Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN DISKUSI RENCANA PERAWATAN

MODUL: PROSTHODONSI

GIGI TIRUAN LENGKAP

NAMA : YOLLA HAVIDHA ALDARA SUKMA


NIM : J530205047

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2022
1
BAB I

PENDAHULUAN

Penggantian gigi yang telah hilang penting untuk mengembalikan kesehatan dan
fungsi gigi. Gigi tiruan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu gigi tiruan cekat dan gigi
tiruan lepasan. Gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan yang disementasi, diletakan secara
mekanis, atau ditahan oleh gigi asli, abutment implan gigi yang memberikan dukungan
utama pada gigi tiruan. Gigi tiruan lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan sebagian
atau seluruh gigi serta dapat dilepas dan dipasang kembali di dalam mulut. Gigi tiruan
lepasan dibagi menjadi gigi tiruan lengkap (GTL) dan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL).
Gigi tiruan lengkap atau biasa disebut dengan full denture adalah protesa yang
menggantikan semua gigi asli dan jaringan pendukungnya. Apabila seseorang telah hilang
semua gigi-geliginya akan menggganggu fungsi fonetik, estetis dan mastikasi. Adapun
tujuan dari pembuatan gigi tiruan lengkap antara lain :
1. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau
mengembalikan fungsi bicara, estetis dan psikologis.
2. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang serta jaringannya sehingga dapat memperbaiki
kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan tak bergigi.
3. Pada kehilangan gigi tanpa penggantian akan terjadi pengerutan (atropi)
prosessus alveolaris.

Menurut Soelarko dan Herman, gigi tiruan lengkap atau full denture adalah suatu
gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi pada lengkung rahang sehingga dikenal dengan
istilah:
1. Upper Full Denture: gigi tiruan penuh pada rahang atas
2. Lower Full Denture: gigi tiruan penuh pada rahang bawah

Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap adalah:


1. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut
2. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena:
a. Kesehatan/kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki

2
b. Bila dibuatkan GTS, gigi yang masih ada akan mengganggu
keberhasilannya
3. Kondisi umum dan kondisi mulut sehat
4. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosis yang akan diperoleh
Faktor retensi dan stabilitas adalah faktor yang penting dalam keberhasilan GTL.
Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi GTL:
1. Faktor fisis
a. Peripheral seal
Efektivitas peripheral seal sangat mempengaruhi efek retensif dari
tekanan atmosfer. Posisi terbaik untuk peripheral seal adalah disekeliling
gigi tiruan, yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas, permukaan bukal
dan lingual gigi tiruan bawah. Peripheral seal lebih baik dibuat di bagian
bukal, karena reaksi terhadap tekanannya mengarah ke horizontal. Bila
peripheral seal dibuat pada tepi gigi tiruan, maka reaksi tekanannya
mengarah ke vertikal dan cenderung melepas gigi tiruan. Sifat utama pada
daerah ini adalah kontinuitasnya, sehingga penutupan tepinya dapat benar-
benar utuh, dan mencegah masuknya udara di antara basis dan mukosa.
Setiap gaya yang cenderung melepaskan gigi tiruan akan mengurangi
tekanan di bawah gigi tiruan. Makin besar resorbsi bagian bukal, tepi gigi
tiruan bagian bukal harus makin lebar, dan tepi cetakan tebal.
b. Postdam
Diletakkan tepat di sebelah anterior garis getar dari palatum molle dekat
fovea palatina. Tepi posterior dari gigi tiruan rahang bawah diletakkan
pada retromolar pad. Garis postdam harus dibulatkan, rata, dan harus
melintasi mukosa yang menutupi cekungan pterigomaksilaris ke dalam
bagian distal dari sulkus bukal agar bersatu dengan penutupan tepi bukal.
Saluran ini harus dekat pada mukogingiva di antara mukosa bergerak dan
tidak bergerak. Pedoman umum yang baik adalah mengikuti lipatan
mukosa yang timbul akibat konstraksi bucinator saat tertarik ke lingual ke
arah raphe pterigomandibula.

3
2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut.
Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut tergantung
dari efektivitas gaya-gaya fisis dari adhesi dan kohesi yang dikenal sebagai adhesi
selektif. Untuk mendapatkan retensi maksimal, GTL harus tepat sesuai atau pas
dengan permukaan mukosa yang tidak tertekan. Sebaliknya, untuk mendapatkan
dukungan yang maksimal, gigi tiruan harus pas pada jaringan yang tertekan.
Sehingga perlu dibuat suatu cetakan mukostatik bila diperkirakan akan kesulitan
mendapatkan retensi dan cara mukokompresi sebaiknya tidak dilakukan pada
keadaan ini.
Namun kadang pasien merasa gigi tiruannya longgar walaupun
kenyataannya tidak, bila cetakan mukostatik rahang atas berkonsistensi encer.
Pasien merasa lebih cekat jika cetakan dibuat dengan cara mukokompresi, karena
gigi tiruan akan memberikan tekanan yang lebih besar pada jaringan. Beberapa
minggu setelah penggunaan cetakan mukokompresi, retensi sering menjadi lebih
buruk karena jaring sulkus, yang terdesak, akan berubah di sekeliling gigi tiruan.
3. Residual Ridge
Karena tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan (pada
rahang atas). Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang
ditutup oleh basis gigi tiruan. Bentuk prosesus berperan penting dalam retensi gigi
tiruan. Prosesus yang tinggi dapat mencegah terdorongnya gigi tiruan ke lateral,
sehingga dapat mempertahankan kontak yang rapat dengan mukosa. Bentuk
prosesus harus dipertimbangkan dengan kemampuannya untuk mendukung beban
vertikal dan lateral. Resorbsi prosesus alveolaris maksila yang sudah lanjut
menyebabkan retensi akan berkurang.
Tahap awal setelah pasien dilakukan anamnesis dan diindikasikan adalah
pencetakan rahang (impression). Cetakan rahang adalah bentuk negatif dari
seluruh jaringan pendukung gigi tiruan. Pencetakan dilakukan seakurat mungkin
sehingga landasan gigi tiruan dapat mempertahankan kesehatan jaringan
pendukungnya. Macam cetakan rahang untuk pasien tidak bergigi adalah:
1. Cetakan anatomis

4
Sendok cetak yang dipakai adalah sendok cetak biasa (stock tray). Teknik
mencetak yaitu mukostatik dan bahan yang dipakai alginat.

2. Cetakan fisiologis
Pencetakan ini memperhatikan jaringan yang bergerak dan tidak bergerak,
mukosa tidak boleh bertekan. Teknik mencetak yaitu mukodinamik sendok
cetak yang digunakan adalah sendok cetak individual dari shellac dan bahan
cetaknya exaflex.

5
BAB II

LAPORAN KASUS

A. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

1. IDENTITAS

Nama Lengkap : Edy

Tempat / Tanggal Lahir : Jkt,31 Desember 1963

Usia : 59 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Gilingan,RT 3/15,Banjarsari

Pekerjaan : Buruh Harian Lepas

Agama : Islam

No HP :-

2. DATA MEDIK UMUM

Golongan Darah :O

Alergi : Tidak Ada

Penyakit Sistemik : Tidak Ada

Operator : Yolla Havidha

3. ANAMNESIS

KeluhanUtama (CC)

Pasien mengeluhkan gigi rahang atas dan rahang bawah sudah hilang dan merasa tidak
nyaman saat mengunyah.
Riwayat Perjalanan Penyakit (PI)

6
Gigi telah dicabut oleh dokter gigi 3 tahun yang lalu karena sisa akar. Pasien merasa sulit
untuk makan atau mengunyah dan sulit untuk berbicara.
Riwayat Kesehatan Umum (PMH)

 Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat.

 Pasien tidak memiliki riwayat sistemik

Riwayat Kesehatan Gigi (PDH)

Tiga tahun yang lalu pasien datang ke dokter gigi untuk mencabutkan gigi giginya.

Riwayat Kesehatan Keluarga (FH)

Umum :

 Ayah : tidak dicurigai memiliki riwayat sistemik.

 Ibu : tidak dicurigai memiliki riwayat sistemik.

Gigi :

 Ayah : memiliki keluhan gigi sama seperti pasien

 Ibu : memiliki keluhan gigi sama seperti pasien

Riwayat Kehidupan Pribadi / Sosial (SH)

 Pasien mengaku saat ini membersihkan rongga mulut dengan cara berkumur

 Pasien tidak merokok

B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF

1. Kesan Umum Kesehatan Penderita

Jasmani : Sehat, tidak ada kelainan.

Mental : Sehat, kooperatif, komunikatif

2. Vital Sign

Tekanan Darah : 117 / 70 mmHg (Normal)

7
Nadi : 80 x / menit

Pernafasan : 20 x / menit

Suhu : Afebris

Berat Badan : 50 kg

Tinggi Badan : 158 cm

3. Pemeriksaan Ekstra Oral

Fasial Neuromuskular Kelenjar Kelenja Tulang TMJ

Ludah rLimfe Rahang

Deformit
TAK TAK TAK TAK TAK TAk
as

Nyeri TAK TAK TAK TAK TAK TAK

Tumor TAK TAK TAK TAK TAK TAK

Ganggua
TAK TAK TAK TAK TAK TAK
n Fungsi

Deskripsi lesi/ kelainan yang ditemukan : -

4. Pemeriksaan Intra Oral

- Mukosa Bibir : Dalam batas normal, tidak ada kelainan

- Mukosa Pipi : Tidak ada kelainan

- Dasar Mulut : Dalam batas normal, tidak ada kelainan.

- Lidah : Dalam batas normal, tidak ada kelainan.

- Gingiva : Dalam batas normal, tidak ada kelainan.

8
- Orofaring : Dalam batas normal, tidak ada kelainan.

- Oklusi : Tidak ada

- Torus Palatinus : Tidak ada

- Torus Mandibula : Tidak Ada

- Palatum : Normal

- Supernumerary teeth: Tidak Ada

- Diastema : Tidak ada

- Gigi Anomali : Tidak Ada

- Gigi Tiruan : Tidak ada

- Lain-lain : -

5. Hasil Pemeriksaan Jaringan Lunak

Tidak ada kelainan

6. Pemeriksaan gigi geligi

9
7. Gambaran Klinis

a. Foto Ekstra Oral

b. Foto Intra Oral

10
c. Foto Model Studi

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Keseluruhan regio menunjukkan tidak adanya gigi maupun sisa akar pada rongga mulut
pasien

D. DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN


Diagnosis:
D/ RA dan RB edentulous
Rencana perawatan:
TP/ Pembuatan gigi tiruan lengkap (GTL)
11
E. PROGNOSIS
Prognosa GTL baik mempertimbangkan:
1. Oral higiene pasien baik
2. Kesehatan umum pasien baik
3. Jaringan pendukung sehat
4. Pasien kooperatif dan komunikatif

BAB IV
RENCANA PERAWATAN

A. TAHAPAN PERAWATAN
KUNJUNGAN I
1. Pemeriksaan subjektif dan objektif
Pada kunjungan pertama, dilakukan pengisian rekam medis yang terdiri dari data
identitas pasien, pemeriksaan subjektif dan objektif, diagnosis, dan rencana
perawatan. Setelah diinformasikan kepada pasien tentang diagnosis yaitu
edentulous rahang atas dan rahang bawah serta rencana perawatan yang akan
dilakukan yaitu pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan dari bahan resin akrilik
pada rahang atas dan rahang bawah. Menginformasikan kepada pasien mengenai
waktu kunjungan yang akan dilaksanakan dan biaya perawatan. Setelah
pemberian informasi kepada pasien, melakukan informed consent kepada pasien
mengenai perawatan yang akan dilakukan. Selanjutnya dilakukan cetakan awal
untuk pelaksanaan diskusi.
2. Membuat model studi dan model kerja
a. Sendok cetak : perforated stock tray
b. Bahan cetak : alginate/ hidrokoloid irreversibel
c. Metode mencetak : mukostatik
d. Cara mencetak:

12
Memanipulaisi alginat sampai konsistensi tertentu sesuai petunjuk pabrik,
selanjutnya memasukkan adonan alginat tersebut ke dalam sendok cetak dan
memasukkan sendok cetak tersebut ke dalam rongga mulut yang selanjutnya
dilakukan sedikit penekanan pada processus alveolaris RA dan RB dengan otot-
otot bibir dan pipi ditarik. Selanjutnya melakukan muscle trimming supaya bahan
cetak mencapai lipatan mukobukal dan mempertahankan posisi selama setting.
Setelah setting melakukan pengeluaran sendok cetak dari dalam mulut dan
menyiram hasil cetakan dengan menggunakan air dingin untuk membersihkan
saliva kemudian segera melakukan pengisian dengan menggunakan gips stone
untuk membuat model studi dan model kerja. Model studi disimpan sampai kasus
selesai dikerjakan sedangkan model kerja untuk membuat sendok cetak
individual.
3. Membuat sendok cetak individual
Dari study model dibuat sendok cetak individual dari bahan sellac base plate,
dengan batas 2 mm lebih pendek dari batas GTL, agar tersedia ruang yang cukup
untuk memanipulasi bahan pembentuk tepi (border material). Sellac dilunakkan
dengan cara memanaskan di atas lampu spiritus lalu ditekan diatas study model.
Sellac dipotong sesuai batas-batas yang telah digambar pada study model. Sellac
dipotong dengan menggunakan gunting saat masih lunak. Pada daerah molar dan
kaninus kanan dan kiri dibuat stop vertikal dari wax sebagai batas penekanan saat
mencetak sedangkan untuk rahang atas ditambah dengan pembuatan postdam area
yang juga dari wax untuk menahan bahan cetak agar tidak mengalir ke belakang.
Selanjutnya dibuat lubang-lubang pada sendok cetak untuk mengurangi tekanan
pada waktu mencetak. Lubang dibuat dengan mengunakan bur bulat no 8 dengan
jarak masing-masing lebih dari 5 mm.
KUNJUNGAN II
TAHAP KLINIS
1. Mencoba sendok cetak individual
- Stabilisasi : dengan menghindari muscular attachment
- Relief area : semua pada rahang atas

13
2. Membuat model kerja RA dan RB
- Bahan sendok : shellac base plate
- Bahan cetak : exaflex
- Metode mencetak : mukodinamik
3. Border Moulding (Pembentukan tepi)
 Setelah sendok cetak sesuai dengan rahang atas dan rahang bawah tanpa ada retensi
aat dilepas-pasang, tahap berikutnya yakni border moulding dengan menggunakan
greenstik compund yang dipanaskan. Setelah greenstik dipanaskan diatas lampu
spirtus, rendam di dalam air selama beberpa detik agar pasien tidak merasakan panas
dari greenstik yang sudah dilunakkan dan agar greenstik tidak terlalu cair. Greenstik
ditambah sedikit demi sedikit pada tepi luar sendok cetak individual.
 Ketika sendok individual yang sudah diletakkan greenstik compund berada di dalam
mulut, pasien diintruksikan untuk melakukan gerakkan fisiologis. Rahang atas,
membuka mulut dan menggerakkan rahang bawah ke kanan dan kekiri serta kedepan
untuk membentuk hamular notch dan sayap bukalis. Selanjutnya untuk daerah frenulum
bukalis, pipi dan bibir pasien ditarik keluar, kebelakang, ke depan dan kawah. Daerah
sayap labial, bibir ditarik kedepan dan ke bawah serta penarikan bibir keatas kedepan
untuk daerah frenulum labialis. Membentuk daerah posterior palatum durum yang
merupakan batas antara palatum molle dan palatum durum pasien diinstruksikan untuk
mengucapkan “ahh”
 Rahang bawah untuk membentuk tepi sayap distolingual dan daerah buccalis shelf,
maka setelah greenstik dilunakkan, dan sendok cetak telah dimasukkan kedalam mulut
pasien, kemudian pasien diminta untuk membuka mulut kemudian menutup mulut
untuk mengaktifkan otot masseter. Kemudian, untuk membentuk daerah distolingual
dan postmylohyoid maka pasien diinstruksikan untuk menggerakkan lidah kekiri dan ke
kanan serta ke posterior palatum durum. Frenulum lingualis dibentuk dengan
menginstruksi kepada pasien untuk meletakkan ujung lidahnya kebagian anterior
palatum dan ke bibir atas. Selanjutnya, daerah sayap labial dibentuk dengan
memberikkan intruksi yang sama dengan intruksi border moulding rahang atas.

14
4. Membuat cetakan
fisiologis Rahang Atas :
 Bahan cetak diaduk kemudian dimasukan kedalam sendok atas
 Masukan sendok cetak kedalam mulut pasien dengan posisi operator disamping
kanan belakang
 Pasien mengucapkan “ah” untuk mencetak vibrating line
 Pasien mengucapkan “oh”” untuk mencetak frenulum bukalis dan frenulum
labialis superior
 Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting
 Cetakan dilepas dan dicuci
Rahang Bawah :
 Bahan cetak diaduk kemudian dimasukan kedalam sendok bawah
 Masukan sendik cetak kedalam mulut pasien dengan posisi operator disamping
kanan depan
 Pasien diminta untuk menjulurkan lidah guna mencetak frenulum lingualis
 Pasien mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum bukalis dan frenulum labialis
inferior

TAHAP LABORATORIS
Membuat base plate permanen
Setelah diperoleh model kerja dilanjutkan dengan menentukan batas tepi,
memperhatikan daerah mukosa yang bergerak dan tidak bergerak. Batas tepi untuk rahang
bawah adalah peripheral seal dibatasi fornik, posterior seal dibatasi oleh 2/3 bagian
trigonum retromolar dan media/lingua dibatasi oleh linea mylohyoidea. Sedangkan untuk
rahang atas adalah : peripheral seal dibatasi fornik dan posterior seal dibatasi vibrating line
dan hamular notch. Kemudian menurut batas-batas tersebut dibuat base plate dari malam
yang kemudiandiganti dengan resin akrilik.
Base plate adalah suatu bentuk yang mewakili dasar gigi tiruan dan digunakan untuk
membuat Maxillo-Mandibula Record. Base plate harus benar-benar menempel pada work
model. Base plate yang diperoleh dihaluskan kemudian meminta pasien untuk mencoba (try
in). Setelah pas base plate kemudian di kirim ke lab untuk prosesing dijadikan akrilik.
15
KUNJUNGAN III
TAHAP KLINIS
Insersi base plate, retensi dan stabilisasi diperhatikan.
 Retensi adalah daya tahan gigi tiruan terhadap upaya pelepasan. Retensi dapat di amati
dengan memberikan tekanan pada salah satu sisi gigi tiruan (jika gigi tiruan terungkit,
maka gigi tiruan tersebut tidak retentif) atau dengan memberikan usaha pelepasan (gigi
tiruan yang retentif adalah gigi tiruan yang sulit dilepas). Retensi gigi tiruan ditentukan
oleh letak seal dan adhesi / kohesi saliva. Kesesuaian letak seal dilakukan dengan
menggerakkan otot pipi.
 Stabilisasi adalah daya tahan gigi tiruan untuk tetap di tempat ketika fungsi pengunyahan
berlangsung. Stabilisasi dapat diamati dengan menggerakkan otot-otot pipi, lidah dan
mengucapkan ‘ah’. Gigi tiruan yang stabil merupakan gigi tiruan yang tidak berubah
tempat ketika difungsikan.

TAHAP LABORATORIS
Membuat Bite Rim
 Bite rim berbentuk tapal kuda dan diletakkan diatas base plate untuk memperoleh tinggi
gigitan pada keadaan oklusi sentrik yang nantinya akan dipindahkan ke articulator. Yang
perlu diperhatikan dalam membuat bite rime :
a. Rahang Atas
Anterior : lebar 4 mm, tinggi 12 mm
Posterior : lebar 6 mm, tinggi 10-11 mm. Pada bagian posterior di oklusalnya dibagi
2 oleh garis alveolar ridge menjadi bagian bukal 4 mm, palatinal 2 mm.
b. Rahang Bawah
Anterior : lebar 4 mm, tinggi 12 mm
Posterior : lebar 6 mm, tinggi 10-11 mm. Pada bagian posterior di oklusalnya dibagi
2 oleh garis alveolar ridge menjadi bagian bukal 3 mm, lingual 3 mm

16
KUNJUNGAN IV
TAHAP KLINIS
1. Pasien dipersilakan duduk di dental chair, dataran oklusal diusahakan sejajar dengan
lantai.
2. Bite rim yang telah dibuat, kemudian dicobakan ke mulut pasien untuk melihat profilnya.
Profil pasien disesuaikan dengan ras pasien. Dalam hal ini pasien termasuk ras
mongoloid yang memiliki ciri khas profil cembung. Kecembungan profil dibuat dengan
tonus otot labial sebagai parameternya. Profil yang ideal, terbentuk jika otot bibir dalam
keadaan isotonus. Apabila bibir tampak hipertonus, maka bagian anterior bite rim
terlalu cembung sehingga harus dikurangi. Sebaliknya jika bibir tampak hipotonus,
maka bite rim kurang cembung sehingga perlu ditambah dengan malam merah.
3. Menentukan garis senyum pasien/ laugh line dengan cara mengukur 2 mm dari batas
bawah bite rim rahang atas.
4. Pencatatan Maxillo-Mandibular Relation (MMR).
 Menentukan kesejajaran oklusal
Bite rim anterior harus sejajar dengan garis inter pupil. Bite rim posterior sejajar
dengan garis chamfer (garis yang berjalan dari alanasi ke titik tragus). Garis
chamfer di buat dengan 3 titik yaitu :
- 4 mm dari meatus acusticus externus
- Telinga kanan dan kiri
- Spina nasalis anterior
Garis chamfer dipertegas dengan pemberian tali dan diisolasi, kesejajaran
diperoleh dengan menggunakan occlusal guide plane.

17
 Mula-mula dicari dimensi vertikal oklusi (interocchisal distance) dengan cara
mengukur jarak pupil dan sudut mulut dengan jarak hidung dan dagu (PM-HD)
pada keadaan sentrik oklusi. Pada keadaan relasi sentrik, dimensi vertikal oklusi
= physiologic rest position-free way space (VDO = VDR-free way space). Free
way space dibuat 2 mm dengan cara mengurangi bite rim rahang bawah dan
diperiksa dengan cara pasien diminta untuk mengucapkan huruf “S”.
Pengecekkan dimensi vertikal dapat dilakukan dengan mengucapkan huruf M.
Huruf M terdengar jelas jika dimensi vertikal cukup. Free way space dicek
dengan pengucapan huruf S (huruf S terdengar mendesis). Jika free way space
kurang, maka huruf S sulit terucap, demikian halnya jika free way space
berlebihan (terasa semburan saliva ketika pengucapan huruf S).
 Pasien diinstruksikan untuk menelan ludah terlebih dahulu untuk melihat relasi
sentrik pasien.
5. Setelah diperoleh relasi sentrik bite rim diberi tanda tempat Median line, garis ketawa,
high lip line, low lip line. Median line dari pasien diambil sebagai terusan dari tengah
lekuk bibir atas (filtrum) untuk menentukan median line. Garis kaninus, diperoleh
dengan menarik garis tepat pada sudut mulut dalam keadaan rest posisi. Garis senyum
diperoleh pada saat pasien tersenyum, gusi tidak terihat /batas servikal gigi. Kemudian
dicek dengan cara pasien dinstruksikan untuk membuka dan menutup mulut kemudian
dilihat apakah garis tersebut sudah tepat dan tetap kedudukannya dalam keadaan oklusi
sentrik.
6. Rahang atas dan rahang bawah difiksasi dengan double V-groove shape, caranya: dibuat
V-groove pada rahang atas kira-kira P1 dan M1; pada rahang bawah daerah V-groove
dikurangi kira-kira 2 mm. Bite rim rahang bawah diberi gulungan malam kecil yang
telah dilunakkan dibawah V-groove RA. V-groove pada RA diolesi vaselin. Rahang atas
dan bawah dikatupkan, mulut dilihat apakah V-groove dan kontranya sudah tepat,
kemudian lakukan membuka dan menutup berulang-ulang.

18
TAHAP LABORATORIS
Pemasangan Pada Artikulator (articulator mounting), cara kerja:
a. Table mounting dilepas dari articulator dan diganti dengan karet dilingkarkan pada
daerah penempatan dari table mounting
b. Rahang atas dan rahang bawah yang telah difiksasi kemudian diletakkan pada mounting
dengan pedoman : jarum horizontal incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar
anterior dari bite rim dan tepat pada garis tengah bite rim, bagian posterior disesuaikan
dengan karet yang telah dipasang sebagai pengganti table mounting.
c. Buat adonan gips.
d. Adonan gips dituang perlahan pada bagian atas model kerja RB lalu digerakkan ke bawah
sampai menekan gips yang ada pada model kerja RB.
e. Kemudian rapikan gips dan tunggu sampai keras.
f. Buat adonan gips, upper member diangkat ke atas dan adonan gips dituang pada model
kerja RA kemudian upper member digerakkan ke bawah sampa menekan adonan gips,
setelah itu gips dirapikan.

KUNJUNGAN V
TAHAP LABORATORIS
1. Pemasangan gigi geligi anterior RA:
a. Insisivus centralis
 Tampak labial: sumbu gigi hampir sejajar atau sedikit membentuk 5o dengan
median line dan incical edge menempel pada bite rim RB.
 Tampak proksimal: bagian 1/3 permukaan labial agak depresi.
b. Insisivus lateralis
 Tampak labial: sumbu gigi inklinasinya membentuk sudut lebih besar daripada
Insisivus centralis, incical edge menggantung 1mm dari bite rim. Bagian mesio
incisal berkontak dengan permukaan distal incisivus centralis.
 Tampak proksimal: Permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti lengkung
bite rim RA.

19
c. Caninus
 Tampak labial: sumbu gigi sejajar atau sedikit miring dengan median line
maksimal outline distal tegak lurus bite rim RB. Pucak cusp menyentuh bidang
oklusi dan sisi mesio incisal berkontak dengan sisi disto incisal incisivus lateralis.
 Tampak proksimal: inklinasi labio-palatal, 1/3 labio vertikal lebih prominent
dan sesuai lengkung bite rim RB.
2. Pemasangan gigi geligi anterior RB:
a. Insisivus centralis
 Tampak labial: sumbu gigi tegak lurus bidang incisal.
 Tampak proksimal: bagian servikal dari permukaan labial sedikit depresi.
b. Insisivus lateralis
 Tampak labial: sumbu gigi sedikit miring ke mesial.
 Tampak proksimal: labial tegak lurus dengan bidang incisal.
c. Caninus
 Tampak labial: sumbu gigi miring ke mesial.
 Tampak proksimal: Bagian servikal dari permukaan labial lebih prominent. Ujung
cusp berada di antara caninus dan incisivus lateralis RA.

TAHAP KLINIS
Setelah pemasangan gigi, kemudian dilakukan try in untuk gigi anterior, diperiksa:
a. Over jet dan over bite (2-4 mm).
b. Estetis:
- Garis caninus: pada saat rest position terletak pada sudut mulut.
- Garis ketawa: batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada saat ketawa.
c. Fungsi fonetik: pasien diminta mengucapkan huruf s, f, t, r, m. Selanjutnya dilakukan
sliding ke kiri dan ke kanan pada artikulator. Setelah gigi anterior dipasang maka
dilanjutkan pemasangan gigi posterior rahang atas dan rahang bawah.

20
KUNJUNGAN VI
TAHAP LABORATORIS
1. Pemasangan gigi geligi posterior RA:
a. Premolar pertama
- Tampak buccal: sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal. Tonjol buccal menyentuh
bidang oklusal dan tonjol palatinal menggantung.
b. Premolar kedua:
- Tampak buccal: sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal dan kedua tonjol
menyentuh bidang oklusal.
c. Molar pertama
- Tampak buccal: sumbu gigi miring kearah mesial. Tonjol mesiopalatinal
menyentuh bidang oklusal, Tonjol mesiobuccal dan tonjol distobuccal lebih
menggantung ± 0,5mm dari bidang oklusal dan tonjol distopalatinal lebih
menggantung 0,5-0,75mm dari bidang oklusal.
- Tampak oklusal : cuspidnya terletak pada curve lateral dengan permukaan buccal
terletak bidang yang membentuk sudut 60 ke palatal.
d. Molar kedua
 Tampak buccal: sumbu gigi lebih miring dari Molar pertama, Cuspidnya terletak
pada bidang oblique dari curve anterior-posterior. Semua tonjol gigi lebih
menggantung daripada tonjol gigi Molar pertama.
2. Pemasangan gigi geligi posterior RB:
a. Premolar pertama
Tampak buccal: tonjol buccal terletak diantara tonjol buccal gigi premolar pertama
dan caninus RA dengan ujung tonjolnya berkontak marginal ridge premolar pertama
dan caninus RA.
b. Premolar kedua
Tampak buccal: tonjol buccal terletak di antara tonjol buccal premolar pertama RA
dan premolar kedua RA.

21
c. Molar pertama
Tampak buccal: tonjol mesiobuccal berada di mesiobuccalgroove gigi Molar pertama
RA. Tonjol mesiolingual berada di fossa central Molar pertama RA.
d. Molar kedua
Tampak buccal: tonjol mesiobuccal berkontak dengan garis tepi pada tonjol
distobuccal molar pertama RA. Tonjol lingual berkontak dengan fossa sental molar
kedua RA.
3. Untuk pemasangan gigi posterior harus diperhatikan :
a. Dataran orientasi jika dilihat dari lateral harus membentuk Kurva Von Spee ke arah
antero posterior. Kurva Von Spee yaitu garis imajiner yang melalui tonjol-tonjol gigi
rahang bawah mulai premolar pertama ke posterior sampai mencapai ramus
mandibula melengkung membentuk kurva.

b. Dataran orientasi jika dilihat dari sagital harus membentuk kurva Monson. Kurva
Monson yaitu bagian dari lingkaran yang melalui tonjol mesiopalatinal molar 1 atas
kanan dan kiri yang berpusat pada glabela.

Kurva monson kurva anti monson


TAHAP KLINIS
Setelah itu dilakukan wax counturing, lakukan try in seluruh gigi tiruan pada pasien.
Kemudian periksa:
a. Retensi
b. Stabilitas
22
c. Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa.
d. Fungsi fonetik, pasien diminta mengucapkan huruf p, b, t, th, d, f, v, dan lain-lain sampai
tak ada gangguan.
Processing acrylic.
KUNJUNGAN VII
Setelah diganti dengan resin akrilik protesa diinsersikan dalam mulut pasien. Hal yang perlu
diperhatikan pada saat insersi:
1. Retensi: dicek dengan menggerakkan pipi dan bibir apakah protesa lepas atau tidak. Faktor
yang mempengaruhi retensi adalah:
- Tepi GTL harus mengikuti batas fornik.
- Jaringan keras harus dihindari untuk memberi kesempatan bergerak.
- Protesa harus relief sesuai dengan keadaan mulut.
2. Stabilisasi yang perlu diperhatikan:
- Oklusi
Pengecekan dilakukan dengan artikulating paper.
- Artikulasi
Fungsi fonetik mengucapkan huruf : S, R, N, P, D, F, dan V.
Instruksi kepada pasien:
a. Pasien dianjurkan untuk memakai protesa untuk beradaptasi sampai terbiasa selama 24
jam setelah dilakuakan try in.
b. Protesa dibersihkan dengan cara menyikat protesa.
c. Pada waktu tidur protesa dilepas agar jaringan mulut istirahat lalu protesa direndam
dalam air dingin
d. Bila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien dianjurkan untuk datang
ke klinik.
e. Kontrol sesuai waktu yang telah ditentukan guna mengecek kembali lebih lanjut, jika
tidak ada gangguan pasien terus dapat memakai.

23
KUNJUNGAN VIII
KONTROL
Pasien datang untuk kontrol setelah pemakaian selama seminggu. Kontrol pasien dilakukan
untuk mengkoreksi atau memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi.
Pada saat kontrol dilakukan pemeriksaan:
a. Subjektif
- Apakah ada keluhan atau tidak
- Apakah ada gangguan atau tidak
- Apakah ada rasa sakit atau tidak
b. Objektif
- Dilihat keadaan mukosa mulut, palatum, lingual, ginggiva dan bahasa mulut, apakah ada
peradangan atau perlukaan.
- Diperiksa retensi dan stabilisasi GTL.
- Diperiksa posisi GTL terhadap jaringan mulut.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan subyektif dan pemeriksaan obyektif yang telah dilakukan
pada pasien didapatkan diagnosisnya yaitu rahang atas dan rahang bawah edentulous. Rencana
perawatan yang akan dilakukan yaitu pembuatan gigi tiruan lengkap. Gigi tiruan lengkap
merupakan suatu pengganti gigi-gigi asli dalam suatu lengkung dan menggabungkan bagian-
bagiannya dengan pengganti artificial. Pembuatan gigi tiruan lengkap ini dapat memperbaiki atau
mengembalikan fungsi mastikasi, fonetik dan estetis pada pasien.

24
DAFTAR PUSTAKA

Basker, R. M. dan Davenport, J.C., 1996., Prostetic treatment of the Edentulous Patient., ed.
3.,Macmillan Press Ltd.
Boucher, C.O., 1964., Swenson’s Complete Denture, 5 th ed., C.V. Mosby Company., St. Louis.
Itjingningsih, W. H., Geligi tiruan lengkap lepas., EGC, Jakarta.
Soelarko dan Herman W, 1980.Diktat Prosthodonsia Full Denture. FKG Universitas Padjajaran:
Bandung.
Swenson, M.C., 1964., Complete Denture., 5 th ed, C.V. Mosby Company, St. Louis.
Utari, R.I., 1994., Desain dan Teknik mencetak pada Pembuatan Geligi tiruan lengkap., Cetakan
I., Hipokrates, Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai