tidak terlalu besar.
- Dapat meredam daya kunyah sehingga resobsi tulang alveolar lebih kecil.
- Harga relatif lebih murah.

7. Mengapa pasien di instruksikan untuk kontrol dan kapan waktunya?


- Instruksikan pasien untuk bicara keras keras 20 menit sekali sehari, 2 sampai 3
kali sehari digunakan untuk proses adaptasi GTL yang digunakan hal ini
bertujuan untuk pengembalian fungsi fonetik.
- Instruksi untuk membersihkan gigi tiruan sebelum tidur.
- Kontrol 1-2 hari setelah pemasangan, 1 minggu, 3 minggu, dan 3 bulan setelah
pemasangan. Hal ini digunakan untuk melihat apakah sudah sesuai dengan
fungsi kunyahnya, estetisnya, dan ada tidaknya iritasi dari pasien.

9
STEP 4 : Mapping

Pencabutan Seluruh Gigi

Edentulouse Ridge

Rencana Perawatan GTL

Faktor Faktor
Prosedur Pembuatan GTL Stabilisasi
Retensi

Instruksi dan Kontrol

Keberhasilan Perawatan

10
STEP 5 : Learning Objective

1. Mahasiswa mampu memahami menjelaskan konsep teoritis tentang pengertian,


tujuan, dan manfaat GTL.
2. Mahasiswa mampu memahami menjelaskan konsep teoritis tentang syarat GTL.
3. Mahasiswa mampu memahami menjelaskan konsep teoritis tentang indikasi dan
kontraindikasi GTL.
4. Mahasiswa mampu memahami menjelaskan konsep teoritis tentang prosedur
pembuatan dan pemasangan GTL.
5. Mahasiswa mampu memahami menjelaskan konsep teoritis tentang kontrol dan
evaluasi pasca pembuatan GTL.

STEP 6 : Self Study

11
STEP 7 : Generalisation

1. Mahasiswa mampu memahami menjelaskan konsep teoritis tentang pengertian,


tujuan, dan manfaat GTL.
1. Pengertian Gigi Tiruan Lengkap (GTL)
Gigi tiruan lengkap (GTL) / Full denture adalah gigi tiruan yang
mengantikan kehilangan seluruh gigi pada rahang atas dan rahang bawah
(edentulous) serta jaringan pendukung/mukosa serta memperbaiki system
stomatognatik. Gigi tiruan penuh merupakan gigi tiruan lepasan yang
menggantikan semua gigi asli dan struktur pendukungnya yang telah
hilang pada rahang atas (upper full denture) dan rahang bawah (lowerfull
denture) (Basker, 1996).
2. Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap (GTL)
 Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki
atau mengembalikanfungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis.
 Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh
keadaan edentulous (Basker, 1996).
3. Manfaat Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap (GTL)
Bagi seseorang yang telah kehilangan gigi geligi, maka prosessus
alveolaris akan mengalami penyusutan yang disebut residual ridge.
Penyusutan alveolaris biasanya berjalan 2-3 minggu, tetapi ada yang sampai
berbulan-bulan. Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan ( atropi
processus ). Alveolaris (residual ridge), mencegah berkurangnya vertikal
dimensi yang disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga
dan hilangnya oklusi sentrik. Selama berfungsi rahang bawah (RB) berusaha
berkontak dengan rahang atas (RA) sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi
RA dan RB akan menyebabkan hilangnya oklusi sentrik. Mandibula menjadi
protusif dan hal ini menyebabkan malposisi pada temporo-mandibula
joint. Sehingga dengan adanya gigi tiruang lengkap akan bermanfaat untuk
mencegah terjadinya pengurangan dimensi vertikal dan mencegah terjadinya
malposisi TMJ (Zarb, 2002).

12
2. Mahasiswa mampu memahami menjelaskan konsep teoritis tentang syarat GTL.
A. Menurut Bakser (1996) syarat GTL yang baik :
1. Material tidak berbau, berasa, halus, bersih, dan tidak mengiritasi,
ukuran dan bentuk harus sesuai, serta mempunyai retensi dan
stabilisasi waktu dipakai dan berfungsi sehingga enak dipakai.
2. Dapat berfungsi untuk mengunyah makanan, mengucapkan kata
dengan jelas, gerakan seperti tertawa, menguap, batuk, minum dan
lain-lain.
3. Estetis dalam ukuran, bentuk, warna gigi dan gusi.
4. Tidak menimbulkan gangguan atau kelainan dan rasa sakit.
5. Cukup kuat terhadap tekanan pengunyahan dan pengaruh zat dalam
makanan, minuman, cairan ludah dan obat (Basker, 1996).
B. Syarat GTL yang lain :
1. Memiliki retensi dan stabilisasi yang baik (Pridana, 2016).
2. Memberikan rasa nyaman saat digunakan pasien (Falatehan, 2018).
3. Dapat memperbaiki fungsi mastikasi, estetik, dan fonetik (Falatehan,
2018).
a. Fungsi mastikasi
Berdasarkan skenario, kondisi gigi geligi pasien tidak baik
yaitu 11, 12, 13, 15, 23, 24, 31, 32, 41, 42 resesi gingiva,
goyang o3, kalkulus di daerah lingual, gigi 43 tinggal sisa akar,
gigi 35 karies profunda preforasi, gigi yang lain hilang. Hal
tersebut menimbulkan tekanan kunyah yang dibebankan pada
jaringan pendukung tidak merata, sehingga pasien kesulitan
untuk mengunyah makanan. Apabila dibuatkan gigi tiruan yang
sesuai, maka pasien akan merasakan perbaikan. Perbaikan ini
terjadi karena sekarang tekanan kunyah dapat disalurkan secara
lebih merata ke seluruh bagian jaringan pendukung. Dengan
demikian gigi tiruan ini berhasil mempertahankan atau
meningkatkan efisiensi kunyah (Adnan, 2016).
b. Fungsi estetik
Perubahan bentuk, susunan, warna, serta hilangnya maupun
berjejalnya gigi-geligi sangat mengganggu penampilan wajah
pasien. Apabila dibuatkan gigi tiruan yang sesuai, maka pasien

13
akan lebih percaya diri dengan penampilan wajahnya. Hal
tersebut dikarenakan gigi tiruan yang digunakan menyerupai
gigi dan jaringan pendukung yang asli (Adnan, 2016).
c. Fungsi fonetik
Organ untuk berbicara dapat dibagi kedalam dua bagian.
Pertama, bagian yang bersifat statis yaitu gigi geligi, palatum
dan tulang alveolar. Kedua, yang bersifat dinamis yaitu lidah,
bibir, pita suara dan mandibula. Organ pengucapan yang tidak
lengkap dan kurang sempurna dapat mempengaruhi suara
pasien, misalnya berdasarkan skenario pasien banyak
kehilangan gigi oleh karena karies. Kesulitan saat berbicara
dapat timbul meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini
gigi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan
berbicara seperti mampu mengucapkan kembali kata-kata dan
berbicara dengan jelas terutama bagi lawan bicaranya (Adnan,
2016).

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi GTL :


Menurut Zarb dan Bolender (2004), faktor yang mempengaruhi retensi
gigi tiruan lengkap dikelompokan menjadi dua yaitu faktor fisik dan faktor
muskular. Faktor fisik yang berperan dalam retensi gigi tiruan adalah : 1)
perluasan maksimal dari basis gigi tiruan; 2) kontak seluas mungkin dari
membran mukosa dan basis gigi tiruan; 3) kontak yang rapat antara basis gigi
tiruan dan daerah pendukungnya. Faktor muskular dapat digunakan untuk
meningkatkan retensi dan kestabilan gigi tiruan, otot-otot buccinator,
orbikularis oris, serta otototot lidah merupakan kunci dalam aktivitas retensi,
sehingga perlu latihan khusus bagi otot-otot mulut untuk meningkatkan retensi
gigi tiruan di dalam rongga mulut.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi retensi dan stabilisasi GTL :
1. Memiliki retensi yang baik
Retensi adalah kemampuan gigi tiruan menahan gaya yang
melepaskan dari arah vertikal atau dari arah yang berlawanan dari arah
pasang (Pridana, 2016). Sehingga retensi ini berfungsi untuk
mempertahankan posisinya agar tetap melekat pada jaringan

14
pendukungnya. Retensi yang baik didapat dari hasil pencetakan
mukosa yang akurat agar kontak antara mukosa dan gigi tiruan
maksimal (Kusmawati dkk, 2013). Dalam retensi gigi tiruan lengkap,
memiliki faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu:
a. Adhesi
Mekanisme ketertarikan fisik antara molekul yang berbeda.
Adhesi yang terjadi antara saliva dengan mukosa dan basis gigi
tiruan terjadi akibat tekanan ion antara c glikoprotein saliva dan
permukaan epitel atau resin akrilik (Pridana, 2016).
b. Kohesi
Mekanisme ketertarikan fisik antara molekul yang sama.
Kekuatan retensi ini dihasilkan dari lapisan cairan saliva yang
terdapat diantara basis gigi tiruan dan mukosa yang bekerja
mempertahankan integritas permukaan cairan (Pridana, 2016).
c. Tekanan atmosfer
Ketika suatu gaya tegak lurus terjadi searah dari daerah
dukungan gigi tiruan, maka tekanan antara gigi tiruan dan
mukosa menurun dibandingkan dengan keadaan sekitarnya, hal
inilah yang menahan gaya yang dapat melepaskan gigi tiruan
(Pridana, 2016).
d. Muskular oral dan fasial
Kekuatan retensi tambahan yang didapatkan jika (1) posisi
anasir yang tepat pada neutral zone antara otot pipi dan lidah,
(2) permukaan gigi tiruan yang halus dengan bentuk yang tepat.
Apabila kedua hal diatas tercapai maka otot-otot secara
otomatis dapat menahan gigi tiruan (Pridana, 2016).
e. Tegangan permukaan antar fasial
Daya tahan dua permukaan yang merekat dengan perantaraan
selapis tipis cairan terhadap gaya yang memisahkannya. Semua
bahan basis mempunyai tegangan permukaan yang lebih besar
jika dibandingkan dengan mukosa rongga mulut, tetapi setelah
dilapisi oleh pelikel saliva maka tegangan permukaan semakin
menurun yang dapat memaksimalkan luas permukaan antara
saliva dan basis gigi tiruan (Pridana, 2016).

15
Gambar Tegangan Permukaan yang Terjadi pada Gigi Tiruan
Lengkap
f. Undercut
Rotasi arah pasang dan kesejajaran dinding merupakan faktor
retensi karena kelenturan mukosa dan submukosa pada
permukaan daerah pendukung gigi tiruan memungkinkan
adanya sedikit undercut yang dapat menambah retensi gigi
tiruan.Pada undercut yang diduduk terlebih dahulu pada saat
arah pasang, biasanya pada arah berlawanan dari arah vertikal
dibutuhkan rotasi pada saat pemasangan maka gigi tiruan akan
memiliki ketahanan terhadap gaya vertikal yang melepaskan
(Pridana, 2016).
2. Memiliki stabilisasi yang baik
Stabilisasi adalah daya tahan terhadap gerakan horizontal dan
tekanan yang menyebabkan perubahan hubungan antara basis gigi
dengan tiruan dan daerah pendukung dalam arah horizontal atau rotasi
(Pridana, 2016).

3. Mahasiswa mampu memahami menjelaskan konsep teoritis tentang indikasi dan


kontraindikasi GTL.
1. Indikasi GTL :
- Edountulus pada seluruh region rahang.
- Gigi asli yang tersisa tidak layak untuk dipertahankan.
- Kondisi umum pasien sehat.
- Mempunyai retensi yang cukup dari jaringan pendukungnya.
- Tulang alveolar masih cukup untuk mendukung gigi tiruan lengkap.

16
- Adanya persetujuan antara pasien dan dokter akan biaya, waktu
perawatan, dan prognosa yang diperoleh (Basker, 2002).
2. Kontraindikasi GTL :
- Tidak ada perawatan alternatif.
- Pasien belum siap secara fisik dan mental.
- Pasien alergi terhadap material gigi tiruan penuh.
- Pasien tidak tertarik mengganti gigi yang hilang.
- Pasien tidak kooperatif.
- Pasien handicap (berkebutuhan khusus).
- Infeksi soket setelah pencabutan.
- Lansia karena pertimbangan sifat dan kondisi pasien.
- OH jelek (Bakar, 2012).

4. Mahasiswa mampu memahami menjelaskan konsep teoritis tentang prosedur


pembuatan dan pemasangan GTL.
Sebelum melakukan pembuata GTL tenaga medis wajib melakukan
pemeriksaan status umum (riwayat kesehatan pasien). Riwayat penyakit umum yang
pernah diderita sebaiknya ditanyakan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
terpilih. Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang berada dalam perawatan dokter
umum/lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang diminum. Hal ini perlu
dikatahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang
terlibat dalam perawatan dental. Hubungan dengan penyakit sistemik :
1. Diabetes Mellitus
Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh
darah menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut,
seperti jaringan mukosa yang meradang, cepat berkembangnya penyakit
periodontal yang sudah ada dengan hilangnya tulang alveolar secara menyolok
dan mudah terjadinya abses periapikal. Infeksi monilial, berkurangnya saliva,
bertambahnya pembentukan kalkulus, merupakan hal yang khas dari penyakit
diabetes yang tidak terkontrol. Manifestasi klinis ini terjadi bersama-sama
dengan gejala-gejala yang sering ditemukan seperti poliuria, haus,
mengeringnya kulit, gatal-gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya
berat badan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengontrol diabetesnya
dan menyehatkan kembali jaringan mulut. Dalam lingkungan mulut yang

17
sudah sehat kembali, pembuatan protesa dapat dilakukan dengan saran-saran
tambahan sebagai berikut. Pertama, hindari tindakan pembedahan yang besar
selama hal itu mungkin dilakukan. Gunakan bahan cetak yang bisa mengalir
bebas dan buat desain rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah
dibersihkan, serta distribusikan beban fungsional pada semua bagian yang
dapat memberikan dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang harmonis. Bila
dibutuhkan, rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas
karbohidrat. Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan
kesehatan mulut. Akhirnya, tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam
bulan sekali (bahkan kalau oerlu lebih sering dari itu) untuk mempertahankan
kesehatan mulut (Gunadi, dkk., 2012).
2. Penyakit Kardiovaskular
Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari pemakaian
anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin; oleh karena
bahan ini dapat mempengaruhi tekanan darah (Gunadi, dkk., 2012).
3. Tuberkulosis dan Lues
Terjadinya gangguan metabolism pada penderita Tuberkulosis dan Lues,
menyebabkan resorpsi berlebihan pada tulang alveolar. Dalam merawat
penderita-penderita ini, perlindungan terhadap dokter gigi serta penderita lain
merupakan pertimbangan yang sangat penting; umpamanya jangan
memasukkan jari telanjang ke dalam mulut seorang penderita Lues. Lakukan
pemeriksaan dengan menggunakan Longue Blader; sedangkan penggunaan
sarung tangan karet sangat dianjurkan. Cucilah tangan dengan sabun dan air
panas, segera sesudah kita merawat penderita tersebut. Dalam hal ini,
menyikat tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan abrasi kecil. Sebagai
tambahan, baik sekali untuk mencuci wajah secara hati-hati, karena mungkin
saja setetes darah/ saliva memercik mengenai muka atau sepotong kecil
kalkulus terpental mengnai wajah dapat menyebabkan erosi kulit sehingga
menyebabkan terjadinya infeksi. Penderita Lues aktif dan tidak dirawat
sebaiknya hanya menerima perawatan darurat saja, sedangkan semua
pekerjaan lainnya harus ditunda sampai penyakitnya sembuh (Gunadi, dkk.,
2012).
4. Anemia
Penderita anemia biasanya menunjukkan resorpsi tulang alveolar yang cepat.

18
Untuk kasus ini sebaiknya gunakanlah elemen gigi tiruan yang tidak ada tonjol
(cusp) (Gunadi, dkk., 2012).
5. Depresi Mental
Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang
mempunyai efek samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan
mengakibatkan berkurangnya retensi geligi tiruan. Maka perawatan dalam
bidang prostodontik sebaiknya ditunda dahulu sampai perawatan terhadap
depresi mentalnya dapat diatasi. Seorang penderita yang frustasi biasanya
menempatkan faktor estetik tidak secara realistic. Ia mungkin datang dengan
sebuah foto yang dibuat pada waktu ia masih muda/ remaja serta
mengharapkan penampilan yang sesuai dengan foto tadi diterapkan pada
protesa yang akan dibuat (Gunadi, dkk., 2012)
6. Alkoholisme
Sebagai pemakai geligi tiruan sebagian lepasan, pecandu alcohol biasanya
mengecewakan. Tanda-tanda penderita semacam ini antara lain napasnya
berbau alcohol, tremor, mata dan kulit pada bagian tengah wajah memerah,
gugup, dan kurus. Dalam upaya menutupi rasa rendah dirinya, penderita
alkoholik menuntut pemenuhan faktor estetik yang tinggi untuk protesa yang
akan dibuat. Keyakinan dirinya serta kerja sama dengan penderita ini dapat
dikembangkan, bila hal tadi dapat kita penuhi. Sebaliknya, bila hal ini gagal,
bisa membawa akibat yang buruk. Perawatan gigi untuk penderita alkoholik
pada umumnya dihindari sampai kebutuhan ini sudah begitu mendesak,
supaya pembuatan protesa dapat berhasil untuk jangka waktu cukup panjang.
Di samping semua problem di atas, seorang penderita alkoholik cenderung
mengalami kecelakaan. Patah atau hilangnya geligi tiruan karena jatuh atau
kecelakaan kendaraan adalah suatu hal yang biasa terjadi (Gunadi, dkk.,
2012).

Tahapan dalam pembuatan GTL dapat dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Tahap Klinis :
Tahap awal setelah pasien dianamnesa dan diindikasikan adalah
pencetakan (impression), yaitu suatu bentuk negatif dari jaringan mulut yang
akan dipakai sebagai basal seal prothesa. Soelarko dan Herman (1980),
membagi dua macam cetakan, yaitu:

19
1. Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi)
Cetakan anatomis yaitu pencetakan tidak menghiraukan tertekan atau
tidaknya mukosa. Cetakan dilakukan dengan sendok cetak biasa (stock
tray), bahan yang dipakai adalah compound, alginat.
2. Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi)
Cetakan fisiologis yaitu dalam pencetakan ini memperhatikan jaringan
bergerak dan tidak bergerak juga memperhatikan tertekannya mukosa.
Digunakan sendok cetak individual yang dibuat dari bahan shellac atau
self curing acrilic resin. Hasil cetakannya digunakan sebagai model
kerja. Kedua jenis cetakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil
cetakan seakurat mungkin, dikenal sebagai double impression
(Soelarko dan Herman, 1980).
2. Tahap Laboratoris :
Pembuatan gigi tiruan di dalam mulut perlu memperhatikan keadaan
jaringan disekitarnya, yaitu jaringan yang bergerak dan tidak bergerak.
Jaringan yang tidak bergerak dijadikan sebagai landasan gigi tiruan penuh,
dengan membuat batas antara jaringan mulut bergerak dan jaringan mulut
tidak bergerak yang serapi-rapinya dan seakurat mungkin akan mempengaruhi
hasil dan suksesnya pembuatan gigi tiruan lengkap. Selain itu pembuatan GTL
perlu memperhatikan pendukung utama, yaitu residual ridge karena tidak
adanya gigi asli yang dapat digunakan sebagai pegangan. Agar tercapai hasil
yang baik juga diperlukan artikulator sebagai alat yang berguna untuk
mendapatkan bentuk tiruan rahang manusia yang menirukan gerakan rahang
pada saat artikulasi (Soelarko dan Herman, 1980).
a. Pembuatan Lempeng Gigit dan Bite Rim (Galengan Gigit)
Dengan basis dan galangan gigit pada rahang atas dan rahang bawah:
1. Tentukan DV istirahat
2. Dapatkan VD oklusal
3. Tentukan relasi sentris
4. Fixasi galangan gigit rahang atas dan bawah
Sebelum menentukan VD, perlu diperhatikan terlebih dahulu
kedudukan basis dan galangan gigit di dalam mulut. Untuk rahang
atas, basis menutupi semua mukosa palatum durum sampai batas
fibrating line di bagian posterior. Untuk bagian bukal, sampai batas

20
mukosa gerak dan tidak bergerak. Untuk rahang bawah, basis sampai
menutupi ruang molar pad dan sampai batas mukosagerak dan tidak
bergerak dibagian bukal dan lingual (Soelarko dan Herman, 1980).
b. Pemasangan Model dalam Artikulator
Sebelum memasang model kerja dengan ranggul gigitan, harus
dipersiapkan jenis artikulator yang akan dipakai dan lakukan persiapan
model yang meliputi: penyesuaian ketinggian model atas dan bawah
dengan ruang antara bagian atas dan bawah articulator (Soelarko dan
Herman, 1980).
c. Memilih Gigi dan Penyusunan Gigi
Anasir gigi tiruan merupakan bagian dari GTL yang berfungsi
mengantikan gigi asli yang hilang. Pemilihan dan penyusunan anasir
gigi tiruan harus dapat memperbaiki penampilan selain untuk
memperbaiki fungsi lainnya dari gigi tiruan. Dalam pemilihan dan
penyusunan anasir gigi tiruan anterior maupun posterior ada
faktorfaktor yang harus diperhatikan yaitu mengenai ukuran, bentuk,
warna, bahan, jenis kelamin, umur serta inklinasi dari anasir gigi tiruan
dapat memenuhi fungsinya. Pada kasus pasien ompong, pemilihan gigi
berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin dan umur pasien untuk
menentukan warnanya dan tingkat keausaannya. Sedangkan ukuran
gigi disesuaikan dengan garis orientasi pada tanggul gigitan.
Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan
gigianterior atas, gigi anterior bawah, gigi posterior atas, gigi M1
bawah dangigi posterior bawah lainnya (Soelarko dan Herman, 1980).
d. Wax Counturing
Modelir malam ( wax contouring/waxing ) dari gigi tiruan ialah
membentuk dasar dari geligi tiruan malam sedemikian rupa sehingga
harmonis dengan otot-otot orofasial penderita dan semirip mungkin
dengan anatomis gusi dan jaringan lunak mulut. Sehingga kontur geligi
tiruan malam yang sama dengan kontur jaringan lunak dalam mulut
akan menghasilkan geligi tiruan yang stabil, menjaga denture pada
tempatnya secara tetap dan selaras dengan otot-otot orofasial penderita
(Soelarko dan Herman, 1980).

21
e. Proses Penanaman Model dan Trial Denture
Proses penanaman model dan trial denture malam dalam suatu
flask/cuvet untuk membuat sectional mold (Soelarko dan Herman,
1980).
f. Packing
Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik
(Soelarko dan Herman, 1980).
g. Proses Pengambilan Hasil Pekerjaan
Kita harus berhati-hati dalam melakukannya karena akan berakibat
fatal jika gagal dan dapat mengakibatkan kerusakan pekerjaan yang
telah kita lakukan (Soelarko dan Herman, 1980).
h. Pengasahan
Pengasahan selektif ialah memodifikasi permukaan oklusal gigigigi
dengan mengasahnya pada tempat-tempat selektif/ terpilih sesuai
dengan peraturan yang berlaku (Soelarko dan Herman, 1980).
i. Finishing dan Pemolesan
Semua kecuali daerah basal (yang menempel dengan palatum untuk
maxilla) harusnya halus yang mana tidak ada daerah kasaran ataupun
tonjolan. Pemolesan geligi tiruan terdiri dari menghaluskan dan
mengkilapkan geligi tiruan tanpa mengubah konturnya (Soelarko dan
Herman, 1980).

Menurut Fadriyanti (2010) Prosedur Pembuatan GTL Meliputi 8 Kali


Kunjungan yaitu :
1. Kunjungan Pertama
a. Anamnesa dan Pemeriksaan Obyektif.
b. Membuat Cetakan Studi Model.
- Sendok cetak : Stock tray.
- Bahan cetak : Elastic impression (alginat).
- Metode mencetak : Mucostatic.
- Membuat studi model (Fadriyanti, 2010).
2. Kunjungan Kedua
a. Membuat dan Mencoba Sendok Individual.
- Stabilisasi : dengan menghindari muscular attachment.

22
- Relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang
bawah.
- Cara membuat :
Dari study model dibuat sendok cetak individual dari bahan
sellac base plate, dengan batas 2 mm lebih pendek dari batas
GTL, agar tersedia ruang yang cukup untuk memanipulasi
bahan pembentuk tepi (border material). Sellac dilunakkan
dengan cara memanaskan di atas lampu spiritus lalu ditekan
diatas study model. Sellac dipotong sesuai batas-batas yang
telah digambar pada study model. Sellac dipotong dengan
menggunakan gunting saat masih lunak. Pada daerah molar dan
kaninus kanan dan kiri dibuat stop vertikal dari wax sebagai
batas penekanan saat mencetak sedangkan untuk rahang atas
ditambah dengan pembuatan postdam area yang juga dari wax
untuk menahan bahan cetak agar tidak mengalir ke belakang.
Selanjutnya dibuat lubanglubang pada sendok cetak untuk
mengurangi tekanan pada waktu mencetak. Lubang dibuat
dengan mengunakan bur bulat no 8 dengan jarak masing
masing lebih dari 5 mm (Fadriyanti, 2010).
b. Membuat Cetakan Model Kerja
- Sendok cetak : Sendok cetak individual.
- Bahan cetak : Elastomer (Exaflec).
- Metode mencetak : Mucodynamic.
- Cara mencetak:
Rahang Atas :
 Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam
sendok atas.
 Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi
operator di samping kanan belakang.
 Pasien mengucapkan “AH” untuk mencetak vibrating
line.
 Pasien mengucapkan “OH” untuk mencetak frenulum
buccalis, frenulum labialis superior.

23
 Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting.
 Cetakan dilepas dan dicuci.
Rahang Bawah
 Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam
sendok bawah.
 Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi
operator disamping kanan depan.
 Pasien diminta menjulurkan lidah untuk mencetak
frenulum lingualis.
 Pasien mengucapkan “OH” untuk mencetak frenulum
buccalis, frenulum labialis inferior.
 Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting.
 Cetakan dilepas, dan dicuci (Fadriyanti, 2010).
c. Membuat Base Plate
- Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan
gips stone.
- Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, relief area
juga dibuatpostdam. Kemudian menurut batas-batas tersebut
dibuat base plate dari wax yang kemudian diganti dengan
akrilik. Base plate yang diperoleh dihaluskan dan di atasnya
dibuat bite rim dari wax.
- Batas tepi untuk rahang bawah adalah peripheral seal dibatasi
fornik, posterior seal dibatasi oleh 2/3 bagian trigonum
retromolar dan media atau lingual dibatasi oleh linea
mylohyoidea. Sedangkan untuk rahang atas adalah periperal
seal dibatasi fornik dan posterior seal dibatasi vibrating line dan
hamular notch (Fadriyanti, 2010).
3. Kunjungan Ketiga
a. Border Moulding
Setelah sendok cetak sesuai dengan rahang atas dan bawah
tanpa ada retensi saat dilepas-pasang, tahap berikutnya yakni border
moulding dengan menggunakan greenstick compound (Peri compound
border moulding impression material, GC Corporation, Jepang) yang

24
dipanaskan. Setelah greenstick dipanaskan di atas lampu spirtus,
rendam di dalam air selama beberapa detik agar pasien tidak
merasakan panas dari greenstick yang sudah dilunakkan dan agar
greenstick tidak terlalu cair. Greenstick ditambahkan sedikit demi
sedikit pada tepi luar sendok cetak individual (Nallaswamy, 2017).
Ketika sendok cetak individual yang sudah diletakkan
greenstick compound berada di dalam mulut, pasien diinstruksikan
untuk melakukan gerakan fisiologis. Pada rahang atas, membuka mulut
dan menggerakkan rahang bawah ke kanan dan ke kiri serta ke depan
untuk membentuk hamular notch dan sayap bukalis. Selanjutnya untuk
daerah frenulum bukalis, pipi dan bibir pasien ditarik ke luar, ke
belakang, ke depan dan ke bawah. Untuk daerah sayap labial, bibir
ditarik ke depan dan ke bawah serta penarikan bibir atas ke depan
untuk daerah frenulum labialis. Untuk membentuk daerah posterior
palatum durum yang merupakan batas antara palatum molle dan
palatum durum pasien diinstruksikan untuk mengucapkan “AH”
(Nallaswamy, 2017).
Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi sayap distolingual
dan daerah buccal shelf, maka setelah greenstick dilunakkan, dan
sendok cetak telah dimasukkan ke dalam mulut pasien, kemudian
pasien diminta untuk membuka mulut kemudian menutup mulut untuk
mengaktifkan otot masseter. Kemudian, untuk membentuk daerah
distolingual dan postmylohyoid maka pasien diinstruksikan untuk
menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan serta ke posterior palatum
durum. Frenulum lingual dibentuk dengan menginstruksikan kepada
pasien untuk meletakkan ujung lidahnya ke bagian anterior palatum
dan ke bibir atas. Selanjutnya, daerah sayap labial dibentuk dengan
memberikan instruksi yang sama dengan instruksi border moulding
rahang atas (Nallaswamy, 2017).

25
Hasil Border Moulding pada Sendok Cetak

b. Insersi Base Plate, Retensi dan Stabilisasi diperhatikan.


Retensi adalah daya tahan gigi tiruan terhadap upaya pelepasan,
sedangkan stabilisasi adalah daya tahan gigi tiruan untuk tetap di
tempat ketika fungsi pengunyahan berlangsung. Retensi dapat di amati
dengan memberikan tekanan pada salah satu sisi gigi tiruan (jika gigi
tiruan terungkit, maka gigi tiruantersebut tidak retentif) atau dengan
memberikan usaha pelepasan (gigi tiruan yang retentif adalah gigi
tiruan yang sulit dilepas). Stabilisasi dapat diamati dengan
menggerakkan otot-otot pipi, lidah dan mengucapkan “AH”. Gigi
tiruan yang stabil merupakan gigi tiruan yang tidak berubah tempat
ketika difungsikan (Fadriyanti, 2010).
Retensi gigi tiruan ditentukan oleh letak seal dan adhesi atau
kohesi saliva. Kesesuaian letak seal dilakukan dengan menggerakkan
otot pipi. Jika alat terjatuh ketika otot digerakkan, berarti terdapat over
extension plat. Solusi keadaan ini adalah dengan mengurangi plat.
Sebaliknya, jika seal pada under extension plat, maka kohesi dan
adhesi saliva berkurang, dan alat menjadi tidak retentif. Solusi keadaan
ini adalah dengan membuat plat yang baru (Fadriyanti, 2010).
c. Penentuan Profil Pasien
Profil pasien disesuaikan dengan ras pasien tersebut. Dalam
kasus ini, pasien termasuk ras mongoloid yang memiliki ciri khas
profil cembung. Kecembungan profil dibuat dengan tonus otot labial
sebagai parameternya. Profil yang ideal, terbentuk jika otot bibirdalam
keadaan isotonus. Apabila bibir tampak hipertonus, maka bagian

26
anterior bite rim terlalu cembung sehingga harus dikurangi.
Sebaliknya, jika bibir tampak hipotonus, maka bite rim kurang
cembung sehingga perlu ditambah dengan malam merah (Fadriyanti,
2010).
d. Pencatatan Maxillo-Mandibular Relationship (MMR)
Mula-mula pasien dipersilakan duduk pada dental chair,
dataran oklusal diusahakan sejajar dengan lantai. Tentukan garis
chamfer dari titik dibawah ini :
- Jarak 4 mm dari meatus acusticus externus.
- Telinga kanan dan kiri.
- Spina nasalis anterior.
Kemudian ketiga titik tersebut ditandai dengan benang
dandiisolasi. Selanjutnya record blok dipasang dengan posisi
bite rim RA dan RB harus tertutup secara sempurna
(tidak boleh ada celah dan merupakansuatu garis lurus).
Kemudian dicari dimensi vertikal (inter occlusal distance),
didapatkan dengan cara mengukur jarak pupil dengan sudut
mulut samadengan jarak hidung sampai dagu (PM = HD). Pada
keadaan rest posisi PM = HD. Pengecekkan dimensi vertikal
dapat dilakukan dengan mengucapkan huruf M. Huruf M
terdengar jelas jika dimensi vertikal cukup. Free way space
dicek dengan pengucapan huruf S (huruf Sterdengar mendesis).
Jika free way space kurang, maka huruf S sulit terucap,
demikian halnya jika free way space berlebihan (terasa
semburan saliva ketika pengucapan huruf S). Bite rim rahang
atas dibuat sejajar dengan garis chamfer (garis yang berjalan
dari ala nasi sampai titik tertinggi dari porus acusticusexternus)
untuk bagian posterior dan sejajar garis pupil untuk bagian
anterior. Tinggi bite rim rahang atas 1,5-2 mm dibawah garis
bibir atas atau lower lip line (pada waktu posisi istirahat). Alat
yang digunakan adalah occlusal guide plane (Fadriyanti, 2010).
e. Centric Relation Record
Yaitu suatu relasi mandibula terhadap maksila pada suatu
relasivertikal yang ditetapkan pada posisi mandibula paling posterior.

27
HD = PM – 2 mm. Pengurangan 2 mm diperoleh dengan cara
mengurangi bite rim rahang bawah dengan maksud sebagai free
way space (Fadriyanti, 2010).
Cara menentukan relasi sentrik yaitu dengan mengintruksikan
pasien untuk menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga
prosessus Condyloideus akan tertarik pada fossa bagian belakang
karena tarikan dariotot dan mengintruksikan untuk menelan berulang-
ulang. Untuk mendapatkan sentrik relasi pasien disuruh melakukan
gerakan mandibula berulang-ulang sampai pasien biasa dengan oklusi
tersebut. Setelahmendapatkan posisi sentrik, bite rim diberi tanda
tempat median line dan garis ketawa (Fadriyanti, 2010).
Median line, garis ketawa, high lip line, low lip line ditentukan
kemudian dicek dengan cara pasien dinstruksikan untuk membuka dan
menutup mulut kemudian dilihat apakah garis tersebut sudah tepat
dantetap kedudukannya dalam keadaan oklusi sentrik. Rahang atas dan
rahang bawah difiksasi dengan double V-grooveshape, caranya: dibuat
V-groove pada rahang atas kira-kira P1 dan M1;pada rahang bawah
daerah Vgroove dikurangi kira-kira 2 mm. Bite rimrahang bawah
diberi gulungan malam kecil yang telah dilunakkan dibawah V-groove
RA. V-groove pada RA diolesi vaselin. Rahang atas dan
bawahdikatupkan, mulut dilihat apakah V-groove dan kontranya sudah
tepat,kemudian lakukan membuka dan menutup berulang-ulang
(Fadriyanti, 2010).
f. Pemasangan pada Artikulator
Jenis artikulator yang digunakan adalah anatomical type yang
disebut freeplane articulator.Bagian-bagian articulator ini adalah:
upper member, lower member, incisal guide pin dan mounting table.
Cara kerja :
- Tentukan besar derajat tonjol caninus superior dan premolar
superiorpertama.
- Bite rim RA beserta modelnya diletakkan pada mounting table
dengan pedoman: garis tengah bite rim dan model RA
berhimpit dengan garistengah mounting table, tepi luar anterior
bite rim RA menyinggunggaris incisal edge mounting table,

28
jarum horizontal incisal guide pinujungnya menyentuh tepi luar
anterior dari bite rim model RA dan tepat pada garis tengah bite
rim.
- Fiksasi dengan wax pada mounting table.
- Buat adonan gips.
- Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang
perlahanpada bagian atas model kerja RA lalu upper member
digerakkan kebawah sampai menekan gips yang ada pada
model kerja RA.
- Upper member dan lower member diikat dengan karet, rapikan
gips yang memfiksir upper member dengan model RA
kemudian tunggusampai keras.
- Mounting table dilepas dari artikulator kemudian artikulator
dibalik.
- Bite rim RB diletakkan kembali pada bite rim RA sesuai
dengan oklusinya.
- Buat adonan gips, lower member diangkat ke atas dan adonan
gips dituang pada model kerja RB kemudian lower member
digerakkan kebawah sampai menekan adonan gips,
setelah itu artikulator dibalik dangips dirapikan (Fadriyanti,
2010).
4. Kunjungan Keempat
Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi anterior.
Urutan pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior rahang
bawah. Setelah pemasangan gigi anterior dilakukan try in untuk memeriksa:
a. Overbite dan overjet.
b. Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut).
c. Garis ketawa (batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat saat ketawa).
d. Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan hurus s, f, t, r dan m).
Selanjutnya dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri (Fadriyanti, 2010).
5. Kunjungan Kelima
Pada kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi posterior.
Urutan pemasangan adalah gigi posterior RA kemudian RB, setelah itu try in

29
pada pasien. Untuk pemasangan gigi-gigi posterior rahang atas ini harus
diperhatikan:
a. Dataran orientasi jika dilihat dari sagital harus membentuk kurva
Manson.
b. Dataran orientasi jika dilihat dari arah lateral harus membentuk kurva
Von Spee. Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in.
Perhatikan inklinasi dan kontur gusi tiruannya. Perlu juga dilakukan
pengamatan tehadap:
- Oklusi.
- Stabilisasi gaya working dan balancing side.
- Estetis dengan garis kaninus.
- Fonetik dengan cara menyuruh pasien mengucapkan huruf S,
D, O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan
tidak ada gangguan.
Dilakukan try in untuk mengevaluasi GTP sebelum diproses dengan
caramelatih pasien untuk memakai, merasakan dan beradaptasi dengan
gigi tiruan tersebut :
- Dilatih berfungsi : bicara, menelan, mengunyah.
- Bila ada kesulitan dalam berfungsi dicoba dengan latihan
berkali-kali.
- Dicek estetis, retensi, stabilisasi, fonetik, dan oklusi sentrik
(Fadriyanti, 2010).
6. Kunjungan Keenam
Try-in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya,
laludilakukan pengamatan pada :
a. Oklusinya.
b. Stabilisasinya dengan working side dan balancing side.
c. Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa.
d. Pasien disuruh menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-
lainsampai tidak ada gangguan (Fadriyanti, 2010).
7. Kunjungan Ketujuh
Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut
dandiperhatikan retensi, oklusi dan stabilitas. Setelah itu berikan instruksi

30
kepada pasien mengeni pemeliharaan dan penggunaan protesa (Fadriyanti,
2010).
8. Kunjungan Kedelapan
Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk
kontrol. Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol adalah:
a. Pemeriksaan subyektif: Ditanyakan apakah ada keluhan atau
tidak,ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak, dan ditanyakan
apakah adarasa sakit.
b. Pemeriksaan obyektif: Dilihat keadaan mukosa apakah ada
peradanganatau perlukaan dan diperiksa retensi dan stabilisasi
(Fadriyanti, 2010).

5. Mahasiswa mampu memahami menjelaskan konsep teoritis tentang kontrol dan


evaluasi pasca pembuatan GTL.
Tujuan pemeliharaan gigi tiruan:
1. Membantu menjaga kekuatan, kestabilan, dan retensi gigi tiruan serta menjaga
kesehatan jaringan sekitar di dalam rongga mulut.
2. Menghindari berbagai permasalahan dalam rongga mulut sebagai dampak dari
penggunaan gigi tiruan. Masalah yang sering ditimbulkan akibat penggunaan
gigi tiruan yaitu karies, xerostomia, kandidiasis, gingivitis, dan penyakit
periodontal (Adnan, 2016).
Faktor yang mempengaruhi kontrol dan evaluasi pasca pembuatan GTL :
1. Instruksi dokter gigi
Seorang dokter gigi bertanggung jawab untuk memberikan instruksi yang
cukup setelah pemasangan gigi tiruan sehingga akan menambah pengetahuan
pemakai gigi tiruan tentang bagaimana cara yang tepat untuk menjaga
kebersihan gigi tiruannya. Instruksi secara lisan yang diberikan kepada pasien,
sebaiknya diperkuat dengan pemberian instruksi tertulis (Adnan, 2016).
2. Perilaku pasien
Perilaku pemeliharaan kebersihan gigi tiruan antara lain terbentuk oleh
persepsi pengguna gigi tiruan terhadap pentingnya pemeliharaan kebersihan
gigi tiruan yang digunakannya. Pengguna gigi tiruan yang memiliki perilaku
kurang memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya termasuk kebersihan

31
gigi tiruan yang digunakan, akan dapat berpengaruh pada turunnya derajat
kesehatan gigi dan mulut masyarakat (Adnan, 2016).
a. Sosial ekonomi
Berkaitan dengan pengaruh dari pekerjaan dan pendapatan keluarga.
Pekerjaan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala
kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pendapatan mempunyai pengaruh
langsung pada perawatan medis, jika pendapatan meningkat biaya
untuk perawatan kesehatan pun ikut meningkat (Adnan, 2016).
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap
dan perilaku hidup sehat. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi
akan memiliki pengetahuan dan sikap yang lebih baik tentang
kesehatan yang akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.
Sedangkan seseorang yang pendidikannya rendah mempunyai
pengetahuan yang kurang dalam memelihara kebersihan gigi dan
mulutnya termasuk gigi tiruannya (Adnan, 2016).
3. Bahan basis gigi tiruan
Biasanya basis gigi tiruan ini terbuat dari bahan resin akrilik, dan pada
beberapa kasus dibuat dari bahan logam. Basis merupakan pondasi pada gigi
tiruan yang membantu mendistribusikan dan meneruskan semua tekanan dari
gigi tiruan ke jaringan basal. Keadaan tersebut merupakan keadaan maksimum
yang akan mempengaruhi kesehatan jaringan mulut (Adnan, 2016).

Cara seorang dokter gigi untuk menegakkan keberhasilan perawatan :


1. Instruksi
a. Instruksi yang diberikan oleh dokter gigi saat pemasangan atau insersi
gigi tiruan lengkap yang baru, antara lain:
- Apabila pasientelah menggunakan gigi tiruan lepasan, maka
sehari sebelum insersi tidak digunakan lagi untuk
memperlancar aliran darah pada mukosa bucis area.
- Gigi tiruan tetap dipakai pada malam hari atau siang hari untuk
dua sampai tiga hari pertama, dimaksudkan untuk memperbaiki
mukosa terhadap bentuk gigi tiruan yang baru dan hanya

32
dilepas untuk dibersihkan setelah makan, sebelum tidur dan
pada pagi hari.
- Setelah dua sampai tiga hari pertama, pasien harus melepaskan
gigi tiruannya pada malam hari.
- Mengunyah makanan dengan hati-hati dan dalam jumlah kecil
dan sebaiknya menggunakan dua sisi yaitu sisi kanan dan kiri
(Kristiana, 2005).
b. Dokter gigi juga memberikan intruksi tentang cara membersihkan gigi
tiruan lepasan, antara lain:
- Selalu menyikat gigi tiruan lepasan setiap hari setiap selesai
makan, sebelum tidur dan pada pagi hari. Seluruh permukaan
gigi tiruan harus disikat dengan bersih termasuk permukaan
gigi tiruan yang menghadap ke mukosa, gingiva dan lidah
dengan menggunakan sikat gigi yang lembut.
- Menggunakan sikat gigi biasa atau sikat gigi khusus atau sikat
gigi yang memiliki bulu sikat yang lembut dapat dibeli di
pasaran.
- Pembersih dilakukan di atas mangkok berisi air atau dapat juga,
gigi tiruan dipegang dengan handuk untuk menjaga apabila gigi
tiruan jatuh tidak patah.
- Pada malam hari gigi tiruan dilepas dan direndam dengan air
biasa atau menggunakan bahan pembersih untuk gigi tiruan
agar memberi kesempatan pada gingiva untuk beristirahat
(Kristiana, 2005).
2. Kontrol :
Pasien diharuskan untuk kontrol secara periodik 1 hari, 1 minggu, 3 minggu, 3
bulan, dan tergantung pada kesulitan-kesulitan klinik dan sikap pasien
(Kristiana, 2005).
3. Evaluasi :
a. Adaptasi fungsi bicara
Adaptasi bicara pada pengguna gigi tiruan lengkap normalnya
terjadi antara dua minggu sampai empat minggu setelah
insersi.Adaptasi bicara bagi kebanyakan pengguna gigi tiruan lengkap
akan terjadi dalam jangka waktu pemakaian satu bulan, beberapa

33
pasien lain baru bisa terjadi adaptasi bicara kurang lebih setelah enam
bulan pemakaian, dan ada pasien yang setelah satu tahun pemakaian
masih belum bisa beradapatasi dengan gigi tiruannya (Trisnawati dkk,
2015).
Kriteria pasien yang mampu beradaptasi bicara dengan gigi
tiruannya adalah tidak adanya hambatan yang dirasakan saat berbicara
menggunakan gigi tiruannya dan tidak ada kesalahan pengucapan kata
yang terdengar. Penilaian adaptasi pada pasien dapat dilakukan
menggunakan analisis suara (Trisnawati dkk, 2015).
Hambatan bicara seringkali dilaporkan setelah penggunaan gigi
tiruan lengkap dan hambatan ini terjadi ketika mengucapkan huruf
konsonan, terutama suara huruf “S” (Trisnawati dkk, 2015).
b. Terjadinya perubahan bentuk jaringan lunak dan resorbsi tulang
Terjadinya perubahan bentuk jaringan lunak dan resorbsi tulang
ditunjukan setelah pemakaian gigi tiruan yang cukup lama
mengakibatkan ketepatan gigi tiruan sangatlah sulit untuk
dipertahankan dalam waktu yang panjang karena gigi tiruan akan
longgar dan menurunkan kecekatan fitting surface gigi tiruan terhadap
jaringan mukosa mulut (Azhindra dkk, 2013).
Prediksi umur pemakaian bahan akrilik sulit dilakukan karena
banyak faktor lingkungan mempengaruhi daya tahan dari bahan
tersebut. Sifat dari resin akrilik yang menyerap dan melepaskan air
menyebabkan ketidak stabilan dimensi, mengalami keretakan atau
menjadi patah karena air berinteraksi dengan rantai polimer, yang
dapat menghasilkan beberapa efek seperti melonggarkan gigi tiruan,
pecahnya struktur, dan melemahkan rangkaian susunan gigi artifisialis.
Kondisi ini mempengaruhi dimensi dan stabilitas gigi tiruan dan
sekaligus mengurangi retensi gigi tiruan sehingga perlu dilakukan
relining/rebasing (Azhindra dkk, 2013).
Relining merupakan salah satu prosedur yang digunakan untuk
menanggulangi permasalahan dengan cara melapisi kembali fitting
surface gigi tiruan yang sudah tidak sesuai lagi atau longgar dengan
bahan dasar baru, menghasilkan lapisan baru yang beradaptasi secara
akurat ke area landasan gigi tiruan. Tujuan relining adalah

34
memperbaiki retensi sehingga gigi tiruan dapat berfungsi kembali,
kesehatan pada jaringan lunak dapat diperbaiki, pasien merasa enak
dan nyaman dengan gigi tiruan yang dipakai (Azhindra dkk, 2013).

35
Daftar Pustaka

Adnan Asti P. 2016. Tingkat Kebersihan Gigi Tiruan Lepasan pada Pasien Pengguna
Gigi Tiruan Lengkap Aktilik di Puskesmas Kecamatan Malili (Skripsi). Makassar: Universitas
Hasanuddin
Azhindra dkk. 2013. Perbedaan Retensi Antara Heat Cured, Self Cured Dan Soft
Liner Sebagai Bahan Relining Basis Gigi Tiruan Lengkap Rahang Atas Resin Akrilik. J Ked
Gi. Vol. 4. No. 4:242-247.
Bakar, A. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Quantum Sinergis
Media.
Basker, R. M., Davenport, J. C., Tomlin, H. R. 1996. Perawatan Prostodontik bagi
Pasien Tak Bergigi (terj.). Ed III. EGC: Jakarta.
Basker, R. M., Davenport, J. C., Tomlin, H. R. 2002. Prosthetic Treatment of
Edentulous Patient. 4th ed. Oxford: Blackwell Publishing Company. p.58, 71, 146-7, 177,
188, 190, 211, 260,263-4.
Fadriyanti, O. 2010. Perawatan Pasien Edentulous dengan Gigi Tiruan Lengkap.
Padang : Universitas Baiturrahama.
Falatehan , Niko. 2018. Relining Gigi Tiruan Rahang Bawah secara Langsung
dengan Percetakan Tertutup (Laporan Kasus). Jakarta: Universitas Trisakti. 14 (1): 27-32.
Gunadi, dkk., 2012. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I. Jakarta:
Hipokrates.
Kristiana, Dewi. 2005. Komunikasi Dokter Gigi Pasien Pemakai Gigi Tiruan Lepasan
dan Perilaku Kesehatan Membersihkan Gigi Tiruan Lepasan. Journal Stogmatognatic.
2(2):1-5.
Kusmawati F N, dkk. 2013. Luas Kontak Permukaan Hasil Cetakan Anatomis Basis
Gigi Tiruan Penuh dengan Bahan Cetak Polyvinyl Siloxane. Jakarta: Universitas Prof. dr.
Moestopo. Vol. 62, No. 2, hal 31-34.
Nallaswamy, Deepak. 2017. Textbook of Prosthodontic. 2nd Edition. New Dehli:
Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.
Pridana S dan Nasution I D. 2016. Bentuk Residual Ridge dan Hubungannya dengan
Retensi Gigi Tiruan Penuh. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara. 8 (1): 1-76s.
Soelarko dan Herman W. 1980. Diktat Prostodonsia Full Denture. FKG Unpad:
Bandung.

36
Trisnawati, Dyah dkk. 2015. Pengaruh Lama Adaptasi Bicara Pemakai Gigi Tiruan
Lengkap Resin Akrilik Terhadap Kualitas Suara Pengucapan Huruf /S/ (Observasi Klinis). J
Ked Gi. Vol. 6, No. 3: 271 – 277.
Zarb, G.A., Bolender, C. L. 2004. Boucher’s Prosthodontic Treatment for Edentulous
Patients. 12 Ed. CV Mosby Co., St. Louis.

37
38

Anda mungkin juga menyukai