Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KEPANITERAAN PROSTODONSIA

GIGI TIRUAN LENGKAP

Disusun Oleh :

Tirani Bahari
06/193579/KG/08028

Dosen Pembimbing :

drg. Murti Indrastuti, M. Kes., Sp. Pros(K)

BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011

I. PENDAHULUAN
Prostodonsi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang mencakup
tentang restorasi dan pemeliharaan fungsi mulut dengan mengganti gigi dan
struktur yang hilang dengan suatu gigi pengganti atau gigi tiruan. Seseorang yang
telah kehilangan gigi-giginya maka akan mengalami gejala-gejala
sebagai berikut :
1. Terganggunya fungsi pengunyahan
2. Terganggunya fungsi bicara
3. Terganggunya fungsi estetis
4. Kesehatan jaringan lunak mulut terganggu
5. Keadaan psikis terpengaruh
Ilmu prostodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari
cara penggantian gigi yang hilang dengan suatu gigi tiruan. Berdasarkan jumlah
gigi yang hilang dan diganti dengan gigi tiruan, meliputi :
a) Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
b) Gigi Tiruan Sebagian Cekat
c) Gigi Tiruan Lengkap
Gigi Tiruan Lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk
mengganti semua gigi asli beserta jaringan gusi yang hilang, karena apabila
seseorang telah hilang semua gigi-geliginya dapat menghambat fungsi fonetik,
estetik dan fungsi pengunyahan.
Tujuan pembuatan GTL adalah :
1. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau
mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis.
2. Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan
edentulous.
Indikasi pembuatan GTL adalah sebagai berikut :
1. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
2. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena
kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.
3. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.
1

4. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.


5. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh.
Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan/atropi processus alveolaris
(residual ridge), berkurangnya vertikal dimensi yang disebabkan turunnya otototot pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya oklusi sentrik. Selama
berfungsi rahang bawah (RB) berusaha berkontak dengan rahang atas (RA)
sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi RA dan RB akan menyebabkan hilangnya
oklusi sentrik sehingga mandibula menjadi protusi dan hal ini menyebabkan
malposisi temporo-mandibula joint.
Keberhasilan pembuatan GTL tergantung dari retensi yang dapat
menimbulkan efek psikologis dan dukungan jaringan sekitarnya, sehingga dapat
mempertahankan keadaan jaringan normal. Hal ini mencakup :
1. Kondisi edentulous berupa : processus alveolaris, saliva, batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak, kompesibilitas jaringan mukosa, bentuk dan
gerakan otot-otot muka, bentuk dan gerakan lidah.
2. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok
3. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut
4. Penetapan/pengaturan gigi yang benar, meliputi :
a) Posisi dan bentuk lengkung deretan gigi
b) Posisi individual gigi
c) Relasi gigi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi RA dan RB
5. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut.
Perawatan pada pengguna GTL dapat dikatakan berhasil apabila :
a) Enak dipakai, nyaman dan menyenangkan
b) Dapat mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan dan estetis
c) Dapat memelihara keadaan jaringan mulut.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Gigi tiruan lengkap adalah suatu penggantian gigi-gigi asli dalam suatu
lengkung dan menggabungkan bagian-bagiannya dengan penggantian artifisial
(The Academy of Prosthodontic, 1994). Soelarko dan Wachijati memakai istilah
Full Denture atau Complete Denture yang artinya suatu gigi tiruan yang
menggantikan seluruh gigi pada suatu lengkung rahang, sehingga ada istilah :
a) Upper Full Denture yaitu geligi tiruan penuh rahang atas
b) Lower Full Denture yaitu geligi tiruan penuh rahang bawah.
Pasien yang tidak bergigi mempunyai kecenderungan untuk memajukan
mandibulanya secara tidak sengaja dan berusaha untuk berkontak dengan rahang
atas. Hal ini dikarenakan adanya perubahan (pengurangan) vertikal dimensi dan
tidak adanya sentrik posisi. Sehingga jika pasien dibuatkan gigi tiruan lengkap
maka vertikal dimensinya akan kembali dan physiological rest posisinya seperti
pada saat gigi asli masih ada.
Retensi dapat didefinisikan sebagai ketahanan gigi tiruan terhadap
pelepasannya dari mulut. Pemeriksaan retensi dilakukan dengan memasangkan
gigi tiruan kuat-kuat dalam mulut dan mencoba melepaskannya dengan gaya
tegak lurus terhadap bidang oklusal. Bila gigi tiruan dapat bertahan terhadap gayagaya tersebut, berarti gigi tiruan mempunyai retensi yang cukup.
Gaya-gaya fisik yang berhubungan dengan retensi GTL adalah :
1. Tekanan permukaan : meliputi adhesi antara saliva dengan gigi tiruan serta
saliva dengan mukosa.
2. Gaya-gaya dalam cairan : seperti tegangan permukaan saliva, gaya-gaya
kohesi dalam cairan saliva (viskositas saliva) semua mempengaruhi retensi
gigi tiruan dan berhubungan erat dengan ketepatan kontak basis terhadap
jaringan.
3. Tekanan atmosfer : tekanan atmosfer menahan gaya-gaya yang akan
melepaskan gigi tiruan asalkan ada peripherial seal yang utuh.
Sedangkan faktor stabilisasi GTL didapat dari pemasangan gigi-gigi pada
processus alveolaris, tekanan yang merata, balanced occlution, relief area,
sliding, over jet dan over bite. Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang
3

penting dalam keberhasilan gigi tiruan lengkap. Faktor-faktor yang mempengaruhi


retensi GTL, terutama GTL rahang atas:
1. Faktor fisis:
a. Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek
retensi dari tekanan atmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah di
sekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas,
pada permukaan bukal gigi tiruan bawah.
Peripherial seal bersambung dengan Postdam pada rahang atas menjadi
sirkular seal. Sirkular seal ini berfungsi membendung agar udara dari luar
tidak dapat masuk ke dalam basis gigi tiruan (fitting surface) dan mukosa
sehingga tekanan atmosfer di dalamnya tetap terjaga. Apabila pada
sirkular seal terdapat kebocoran (seal tidak utuh/terputus) maka protesa
akan mudah lepas. Hal inilah yang harus dihindari dan menjadi penyebab
utama terjadinya kegagalan dalam pembuatan protesa gigi tiruan lengkap.
b. Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari palatum molle
dekat fovea palatina.
2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak
antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut, tergantung dari efektivitas
gaya-gaya fisik dari adhesi dan kohesi, yang bersama-sama dikenal sebagai
adhesi selektif.
3. Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface).
Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh
basis gigi tiruan.
4. Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai
pegangan terutama pada rahang atas.
5. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untuk
menghindari rasa sakit dan terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi
Tahap awal dari perawatan adalah anamnese dan indikasi, kemudian baru
dilakukan pencetakan. Pencetakan dilakukan untuk mendapatkan bentuk negatif
jaringan mulut yang akan dipakai sebagai basal seal gigi tiruan. Setelah hasil
pencetakan tadi diisi dengan stone gips, maka akan didapatkan replikasi positif
jaringan mulut.
4

Record jaringan mulut diperoleh dengan melakukan cetakan, yaitu :


1) Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi)
Sendok cetak yang dipakai adalah sendok cetak biasa (stock tray). Saat
mencetak tidak dihiraukan tertekan atau tidaknya mukosa mulut. Bahan yang
dipakai adalah alginat.
2) Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi)
Disini diperhatikan batas jaringan yang bergerak dan tidak bergerak dan
mukosa tidak boleh tertekan. Sendok cetak yang digunakan dalah sendok
cetak individual dari sellac. Bahan cetak yang digunakan adalah alginat untuk
rahang atas dan rahang bawah. Di Fakultas Kedokteran Gigi UGM individual
tray dibuat dari sellac base material. Jarak pinggir sendok cetak dengan fornik
dibuat 1-2 mm, supaya tepi cetakan nanti tidak meruncing tetapi membulat.
Shellac dipanaskan pada model studi sambil ditekan. Lakukan pemotongan
sesuai dengan batas jaringan bergerak dan tidak bergerak. Bila dikehendaki
dapat 1-2 mm lebih rendah untuk memberi tempat pada bahan cetak asal
jangan mudah lepas dari rahang pasien. Buatlah pegangan sendok individual
dan buat pula lubang dengan bur bulat no. 3 pada daerah palatum, berjarak 4-5
mm. Kegunaan lubang ini adalah untuk mengalirkan bahan cetak yang
berlebih karena bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang berlebih dari
geligi tiruan pada jaringan pendukungnya.
Kedua jenis cetakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil cetakan
seakurat mungkin, dikenal sebagai double impression.
Base plate adalah suatu bentuk sementara yang mewakili dasar gigi tiruan
dan digunakan untuk membuat Maxillo-Mandibular Record, menempatkan gigigigi dan untuk insersi ke dalam mulut. Sedangkan bite rim yang disebut juga
tanggul gigitan dibuat diatas base plate yang telah dihaluskan dengan
menggunakan modelling wax (Swenson, 1964). Guna bite rim adalah untuk
meletakkan gigi sebelum diganti dengan acrylic dan mencatat maxillo-mandibular
relation pada pasien. Bite rim atas harus sejajar dengan garis pupil dan bite rim
harus kelihatan kira-kira 2 mm di bawah garis bibir atas dan lehernya harus
mengikuti general out line processus alveolaris (Soelarko dan Wachijati, 1980).

Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, yang dapat dicari dengan
pengukuran jarak pupil dan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung dengan
dagu (PM=HD) (Soelarko dan Wachijati, 1980). Oklusi sentrik adalah oklusi yang
terjadi ketika RA dan RB dalam relasi sentrik, yaitu keadaan di mana processus
condiloideus berada pada posisi paling belakang dari fossa glenoidea
(Swenson, 1964).
Artikulator mounting artinya adalah memasang occlusal bite rim rahang
atas dan bawah dari mulut pasien ke artikulator bersama modelnya setelah
ditentukan dimensi vertikal maupun sentrik oklusinya (Soelarko dan Harman,
1980). Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, dapat dicapai dengan
mengukur jarak pupil dengan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung dengan
dagu pasien dalam keadaan oklusi sentris (Soelarko dan Harman, 1980). Oklusi
sentrik adalah hubungan kontak maksimal dari gigi-gigi rahang atas dan rahang
bawah dalam keadaan relasi sentris. Relasi sentris adalah hubungan maksila dan
mandibula dimana kedua condylus berada dalam keadaan paling posterior dalam
fossa glenoid (Swenson, 1964).
Pemasangan gigi geligi yang penting terutama untuk gigi anterior karena
harus mengingat estetis (ukuran, bentuk, warna) walaupun tidak kalah pentingnya
untuk pemasangan gigi posterior yang tidak harus sama ukurannya dengan gigi
asli, tetapi lebih kecil, untuk mengurangi permukaan pengunyahan supaya tekanan
pada waktu penguyahan tidak memberatkan jaringan pendukung.
Untuk pemasangan gigi yang harus diperhatikan adalah personality expression,
umur, jenis kelamin yang mana nantinya akan berpengaruh dalam pemilihan
ukuran, warna dan kontur gigi. Disamping itu juga perlu diperhatikan keberadaan
over bite, over jet, curve von spee, curve monson, agar diperoleh suatu keadaan
yang diharapkan pada pembuatan gigi tiruan lengkap.

III. L A P O R A N K A S U S
A. Identifikasi Pasien :
Nama

: Sumarni

Umur

: 43 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Bangsa

: Indonesia

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Padokan Kidul RT 08 Ds 8 Tirtonirmolo Kasihan

Tanggal Pemeriksaan : 4 Maret 2011


No. kartu

: 95876

B. Pemeriksaan Subyektif :
Motivasi

: Datang dengan kemauan sendiri untuk dibuatkan gigi tiruan


lengkap

CC

: Merasa kesulitan mengunyah karena sebagian besar gigi telah


dicabut

PI

: Tidak terasa sakit

PDH

PMH

: - Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik

Pernah mencabutkan gigi beberapa bulan yang lalu


- Tidak alergi obat-obatan, makanan, cuaca.

C. Pemeriksaan Obyektif :

Pemeriksaan Extra Oral


a. Bentuk muka : Persegi; Simetris

b. Profil

: Cembung

c. Bibir

: Sedang

Pemeriksaan Intra Oral


a. Frenulum labialis superior

: Normal

Frenulum labialis inferior

: Rendah

Frenulum lingualis

: Rendah

b. Keadaan Gigi-geligi
7

Jumlah : 4
Warna : Putih kekuningan
Bentuk : Normal
Oklusi :
c. Bentuk Palatum
U

Normal

d. Torus Palatinus
Tidak ada
e. Lidah
Ukuran

: Normal

Aktifitas

: Normal

f. Alveolus
Rahang atas

: Normal

Rahang bawah : Normal


g. Oral Hygiene
Sedang
h. Formula gigi-geligi
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Keterangan :
X : gigi sudah dicabut/tanggal
i. Rencana perawatan :
Gigi tiruan lengkap

Gambar Batas-Batas Anatomis dari RA dan RB :


Rahang Atas :
1. Frenulum labii superior
2. Ruggae palatina
3. Frenulum buccalis
4. Tuberositas maxillae
5. Pterygomaxillaris notch
6. Vibrating line
7. Median palatina
8. Daerah Post dam

Rahang Bawah :
1. Frenulum labii inferior
2. Frenulum buccalis
3. Vestibulum buccalis
4. Retromolar pad
5. Frenulum lingualis
6. Processus alveolaris
7. Mylohyoid line
8. Elemen gigi

IV. RENCANA PERAWATAN


A. Kunjungan I
Tahap Klinis
a. Anamnesa dan pemeriksaan obyektif
b. Membuat cetakan studi
1)

sendok cetak

: edentulous stock tray RA


perforated stock tray RB

2)

bahan cetak

: alginat

3)

metode mencetak

: mucostatic

c. Cara mencetak :
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1,
setelah dicapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam sendok cetak dengan
merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan tekan pada processus
alveolaris rahang atas dan atau rahang bawah dengan otot-otot bibir dan pipi
ditarik. Disamping itu dilakukan muscle triming agar bahan cetak mencapai
lipatan mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian sendok diambil
dan diamati bila ada kekurangan.
Persiapan Laboratoris untuk Kunjungan II
1. Pembuatan study model
Study model dibuat dengan menuangkan stone gips ke dalam cetakan
primer. Setelah gips mengeras, cetakan dilepaskan dan study model dibiarkan
mengering dan di-boxing.
2. Pembuatan sendok cetak individual (individual tray)
Bahan sendok

: shellac baseplate

Setelah kering, outline untuk sendok cetak individual digambar pada


study model. Outline dibuat 2 atau 3 mm lebih pendek dari lipatan mukobukal
dan semua frenulum, serta harus mencakup hamular notch dan meluas sampai
vibrating line.
Sendok cetak individual dibuat dengan menggunakan shellac. Shellac
dilunakkan di atas api spiritus kemudian diletakkan dan di tekan pada model
10

studi. Shellac dipotong sesuai dengan outline yang telah digambar pada study
model. Pegangan sendok cetak dibuat tegak lurus bidang horizontal dan pada
bagian palatum dibuat lubang dengan bur bulat dengan jarak 4-5 mm untuk
mengalirkan bahan cetak yang berlebih agar tidak timbul tekanan yang
berlebihan dari gigi tiruan pada jaringan pendukungnya.
B. Kunjungan II
Tahap Klinis
Membuat cetakan model kerja/Final Impression
a. Mencoba sendok individual
1) stabilisasi : dengan menghindari muscular attachment
2) relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang bawah
b. Sendok cetak : shellac base plate (RA dan RB)
c. Bahan cetak

: exaflex (RA & RB)

d. Metode mencetak : mukodinamik


e. Cara mencetak
Rahang atas :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke
dalam sendok cetak individual. Posisi operator di samping kanan belakang.
Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, kemudian sendok cetak
ditekan ke processus alveolaris. Caranya pada saat sendok cetak di dalam mulut,
dilakukan gerakan rahang bawah ke kiri dan ke kanan serta mengintruksikan
pasien mangatakan O untuk mendapatkan cetakan frenulum bukalis. Sedangkan
untuk mendapatkan cetakan frenulum labialis, pasien diintuksikan mengatakan
huruf U. Untuk medapatkan post dam area, pasien diinstruksikan mengatakan
ah, sehingga tampak batas antara palatum durum dan palatum molle. Posisi
dipertahankan sampai setting, kemudian sendok cetak dilepas dan dimasukkan
kembali ke rahang atas untuk dicek retensinya dan untuk menandai ah line.

11

Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah teraduk rata dan mencapai konsistensi tertentu
dimasukkan ke dalam sendok cetak. Posisi operator di samping kanan depan
pasien. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, kemudian
sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan
huruf O untuk mendapatkan cetakan frenulum bukalis. Kemudian pasien
diinstruksikan menjulurkan lidah untuk medapatkan batas cetakan frenulum
lingualis. Pasien menggerakkan bibir dan pipi agar bahan cetak dapat mencapai
bukal flange dan untuk mendapatkan frenulum labialis pasien diinstruksikan
mengucapkan huruf U. Posisi dipertahankan sampai setting, dan sendok cetak
dilepas.
Tahap Laboratoris
Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan gips stone.
Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, memperhatikan daerah
mukosa yang bergerak dan tidak bergerak, kemudian ditentukan relief area
maupun non relief area. Pada relief area juga dibuat postdam. Ditentukan pula
posterior palatal seal dan membuat seal. Kemudian menurut batas-batas tersebut
dibuat base plate dari wax yang kemudian diganti dengan akrilik. Base plate harus
benar-benar menempel pada work model. Base plate yang diperoleh dihaluskan
dan di atasnya dibuat bite rim dari wax. Base plate yang dibuat harus melewati
batas-batas ini:
Rahang atas

12

Rahang bawah

C. Kunjungan III
Tahap Klinis
1) Insersi base plate, retensi dan stabilisasi diperhatikan.
2) Dilakukan : pembuatan bite rim, hal-hal yang diperlukan dalam pembuatan bite
rim:
Bite rim berbentuk tapal kuda dan diletakkan diatas base plate untuk
memperoleh tinggi gigitan pada keadaan oklusi sentrik yang nantinya
akan dipindahkan ke artikulator. Patokan bite rim : bagian anterior
tinggi 12 mm, lebar 4 mm; bagian posterior tinggi 10-11 mm, lebar 6
mm. Untuk lengkung bite rim rahang bawah disesuaikan dengan
alveolar ridge yang ada, sedangkan bite rim untuk rahang atas dibuat
setinggi 2 mm di bawah bibir atas saat rest position. Tinggi bite rim
rahang bawah dibuat sejajar dengan tinggi retromolar pad.
Pembuatan bite rim dimulai dari rahang atas dengan menggunakan
bantuan 3 titik, yaitu 2 titik tragus canthus kanan dan kiri serta titik
ala nasi. Dari ketiga titik tersebut dihubungkan dengan menggunakan
benang. Penentuan garis tragus-canthus, ditarik dari sudut mata
(canthus) ke tragus, yang menjadi panduan letak kondil rahang yang
terletak kurang lebih setengah inci (12-14 mm) di depan tragus pada
garis ini. Dari titik tersebut, ditentukan garis chemfer yaitu garis lurus
yang menghubungkan tragus dengan sayap hidung (ala nasi). Setelah
13

bite rim rahang atas dipasangkan pada pasien, lalu kita pasangkan
oklusal guide plane. Dari arah depan dan samping pasien kita periksa
sedemikian rupa sampai didapat oklusal guide plane anterior sejajar
dengan garis pupil (garis yang menghubungkan kedua pupil) serta pada
oklusal guide plane bagian lateral sejajar garis chamfer. Apabila belum
didapatklan kesejajaran, maka bite rim terus dikurangi sampai bentuk
yang kita kehendaki.
Median line dari pasien yang diambil sebagai terusan dari tengah lekuk
bibir atas untuk menentukan garis tengah yang memisahkan incisivus
kanan dan kiri.

Garis caninus, yaitu tepat pada sudut mulut dalam keadaan rest posisi.

Garis ketawa, yaitu pada saat tertawa gusi tak terlihat.

3) Pencatatan Maxillo Mandibular Relationship (MMR).


Mula-mula dicari dimensi vertikal (inter oclusal distance) dengan
metode Willis, yaitu pengukuran jarak pupil dan sudut mulut sama dengan
jarak hidung dan dagu (PM = HD) pada keadaan rest posisi. Pada keadaan
relasi sentrik, dimensi vertikal : physiologic rest position - freeway space =
(PM=HD - 2 mm). Freeway space 2 mm diperoleh dengan cara mengurangi
bite rim rahang bawah. Hal ini berguna untuk pasien mengucapkan huruf-huruf
tertentu yang pengucapannya menggunakan space ini, misalnya huruf s
(faktor fonetik).
4) Centric relation record
Centric relation record adalah suatu relasi mandibula terhadap maxilla
pada suatu relasi vertikal yang ditetapkan pada posisi mandibula paling
posterior. Cara menentukan relasi sentrik yaitu dengan menengadahkan kepala
pasien sedemikian rupa sehingga processus condyloideus akan tertarik ke fossa
yang paling belakang karena tarikan dari otot dan menelan ludah berulangulang. Pasien disuruh menggerakkan mandibula berulang-ulang sampai pasien

14

biasa dengan relasi tersebut. Setelah mendapat posisi sentrik bite rim diberi
tanda tempat garis ketawa dan median line.
5) Setelah diperoleh relasi sentrik, dilakukan fixasi dengan cara dibuat groove
berbentuk V (metode double V groove) pada kanan dan kiri bite rim RA bagian
posterior kira-kira pada P1 dan M1, kemudian groove diberi vaselin. Pada bite
rim RB diberi tambahan wax menyesuaikan groove kemudian pasien
melakukan oklusi sentrik sehingga tambahan wax bite rim RB dapat masuk ke
dalam groove bite rim RA.
Tahap laboratories
Pemasangan pada artikulator (free plane artikulator)
Setelah oklusal bite rim RA dan RB selesai difixir, letakkan oklusal bite rim
RA pada mounting table dengan pedoman :
a) garis tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garis tengah
mounting table .
b) tepi luar bite rim RA menyinggung garis incisal edge dari mounting table.
c) jarum horizontal incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar anterior
bite rim RA dan tepat pada garis tengah bite rim.
Oklusal bite rim difixir dengan cara :
1)

Bagian atas aritikulator digerakkan ke atas dan adonan gips dituang perlahan
pada bagian atas model kerja RA, kemudian bagian atas artikulator
digerakkan ke bawah atau menutup sampai menekan gips yang ada pada
model kerja RA. Bagian atas dan bagian bawah dari artikulator digerakkan
ke bawah atau menutupi sampai menekan gips yang ada pada model kerja
RA.

2)

Bagian atas dan bawah artikulator diikat dengan karet dan gips yang
memfiksir bagian bawah artikulator dengan model RA dirapikan.

3)

Mounting table dilepas dari articulator, kemudian articulator dibalik.

4)

Occlusal bite rim RB di letakkkan kembali pada occlusal bite rim RA sesuai
dengan oklusinya.

15

5)

Bagian bawah artikulator diangkat ke atas dan adonan gips dituang pada
model kerja RB, kemudian bagian bawah artikulator digerakkan ke bawah
atau ditutup sampai menekan adonan gips.

6)

Membuat garis median pada bite rim atas yang disesuaikan dengan garis
median model kerja dan incisal guide plane.

D. Kunjungan IV
Tahap Laboratoris
Pemasangan gigi anterior, rahang atas :
11 21 : axisnya bersudut 5 terhadap midline
incisal edge menyentuh bite rim RB
bagian 1/3 labial agak depresi
12 22 : axisnya bersudut 10 terhadap midline
incisal edge berjarak 2 mm dari bite rim RB
permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite rim
13

23: axisnya sejajar dengan midline


puncak cuspis menyentuh bite rim RB
bagian 1/3 labioservikal lebih prominent

Rahang bawah :
31 41 : bagian serviks labial sedikit depresi
sumbu gigi tegak lurus bidang incisal
perhatikan over jet dan over bite
32 42 : axisnya sedikit miring ke mesial
labial tegak lurus bidang incisal
letaknya diantara gigi 1 dan 2 rahang atas
33 43 : axisnya miring ke mesial
bagian servikal permukaan labial lebih prominent
letaknya antara gigi 2 dan 3 rahang atas
Tahap Klinis
Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi anterior.
Urutan pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior rahang

16

bawah. Setelah itu try in untuk gigi depan atas dan gigi depan bawah, kemudian
diperiksa :
1. Overbite dan overjetnya (2-4 mm),
2. Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)
3. Garis ketawa (batas cervikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada saat
tertawa)
4. Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan huruf s, f, t, r, m)
Selanjutnya dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri. Setelah gigi anterior
dipasang maka dilanjutkan pemasangan gigi posterior rahang atas kemudian gigi
posterior rahang bawah.
E. Kunjungan V
Tahap Laboratoris
Pemasangan gigi posterior harus disesuaikan dengan :
1)

Kurva anteroposterior yang terdiri dari :


a) Bidang horizontal tempat disusunnya gigi 4 5
b) Bidang oblique tempat disusunya gigi 6 7

2)

Kurva lateral yang terdiri dari :


a) Bidang tegak yang terbentuk dari garis singgung pada occlusal bite rim,
dimana permukaan bukal gigi premolar ditempatkan
b) Bidang dengan sudut penyimpangan 6 dari bite rim ke arah palatal,
dimana terletak permukaan bukal gigi molar.

Urutan pemasangan :
14 24 : axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal
Tonjol bukal dan lingual menyentuh bite rim RB, tonjol palatinal
menggantung.
15 25 : axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal
Tonjol mesio palatinal menyentuh bite rim, tonjol lainnya menggantung.
16 26 : axisnya miring ke mesial
Tonjol mesiopalatinal menyentuh bidang oklusal, tonjol mesiobukal,
distobukal dan distopalatinal dinaikkan 0,5 mm dari bidang oklusal
17 27 : axis lebih miring dari 16 2 6
17

tonjol mesiobukal dan mesiopalatal menggantung 1 mm daripada tonjol


mesiobukal dan mesiopalatal 6
tonjol distobukal dan distoplatal lebih menggantung daripada tonjol
distobukal dan distopalatal 6
Untuk pemasangan gigi posterior rahang atas ini harus diperhatikan :
a) Kurva Von Spee ke arah antero posterior. Kurva Von Spee yaitu kurva
imaginer

antero-posterior dimana terdapat

bidang horisontal

yang

merupakan tempat disusunnya gigi premolar superior pertama dan premolar


superior kedua sedangkan tempat disusunnya gigi molar superior pertama
dan molar superior kedua dalam bidang oblik.
b) Kurva dari Wilson ke arah lateral kiri dan kanan
Gigi rahang bawah yang pertama kali dipasang adalah gigi 3 6 46
36 46 : tonjol mesiopalatinal 36 4 6 tepat pada fossa sentral 16 26
relasi 36 46 terhadap 16 26 adalah neutro oklusi (klas I Angle)
34 44 : tonjol bukal terletak antara tonjol bukal gigi 3 dan 4 rahang atas
ujung tonjol berkontak dengan marginal ridge gigi 3 dan 4 rahang atas
tonjol bukal berada diatas lingir rahang
35 45 : tonjol bukal terletak antara 4 dan 5 rahang atas
ujung tonjol berkontak dengan marginal ridge 4 dan 5 rahang atas
Pada kasus ini, 5 masih bergeligi. Untuk menambah retensi, dibuatkan
retainer langsung (direct retainer) berupa cengkeram C pada sebelah
distal 5 tersebut.
37 47 : inklinasi mesiobukal berkontak dengan garis tepi tonjol distobukal 6
rahang atas
tonjol palatal berkontak dengan fossa sentral 6 rahang atas
Penyusunan gigi posterior bawah harus disusun sedemikian rupa sehingga
terbentuk lengkung Manson. Kurva Monson atau kurva lateral yaitu bidang yang
terbentuk dari garis singgung pada oklusal bite rim dimana permukaan bukal gigi
premolar ditempatkan dan bidang dengan sudut penyimpangan 6 dari bite rim ke
arah palatal dimana terletak permukaan bukal gigi molar.
Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in.

18

Tahap Klinis
Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu
dilakukan pengamatan pada :
a. Oklusi
b. Stabilisasi dengan working side dan balancing side
c. Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa
d. Pasien disuruh mengucapkan huruf-huruf p, b, d, v dan lain-lain sampai
tidak ada gangguan
F. Kunjungan VI
Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut.
Saat dilakukan insersi harus diperhatikan :
1. Retensi
Retensi

dapat

didefinisikan

sebagai

ketahanan

gigi

tiruan

terhadap

pelepasannya dari mulut. Di cek dengan menggerak-gerakkan pipi dan bibir,


protesa lepas atau tidak. Perhatikan apakah tepi GTL mengikuti fornik,
jaringan yang bergerak harus dihindari dari plat GTL agar bebas bergerak dan
tidak melepas GTL, protesa harus berelief sesuai dengan keadaan mulut.
Perhatikan juga letak klamer C sebagai retainer langsung apakah retensinya
masih kuat dan baik. Jangan sampai terlalu kencang atau terlalu kendor agar
mudah digunakan dan pada saat dipasang dan tidak mudah terlepas.
2. Stabilisasi
Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,
bicara, ekspresi wajah dan sebagainya
3. Oklusi
Pengecekan gangguan diketahui dengan kertas artikulasi yang diletakkan pada
oklusal gigi, kemudian pasien disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah.
Bila ada traumatic oklusi dilakukan selective grinding, yaitu penggrindingan
permukaan oklusal gigi tiruan untuk mendapatkan suatu sentrik oklusi gigi
tersebut. Pengurangan menggunakan hukum BULL dan MUDL (pengurangan

19

pada permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan pengurangan
permukaan lingual dan distal pada rahang bawah).
4. Artikulasi
Fungsi fonetik diketahui dengan pengucapan huruf s, m, r, p, d, f dan t.
Apabila sudah tidak ada gangguan, maka protesa dapat dipolis.
Instruksi untuk pemeliharaan protesa :
a. Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas
b. Protesa dijaga kebersihannya
c. Protesa dijaga agar tidak mudah lepas
Instruksi untuk pasien :
a.

Pasien dianjurkan untuk beradaptasi dengan protesa tersebut sampai


biasa.

b. Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan otot-otot dibawahnya
dapat beristirahat.
c. Pasien membersihkan protesanya setiap kali sehabis makan dan sebelum
tidur.
d. Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien
dianjurkan untuk segera kembali ke klinik.
e. Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna pengecekan
lebih lanjut dan bila nantinya tidak ada gangguan, pasien bisa terus
memakainya.

20

G. Kunjungan VII
Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol.
Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :
1. Pemeriksaan subyektif :
a) Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak
b) Ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak
c) Ditanyakan apakah ada rasa sakit
2. Pemeriksaan obyektif :
a) Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan
b) Diperiksa retensi dan stabilisasi

21

V. DISKUSI
Pada kasus ini diketahui bahwa pasien kehilangan semua gigi pada rahang
atas, dan sebagian rahang bawah. Pada kasus dengan kehilangan gigi-geligi,
pembuatan gigi tiruan lengkap pada rahang atas dan gigi tiruan sebagian pada
rahang bawah perlu mempertimbangkan serta memperhatikan adanya faktor
retensi dan stabilisasi.
Retensi adalah kemampuan bertahan terhadap daya pelepasan ke arah
oklusal, sedangkan stabilisasi adalah kemampuan bertahan terhadap perpindahan
tempat dan goncangan. Yang mempengaruhi besar kecilnya retensi adalah :
a. Peripherial seal
b. Posterior seal
c. Luasnya permukaan protesa yang menempel mukosa
d. Adaptasi yang baik antara basis protesa dengan mukosa mulut
e. Penentuan batas jaringan bergerak dan tidak bergerak..
Untuk retensi yang baik, harus memperhatikan faktor-faktor :
1. Fitting surface
a) Model kerja harus berstruktur dan berelief sesuai dengan keadaan di
dalam mulut.
b) Jaringan keras harus dihindari untuk memberi kesempatan gerak.
c) Tepi GTL harus mengikuti batas fornik.
2. Ketebalan GTL
Ketebalan GTL rahang atas dan rahang bawah tidak sama, yaitu protesa rahang
bawah lebih tebal dibanding protesa rahang atas.
Untuk menjaga stabilisasi yang baik harus memperhatikan :
a) Polishing surface
b) Oclusal surface
c) Penyusunan gigi-geligi tiruan
d) Artikulasi
e) Dimensi vertikal

22

VI. PROGNOSA
Prognosa dari pembuatan gigi tiruan lengkap ini diperkirakan baik, dengan
mempertimbangkan :
1. Processus alveolaris rahang atas dan rahang bawah masih cukup baik
2. Gigi geligi yang masih ada cukup kuat
3. Oral hygine pasien baik
4. Jaringan pendukung sehat
5. Kesehatan umum pasien baik
6. Pasien kooperatif dan komunikatif
7. Keinginan pasien yang kuat untuk memakai gigi tiruan.

23

VII. DAFTAR PUSTAKA


Applegate, 1959, Essential of Removable Partial Denture Prosthesis, 2th ed.,
W.B. Sounders Co., Philadelphia, London
Basker., R.M., Davenport, J.C., and Tomlin, H.R., 1996, Perawatan Prostodontik
bagi Pasien Tak Bergigi ( terj. ), Edisi III, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, , Jakarta.
Gehl, D.H., and Dressen, O. M., 1959, Complete Denture Prothesis, 4
Saunders Co., London.

th

ed., W.B.

Itjingningsih-Wangidjaja-Harshanur, 1993, Geligi Tiruan Lengkap Lepas,


Cetakan II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Soelarko, R.M., dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full Denture, FKG
Unnpad, Bandung.
th

Swenson, M.G., 1960, Complete Denture, 5 ed., C.V. Mosby Co., Saint Louis.

24

Anda mungkin juga menyukai