Meskipun basis gigitiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil monomer
dilepaskan, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang terdapat dalam rongga mulut.
3. Penyerapan air
Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan dalam jangka
waktu tertentu.7 Resin akrilik menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan pada lingkungan
basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanik, fisik dan
dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0.69 mg/cm2.
4. Porositas
Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat
fisis, estetik, dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis
gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi
dan berat molekul polimer yang rendah, disertai temperatur resin mencapai atau melebihi titik
didih bahan tersebut. Porositas juga dapat terjadi karena pengadukan yang tidak tepat antara
komponen polimer dan monomer.
5. Stabilitas warna
Resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas warna yang baik dibandingkan selfcured acrylic resin karena adanya oksidasi oleh tertinary amine. Dapat dicegah dengan
menambah stabilizing agent.
6. Sifat thermal
Resin akrilik stabil secara kimia pada panas sampai di suatu titik. Resin akrilik merupakan bahan
yang buruk untuk menghantarkan panas dan listrik
7. Kekuatan
Bahan ini memiliki kekuatan yang rendah. self cured acrylic resin memiliki kekuatan yang lebih
rendah, yaitu dengan nilai compressive strength 75 Mpa dan tensile strength 52 Mpa.
8. Biokompatibilas
Klinis menunjukkan bahwa reaksi alergi sejati terhadap resin akrilik amatlah jarang terjadi dalam
rongga mulut. Sisa monomer sering dianggap sebagai iritan. Namun, reaksi alergi tidak
tergantung pada dosis.
9. Kekerasan
Resin akrilik memiliki kekerasan yang rendah sehingga mudah tergores atau terabrasi.
10. Modulus of elasticity
Resin akrilik memiliki kekakuan yang mencukupi untuk digunakan sebagai gigi tiruan penuh dan
sebagian dengan nilai 2400 Mpa
11. Impact strength
Resin akrilik harus memiliki impact strength yang tinggi untuk mencegah terjadinya patahan
apabila terjatuh secara tiba-tiba.
Terdiri dari partikel polimer yang berbentuk pearls atau beads berisi poli (methyl
methacrylate)
Liquid :
Metil metakrilat
Inhibitor : hydroquinone, untuk mencegah polimerisasi oleh panas, sinar dan pengaruh
oksigen
Stage 2 : terjadi penetrasi pada monomer sehingga pembungkus polimer pecah dan polimer
dapat meresap kedalam monomer. Bahan terlihat menjadi agak melekat dan berserabut bila
ditarik
Stage 3 : disebut dough atau gel stage. Polimer telah jenuh didalam monomer. Disini massa
lebih halus, dough like, dan mudah dibentuk tanpa melekat tanpa berserabut. Pada stage ini
massa dapat dimasukkan kedalam mold.
Stage 4 : monomer seperti tidak ada lagi, baik oleh penguapan maupun oleh penetrasi yang
lebih lanjut dari polimer. Massa menjadi lebih kohesif dan rubber like.
Curing cycle adalah istilah teknis yang diberikan pada proses pemanasan agar terjadi
polimerisasi didalam mold, dimana reaksi polimerisasi adalah reaksi yang eksotermis. Bila kuvet
langsung dimasukkan kedalam air mendidih, terjadi perubahan temperatur yang tinggi pada
resin. Tapi bila air dipanaskan dengan lambat maka temperatur resin tidak akan melewati
temperatur didih monomer.
B. Self Curing Acrylic Resin
Secara umum bahan ini sama dengan heat curing acrylic resin. Tetapi inisiator (benzoil peroxide)
dalam hal ini diaktifkan oleh suatu bahan kimia, tidak diaktifkan oleh panas. Bahan kimia
tersebut ditambahkan bahan kimia lain pada monomer yaitu tertiary amine. Bahan ini dikenal
sebagai aktivator. Setelah monomer dicampur dengan polimer, aktivator akan bereaksi dengan
inisiator, sehingga initiator membentuk radikal bebas dan polimerisasi mulai terjadi pada
temperatur kamar.
Reaksi polimerisasinya yaitu polimer (powder) sebagai inisiator peroksida ditambahkan dengan
monomer (liquid) sebagai akselerator amin akan membentuk polimer dan panas. Kecepatan
polimerisasi dipengaruhi oleh tipe dan konsentrasi daripada aktivator dan inisiator. Self curing
acrylic resin ini digunakan untuk piranti ortodonti lepasan dan sendok cetak fisiologis.
C. Light Curing Acrylic Resin
Bahan ini dipolimerisasi dalam suatu ruangan yang mengandung sinar (curing unit) dengan sinar
biru yang memiliki panjang gelombang 400-500 nm dengan intensitas sinar yang tinggi yang
keluar dari bola lampu quartz-halogen. Akrilik akan berputar secara kontinu didalam ruangan
agar akrilik mendapatkan paparan sinar yang sama.
Komposisi akrilik ini yaitu mengandung matriks urethane dimethacrylate dengan kopolimer
akrilik, bahan pengisinya adalah silica microfine dan sistem fotoinitiatornya berupa
camphorquinone amine.
F. Kesalahan Pemanipulasian
Kesalahan pada pemanipulasian resin akrilik dapat menyebabkan terjadinya porositi. Ada dua
macam porositi, yaitu porositi internal dan porositi eksternal. Porositi internal disebabkan
karena pemanasan yang tingi dan cepat, panas eksotermal juga menjadi tinggi dan cepat
meningginya, sehingga monomer tidak sempat berpolimer dan menguap membentuk bubles
(bola uap). Porositi eksternal disebabkan oleh ketidak homogenan bahan tersebut selama
polimerisasi. Juga dapat disebabkan oleh pengepresan yang salah, penekanan yang kurang lama
atau terlalu cepat digodok.