Anda di halaman 1dari 37

SKENARIO 1

GIGI PALSU
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke RSGM ingin dibuatkan gigi tiruan.
Bapak ini merasa tidak bisa makan dengan enak dan nyaman dan beberapa munggu
yang lalu gigi-giginya geraham atas kanan di cabut karena goyang. Bapak ini
sebelumnya belum pernah memakai gigi tiruan. Berdasarkan hasil pemeriksaan
kesehatan umum baik.
Pemeriksaan intra oral:
Gigi 11, 21, 23 : terdapat kalkulus, karies profunda, gigi goyang 3
Gigi 26, 27, 34, 35 sisa akar
Gigi 48, 36 karies profunda dan resesi gingiva
Gigi yang lainnya telah hilang
Penderita mempunyai tipe kooperatif. Oklusi: tidak ada, bentuk ridge: ovoid, bentuk
dalam palatum: ovoid, torus mandibularis kecil, torus palatinus: besar, exoxtosis pada
regio 16, 17, vestibulum: dalam, frenulum: tinggi, retromylohyoid dalam, tuberositas
maksila kecil dan OH buruk.
Dokter gigi bermaksud membuatkan gigi tiruan lepasan baru yang retentif dan stabil
sehingga dapat mengembalikan fungsi kunyah, bicara dan estetik.
STEP 1
IDENTIFIKASI KATA SULIT
1. Vestibulum : batas antara mukosa bergerak dan tak bergerak
2. Gigi Tiruan : gigi yang dibuat untuk menggantikan gigi asli ( sebagian atau
semua ) beserta jarinngan gingiva untuk mengembalikan fungsi pengunyahan,
estetik dan fonetik yang didukung oleh jaringan lunak dan jaringan keras
rongga mulut. Biasanya terbuat dari akrilik atau kombinasi logam.
3. Eksostosis : tonjolan tulang pada prosesus alveolaris yang membulat dan
tajam. Tidak dapat digerakkan dan sakit apabila tersentuh.
4. Retromilohyoid: perlekatan otot yang terdapat pada daerah gigi M2 dan M3
sebelah lingual yang biasanya digunakan sebagai retensi gigi tiruan.
5. Retentif : - ketahanan gigi tiruan untuk melawan upaya pelepasan gigi
tiruan dalam rongga mulut
- Tegangan permukaan adesi kohesi yang baik dari gigi
tiruan dengan jaringan rongga mulut
Kohesi : saliva dan saliva
Adhesi : antara gigi tiruan dan saliva
6. Stabil : kemampuan dari gigi tiruan untuk melawan gerakan dalam
arah horizontal.
7. Gigi tiruan lepasan : gigi tiiruan yang dapat dilepas dan dipakai sendiri oleh
pasien.
STEP 2
MERUMUSKAN MASALAH
1. Apa pengaruh pencabutan gigi-gigi rahang atas terhadap pembuatan gigi
tiruan ?
2. Apakah belum menggunakan gigi tiruan sebelumnya berpengaruh terhadap
rencana pembuatan gigi tiruan ?
3. Faktor apa yang membuat gigi tiruan retentive dan stabil ?
4. Bagaimana menentukan relasi rahang pada gigi tiruan ?
5. Apakah rencana perawatan
a. Pendahuluan
b. Operatif
c. Pasca operatif
STEP 3
MENGANALISIS MASALAH
1) a. perlu diketahui apakah gigi tersebut tanggal dengan sendirinya atau karena
dicabut. Hal ini dikarenakan ada kemungkinan akar yang tertinggal pada gigi
yang tanggal dengan sendirinya.
b. ditanyakan kapan pencabutan terakhir dilakuakan karena hal ini berpengaruh
pada eksostosis
c. apabila pencabutan dilakukan baru beberapa minggu, masih terjadi
penyusutan prosesus alveolaris yang progresif jadi tunggu sampai stabil baru
dilakukan pembuatan gigi tiruan, hal ini bertujuan untuk menghindari dimensi
gigi tiruan yang berubah. Namun hal tersebut bisa disiasati dengan
penggunaan gigi tiruan immediate bersayap yang dapat menjadikan resorpi
merata. Kegunaan dari gigi tiruan immediate adalah untuk latihan adaptasi,
untuk gigi anterior, digunakan sebelum pemasangan gigi tiruan sebenarnya.
Jadi kekurangan dari gigi tiruan ini adalah tidak dapat digunakan sebagai gigi
tiruan pendahuluan bagi pasien yang akan memakai gigi tiruan lengkap.

2) Belum pernah menggunakan gigi tiruan sebelumnya tentu berpengaruh terhadap
rencana pembuatan gigi tiruan.
a. Memebrikan penjelasan terlebih dahulukepada pasien mengenai
perawatan dan tindakan yang akan dilakukan. Sehingga nanti meskipun
perawatan membutuhkan waktu yang lama, pasien tetap kooperatif.
b. Pasien diinstruksikan untuk melatih menggunakan gigi tiruan dan
beradaptasi terhadap keadaan rongga mulutnya yang baru.
3) a. Faktor Fisis
peripheral seal, efeltifitas peripheral seal sangat mempengaruhi efek retensi
dari tekanan atmosfer. Posisi terbaik dari peripheral seal adalah disekeliling
tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan bukal bukal gigi tiruan atas, pada
permukaan bukal gigi tiruanbawah.
b. Keadaan anatomis dan patologis
c. Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa
d. residual ridge
e. Adaptasi mukosa yang baik (adesi dan kohesi)
f. Komprebilitas
g. Mechanical Lock pada daerah undercut
h. pemasangan gigi yang harus memperhatikan usia, jenis kelamin, overbite dan
overjet.
4) dikatakn oklusi ada apabila terdapat 3 kunci stop. (1 anterior dan 2 posterior)
pada LO 4 ini lebih dijelaskan secara rinci pada step 7
5) a. Perawatan pendahuluan
- apabila terdapat eksostosis dilakukan alveolektomi
- apabila torus palatinus besar, dilakukan torektomi atau reliefe of chamber
- apabila OH pasien buruk, perlu dilakukan perbaikan keadaan dengan
memberi profilaksis
- apabila frenulum tinggi, dilakukan frenulektomi atau bedah prostetik
- multiple ekstraction dapat dilakukan dalam 1 hari atau bertahap tergantung
keadaan pasien dan skill operator
- vestibulum dalam, bentuk palatum dalam, retromilohyoid dalam sangat
menguntungkan sebagai retensi dari gigi tiruan
b. Operatif
pembuatan gigi tiruan full denture

d. Post Operatif
- Kontrol jangka panjang, untuk mengecek kontak oklusi, resorpsi tulang,
estetik, fonetik, fungsi kunyah, bicara
- Menjelaskan dan menginstruksikan kepada pasien menegenai perubahan
saat menggunakan gigi tiruan seperti perubahan suara. Instruksi membuka
untuk melepas protesa sebelum tidur dan setelah makan dibersihkan.
STEP 4
MAPPING













Pemeriksaan
Subyektif Obyektif
Intraoral
Edentulus Ridge
Perawatan Full Denture
Pendahuluan Operatif Post Operatif
Tahap pembuatan GT
Faktor retentive dan stabilitas
Keberhasilan Perawatan
STEP 5
LEARNING OBJECT
1. TAHAP PEMBUATAN FULL DENTURE
Gigi tiruan Lengkap (GTL) dibuat melalui banyak sekali tahapan. Tahapan
tersebut terdiri dari tahap klinis dan tahap laboratoris. Tahap klinis merupakan
tahapan pembuatan GTL yang melibatkan pasien secara langsung, sedangkan tahapan
laboratoris adalah tahapan pembuatan GTL yang dilakukan di laboratorium tanpa
keterlibatan pasien secara langsung.
A. Tahapan Klinis
Tahap pertama pembuatan GTL adalah melakukan pemeriksaan subyektif dan
obyektif, menegakkan diagnosa, dan menentukan rencana perawatan. Pasien
diinformasikan tentang diagnosa, rencana perawatan, jumlah kunjungan yang banyak,
serta jumlah biaya. Pada skenario didapatkan diagnosa edentulous ridge RA dan RB
dengan rencana perawatan GTL. Setelah pasien mengetahui dan menyetujui hal-hal
tersebut maka pasien mengisi informed consent.
B. Tahapan Laboratoris
1. Model Anatomis atau Model Studi dengan Stock Tray
Tahap selanjutnya adalah membuat cetakan pendahuluan (preliminary
imression). Cetakan pendahuluan bertujuan untuk membuat model duplikasi atau
tiruan dari rahang atas dan bawah penderita yang sesuai dengan bentuk anatomisnya
sehingga disebut juga cetakan anatomis. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan
stock tray (Gambar 1) dan bahan cetak irreversible hydrocoloid (alginate). Sendok
cetak buatan pabrik (stock tray) dicobakan terlebih dahulu pada rongga mulut pasien
untuk menentukan ukuran sendok cetak yang pas (nomor 1-4). Rahang atas dan
rahang bawah pasien dicetak (Gambar 2). Hasil cetakan kemudian dicor dengan
gypsum. Hasil pengecoran ini disebut dengan model studi. Model studi berfungsi
untuk membantu menegakkan diagnosis dan rencana terapi dan sebagai model kerja
pembuatan personal tray (sendok cetak perorangan).




2. Model Anatomis dengan Menggunakan I ndividual Tray
Pembuatan sendok cetak perorangan (personal tray). Pertama, membuat
desain personal tray pada model studi dengan menggambar batas-batas personal tray
2 mm dari perbatasan mukosa bergerak dan tak bergerak (Gambar 3) dan batas
posterior RA adalah AHA line. Pemberian jarak 2 mm ini bertujuan untuk
memberikan ruang guna manipulasi wax pada tahapan border moulding. Bahan
personal tray dapat berupa shellac baseplate atau resin akrilik. Pada personal tray
berbahan shellac baseplate, proses dimulai dengan melunakkan shellac baseplate
diatas bunsen lalu ditekan-tekan di atas model studi hingga membentuk struktur
anatomis model, kelebihan shellac baseplate kemudian dipotong dengan pisau malam
ketika masih lunak.
Gambar 1. Stock Tray
Gambar 2. Tahap dan hasil
pencetakan.
Pada personal tray berbahan dasar resin akrilik, selapis malam merah
diletakkan pada model studi dan kemudian dipotong sesuai outline. Bagian model
yang tidak tertutup malam merah diulasi dengan bahan separator (could mould seal).
Adonan resin akrilik yang sudah selesai dicampur kemudian diletakkan pada model
dengan kertas chellophan. Resin akrilik diadaptasikan dengan bentuk outline. Setelah
kedua bahan tersebut diatas dipotong sesuai bentuk outline, kemudian diberi
pegangan dibagian anterior dan diberi lubang untuk mengalirkan bahan cetak yang
berlebih (Gambar 4).










Gambar 3. Outline personal tray


Setelah membuat individual tray yang dibuat pada model anatomis, maka
dilakukan pencetakan pada pasien. Sebelum rahang dicetak pasien diberi penjelasan
apa yang harus dilakukan selama pencetakan.
Cara pencetakan:
a. Rahang ditempatkan pada ketiga tumpuan vertikal supaya sendok cetak tidak
berpindah tempat
b. Lakukan gerakan menelan beberapa kali diselingi gerakan lidah ke lateral kiri
dan kanan
c. Pasien mengerut-erutkan bibir dan menggerakkan pipi
d. Pada akhir pencetakan pasien diminta untuk menempatkan ujung lidah pada
tumpuan xantigen di anterior.
Bahan yang dipakai alginat dengan konsistensi encer yaitu air:bubuk = 2:1.
Konsistensi encer akan memperlambat pengerasan sehingga memberi kesempatan
cukup pada pasien untuk melakukan pencetakan sendiri. Pada kasus ini landasan
harus dibuat permanen untuk mempermudah penentuan dimensi vertikal dan relasi
sentrik pasien. Setelah bahan cetak mengeras, cetakan dikeluarkan dari mulut pasien.
Hasil cetakan harus meliputi seluruh permukaan, tidak boleh ada bagian sendok cetak
Gambar 4. Personal tray
yang terlihat. Pinggiran cetakan harus utuh, tidak boleh ada yang sobek bahan
cetaknya.
- Membuat Model Kerja
Setelah cetakan rahang dikeluarkan dari mulut pasien, langsung dicuci
pada kran air yang mengalir. Seringkali terdapat air liur kental yang sukar
hilang bila hanya disiram dengan air yang mengalir, untuk itu cetakan disiram
dengan larutan gips encer, lalu disiram dengan air kran yang mengalir
kemudian keringkan dengan semprotan udara kering.
Sebaiknya sebelum dicor dengan stone/gips batu dibuat dinding dari
lembaran malam sekeliling cetakan untuk mengamankan bentuk tepi cetakan
yang disebut boxing. Maksud dari boxing adalah agar bentuk atau batas tepi
tetap dipertahankan.

3. Boxing
Sekeliling tepi batas cetakan diberi utility/bedding wax yang tebalnya 5 mm,
dengan jarak antara batas tepi cetakan dengan utility wax 3 mm. Semua bagian
jarak antara batas tepi cetakan dengan utility wax harus tetap dipertahankan. Jarak
antara batas tepi cetakan dengan batas dinding atas lempeng malam boxing paling
tinggi 13 mm sehingga gips batu dibatasi dan pekerjaan mengecor lebih
mudah.Kemudian cetakan akhir dicor dengan gips batu. Setelah gips mengeras,
lempeng dinding malam, sendok, dan bahan cetak dilepas jangan sampai modelnya
rusak.



4. Membuat Glangan Gigit/Tanggul Gigit/Occlusal Bite Rim
Pasien yang sudah kehilangan seluruh giginya berarti sudah kehilangan
1. Bidang oklusal
2. Tinggi gigitan atau dimensi vertikal
3. Oklusi sentrik
Ketiga hal ini harus dicari dengan media galengan gigit atau oclusal bite rim.
Fungsi galengan gigit:
1. Menentukan dimensi vertikal
2. Mendapatkan dukungan bibir dan pipi pasien, pasien harus tampak wajar saat
tanggul gigitan dipasang.
Bidang orientasi adalah bidang oklusal dalam bentuk tanggul gigitan. Tanggul gigitan
terdiri dari:
1. Bentuk landasan
2. Galangan malam

A. Membuat Bentuk Landasan
Bahan: dapat dibuat dari shellac base plate/ostron 100 atau malam
Alat:
1. Shelac base plate/ostron dirol sampai tebalnya 1 mm (H)
2. Bunsen burner
3. Baby powder
4. Gunting
5. Kuas
6. Pensil 2B


Cara Pembuatan:
1. Shelac base plate dilunakkan dengan lampu spiritus, lalu ditelakkan di atas
model kerja (yang telah dibasahi air atau diberi baby powder) dan ditekan
dengan bantuan handuk basah
2. Sisa shellac base plate dibuang dengan gunting atau cutter, yaitu 1-2 mm dari
tepi landasan gigi tiruan
3. Ruang antara tepi shellac base plate dan tepi landasan geligi tiruan diisi
malam (model kerja dibasahi terlebih dahulu)

B. Membuat Tanggul Malam/Galangan Gigit
Cara membuat galangan gigit ada 2 yaitu:
a. dengan wax rims former
b. dengan lembaran malam yang digulung
a. Pembuatan galangan gigit dengan wax rims former
- Potongan-potongan malam dicairkan (tidak boleh berdidih) lalu dituangkan ke
dalam wax rims former
- Setelah malam mengeras lalu dikeluarkan dari wax rims former
b. Pembuatan galangan gigit dengan lempeng malam yang digulung
Ambil selembar malam, lalu dilunakkan diatas lampu spiritus. Pertama-tama
kita lunakkan sebelah sisi, kemudian sisi ini kita gulung (dalam gulungan ada
malam cair, untuk penyatu). Lembaran malam dipanasi lagi, lalu diulung lagi
sampai membentuk sebuah silinder. Harus diperhatikan bahwa setiap
digulung malam tersebut harus melekat satu dengan lainnya.

C. Membuat Tanggul Gigitan
Meletakkan tanggul malam diatas bentuk landasan dengan patokan
1. Titik dibawah tanggul malam yang merupakan titik pertemuan garis
tengah tanggul dengan tengah-tengah tanggul anterior berhimpit dengan
titik pertemuan puncak linger anterior dengan garis tengah model kerja
rahang
2. Pindahkan garis puncak linger model kerja pada tanggul malam sehingga
garis puncak linger rahang letahnya pada
- Tanggul malam rahang atas:
Bagian bukal:bagian palatal = 2:1 (4 mm di bagian bukal dan 2 mm di bagian
palatal)
- Tanggul malam rahang bawah:
Bagian bukal:bagian lingual = 1:1 (3 mm di bagian bukal dan 3 mm di bagian
lingual)
3. Panjang tanggul malam sampai bagian distal gigi molar 1
4. Kontur bukal tanggul gigitan diselesaikan dengan menggunakan pisau
gips
5. Lunakkan tanggul gigitan bidang orientasi di atas sebuah glass slab yang
telah diminyaki sebuah sisinya (yang berhadapan dengan bidang orientasi)
dan hangat. Agar diperoleh bidang oklusal atau orientasi yang datar
dengan tinggi tanggul: depan 12 mm dan belakang 10-11 mm

D. Uji Coba Tanggul Gigitan Rahang Atas dan Bawah
Pasien diminta duduk dengan enak dan posisi tegak, lalu tanggul gigitan
malam rahang atas dimasukkan ke dalam mulut pasien dan dilakukan:

Uji coba tanggul gigitan rahang atas dengan pedoman:
1. Adaptasi landasan
- Landasan harus diam ditempat, tidak boleh mudah lepas ataupun bergerak
- Permukaan landasan geligi tiruan harus merapat dengan jaringan
pendukungnya
- Pinggiran landasan tepat, tidak terlalu panjang atau terlalu pendek
2. Dukungan bibir dan pipi
Setelah tanggul gigitan dipasang di dalam mulut
- Pasien harus tampak normal seakan akan seperti bergigi. Penilaiannya: sulkus
naso-labialis dan philtrum pasien tampak tidak terlalu dalam atau hilang
alurnya
- Bibir dan pipi pasien tidak boleh tampak cembung dan cekung
Mengukur 1/3 panjang muka dan dimensi vertikal dengan Boley gauge atau
jangka sorong. Mengukur kesejajaran bidang orientasi dengan Fox bite gauge.
3. Panjang tanggul gigitan
Sebagai pedoman untuk tanggul gigitan atas adalah low lip line yaitu
pada saat pasien istirahat, garis insisal/bidang oklusal/bidang orientasi
tanggul gigitan atas setinggi garis bawah bibir atas dilihat dari muka dan
dilihat dari lateral, sejajar garis ala nasi-tragus (seolah-olah tidak terlihat
tanggul gigitan). Sedangkan pada saat tersenyum garis insisal/bidang
orientasi tanggul gigitan atas ini terlihat kira-kira 2 mm di bawah sudut
bibir.
4. Bidang orientasi
Kita cari bidang orientasi dengan mensejajarkan
- Bagian anterior dengan garis pupil
- Bagian posterior dengan garis Camper yang berjalan dari ala nasi ke
tragus/porion

Uji coba tanggul gigitan rahang bawah
Dengan pedoman:
1. Adaptasi landasan
- Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam ditempat, tidak boleh
mudah lepas atau bergerak
- Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena luas landasannya
yang lebih sempit dan gangguan gerakan lidah
2. Tanggul gigitan
- Bidang orientasi tanggul gigitan rahang bawah harus merapat, tidak boleh ada
celah, dengan bidang orientasi tanggul gigitan rahang atas
- Permukaan labial atau bukal tanggul gigitan harus sebidang dengan yang atas.
Bila kelebihan harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan harus
ditambah. Posisi rahang atas dan bawah dalam gigitan sentrik sementara yang
disebut juga tentative
- Tarik garis medan pada tanggul gigitan sesuai dengan garis median pasien.

5. Pengukuran Dimensi Vertikal dan Horizintal Secara Fisiologis
Pasien diminta istirahat ketika galangan gigit berada di dalam mulut, dengan
duduk tegak dan kepala tidak ditopang. Setelah galangan gigit dipasang dalam mulut
pasien, pasien menelan dan mandibula diistirahatkan. Setelah pasien terlihat benar-
benar santai, bibir dibuka
untuk melihat besarnya ruangan yang tersedia di antara galangan gigit. Pasien harus
membiarkan dokter gigi membuka bibirnya tanpa perlu dibantu dan tanpa
menggerakkan rahang atau bibirnya. Jarak antar-oklusal pada posisi istirahat ini
besarnya harus 2-4 mm dilihat di daerah premolar. (Zarb, 2002)
Dengan penerapan rumus


Pertama diukur dimensi / jarak vertikal pasien dalam keadaan istirahat tanpa
galangan gigit. Kemudian dikurangi dengan free way space sebesar 2-4 mm.

Dimensi Vertikal = Rest Position Free Way Space

Penggolongan pengukuran dimensi vertikal ada 2 cara:
1. Dengan Wills bite gauge
Pada alat ini ada 3 bagian penting :
a. Fixed arm, yang diletakkan dibawah hidung
b. Slidding arm, yang dapat digeser dan mempunyai sekrup, diletakkan dibawah
dagu.
c. Vertical orientation gauge, yang mempunyai skala dalam mm/cm, ditempatkan
sejajar sumbu vertikal dari muka.
2. Two dot tecnique
Mengukur 2 titik (satu pada rahang atas, satu lagi pada rahang bawah), yang
ditempatkan pada daerah yang tidak bergerak yaitu diatas dan dibawah garis bibir dan
kedua diukur dengan jangka panjang
3. Penyesuaian tinggi permukaan bidang oklusal
Bila galangan gigit sudah retentif pasien diminta untuk menutup mulut perlahan-
lahan dengan kedua galangan gigit terpasang. Dua jari telunjuk ditempatkan pada
galangan gigit di daerah premolar bawah dan pada saat pasien menutup mulut dengan
perlahan jari digerakkan
kearah bukal tetapi tetap berkontak dengan permukaan oklusal dari kedua galangan
gigit.
Perhatikan dengan cermat titik-titik yang pertama kali berkontak antara galangan
gigit atas dan bawah.
Bila terjadi kontak pertama, tinggalkan satu jari di antara kedua galangan gigit
untuk mempertahankan celah. Kemudian dengan pisau malam digambar garis pada
permukaan bukal dari galangan gigit bawah. Garis ini menunjukkan jumlah malam
yang harus dibuang dari 7 galangan gigit bawah sehingga dapat berkontak rata
dengan galangan gigit rahang atas.
Galangan gigit rahang bawah dilepas dari mulut dan dikurangi sampai garis dengan
pisau malam, kemudian permukaannya diratakan.
Sebaiknya permukaan oklusal tidak dibuat melampaui molar pertama karena
kontak oklusal di atas ujung posterior yang miring akan cenderung menggeser
galangan gigit. Akan tetapi basis harus tetap menutup seluruh daerah gigi tiruan.
Galangan gigit rahang bawah dimasukkan kembali ke dalam mulut dan pasien
diminta untuk menutup dengan lidahnya ditarik ke belakang kearah tenggorokan.
Lalu diperiksa apakah kedua galangan gigit berkontak rata. Penyesuaian dilanjutkan
dan galangan gigit rahang bawah terus dikurangi sampai didapatkan kontak yang
rata. (Watt dan McGregor, 1992

6. Pemasangan Model dalam Artikulator
Sebelum memasang model kerja dengan galangan gigit dalam artikulator,
harus dipersiapkan jenis artikulator yang akan dipakai dan dilakukan persiapan model
yang meliputi: penyesuaian ketinggian model atas dan bawah dengan ruang antara
bagian atas dan bawah artikulator.
Bila terlalu tinggi, yang paling aman adalah mengurangi model rahang bawah.
Caranya :
* Menggoreskan garis median pada bagian atas model kerja atas
* Mempersiapkan artikulator sesuai, untuk geligi tiruan lengkap harus menggunakan
artikulator yang dapat menirukan segala gerakan rahang dan keadaan lainnya dalam
mulut secara umum seperti "Free Plane Artikulator"
* Pertama tama memasang model kerja beserta galangan gigit atas pada mounted
table artikulator dengan pedoman:
o Garis tengah model kerja dan galangan gigit atas berhimpit dengan garis
tengah meja artikulator
o Bidang orientasi galangan gigitan atas berhimpit (tidak boleh ada celah)
dengan meja artikulator
o Garis median anterior galangan gigit malam (P) menyentuh titik perpotongan
garis median dan garis insisal meja artikulator (Q)






o Petunjuk jarum insisal horisontal harus menyentuh titik perpotongan garis
tengah dan garis insisal meja artikulator. Kegunaannya supaya mengikuti
segitiga Bonwill yang di bentuk oleh kedua kondilus kiri dan kanan dan titik
perpotongan tadi. Segitiga Bonwi merupakan segitiga sama sisi yang
menentukan jarak rahang atas terhadap kondilus secara umum.




o Petunjuk insisal vertikal harus menyentuh meja insisivus untuk
mempertahankan dimensi vertikal yang telah didapat dari pasien
* Setelah pedoman-pedoman tersebut terpenuhi maka model kerja berikut galangan
gigitan malam atas dicekatkan dengan malam pada meja artikulator.
* Lalu bagian atas model kerja difisir dengan gips pada bagian atas artikulator
* Setelah gips mengeras meja artikulator dilepas
* Model kerja bersama dengan galangan gigitan malam bawah disatukan dengan yang
atas dengan bantuan 4 kunci bentuk segiempat
* Artikulator dibalik, lalu bagian bawah model kerja rahang bawah difisir dengan
gips pada bagian bawah artikulator





7. Penyusunan Gigi
Tahapan penyusunan gigi dalam pembuatan full denture diawali dengan
penyusunan gigi anterior RA, gigi anterior RB, gigi posterior RA dan yang
terakhir gigi posterior RB.
a. Penyusunan gigi anterior RA
Penyusunan gigi anterior RA dimulai dengan menyusun gigi insisiv sentral, insisiv
lateral kemudian gigi caninus. Teknik pemasangan gigi sebagai berikut :
- Insisiv sentral RA, sumbu gigi sedikit condong 5
o
ke arah distal dan ujung
insisal menyentuh bidang oklusal.
- Insisiv lateral RA, lebih condong ke distal daripada insisiv sentral membentuk
sudut 10
o
. Ujung insisal insisiv lateral tidak menyentuh bidang oklusal,
berjarak 0,5 1 mm di atas bidang oklusal.
- Caninus RA, sumbu gigi juga lebih condong ke distal mengikuti gigi insisiv
lateral RA. Dari arah labio-palatal sumbu gigi terlihat hampir tegak lurus.
Ujung insisal menyentuh bidang oklusal.
b. Penyusunan gigi anterior RB
Urutan penyusunan gigi anterior RB sama dengan gigi anterior RA. Teknik
penyusunannya dengan cara memperhatikan adanya overbite (A) dan overjet (B).
Besar overbite 1 2 mm sedangkan overjet 2 3 mm.










c. Penyusunan gigi posterior RA
Urutan penyusunan gigi posterior RA dimulai dari gigi premolar pertama RA,
premolar kedua RA, molar pertama RA dan molar kedua RA. Teknik pemasangan
gigi sebagai berikut :
- Premolar pertama RA sumbu gigi tegak lurus. Posisi cusp bukal menyentuh
bidang oklusal dan cusp palatinal tidak menyentuh bidang oklusal.
- Premolar kedua RA sumbu gigi tegak lurus. Letak cusp bukal dan palatinal
menyentuh bidang oklusal.
- Molar pertama RA sumbu ggigi sedikit condong ke arah mesial dan hanya
cusp mesio palatinal yang menyentuh bidang oklusal.
- Molar kedua RA sumbu gigi juga condong ke arah mesial dan tidak ada cusp
yang menyentuh bidang oklusal.
Penyusunan gigi posterior dilihat dari arah transversal membentuk curve of
manson.





d. Penyusunan gigi posterior RB
Urutan penyusunan gigi posterior RB diawali dengan menyusun molar pertama
RB. Penyusunan molar pertama RB dengan cara memposisikan cuspmesiobukal
molar pertama RA pada bukalgroove molar pertama RB. Kemudian dilanjutkan
dengan penyusunan molar kedua RB di sebelah distal molar pertama RB dan
premolar kedua RB di sebelah mesial molar pertama RB yang telah disusun.
Penyusunan terakhir merupakan penyusunan gigi premolar pertama RB. Apabila
tempat yang tersedia tidak cukup, maka dilakukan pengasahan pada bagian
proksimal premolar RB.

8. Pembuatan Kontour Gingiva
Hal hal yang harus diperhatikan pada pembuatan kontour gingiva adalah sebagai
berikut.
a. Root prominence
Root prominence adalah tonjolan pada gingiva yang mencerminkan adanya
akar gigi di bawahnya.
b. Mc. Calls Feston
Mc. Calls Feston merupakan daerah servikal gigi yang berupa garis dan
bentuknya membulat.
c. Stippling
Stippling merupakan bintik bintik pigmentasi di seluruh permukaan gingiva.
d. Gingival resection
Gingival resection yaitu turunnya gingiva sehingga sebagian dari akar gigi
tampak, biasanya terjadi pada penderita usia lanjut.
e. Rugae dan raphe palatina yang terletak pada bagian palatal RA.

9. Pemrosesan Akrilik dan Buang Malam
A. Penanaman Model Pada Kuvet (Flasking)
Flasking adalah suatu proses penanaman model dan trial denture malam dalam suatu
flask/cuvet untuk membuat sectional mold. Mold bagian bawah dibuat dengan
menanam model dalam gips dan bagian atas dibuat dari 2 adukan stone yang
terpisah di atas denture malam. Proses ini dilakukan untuk memampatkan dan
memproses resin akrilik saat pembuatan landasan gigi tiruan dan alat-alat prostetik
lainnya.
Prosedur flasking antara lain :
1. Gigi tiruan malam lengkap dicekatkan pada modelnya, lalu dilepaskan dari
articulator.
2. Pilih flask dengan ukuran yang disesuaikan, lihat ada jarak model dengan dinding
flask minimal 1/8 inchi dan tinggi gigi atau jarak gigi dengan tutup flask minimal
inchi.
3. Sebelum menanam model pada kuvet, model kerja diulas terlebih dahulu dengan
bahan separasi (vaselin) agar mencegah terjadinya perlekatan dengan gips dan
memudahkan model untuk dilepas pada saat deflasking.
4. aduk adonan gips, tuangkan pada kuvet/flask bawah lalu tanam model, dan
rapikan adoanan gips yang berlebih.

5. Tunggu hingga mengeras, setelah itu ulasi permukaan gips yang sudah mengeras
tadi dengan bahan separasi.
6. Aduk adonan gips biru, kuaskan/ulasi pada gigi dan malam gigi tiruan sambil
digetarkan. Kemudian pasang flask/kuvet atas tanpa tutup, lalu isikan/tuangkan
adonan gips biru kedalam kuvet/flask hingga menutupi oklusal gigi.
7. Setelah adonan gips biru mengeras, buat adonan gips putih lalu isikan/tuangkan
dalam kuvet hingga penuh, lalu tutup dan dipress dengan press begel.
8. Setelah adonan gips
mengeras. Rendam
flask/kuvet dan press
begel dalam air mendidih
selama 5 menit. Keluarkan
dan buka flask perlahan-
lahan.
10. Buang malam, semua
gigi tinggal di mold bagian
atas. Siram dengan air
mendidih hingga malam
benar-benar bersih.
(boiling out).
11. Menunggu flask
dingin, persiapkan posterior palatal seal dan daerah-daerah yang akan direlief pada
model atas.
12. Untuk mencegah cairan resin terserap ke permukaan mold, poles mold
dengan cairan tinfoil untuk menseal porositas dari stone. Cairan tinfoil
dicoating segera setelah malam bersih dan kering serta mold masih hangat
sehingga cairan tinfoil akan kering dan segera melekat pada stone. Proses ini
harus menghasilkan permukaan yang halus dan mengkilap
B. Packing
Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik. Memiliki
dua metode yaitu: dry method dengan mencampur monomer dan polimer langsung
di dalam mold, dan wet method dengan mencampur monomer dan polimer di luar
mold dan bila sudah mencapai dough stage baru dimasukkan dalam mold.
Proses pencampuran monomer dan polimer mengalami 6 stadium:
1. Wet sand / sandy stage
2. Puddle sand
3. Stringy / sticky stage
4. Dough / packing stage
5. Rubbery stage
6. Stiff stage
Packing dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Packing untuk cara Flasking: holding the casting
a. Polimer dicampur ke dalam monomer dalam mixing jar, lalu aduk perlahan-lahan
sebentar, tunggu hingga dough stage
b. Ambil adonan akrilik dengan kertas cellophane. Untuk RA dibuat gulungan dan
diratakan pada model rahang, sedangakan pada kuvet antagonisnya dibuat gulungan
dan ratakan pada daerah yang bergigi. Untuk RB dibuat gulungan dan selanjutnya
perlakuan sama dengan RA.
c. Setelah itu kuvet di satukan, dan dipress dengan bench press sebanyak 3 kali
(900, 1200 dan 1500 kg/cm
2
). Setelah pengepressan pertama dan kedua, jika
terdapat kelebihan resin akrilik dapat dibuang. Pada pengepressan terakhir kertas
cellophane dilepas. Selanjutnya kuvet di pindah ke press beugel.
d. Kuvet dan press beugel direndam dlu dalam air sebelum dilakukan pemasakan
akrilik ( kurang lebih 6-7 jam)
e. kuvet dan press beugel dimasukkan dalam air mendidih, hingga kurang lebih 20
menit, selanjutnya api dimatikan dan kuvet dibiarkan dalam air hingga suhu air
normal kembali.
f. Setelah dingin, kuvet dilepas dari press beugel, dan dibuka perlahan, didapatkan
hasil gigi tiruan kasar dari penggodokan akrilik yang selanjutnya akan dilakukan
proses remounting.









Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada prosedur packing:
1. Perbandingan dan lamanya waktu mencampur monomer dengan polimer: sesuai
aturan pabrik. Biasanya 1:3 atau 1:4
2. Menentukan packing time: yaitu waktu yang tepat untuk memasukkan adonan
akrilik ke dalam mold. Bila masih lengket dan seperti berserabut belum bisa di
packing. Tunggu hingga benar-benar lepas dengan mudah.

10. Remounting
Remounting atau pemasangan kembali gigi tiruan dalam articulator bertujuan
untuk mengkoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis dari gigi tiruan yang baru
selesai diproses (buang malam). Hubungan oklusi yang tidak harmonis dapat
disebabkan oleh :
1. Penyusutan bahan landasan gigi tiruan akrilik setelah diproses
2. Kesalahan waktu prosedur packing resin akrilik dimana kelebihan resin akrilik
terlalu banyak
3. Prosedur memasak gigi tiruan (curing) yang terlalu cepat dengan temperatur
pemanasan yang terlalu tinggi.
Perubahan oklusi dapat diperbaiki dengan cara :
1. Mengembalikan tinggi vertikal sesuai dengan tinggi vertikal sebelum gigi
tiruan di proses.
2. Memperbaiki oklusi eksentris (working and balancing occlusion)

11. Selective Grinding
Selective grinding ialah memodifikasi permukaan oklusal gigi-gigi dengan
mengasahnya pada tempat selektif / terpilih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pengasahan ini menghilangkan kontak oklusal yang menyimpang kontak-kontak gigi
yang menyimpangkan rahang bawah dari alur penutupan normal hingga relasi sentris.
Langkah awal dari pengasahan selektif adalah selalu untuk memperoleh kembali
dimensi vertikal oklusal. Untuk memperoleh kembali dimensi vertikal oklusal, satu
dari kedua permukaan gigi yang berlawanan dari setiap kontak yang menyimpang
dalam oklusi sentris harus dikurangi.

2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETENSI DAN STABI LI TAS
a. Retensi
Retensi merupakan daya tahan gigi tiruan terhadap gaya yang menyebabkan
pergerakan ke arah yang berlawanan dengan arah pemasangannya. Retensi
merupakan kemampuan gigi tiruan untuk tahan terhadap gaya gravitasi, sifat
adhesi makanan, dan gaya-gaya yang erhubungan dengan pembukaan rahang,
sehingga akan menghasilkan gigi tiruan tetap pada posisinya didalam rongga
mulut.
Menurut Basker dkk (1996), kekuatan retentif memberikan kekuatan terhadap
pengungkitan gigi tiruan dari mukosa pendukung dan bekerja melalui 3
permukaan gigi tiruan antara lain:
Permukaan oklusal (occlusal surface): bagian permukaan gigi tiruan yang
berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai pada gigi
tiruan lawan atau gigi asli.
Permukaan poles (polishing surface): bagian permukaan gigi tiruan yang
terbentang dari tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan
palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya dipoles, termasuk
permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan permukaan ini berkontak
dengan bibir, pipi, dan lidah.
Permukaan cetakan (finishing surface): bagian permukaaan gigi tiruan yang
konturnya ditentukan oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi tiruan
yang terbentang ke permukaan poles.

Tekanan retentif yang berperan terhadap semua permukaan adalah tekanan otot
dan tekanan fisik. Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting
dalam keberhasilan GTL. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi GTL,
terutama GTL rahang atas adalah sebagai berikut ini:
1. Faktor fisis:
a. Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek
retensi dari tekanan atmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah
disekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas,
pada permukaan bukal dan lingual gigi tiruan bawah.
b. Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari palatum
molle dekat fovea palatine.
2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan
kontak antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut, tergantung dari
efektivitas gayagaya fisik dari adhesi dan kohesi, yang bersama sama
dikenal sebagai adhesi selektif.
3. Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface).
Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi
oleh basis gigi tiruan.
4. Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai
pegangan terutama pada rahang atas.
5. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untuk
menghindari rasa sakit dan terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi.
6. Ketebalan GTL. Ketebalan GTL RA dan RB tidak sama, yaitu protesa RB
lebih tebal dibanding protesa RA. Untuk menjaga stabilisasi yang baik
harus memperhatikan:
a) polishing surface
b) occlusal surface
c) penyesuaian gigi-gigi tiruan
d) artikulasi
e) dimensi vertikal, apabila dimensi vertikal kurang maka gigi geligi
tidak tampak dan bila terlalu tinggi maka gigi geligi terlihat panjang
dan tidak baik.
Retensi gigi tiruan lengkap lepasan didapat juga dari tiga hal, yaitu:
1. ketepatan kontak antara basis gigi tiruan dan mukosa mulut. Kontak yang baik
antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut sesuai anatomi rongga mulut
akan membuat retensi yang baik.
2. perluasan basis gigi tiruan. Basis gigi tiruan ini akan menutupi tepi ridge baik
pada bagian fasial maupun palatal/lingual serta puncak ridge. Jika bentuk
palatum pasien kurang menguntungkan (bentuk tapeted), maka kontak basis
pada bagian ridge ini harus dibuat semaksimal mungkin untuk mendapat
retensi yang baik.
3. pengap periferi (peripheral seal). Retensi yang baik akan didapat jika terdapat
celah yang kecil antara basis dengan mukosa. Dengan demikian, tekanan yang
menahan basis ini akan semakin kuat sehingga retensi dari gigi tiruan akan
baik.
b. Stabilisasi
Stabilisasi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk tetap stabil dan konstan pada
posisinya saat digunakan. Stabilias mengacu pada suatu tahanan untuk melawan
pergerakan horizontal dan tekanan yang cendrung akan mengubah kedudukan
basis gigi tiruan dan pondasi pendukungnya pada arah horizontal atau rotasi.
Faktor-faktor yang berperan dalam menghasilkan stabilitas gigi tiruan adalah:
1) Ukuran dan bentuk basal seat.
2) Kualitas cetakan akhir.
3) Kontur permukaan yang halus.
4) Penyusunan gigi tiruan yang baik dan tepat.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi
Retensi dan stabilisasi gigi tiruan sangat berkaitan. Secara global factor-faktor
yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan adalah:
1) Adhesi.
Adhesi adalah daya tarik fisik satu sama lain antara molekul-molekul
yang berbeda. Pada Gigi tiruan lengkap terjadi pada saliva terhadap
permukaan basis gigi tiruan dan mukosa
2) Kohesi.
Kohesi adalah daya tarik fisik satu sama lain antara molekul-molekul
yang sama. Hal ini terjadi pada lapisan tipis saliva di antara basis gigi
tiruan dan mukosa.
3) Tegangan permukaan interfasial.
Tegangan permukaan interfasial adalah daya tahan terhadap pemisahan
yang dihasilkan oleh lapisan yang dapat menyebabkan naik turunnya
permukaan cairan saat berkontak dengan benda padat.
4) Kapilaritas (daya tarik kapiler).
Kapilaritas (daya tarik kapiler) adalah gaya yang dihasilkan dari tekanan
permukaan yang dapat menyebabkan naik turunnya permukaan cairan saat
berkontak dengan benda padat.
5) Tekanan atmosfer.
Untuk memanfaatkan tekanan atmosfer secara efektif, gigi tiruan harus
memiliki peripheral seal yang baik di seluruh tepinya. Untuk memastikan
peripheral sealini, batas gigi tiruan diperluas sampai batas antara jaringan
bergerak dan tidak bergerak, namun tidak boleh sampai melukai.
6) Mechanical locks.
Mechanical lock berupa undercutmerupakan salah satu pendukung
retensi.
7) Otot-otot fasial dan rongga mulut.
Gigi tiruan di dalam rongga mulut dapat memperoleh retensi dari otot-
otot bibir, lidah, dan pipi yang beradaptasi dengan baik dengan gigi tiruan.

3. I NDI KATOR KEBERHASI LAN PERAWATAN
Gigi tiruan baru selalu membutuhkan waktu penyesuaian. Pasien gigi tiruan
pertama kali mungkin memerlukan beberapa minggu untuk membiasakan diri alat
baru mereka. Pidato dapat diubah, dan mungkin memerlukan adaptasi lidah dan bibir.
Selama beberapa hari pertama, harus memakai gigi tiruan untuk selama mungkin, dan
mengunyah makanan lunak dalam gigitan kecil. Ingat, gigi tiruan tidak memiliki
efisiensi mengunyah sama seperti gigi alami dan dapat mempengaruhi selera
makanan. Jika gigitan merasa tidak merata setelah beberapa hari, kita dapat
menyesuaikan cara kontak gigi di tindak lanjut kunjungan. Jika masih belum
menemukan posisi yang pas dalam menggunakan gigi tiruan maka ada baiknya untuk
melakukan kontrol. Ini akan sangat membantu dalam menemukan lokasi yang tepat
dari daerah yang kurang pas, dan melakukan penyesuaian secara signifikan lebih
mudah dan lebih dapat diprediksi.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada perawatan post insersi gigi tiruan adalah :
Pasien diintruksikan untuk memakai prothesa siang dan malam untuk 2-
3 hari pertama pemakaian dan hanya dilepas untuk dibersihkan setelah
makan, sebelum tidur, dan pagi hari. Hal ini dimaksudkan untuk
mempercepat penyesuaian mukosa terhadap bentuk gigi tiruan yang baru
Pasien diinformasikan bahwa akan ada perubahan suara dan rasa tidak
nyaman setelah pemasangan gigi tiruan, namun hal itu tidak berlangsung
lama dan akan kembali normal
Pasien diinstruksikan untuk melepas gigi tiruan saat akan tidur, hal ini
dimaksutkan agar otot-otot maupun jaringan di bawahnya bisa relax
Jika terdapat keluhan pada saat pemakaian, pasien diinstruksikan untuk
segera kontrol ke dokter gigi.
Pasien diintruksikan untuk kontrol 3-4 hari setelah pemakaian prothesa
untuk pasien biasa dan 1-2 hari untuk pasien yang memiliki kasus
mukosa yang sudah menua dan mudah luka.

Gigi tiruan dibersihkan dengan sikat gigi dan pembersih khusus, maca
pembersihnya yaitu :
o makan dan direndam dengan air untuk mencegah pengeringan
o Mukosa pendukung dibersihkan dengan sikat gigi yang lembut
dan perlahan untuk menghindari kerusakan mukosa selama 1-
2 menit tiap pagi dan malam hari.

Seiring waktu, atau dengan penurunan berat badan atau keuntungan, jaringan
gusi yang mendukung dan tulang dapat berubah bentuk dan ukuran. Reline periodic
pada gigi tiruan mungkin perlu untuk memastikan maksimalnya fungsi gigi tiruan.
Gigi tiruan dapat mengakbatkan perubahan kondisi rongga mulut dari waktu ke
waktu. Untuk alasan ini, pemeriksaan tahunan jaringan dan gigi tiruan dianjurkan.

4. PERAWATAN POST OPERATI F
Penilaian keberhasilan suatu perawatan dengan gigi tiruan lepasan dapat dilakukan
dengan menggunakan indikator rasa nyaman dalam mulut, kembalinya fungsi
pengunyahan, estetika dan bicara. Keberhasilan perawatan akan dinilai optimal bila
didapat keserasian antara pemeriksaan obyektif yang dilakukan oleh operator dengan
persepsi pasien. Pada penelitian (Odang, 1992) dengan subyek penderita usia 50
tahun ke atas, didapatkan data bahwa rasa nyaman pasien utamanya dikaitkan dengan
fungsi pengunyahan.

Berikut ini merupakan indicator keberhasilan gigi tiruan lepasan yang meliputi:
a. Aesthetics
Estetik merupakan alasan utama sebagian besar pasien mencari perawatan
prostodontik. Sehingga suatu perawatan gigi tiruan dianggap berhasil jika dapat
mengatasi masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk,
susunan, warna maupun berjejalnya gigi-geligi.
b. Mastication
Keberhasilan perawatan prostodontik dapat diukur dengan adanya perbaikan atau
peningkatan fungsi kunyah pada pasien setelah menggunakan gigi tiruan. Dengan
demikian protesa dianggap berhasil mempertahankan atau meningkatkan efisiensi
kunyah.
c. Speech
Jika pemakaian gigi tiruan dapat mengakibatkan kelainan bicara, maka perawatan
tersebut dianggap kurang berhasil. Tetapi jika pemakaian gigi tiruan mampu
meningkatkan fungsi bicara, maka perawatan prostodontik tersebut telah berhasil
karena pasien dapat tetap berbicara dengan lancar dengan penggunaan protesa di
dalam rongga mulutnya.
d. Health of The Oral Cavity
Keadaan oral hygine pasien setelah pemakaian gigi tiruan harus tetap dalam
keadaan sehat. Oleh karena itu diperlukan penjelasan pada pasien bahwa keadaan
mulut bukanlah suatu hal yang tetap, sehingga pasien diinstruksikan untuk
melakukan pemeliharaan kesehatan dan kebersihan mulut sehingga risiko
pemakaian protesa menjadi minimal.
Keempat indikator tersebut harus terpenuhi pada pengecekan di tiga kali kontrol
pertama setelah insersi dan pada pada saat kontrol setelahnya.















Daftar Pustaka
Ny. Njitiningsih W.H. 1991. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. Jakarta: EGC.
Watt, David M& MacGregor, A.Roy. 1992. Membuat Desain Gigi Tiruan
Lengkap.Jakarta:Hipokrates.
R.M.Basker, J.C. Davenport&H.R.Tomlin. 1996. Perawatan Prostodontik
BagiPasien Tak Bergigi. Jakarta: EGC.
Basker., R. M., Davenport, J.C. and Tomlin, H. R., 1996. Perawatan Prostodontik
bagi Pasien Tak Bergigi ( terj. ), Edisi III. EGC: Jakarta.
http://www.newtowndental.com/PODentures.html [on-line] diakses 10 November
2014
Gunadi, A. Haryanto, dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan
Jilid 1. Jakarta: Hipokrates.
Odang, Roselani.1999. Keberhasilan Perawatan dengan Gigi Tiruan Dinilai dari
Fungsi Stomatognati dan Tingkat Kepuasan Pasien Suatu Evaluasi terhadap Pasien
Lanjut Usia.Jakarta:Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai