Penuh/Lengkap (Full
denture/ Complete
denture)
October 22, 2014 by Enos R Mayko Leave a Comment
tiruan lengkap menurut Soelarko dan Herman (1980), adalah suatu gigi tiruan yang
menggantikan seluruh gigi pada lengkung rahang sehingga kemudian dikenal dengan
istilah:
3. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan menggangu keberhasilannya.
5. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh.
secara tidak sengaja dan berusaha untuk berkontak dengan rahang atas. Hal ini
sentrik posisi. Sehingga jika pasien dibuatkan gigi tiruan lengkap maka dimensi vertikal
dan physiological rest position akan kembali seperti pada saat gigi asli ada.
Retensi dapat didefinisikan sebagai kekuatan menahan dari suatu gigi tiruan
terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam. Pemeriksaan
retensi dilakukan dengan memasangkan gigi tiruan kuat-kuat dalam mulut dan
mencoba melepaskannya dengan gaya tegak lurus terhadap bidang oklusal. Bila gigi
tiruan dapat bertahan terhadap gaya-gaya tersebut, berarti gigi tiruan mempunyai
retensi yang cukup. Gaya-gaya fisik yang berhubungan dengan retensi GTL adalah :
1. Tekanan permukaan : meliputi adhesi antara saliva dan gigi tiruan serta mukosa.
2. Gaya-gaya dalam cairan : seperti tegangan permukaan saliva, gaya-gaya kohesi dalam
cairan saliva, dan viskositas saliva, semua mempengaruhi retensi gigi tiruan dan
pengungkitan gigi tiruan dari mukosa pendukung dan bekerja melalui 3 permukaan gigi
tiruan:
1. Permukaan oklusal (occlusal surface): bagian permukaan gigi tiruan yang berkontak
atau hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai pada gigi tiruan lawan atau gigi
asli.
2. Permukaan poles (polishing surface): bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang dari
tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan palatal. Bagian basis gigi
tiruan inilah yang biasanya dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi-geligi,
3. Permukaan cetakan (finishing surface): bagian permukaaan gigi tiruan yang konturnya
ditentukan oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi tiruan yang terbentang ke
permukaan poles.
Tekanan retentif yang berperan terhadap semua permukaan adalah tekanan otot dan
tekanan fisik.
Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam keberhasilan
GTL. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi GTL, terutama GTL rahang atas:
1. Faktor fisis:
a. Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retentive dari
tekanan atmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah disekeliling tepi gigi tiruan yaitu
pada permukaan bukal gigi tiruan atas, pada permukaan bukal dan lingual gigi tiruan
bawah.
b. Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari platum molle dekat fovea
palatine.
2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan
kontak antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut, tergantung dari
3. perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface).
Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi
4. Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai
pegangan terutama pada rahng atas.
Stabilisasi pada gigi tiruan lengkap merupakan kekuatan menahan dari suatu gigi
tiruan terhadap kekuatan daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi (adanya tekanan
fungsional).
Untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan, maka diperlukan suatu alat yang
disebut artikulator yang dapat mewakili rahang pasien. Adapun jenis artikulator yang
digunakan disini adalah articulator jenis simple anatomical type, yang disebut Free
Plane Articulator yang terdiri dari bagian upper member, lower member, incisal guide
(impression), yaitu suatu bentuk negatif dari jaringan mulut yang akan dipakai sebagai
menghiraukan tertekan atau tidaknya mukosa. Cetakan dilakukan dengan sendok cetak
mukosa. Digunakan sendok cetak individual yang dibuat dari bahan shellac atau self
Kedua jenis cetakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil cetakan seakurat
sesuai dengan batas jaringan bergerak dan tidak bergerak. Bila dikehendaki dapat 1-2
mm lebih rendah untuk memberi tempat pada bahan cetak asal jangan mudah lepas
dari rahang pasien. Buatlah pegangan sendok individual dan buat pula lubang dengan
bur bulat no. 3 pada daerah palatum, berjarak 4-5 mm. Kegunaan lubang ini adalah
untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih karena bila tertahan akan menyebabkan
Tahap Laboratoris
sekitarnya, yaitu jaringan yang bergerak dan tidak bergerak. Jaringan yang tidak
bergerak dijadikan sebagai landasan gigi tiruan penuh, dengan membuat batas antara
jaringan mulut bergerak dan jaringan mulut tidak bergerak yang serapi-rapinya dan
seakurat mungkin akan mempengaruhi hasil dan suksesnya pembuatan gigi tiruan
lengkap.
residual ridge karena tidak adanya gigi asli yang dapat digunakan sebagai pegangan.
Agar tercapai hasil yang baik juga diperlukan artikulator sebagai alat yang berguna
untuk mendapatkan bentuk tiruan rahang manusia yang menirukan gerakan rahang
2. Permanent base, berguna untuk mencatat posisi relasi rahang dan menempatkan gigi-
gigi.
Base plate adalah suatu bentuk sementara yang mewakili dasar gigi tiruan dan
untuk insersi ke dalam mulut. Sedangkan bite rim dibuat di atas base plate yang telah
Base plate yang telah bergabung dengan bite rim disebut occlusal bite rim atau
Artikulator mounting artinya adalah memasang occlusal bite rim rahang atas dan
bawah dari mulut pasien ke artikulator bersama modelnya setelah ditentukan dimensi
vertikal maupun sentrik oklusinya (Soelarko dan Harman, 1980). Vertikal dimensi
disebut juga tinggi gigitan, dapat dicapai dengan mengukur jarak pupil dengan sudut
mulut akan sama dengan jarak hidung dengan dagu pasien (PM=HD) dalam keadaan
oklusi sentris (Soelarko dan Harman, 1980). Oklusi sentrik adalah hubungan kontak
maksimal dari gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan relasi sentris.
Relasi sentris adalah hubungan maksila dan mandibula dimana kedua condylus berada
Kunjungan I
kedalam sendok cetak. Sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut dan ditekan pada
proc. alveolaris RA dan RB dengan otot-otot bibir dan pipi ditarik. Kemudian
dilakukan muscle trimming agar bahan cetak mencapai lipatan mukobukal. Posisi
individual dengan batas-batas yang telah ditentukan dengan bahan shellac. Cara
membuatnya adalah: Shellac dilunakkan diatas api spiritus, kemudian diletakkan diatas
model studi. Shellac ditekan pada model studi, kemudian dipotong sesuai dengan
batas yang telah digambar pada model. Pemotongan bisa dilakukan dengan gunting
bila masih lunak., atau dengan bur bila sudah mengeras (Utari, 1994). Kemudian
dibuat pegangan sendok cetak individual dan dibuat pula lubang-lubang dengan jarak
kurang lebih 5 mm. Kegunaan lubang ini adalah untuk mengalirkan kelebihan bahan
cetak, karena bila tertahan akan dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan pada
geligi tiruan pada jaringan pendukungnya, sehingga lubang dibuat pada daerah yang
tidak memerlukan tekanan. Pegangan sendok cetak dibuat tegak lurus bidang
horizontal.
Kunjungan II
Tahap Klinis
sendok cetak individual tetap stabil ketika otot-otot rongga mulut digerakkan, baik pada
rahang atas maupun rahang bawah. Jika sendok cetak ikut bergerak bersamaan
dengan gerak otot, maka dilakukan pemotongan sampai sendok cetak tersebut lebih
stabil. Tepi sendok cetak individual kira-kira 2 mm dari forniks. Sayap sendok cetak
yang berlebihan harus dikurangi karena apabila tidak dikurangi, maka ketika mencetak,
jaringan sulkus akan menegang. Akibatnya, sayap gigi tiruan akan terlalu panjang
sehingga melukai jaringan lunak serta menjadi tidak stabil. Apabila sendok cetak kurang
mencukupi batas tersebut, maka dilakukan penambahan dengan malam merah atau
kompon batang hijau. Sendok cetak yang pendek menyebabkan dua kemungkinan:
bahan cetak tidak dapat mencapai seluruh dasar forniks sehingga gigi tiruan yang
dihasilkan menjadi terlalu pendek, atau bahan cetak dapat mencapai seluruh dasar
fornik namun tidak didukung dengan baik oleh sendok cetak sehingga ketika diisi gips,
berat adonan gips akan merubah bentuk bagian bahan cetak yang tidak ditopang
Rahang atas:
lunak, kemudian dimasukkan dalam sendok cetak. Masukkan sendok cetak kedalam
mulut kemudian ditekan ke prosessus alveolaris. Dilakukan trimming agar bahan cetak
mencapai lipatan mukobukal, caranya pada saat sendok cetak didalam mulut, dilakukan
gerakkan rahang bawah kekiri dan kekanan, kemudian pipi dan bibir ditarik keatas
‘ah’, sehingga tampak batas antara palatum durum dan palatum molle. Posisi
dipertahankan sampai setting, kemudian sendok cetak dilepas. Gambarkan garis “Ah”
kedalam rahang atas, sehingga garis tinta akan luntur pada cetakan. Dapat
Rahang bawah:
Caranya sama seperti pada rahang atas, disini pasien diminta menjulurkan lidah.
Bibir dan pipi digerakkan agar bahan cetak dapat mencapai bukal flange. Posisi
Setelah diperoleh cetakan yang akurat. Kemudian diisi dengan gips biasa dan gips
batas tepinya, memperhatikan daerah mukosa yang bergerak dan tidak bergerak,
kemudian ditentukan relief area maupun non relief area. Ditentukan pula posterior
palatal seal dan membuat seal. Setelah model malam selesai, base plate diganti
Tahap Labotaroris
Setelah didapat work model dengan jalan melepas stone gips yang sudah
mengeras dari cetakan, lalu diteruskan dengan pembuatan base plate permanen dan
bite rim. Base plate harus benar-benar menempel pada work model. Untuk lengkung
bite rim RB disesuaikan dengan alveolar ridge yang ada, sedangkan bite rim untuk RA
dibuat setinggi kurang lebih 2 mm dibawah bibir atas saat rest posisi. Tinggi bite rim RB
a. Bite rim anterior atas harus sejajar dengan garis pupil (garis yang menghubungkan
Bite rim posterior sejajar dengan garis Chamfer, yaitu garis yang berjalan dari ala nasi
sampai tragus
b. Bite rim atas harus kelihatan kira-kira 2 mm dibawah garis bibir pada saat rest position.
c. Median line pasien diambil sebagai terusan dari tengah lekuk bibir atas (philtrum)
untuk menentukan garis tengah yang memisahkan incisivus kanan dan kiri.
d. Garis caninus, tepat pada sudut mulut dalam keadaan rest position
Kunjungan III
Tahap Klinis
1. Insersi base plate, retensi dan stabilisasi diperhatikan. Retensi adalah daya
tahan gigi tiruan terhadap upaya pelepasan, sedangkan stabilisasi adalah
daya tahan gigi tiruan untuk tetap di tempat ketika funsi pengunyahan
salah satu sisi gigi tiruan (jjika gigi tiruan terungkit, maka gigi tiruan tersebut
tidak retentif) atau dengan memberikan usaha pelepasan (gigi tiruan yang
retentif adalah gigi tiruan yang sulit dilepas). Stabilisasi dapat diamati
tiruan yang stabil merupakan gigi tiruan yang tidak berubah tempat ketika
difungsikan.
Retensi gigi tiruan ditentukan oleh letak seal dan adhesi/kohesi saliva.
Kesesuaian letak seal dilakukan dengan menggerakkan otot pipi. Jika alat terjatuh
ketika otot digerakkan, berarti terdapat over extension plat. Solusi keadaan ini adalah
dengan mengurangi plat. Sebaliknya, jika seal pada plat under extension, maka kohesi
dan adhesi saliva berkurang, dan alat menjadi tidak retentif. Solusi keadaan ini adalah
tersebut. Dalam kasus ini, pasien termasuk ras mongoloid yang memiliki ciri
khas profil cembung. Kecembungan profil dibuat dengan tonus otot labial
sebagai parameternya. Profil yang ideal, terbentuk jika otot bibir dalam
bite rim terlalu cembung sehingga harus dikurangi. Sebaliknya, jika bibir
tampak hipotonus, maka bite rim kurang cembung sehingga perlu ditambah
diusahakan sejajar dengan lantai. Tentukan garis chamfer dari titik di bawah ini :
Kemudian ketiga titik tersebut ditandai dengan benang dan diisolasi. Selanjutnya
record blok dipasang dengan posisi bite rim RA dan RB harus tertutup secara
sempurna (tidak boleh ada celah dan merupakan suatu garis lurus).
cara mengukur jarak pupil dengan sudut mulut sama dengan jarak hidung sampai dagu
Huruf M terdengar jelas jika dimensi vertikal cukup. Free way space dicek dengan
pengucapan huruf S (huruf S terdengar mendesis). Jika free way space kurang, maka
huruf S sulit terucap, demikian halnya jika free way space berlebihan (terasa semburan
Bite rim rahang atas dibuat sejajar dengan garis chamfer (garis yang berjalan
dari ala nasi sampai titik tertinggi dari porus acusticus externus) untuk bagian posterior
dan sejajar garis pupil untuk bagian anterior. Tinggi bite rim rahang atas 1,5-2 mm
dibawah garis bibir atas/lower lip line (pada waktu rest posisi). Alat yang digunakan
Yaitu suatu relasi mandibula terhadap maksila pada suatu relasi vertikal yang
mm diperoleh dengan cara mengurangi bite rim rahang bawah dengan maksud
sebagai free way space. Cara menentukan relasi sentrik yaitu dengan mengintruksikan
Condyloideus akan tertarik pada fossa bagian belakang karena tarikan dari otot dan
Setelah mendapatkan posisi sentrik, bite rim diberi tanda tempat median line dan garis
ketawa.
Median line, garis ketawa, high lip line, low lip line ditentukan kemudian dicek
dengan cara pasien dinstruksikan untuk membuka dan menutup mulut kemudian dilihat
apakah garis tersebut sudah tepat dan tetap kedudukannya dalam keadaan oklusi
sentrik.
Rahang atas dan rahang bawah difiksasi dengan double V-groove shape,
caranya: dibuat V-groove pada rahang atas kira-kira P1 dan M1; pada rahang bawah
daerah V-groove dikurangi kira-kira 2 mm. Bite rim rahang bawah diberi gulungan
malam kecil yang telah dilunakkan dibawah V groove RA. V-groove pada rahang
atas diolesi vaselin. Rahang atas dan bawah dikatupkan, mulut dilihat apakah V-groove
dan kontranya sudah tepat, kemudian lakukan membuka dan menutup berulang-ulang.
Jenis articulator yang digunakan adalah anatomical type yang disebut free plane
articulator.
Bagian-bagian articulator ini adalah: upper member, lower member, incisal guide pin
Cara kerja :
1. Tentukan besar derajat tonjol caninus superior dan premolar superior pertama.
2. Bite rim RA beserta modelnya diletakkan pada mounting table dengan pedoman : garis
tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garis tengah mounting table, tepi luar
anterior bite rim RA menyinggung garis incisal edge mounting table, jarum
horizontal incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar anterior dari bite rim model RA
5. Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang perlahan pada bagian atas
model kerja RA lalu upper member digerakkan ke bawah sampai menekan gips yang
6. Upper member dan lower member diikat dengan karet, rapikan gips yang
8. Bite rim RB diletakkan kembali pada bite rim RA sesuai dengan oklusinya.
9. Buat adonan gips, lower member diangkat ke atas dan adonan gips dituang pada model
kerja RB kemudian lower member digerakkan ke bawah sampai menekan adonan gips,
Kunjungan IV
pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior rahang bawah. Setelah
itu try–in untuk gigi depan atas dan gigi depan bawah.
bidang insisal
2. Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)
3. Garis ketawa (batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat saat ketawa)
Kunjungan V
pemasangan adalah gigi posterior RA kemudian RB. Setelah itu try in pada pasien.
– tonjol bukal dan lingual menyentuh bite rim RB, tonjol palatinal
menggantung 1 mm
1. dataran orientasi jika dilihat dari sagital harus membentuk kurva Manson
2. dataran orientasi jika dilihat dari arah lateral harus membentuk kurva Von Spee
– letaknya di antara 13-14 dan 23-24 dengan tonjol bukal terletak di fossa
sentral antara
P1 dan Caninus RA
– letaknya di antara 14-15 dan 24-25 dengan tonjol bukal terletak di fossa
sentral antara
P1 dan P2 RA
tonjol mesio-bukal 17 27
tehadap:
1.Oklusi.
Dilakukan try in untuk mengevaluasi GTL sebelum diproses dengan cara melatih
pasien untuk memakai, merasakan dan beradaptasi dengan gigi tiruan tersebut :
Kunjungan VI
Saat ini protesa telah selesai diproses dan diinsersikan pada pasien. Hal yang
c. Oklusi
dilakukan selective grinding, yaitu penggerindingan permukaan oklusal gigi tiruan untuk
BULL dan MUDL (pengurangan pada permukaan bukal dan mesial pada rahang atas
dan pengurangan permukaan lingual dan distal pada rahang bawah), yakni pada
working side.
d. Artikulasi
e. Penyusunan gigi
Kemudian dilakukan pengecekan terhadap MMR, apakah ada perubahan atau tidak.
Caranya: lakukan pencetakan RA dan RB dengan gigi tiruan masih terpasang dalam
mulut pasien. Pada waktu mengambil cetakan GTL, ikut terambil kemudian diisi dengan
stone gips. Hasil cetakan kemudian dipasang pada atikulator untuk mengecek
Instruksi Pasien:
1. Cara Pemakaian : pasien diinstruksikan untuk beradaptasi dengan protesa GTL yaitu
dengan memakai protesa tersebut secara terus menerus selama 2 x 24 jam kecuali
2. Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan otot-otot di bawahnya dapat
istirahat.
4. Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien dianjurkan segera
kembali ke klinik.
5. Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna pengecekan lebih lanjut dan
1. pasien kooperatif
Kontrol pasien dilakukan untuk mengoreksi atau memperbaiki kesalahan yang mungkin
a. Subyektif :
b. Obyektif;
Daftrar Pustaka
Boucher, C. O., 1964, Swenson’s Complete Denture, Ed. V., CV. Mosby
Company, St. Louis.