Disusun Oleh :
Tirani Bahari
06/193579/KG/08028
Dosen Pembimbing :
BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
I. PENDAHULUAN
Prostodonsi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang mencakup
tentang restorasi dan pemeliharaan fungsi mulut dengan mengganti gigi dan
struktur yang hilang dengan suatu gigi pengganti atau gigi tiruan. Seseorang yang
telah kehilangan gigi-giginya maka akan mengalami gejala-gejala
sebagai berikut :
1. Terganggunya fungsi pengunyahan
2. Terganggunya fungsi bicara
3. Terganggunya fungsi estetis
4. Kesehatan jaringan lunak mulut terganggu
5. Keadaan psikis terpengaruh
Ilmu prostodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari
cara penggantian gigi yang hilang dengan suatu gigi tiruan. Berdasarkan jumlah
gigi yang hilang dan diganti dengan gigi tiruan, meliputi :
a) Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
b) Gigi Tiruan Sebagian Cekat
c) Gigi Tiruan Lengkap
Gigi Tiruan Lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk
mengganti semua gigi asli beserta jaringan gusi yang hilang, karena apabila
seseorang telah hilang semua gigi-geliginya dapat menghambat fungsi fonetik,
estetik dan fungsi pengunyahan.
Tujuan pembuatan GTL adalah :
1. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau
mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis.
2. Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan
edentulous.
Indikasi pembuatan GTL adalah sebagai berikut :
1. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
2. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena
kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.
3. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.
1
Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, yang dapat dicari dengan
pengukuran jarak pupil dan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung dengan
dagu (PM=HD) (Soelarko dan Wachijati, 1980). Oklusi sentrik adalah oklusi yang
terjadi ketika RA dan RB dalam relasi sentrik, yaitu keadaan di mana processus
condiloideus berada pada posisi paling belakang dari fossa glenoidea
(Swenson, 1964).
Artikulator mounting artinya adalah memasang occlusal bite rim rahang
atas dan bawah dari mulut pasien ke artikulator bersama modelnya setelah
ditentukan dimensi vertikal maupun sentrik oklusinya (Soelarko dan Harman,
1980). Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, dapat dicapai dengan
mengukur jarak pupil dengan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung dengan
dagu pasien dalam keadaan oklusi sentris (Soelarko dan Harman, 1980). Oklusi
sentrik adalah hubungan kontak maksimal dari gigi-gigi rahang atas dan rahang
bawah dalam keadaan relasi sentris. Relasi sentris adalah hubungan maksila dan
mandibula dimana kedua condylus berada dalam keadaan paling posterior dalam
fossa glenoid (Swenson, 1964).
Pemasangan gigi geligi yang penting terutama untuk gigi anterior karena
harus mengingat estetis (ukuran, bentuk, warna) walaupun tidak kalah pentingnya
untuk pemasangan gigi posterior yang tidak harus sama ukurannya dengan gigi
asli, tetapi lebih kecil, untuk mengurangi permukaan pengunyahan supaya tekanan
pada waktu penguyahan tidak memberatkan jaringan pendukung.
Untuk pemasangan gigi yang harus diperhatikan adalah personality expression,
umur, jenis kelamin yang mana nantinya akan berpengaruh dalam pemilihan
ukuran, warna dan kontur gigi. Disamping itu juga perlu diperhatikan keberadaan
over bite, over jet, curve von spee, curve monson, agar diperoleh suatu keadaan
yang diharapkan pada pembuatan gigi tiruan lengkap.
III. L A P O R A N K A S U S
A. Identifikasi Pasien :
Nama
: Sumarni
Umur
: 43 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: 95876
B. Pemeriksaan Subyektif :
Motivasi
CC
PI
PDH
PMH
C. Pemeriksaan Obyektif :
b. Profil
: Cembung
c. Bibir
: Sedang
: Normal
: Rendah
Frenulum lingualis
: Rendah
b. Keadaan Gigi-geligi
7
Jumlah : 4
Warna : Putih kekuningan
Bentuk : Normal
Oklusi :
c. Bentuk Palatum
U
Normal
d. Torus Palatinus
Tidak ada
e. Lidah
Ukuran
: Normal
Aktifitas
: Normal
f. Alveolus
Rahang atas
: Normal
Rahang Bawah :
1. Frenulum labii inferior
2. Frenulum buccalis
3. Vestibulum buccalis
4. Retromolar pad
5. Frenulum lingualis
6. Processus alveolaris
7. Mylohyoid line
8. Elemen gigi
sendok cetak
2)
bahan cetak
: alginat
3)
metode mencetak
: mucostatic
c. Cara mencetak :
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1,
setelah dicapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam sendok cetak dengan
merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan tekan pada processus
alveolaris rahang atas dan atau rahang bawah dengan otot-otot bibir dan pipi
ditarik. Disamping itu dilakukan muscle triming agar bahan cetak mencapai
lipatan mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian sendok diambil
dan diamati bila ada kekurangan.
Persiapan Laboratoris untuk Kunjungan II
1. Pembuatan study model
Study model dibuat dengan menuangkan stone gips ke dalam cetakan
primer. Setelah gips mengeras, cetakan dilepaskan dan study model dibiarkan
mengering dan di-boxing.
2. Pembuatan sendok cetak individual (individual tray)
Bahan sendok
: shellac baseplate
studi. Shellac dipotong sesuai dengan outline yang telah digambar pada study
model. Pegangan sendok cetak dibuat tegak lurus bidang horizontal dan pada
bagian palatum dibuat lubang dengan bur bulat dengan jarak 4-5 mm untuk
mengalirkan bahan cetak yang berlebih agar tidak timbul tekanan yang
berlebihan dari gigi tiruan pada jaringan pendukungnya.
B. Kunjungan II
Tahap Klinis
Membuat cetakan model kerja/Final Impression
a. Mencoba sendok individual
1) stabilisasi : dengan menghindari muscular attachment
2) relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang bawah
b. Sendok cetak : shellac base plate (RA dan RB)
c. Bahan cetak
11
Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah teraduk rata dan mencapai konsistensi tertentu
dimasukkan ke dalam sendok cetak. Posisi operator di samping kanan depan
pasien. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, kemudian
sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan
huruf O untuk mendapatkan cetakan frenulum bukalis. Kemudian pasien
diinstruksikan menjulurkan lidah untuk medapatkan batas cetakan frenulum
lingualis. Pasien menggerakkan bibir dan pipi agar bahan cetak dapat mencapai
bukal flange dan untuk mendapatkan frenulum labialis pasien diinstruksikan
mengucapkan huruf U. Posisi dipertahankan sampai setting, dan sendok cetak
dilepas.
Tahap Laboratoris
Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan gips stone.
Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, memperhatikan daerah
mukosa yang bergerak dan tidak bergerak, kemudian ditentukan relief area
maupun non relief area. Pada relief area juga dibuat postdam. Ditentukan pula
posterior palatal seal dan membuat seal. Kemudian menurut batas-batas tersebut
dibuat base plate dari wax yang kemudian diganti dengan akrilik. Base plate harus
benar-benar menempel pada work model. Base plate yang diperoleh dihaluskan
dan di atasnya dibuat bite rim dari wax. Base plate yang dibuat harus melewati
batas-batas ini:
Rahang atas
12
Rahang bawah
C. Kunjungan III
Tahap Klinis
1) Insersi base plate, retensi dan stabilisasi diperhatikan.
2) Dilakukan : pembuatan bite rim, hal-hal yang diperlukan dalam pembuatan bite
rim:
Bite rim berbentuk tapal kuda dan diletakkan diatas base plate untuk
memperoleh tinggi gigitan pada keadaan oklusi sentrik yang nantinya
akan dipindahkan ke artikulator. Patokan bite rim : bagian anterior
tinggi 12 mm, lebar 4 mm; bagian posterior tinggi 10-11 mm, lebar 6
mm. Untuk lengkung bite rim rahang bawah disesuaikan dengan
alveolar ridge yang ada, sedangkan bite rim untuk rahang atas dibuat
setinggi 2 mm di bawah bibir atas saat rest position. Tinggi bite rim
rahang bawah dibuat sejajar dengan tinggi retromolar pad.
Pembuatan bite rim dimulai dari rahang atas dengan menggunakan
bantuan 3 titik, yaitu 2 titik tragus canthus kanan dan kiri serta titik
ala nasi. Dari ketiga titik tersebut dihubungkan dengan menggunakan
benang. Penentuan garis tragus-canthus, ditarik dari sudut mata
(canthus) ke tragus, yang menjadi panduan letak kondil rahang yang
terletak kurang lebih setengah inci (12-14 mm) di depan tragus pada
garis ini. Dari titik tersebut, ditentukan garis chemfer yaitu garis lurus
yang menghubungkan tragus dengan sayap hidung (ala nasi). Setelah
13
bite rim rahang atas dipasangkan pada pasien, lalu kita pasangkan
oklusal guide plane. Dari arah depan dan samping pasien kita periksa
sedemikian rupa sampai didapat oklusal guide plane anterior sejajar
dengan garis pupil (garis yang menghubungkan kedua pupil) serta pada
oklusal guide plane bagian lateral sejajar garis chamfer. Apabila belum
didapatklan kesejajaran, maka bite rim terus dikurangi sampai bentuk
yang kita kehendaki.
Median line dari pasien yang diambil sebagai terusan dari tengah lekuk
bibir atas untuk menentukan garis tengah yang memisahkan incisivus
kanan dan kiri.
Garis caninus, yaitu tepat pada sudut mulut dalam keadaan rest posisi.
14
biasa dengan relasi tersebut. Setelah mendapat posisi sentrik bite rim diberi
tanda tempat garis ketawa dan median line.
5) Setelah diperoleh relasi sentrik, dilakukan fixasi dengan cara dibuat groove
berbentuk V (metode double V groove) pada kanan dan kiri bite rim RA bagian
posterior kira-kira pada P1 dan M1, kemudian groove diberi vaselin. Pada bite
rim RB diberi tambahan wax menyesuaikan groove kemudian pasien
melakukan oklusi sentrik sehingga tambahan wax bite rim RB dapat masuk ke
dalam groove bite rim RA.
Tahap laboratories
Pemasangan pada artikulator (free plane artikulator)
Setelah oklusal bite rim RA dan RB selesai difixir, letakkan oklusal bite rim
RA pada mounting table dengan pedoman :
a) garis tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garis tengah
mounting table .
b) tepi luar bite rim RA menyinggung garis incisal edge dari mounting table.
c) jarum horizontal incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar anterior
bite rim RA dan tepat pada garis tengah bite rim.
Oklusal bite rim difixir dengan cara :
1)
Bagian atas aritikulator digerakkan ke atas dan adonan gips dituang perlahan
pada bagian atas model kerja RA, kemudian bagian atas artikulator
digerakkan ke bawah atau menutup sampai menekan gips yang ada pada
model kerja RA. Bagian atas dan bagian bawah dari artikulator digerakkan
ke bawah atau menutupi sampai menekan gips yang ada pada model kerja
RA.
2)
Bagian atas dan bawah artikulator diikat dengan karet dan gips yang
memfiksir bagian bawah artikulator dengan model RA dirapikan.
3)
4)
Occlusal bite rim RB di letakkkan kembali pada occlusal bite rim RA sesuai
dengan oklusinya.
15
5)
Bagian bawah artikulator diangkat ke atas dan adonan gips dituang pada
model kerja RB, kemudian bagian bawah artikulator digerakkan ke bawah
atau ditutup sampai menekan adonan gips.
6)
Membuat garis median pada bite rim atas yang disesuaikan dengan garis
median model kerja dan incisal guide plane.
D. Kunjungan IV
Tahap Laboratoris
Pemasangan gigi anterior, rahang atas :
11 21 : axisnya bersudut 5 terhadap midline
incisal edge menyentuh bite rim RB
bagian 1/3 labial agak depresi
12 22 : axisnya bersudut 10 terhadap midline
incisal edge berjarak 2 mm dari bite rim RB
permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite rim
13
Rahang bawah :
31 41 : bagian serviks labial sedikit depresi
sumbu gigi tegak lurus bidang incisal
perhatikan over jet dan over bite
32 42 : axisnya sedikit miring ke mesial
labial tegak lurus bidang incisal
letaknya diantara gigi 1 dan 2 rahang atas
33 43 : axisnya miring ke mesial
bagian servikal permukaan labial lebih prominent
letaknya antara gigi 2 dan 3 rahang atas
Tahap Klinis
Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi anterior.
Urutan pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior rahang
16
bawah. Setelah itu try in untuk gigi depan atas dan gigi depan bawah, kemudian
diperiksa :
1. Overbite dan overjetnya (2-4 mm),
2. Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)
3. Garis ketawa (batas cervikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada saat
tertawa)
4. Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan huruf s, f, t, r, m)
Selanjutnya dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri. Setelah gigi anterior
dipasang maka dilanjutkan pemasangan gigi posterior rahang atas kemudian gigi
posterior rahang bawah.
E. Kunjungan V
Tahap Laboratoris
Pemasangan gigi posterior harus disesuaikan dengan :
1)
2)
Urutan pemasangan :
14 24 : axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal
Tonjol bukal dan lingual menyentuh bite rim RB, tonjol palatinal
menggantung.
15 25 : axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal
Tonjol mesio palatinal menyentuh bite rim, tonjol lainnya menggantung.
16 26 : axisnya miring ke mesial
Tonjol mesiopalatinal menyentuh bidang oklusal, tonjol mesiobukal,
distobukal dan distopalatinal dinaikkan 0,5 mm dari bidang oklusal
17 27 : axis lebih miring dari 16 2 6
17
bidang horisontal
yang
18
Tahap Klinis
Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu
dilakukan pengamatan pada :
a. Oklusi
b. Stabilisasi dengan working side dan balancing side
c. Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa
d. Pasien disuruh mengucapkan huruf-huruf p, b, d, v dan lain-lain sampai
tidak ada gangguan
F. Kunjungan VI
Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut.
Saat dilakukan insersi harus diperhatikan :
1. Retensi
Retensi
dapat
didefinisikan
sebagai
ketahanan
gigi
tiruan
terhadap
19
pada permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan pengurangan
permukaan lingual dan distal pada rahang bawah).
4. Artikulasi
Fungsi fonetik diketahui dengan pengucapan huruf s, m, r, p, d, f dan t.
Apabila sudah tidak ada gangguan, maka protesa dapat dipolis.
Instruksi untuk pemeliharaan protesa :
a. Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas
b. Protesa dijaga kebersihannya
c. Protesa dijaga agar tidak mudah lepas
Instruksi untuk pasien :
a.
b. Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan otot-otot dibawahnya
dapat beristirahat.
c. Pasien membersihkan protesanya setiap kali sehabis makan dan sebelum
tidur.
d. Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien
dianjurkan untuk segera kembali ke klinik.
e. Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna pengecekan
lebih lanjut dan bila nantinya tidak ada gangguan, pasien bisa terus
memakainya.
20
G. Kunjungan VII
Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol.
Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :
1. Pemeriksaan subyektif :
a) Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak
b) Ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak
c) Ditanyakan apakah ada rasa sakit
2. Pemeriksaan obyektif :
a) Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan
b) Diperiksa retensi dan stabilisasi
21
V. DISKUSI
Pada kasus ini diketahui bahwa pasien kehilangan semua gigi pada rahang
atas, dan sebagian rahang bawah. Pada kasus dengan kehilangan gigi-geligi,
pembuatan gigi tiruan lengkap pada rahang atas dan gigi tiruan sebagian pada
rahang bawah perlu mempertimbangkan serta memperhatikan adanya faktor
retensi dan stabilisasi.
Retensi adalah kemampuan bertahan terhadap daya pelepasan ke arah
oklusal, sedangkan stabilisasi adalah kemampuan bertahan terhadap perpindahan
tempat dan goncangan. Yang mempengaruhi besar kecilnya retensi adalah :
a. Peripherial seal
b. Posterior seal
c. Luasnya permukaan protesa yang menempel mukosa
d. Adaptasi yang baik antara basis protesa dengan mukosa mulut
e. Penentuan batas jaringan bergerak dan tidak bergerak..
Untuk retensi yang baik, harus memperhatikan faktor-faktor :
1. Fitting surface
a) Model kerja harus berstruktur dan berelief sesuai dengan keadaan di
dalam mulut.
b) Jaringan keras harus dihindari untuk memberi kesempatan gerak.
c) Tepi GTL harus mengikuti batas fornik.
2. Ketebalan GTL
Ketebalan GTL rahang atas dan rahang bawah tidak sama, yaitu protesa rahang
bawah lebih tebal dibanding protesa rahang atas.
Untuk menjaga stabilisasi yang baik harus memperhatikan :
a) Polishing surface
b) Oclusal surface
c) Penyusunan gigi-geligi tiruan
d) Artikulasi
e) Dimensi vertikal
22
VI. PROGNOSA
Prognosa dari pembuatan gigi tiruan lengkap ini diperkirakan baik, dengan
mempertimbangkan :
1. Processus alveolaris rahang atas dan rahang bawah masih cukup baik
2. Gigi geligi yang masih ada cukup kuat
3. Oral hygine pasien baik
4. Jaringan pendukung sehat
5. Kesehatan umum pasien baik
6. Pasien kooperatif dan komunikatif
7. Keinginan pasien yang kuat untuk memakai gigi tiruan.
23
th
ed., W.B.
Swenson, M.G., 1960, Complete Denture, 5 ed., C.V. Mosby Co., Saint Louis.
24