Anda di halaman 1dari 5

TUGAS GIGI TIRUAN PENUH

Nama : Kahica Nurhidayah


No Sb : 047/G/18

1. Tujuan mencatat identitas pasien :


 Nama pasien 
- Diperlukan untuk membedakan pasien yang satu dengan yang lain.  
- Memudahkan mencari kembali kartu status bila diperlukan.
- Untuk pendaftaran pada registrasi pasien.
 Alamat : Diperlukan untuk memanggil kembali penderita jika diperlukan.
 Jenis Kelamin : perlu diketahui karena ada hubungannya dengan perawatan,
terutama dari segi estetika. Wanita pada umumnya lebih mengutamakan estetika
dari pada pria.
 Umur : pada perawatan prostodonsia, pengaruh lanjut usia ,menjadi pertimbangan
:
a. Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut,
koordinasi otot-otot, ukuran pulpa gigi dan panjang mahkota klinis
b. Pada usia lanjut, biasanya gigi sudah mengalami atrisi atau abrasi
c. Pada usia muda, kita dapat mempertimbangkan keadaan ruangan pulpa
yang masih lebar dan derajat karies masih tinggi
d. Untuk pertimbangan memilih warna gigi
 Pekerjaan
- Dengan mengetahui kesibukan/pekerjaan dari pasien maka dapat diketahui
keadaan social ekonomi dari pasien dengan demikian kita dapat
memperkirakan kemungkinan bisa tidaknya pasien melakukan kunjungan yang
teratur sesuai dengan rencana perawatan.
- Seseorang yang dalam tugasnya sering berhubungan dengan public
membutuhkan faktor estetik yang baik, misalnya penyanyi yang
mengutamakan estetik perlu diperhatikan warna, ukuran dan bentuk, susunan
giginya dan hubungan dengan gigi tetangganya dan bahan-bahan yang
digunakan.
2. Pada pasien yang pernah menggunakan gigi tiruan harus diberikan kesempatan untuk
menceritakan masalah-masalah yang di hadapi tentang gigi tiruan yang lau. Dari alasan
ini kita dapat mengerti keinginan pasien untk berkunjung, misalnya karena gigi tiruannya
tidak nyaman dipakai atau mengalami kesulitan dalam pengunyahan dan berbicara.
Perlu juga ditanyakan tentang berapa lama pemakaian gigi tiruannya dan kapan terakhir
kali menggunakannya, dan mengapa tidak digunakan lagi. Informasi ini dapat
memberikan gambaran mengenai toleransi pasien terhadap gigi tiruan (memperkirakan
seberapa jauh resorbsi yang telah terjadi pada alveolar ridge).
3. Keadaan kesehatan umum pasien dapat diketahui dengan melihat kondisi tubuh pasien
sewaktu masuk klinik. Selain itu, kita perlu menanyakan riwayat penyakit umum yang
pernah diderita pasien.
4. Penyakit sistemik seperti Diabetes Mellitus sering disertai kelainan-kelainan dalam
rongga mulut, seperti peradangan pada jaringan mukosa dan penyakit periodontal yang
menyebabkan resopsi tulang yang menyebabkan gigi tiruan penuh longgar serta ridge
gigi yang berubah yang dapat mengakibatkan gigi tiruan penuh haus.
5. Tujuan pemeriksaan ekstra oral :
a. Profil & muka : Bentuk dan profil muka perlu diperiksa untuk pemilihan dan
susunan gigi, juga sebagai pedoman untuk penetapan hubungan rahang.
b. Pupil, Tragus & Hidung : Pemeriksaan ini terutama diperlukan untuk
menentukan garis interpupil dan garis Camper yaitu ditarik dari tragus ke basis
hidung pada kehilangan gigi yang banyak. Garis interpupil ditentukan untuk
kesejajaran dengan bidang insisal galengan gigit anterior. Sedangkan garis
Camper ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang oklusal galengan gigit
posterior. Selain itu, garis yang ditarik dari tragus ke foramen infraorbita juga
dapat dipakai sebagai pedoman untuk mencetak rahang atas yaitu garis tersebut
harus sejajar dengan lantai,agar posisi kepala pasien agak menunduk.
Pemeriksaan cara bernafas pasien dilakukan dengan memakai kaca mulut
yang ditempelkan pada lubang hidung pasien, kemudian pasien diminta untuk
bernafas melalui hidung dengan mulut dalam keadaan tertutup. Bila kaca mulut
terlihat berembun, berarti pernafasan melalui hidung lancer. Bila tidak lancer,
akan menimbulkan kesulitan pada waktu dilakukan pencetakan karena pasien
sukit bernafas yang mengakibatkan rasa ingin muntah. Salah satu jalan
keluarnya adalah memilih bahan cetak dengan waktu pengerasan yang cepat.
c. Rima Oris : Rima oris yang semoit biasanya akan menghalangi pemasukan
sendok cetak dengan bahan cetak ke dalam mulut, maupun pada saat
pengeluarannya. Pemelihan ukuran sendok cetak harus diperhatikan.
d. Kelenjar Submandibular : Pemeriksaan kelenjar submandibularis dilakukan
dengan cara meraba bagian bawah rahang pasien, sebelah medial dari gonion,
kemudian pasien diminta untuk menundudukkan kepalanya ke bawah.
e. Kelenjar Sublingual : Kelenjar yang terletak di bawah dagu. Bila kelenjar
tersebut teraba sakit, berarti ada peradangan pada daerah sekitarnya, bila teraba
tetapi tidak sakit, berarti ada peradangan kronis. Dalam keadaan normal,
kelenjar tidak teraba dan tidak sakit.
f. Sendi Rahang : Letakkan jari pada garis eye-ear line (garis yang ditarik dari
tragus ke sudut mata), kira-kira 11-12 mm dari tragus, lalu pasien diminta
membuka dan menutup mulutnya berkali-kali secara lambat, dan dengarkan
apakah terjadi bunyi klik pada waktu membuka dan menutup mulut. Bila
bunyinya tidak keras, operator tidak bisa mendengar bunyi yang terjadi
(kecuali dengan stetoskop), tetapi pasien sendiri dapat mendengarnya. Pada
saat pasien membuka dan menutup mulutnya, perhatikan juga apakah ada
penyimpangan gerak deviasi, dan apakah pasien mengalami kesulitan pada
waktu membuka mulutnya (trismus). Bila ketiga gejala ini ada, pasien mungkin
mempunyai kelainan sendi rahang, dan dianjurkan untuk memeriksakan dan
meraway sendinya ke bagian gnatologi.
6. Tujuan pemeriksaan Radiologi :
Pemeriksaan panoramik sebenarnya diperlukan untuk menentukan rencana
perawatan, terutama pada kasus kehilangan gigi yang banyak. Kemudian bila
dicurigai adalah kelainan pada gigi tertentu, dilakukan lagi foto dental.
Bila pada pemeriksaan sendi rahang terlihat adanya kelainan sehingga
perawatan gigi tiruan perlu ditunda, langkah selanjutnya adalah pembuatan foto
sendi rahang untuk mengetahui bagaimana posisi kondilus di dalam foramen.
7. Bahan dan teknik cetak anatomis dan fungsional :
a. Cetakan pendahuluan/ cetakan awal/ premilinary impression/ cetakan pertama/
cetakan anatomi
 Cetakan pendahuluan dibuat dengan menggunakan sendok cetak rata-rata /
sendok cetak siap pakai, tergantung pada bahan cetak yang digunakan.
 Tujuannya untuk mendapatkan model anatomi / model diagnostik.
 Sendok cetak stock tray
 Bahan cetak irreversible hydrocolloid. Bahan ini tidak dapat dipakai lebih dari
satu kali setelah dipakai. Digunakan untuk model diagnostic. Contohnya :
Alginate.
 Teknik Mukostatis/ open mouth technique
a. Teknik mencetak tanpa tekanan
b. Teknik tanpa tekanan ini berusaha mencatat secara detail mukosa pendukung
dalam keadaan tidak berubah (diam/ statis), tidak dilakukan border moulding
c. Bahan cetak harus mengalir (viskositas tinggi)
d. Untuk kasus tahanan jaringan tinggi dan flabby, ridge datar, atau pada kasus
kehilangan gigi sebagian.
e. Retensi gigi tiruan sangat baik pada saat keadaan berfungsi.
f. Retensi lebih memanfaatkan tegangan permukaan gigi tiruan dengan jaringan
pendukung.

b. Cetakkan akhir / final impression, secondary impression / cetakan kedua, cetakan


fungsional
 Cetakkan akhir dibuat dengan cetakan perseorangan yang khusus dibuat di atas
model anatomi yang diperoleh dari hasil cetakan anatomi.
 Tujuannnya untuk mendapatkan model kerja / master model yang digunakan
untuk membuat gigi tiruan
 Bahan cetak ZOE pasta atau elastomer
 Sendok cetak perseorangan
 Teknik Mukokompresi/ Mukofungsional / closed mouth technique
a. Teknik mencetak dengan menekan jaringan pedukung.
b. Tepi gigi tiruan saat otot-otot dalam keadaan berfungsi (menelan, makan,
berbicara, dll) harus tercetak secara optimal sehingga hasil cetakan mirip
dengan kondisi saat berfungsi
c. Pasien dianjurkan menggerakkan rahang seperti gerakan fungsional untuk
membentuk cetakan akhir dan dilakukan muscle trimming
d. Gigi tiruan dengan cara ini akan berkontak rapat selama berfungsi
(mengunyah, menelan, dll) tetapi tidak akan berkontak rapat ke jaringan bila
pasien dalam keadaan berfungsi.
e. Dapat menggunakan basis dan galangan gigit. Bahan cetak diletakkan pada
basis galengan gigit yang menghadap mukosa dan dimasukkan ke mulut
dalam keadaan kontak dengan galengan gigit lawan. Psien menggerakkan
rahang seperti gerakkan fungsional.
f. Untuk kasus tahanan jaringan mukosa rendah, ridge tinggi pada rahang tidak
bergigi
g. Menggunakan sendok cetak individual.
8. Retansi adalah kemampuan gigitiruan untuk mempertahankan kedudukannya terhadap
gaya yang arahnya berlawanan dengan arah pemasangan. Faktor yang mempengaruhi
terhadap retensi gigi tiruan penuh :
a. Faktor anatomi, yang meliputi :
1. Ukuran denture bearing area
2. Kualitas denture bearing area
b. Faktor fisiologis
Viskositas saliva menentukan retensi gigi tiruan penuh. Saliva yang kental
yang terakumulasi diantara permukaan jaringan gigitiruan penuh dan palatum
menyebabkan kehilangan retensi. Sementara saliva yang encer akan
mempengaruhi retensi gigi tiruan penuh.
c. Faktor fisis, yang meliputi :
1. Adhesi
Adhesi merupakan daya Tarik fisik pada molekul yang berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya. Pada gigitiruan penuh didapati antara
saliva dengan permukaan gigitiruan penuh dan mukosa.
2. Kohesi
Kohesi adalah daya tarik fisik pada molekul yang sama antara satu dengan
lainnya. Gaya kohesif ini terdapat pada lapisan tipis saliva, dimana
viskositas saliva memainkan peranan penting terhadap kohesi tersebut.
3. Tegangnya permukaan interfasial meruoakan daya tahan terhadap
pemisahan uang dipengaruhi oleh lapisan cairan antara dua oermukaan
yang beradaptasi dengan baik.
4. Daya Tarik kapiler adalah gaya yang dihasilkan dari tekanan permukaan
yang dapat menyebabkan naik turunnya permukaan cairan saat berkontak
dengan benda padat.
5. Tekanan atmosfer berperan dalam melawan gaya yang melepas gigitiruan
penuh jika memiliki seal yang efektif disekeliling gigi tiruan penuh.
Retensi oleh tekanan atmosfer secara langsung sebanding dengan area
yang ditutupi oleh basis.
d. Faktor mekanis, yang meliputi :
1. Undercut
2. Pegas retentif
3. Gaya magnetic
4. Gigitan adhesif
5. Suction chambers dan suction disc
e. Faktor otot dapat digunakan untuk meningkatkan retensi pada gigitiruan penuh.
Otot buksinatir, orbicularis oris, otot instrinsik dan ekstrinsik dari lidah
merupakan otot yang dimanfaatkan dokter gigi untuk mencapai tujuan ini dengan
bantuan teknik mencetak.

Stabilitas adalah kemampuan gigitiruan untuk melawan gaya-gaya saat berfungsi. Faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap stabilitas GTP :
a. Hubungan dari permukaan eksternl dan betas luar gigitiruan terhadp otot orofasial
sekitar.
b. Hubungan basis gigitiruan terhadap jaringan-jaringan di bawahnya
c. Hubungan anara permukaan oklusal yang berlawanan
d. Ukuran dan posisi gigi GTP serta kontur permukaan poles dihadapkan pada gaya
tidak stabil dari lidah, bibir dan pipi.
9. Pemeriksaan tahanan jaringan meliputi bagian palatum dan processus alveolaris RA dan
RB. Pemeriksaan dilakukan dengan penekanan jaringan dengan memakai burnisher.
Tahan jaringan penting untuk mengetahui kemampuan adaptasi jaringan terhaap tekanan
gigi tiruan.
a. Tahanan jaringan tinggi bila pada penekanan tidak menyebabkan erubah warna
jaringan, jaringannya cekat,tidak goyang dan cukup tebal.
b. Tahanan jaringan rendah bila penekanan nampak perubahan warna jaringan
menjadi pucat/putih.
10. Eksostosis merupakan penonjolan tulang yang tajam pada processus alveolaris yang
menyebabkan rasa sakit pada penekanan atau pemakaian protesa. Eksostosis dicatat
lokasinya. Pencatatan ini dilakukan untuk mempertimbangkan perlu tidaknya dilakukan
pembedahan sebelum dilakukan pembuatan gigitiruan. Juga untuk pertimbangan retensi
tambahan serta menentukan arah insersi. Dalam suatu sisi rahang menjadi 2 regio, yaitu
region anterior dan region posterior.
Perawatan untuk eksostosis adalah alveolektomi. Alveolektomi adalah suatu
tindakan bedah untuk membuang prosesus alveolaris yang menonjol baik sebagian
maupun seluruhnya. Alveolektomi juga berarti pemotongan sebagian atau seluruh
prosesus alveolaris yang menonjol atau prosesus alveolaris yang tajam pada maksila atau
mandibula, pengambilan torus palatinus maupun torus mandibularis yang besar.

Anda mungkin juga menyukai