Disusun oleh:
Swandiva Putri Wendradi (20/469864/KG/12228)
Tinarbuka Sih Palimirma (20/469869/KG/12233)
Angkatan 68
Dosen Pembimbing:
Dr. drg. Titik Ismiyati, M.S., Sp.Pros(K).
BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
PENDAHULUAN
Gigi tiruan lengkap lepas (GTL) merupakan gigi tiruan yang berfungsi
untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang
menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah. Gigi tiruan
tersebut terdiri dari anasir gigi yang dilekatkan pada basis gigi tiruan. Basis pada
gigi tiruan memperoleh dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut
dibawahnya (Sinabutar, 2013). Menurut Swenson (1960), pada orang yang telah
kehilangan gigi-geliginya, dimensi vertikal akan berkurang dan otot pipi akan
turun karena tidak adanya penyangga. Selama berfungsi, rahang bawah berusaha
berkontak dengan rahang atas, sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi rahang atas
dan rahang bawah akan menyebabkan hilangnya posisi sentrik dan mandibula
menjadi protrusif, yang dapat menyebabkan malposisi temporomandibular joint.
Tujuan utama pemakaian gigi tiruan bukan hanya untuk memperbaiki fungsi
pengunyahan, bicara dan estetik saja, tetapi juga mencegah berubahnya
struktur jaringan pengunyahan dan otot wajah, serta harus dapat mempertahankan
jaringan yang tersisa. (Ardan, 2007)
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan lengkap lepasan atau full pothesa merupakan gigi tiruan yang
berfungsi menggantikan semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang,
seseorang yang telah kehilangan semua gigi geliginya, akan dapat menghambat
fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi estetik dan mempengaruhi keadaan
psikis. Terdapat beberapa indikasi dan kontraindikasi pembuatan gigi tiruan
lengkap (GTL), yaitu:
Indikasi pembuatan Gigi Tiruan Lengkap adalah:
a. Pasien yang kehilangan gigi secara keseluruhan karena dicabut atau
tanggal
b. Pasien yang jika dibuatkan GTS, gigi yang tersisa akan mengganggu
keberhasilannya
c. Pasien dengan keadaan prosesus alveolaris yang masih baik
d. Pasien dengan keadaan umum dan mulut yang baik
e. Pasien dengan beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi
yang tidak mungkin diperbaiki
f. Pasien yang bersedia dibuatkan GTL (berhubungan dengan waktu, biaya,
dan prognosa)
Gigi tiruan lengkap yang baik memenuhi kelima persyaratan yang saling
mempengaruhi dan saling terkait, yaitu:
1. Enak dipakai
2. Dapat berfungsi
3. Tampak cukup estetik
4. Tidak menimbulkan gangguan
5. Cukup kuat
(Tim Pengajar Gigi Tiruan Lengkap, 2012)
d. Gigi tiruan
Berdasarkan bahannya, gigi tiruan dapat diklasifikasikan menjadi:
a) gigi akrilik, b) gigi porselen, c) gigi resin IPN (Inter-penetrating
Polymer Network), d) oklusal emas, e) resin akrilik dengan amalgam stop.
Sedangkan, berdasarkan morfologinya, gigi tiruan dapat diklasifikasikan
menjadi: a) gigi anatomis, b) gigi semi anatomis, c) gigi crossbite, d) gigi
insersi logam (Devlin, 2002; Veeraiyan dkk, 2004).
Pencetakan GTL
Terdapat dua tahapan dalam pembuatan gigi tiruan yang saling berkaitan
satu sama lain, yaitu tahap klinis dan tahap laboratoris. Prosedur awal yang harus
dilakukan adalah melakukan pemeriksaan subyektif dan obyektif. Selanjutnya,
dilakukan pencetakan gigi-geligi pasien, yaitu suatu bentuk negatif dari jaringan
mulut yang akan dipakai sebagai basal seat protesa (Swenson, 1964; Sriyono,
1996). Terdapat 2 macam cetakan, yaitu:
a. Cetakan anatomis (dalam keadaan tak berfungsi)
Pencetakan tidak menghiraukan tertekan atau tidak tertekannya
mukosa mulut. Cetakan ini dilakukan menggunakan sendok cetak biasa
(stock tray) dan dengan bahan cetak compound yaitu alginat. Hasil dari
cetakan awal antagonis akan berguna sebagai model studi untuk
mempelajari masalah selama pembuatan gigi tiruan dan digunakan sebagai
penunjang diagnostik. Model inilah yang nantinya akan digunakan untuk
membuat sendok cetak individual (Itjiningsih, 1996) dengan cara:
2) Sturktur pendukung
- Area stress-bearing primer
a) Slope posterolateral palatum keras
b) Posterolateral dari lingir sisa
- Area stress-bearing sekunder
a) Rugae
b) Tuberositas maksila
3) Relief area
Area ini dibebaskan dari tekanan berlebih karena dapat resorpsi atau
didapati struktur yang rentan.
-
Gambar 4. Batas-batas anatomis rahang bawah
(Basker dan Davenport, 2002)
2. Stabilisasi
Stabilisasi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk bertahan pada
tempatnya sewaktu gigi tiruan mendapat tekanan. Faktor stabilisasi gigi
tiruan lengkap didapat dari pemasangan gigi-gigi pada processus
alveolaris, tekanan yang merata, balanced occlusion, relief area, sliding,
over jet dan over bite (Soelarko dan Wachijati, 1980).
3. Dukungan
Dukungan merupakan dasar tempat gigi tiruan bersandar dan
jaringan yang menahan beban kunyah yang menimpa gigi tiruan. Pada
pasien dengan gigi tiruan lengkap, jaringan ini merupakan mukosa mulut
yang bergerak dan yang tidak bergerak, serta tulang di bawahnya. Faktor
yang mempengaruhi dukungan gigi tiruan lengkap dibagi dalam 2
kelompok: faktor-faktor yang berhubungan dengan jaringan pendukung
dan faktor-faktor yang berhubungan dengan gigi tiruan atau basis gigi
tiruan (Watt dan MacGregor, 1992).
LAPORAN KASUS
A. Identifikasi Pasien
Nama pasien : Priyo Hariyatmo
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Driver
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Kusbini No 19 Yogyakarta
No. Kartu : 224081
Tgl pemeriksaan : 19 November 2021
B. Pemeriksaan Subyektif
Motivasi : Pasien datang atas kemauan sendiri untuk dibuatkan gigi tiruan
lengkap rahang atas dan rahang bawah
CC : Pasien mengeluhkan keadaan rongga mulutnya yang sudah tidak
bergigi sehingga sulit untuk makan dan ingin dibuatkan gigi
tiruan
PI : Gigi yang hilang awalnya goyang dan terasa sakit saat
mengunyah sejak 5 tahun yang lalu. Pasien mengaku memiliki
kebiasaan konsumsi makanan bertekstur keras dan memiliki
riwayat diabetes mellitus. Gigi yang goyang kemudian satu
persatu hilang karena dicabut pasien sendiri dan ada pula yang
dicabut dokter gigi dan koass gigi.
PDH : Pasien pernah cabut gigi 1,5 bulann yang lalu tanpa komplikasi.
PMH : Pasien memiliki riwayat hipertensi, pasien tidak memiliki
riwayat alergi obat dan makanan. Pasien tidak memiliki alergi
terhadap obat, makanan, dan debu. Saat ini pasien tidak sedang
menjalani perawatan dokter dan tidak sedang mengonsumsi obat-
obatan
C. Pemeriksaan Obyektif
Umum :
Jasmani : sehat
Rohani : kooperatif dan komunikatif
Ekstraoral :
Muka : Simetris, tidak ada kelainan
Profil : Lurus
Bibir : Sedang, tidak ada kelainan
Intraoral :
Attachment : Frenulum labii superior : normal
Frenulum labii inferior : normal
Frenulum lingualis : normal
Frenulum buccalis superior : normal
Frenulum buccalis inferior : normal
Bentuk palatum : U, normal
Torus palatinus : Ada
Lidah : Ukuran dan aktfitas normal
Ketinggian dan bentuk lingir alveolaris :
a. Rahang atas : normal
b. Rahang bawah : normal
Formula gigi geligi :
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Keterangan:
X : gigi telah tanggal/ dicabut
Rahang Atas
Keterangan :
Rahang Bawah
Keterangan :
1) Sendok cetak : perforated stock tray no 2 untuk rahang atas dan bawah
2) Bahan cetak : elastic impression (alginat)/ irreversible
hydrocoloid
3) Metode mencetak: mukostatik.
Tahap-tahap pencetakan:
Tahap Laboratoris
2. Kunjungan II
Tahap Klinis
Rahang atas:
Rahang bawah:
Tahap Laboratoris
Cek tinggi bite rim: bidang incisal bite rim terlihat 2 mm di bawah
garis bibir atas dalam keadaan istirahat.
Cek profil wajah pasien: bibir pasien harus isotonus (tidak terlalu
tegang ataupun kendur). Apabila bibir pasien hipertonus, kurangi bite
rim pada bagian labial, apabila bibir pasien hipotonus, tambahkan
malam pada bite rim sebelah labial.
b. Estetik
Median line dari pasien yang diambil sebagai terusan dari tengah
filtrum untuk menentukan garis tengah yang memisahkan incisivus
kanan dan kiri. Garis caninus, yaitu tepat pada sudut mulut dalam
keadaan rest position. Garis tertawa, yaitu pada saat tertawa gusi tidak
terlihat.
c. Kesejajaran dataran oklusal
Mula-mula pasien dipersilakan duduk pada dental chair, dataran
oklusal diusahakan sejajar dengan lantai. Ditentukan garis Chamfer
dengan menandai tiga titik yang nantinya dihubungkan dengan benang
yakni:
- Titik condylus kanan dan kiri yang berada di 13 mm dari meatus
acusticus externus telinga kanan dan kiri ke arah chantus/sudut mata,
- Spina nasalis anterior
Selanjutnya, dengan memakai bantuan occlusal guide plane, dilihat
posisi bite rim RA:
- Bila dilihat dari depan, bite rim RA tampak sejajar dengan garis
interpupil
- Bila dilihat dari samping, bite rim RA tampak sejajar dengan garis
chamfer
Pencatatan Maxillo Mandibular Relationship (MMR)
Setelah didapatkan kesejajaran dataran oklusal, dicari hubungan
vertikal antara bite rim RA dan RB. Dimensi vertikal posisi istirahat dicari
dengan metode Willis, yaitu pengukuran jarak pupil dan sudut mulut sama
dengan jarak hidung dan dagu (PM = HD). Besarnya dimensi vertical
oklusi yaitu dimensi vertikal posisi istirahat - freeway space = (PM=HD) -
2 mm. Freeway space 2 mm diperoleh dengan cara mengurangi bite rim
rahang bawah. Ketepatan freeway space ini dicek secara mekanik (diukur).
Pengecekan dimensi vertikal dapat dilakukan dengan
menginstruksikan pasien untuk mengucapkan huruf “m”. Huruf “m” akan
terdengar jelas apabila dimensi vertikal cukup. Free way space dicek
dengan menginstruksikan pasien untuk mengucapkan huruf “s”. Jika free
way space kurang, maka huruf “s” sulit terucap, demikian halnya jika free
way space berlebih akan terasa semburan saliva saat pengucapan huruf
“s”.
Setelah oklusal bite rim RA dan RB selesai difixir, letakkan oklusal bite
rim RA pada mounting table dengan pedoman :
a. Garis tengah bite rim RA berimpit dengan garis tengah mounting table
b. Tepi luar bite rim RA menyinggung garis incisal edge dari mounting
table
c. Jarum horizontal incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar
anterior bite rim RA dan tepat pada garis tengah bite rim
d. Upper member artikulator digerakkan ke atas dan adonan gips dituang
perlahan pada bagian fitting surface baseplate RA, kemudian upper
member digerakkan ke bawah atau menutup sampai menekan gips
e. Setelah gips setting, mounting tabel dilepas dari artikulator. Oklusal
bite rim RB diletakkan kembali pada oklusal bite rim RA sesuai dengan
oklusinya kemudian diikat dengan karet. Gips dituang pada lower
member dan fitting surface baseplate RB.
f. Gips yang memfixir upper member dan lower member dirapikan.
4. Kunjungan IV
Tahap Laboratoris
Tampak proksimal:
Pada inklinasi labio palatal, 1/3 permukaan labial agak deperesi,
incisial edge terletak pada bite rim bawah
Tampak incisal:
Facies labial agak ke palatal dan mengikuti bite rim rahang atas
c. Caninus superior
Tampak labial
Untuk inklinasi mesiodistal, sumbu gigi sedikit miring atau hampir
sejajar dengan median line, maksimum, outline distal tegak lurus bite
rim rahang bawah. Puncak tonjol menyentuh bidang oklusi, sisi
mesioincisal berkontak dengan sisi distoincisal incisivus lateralis
superior.
Tampak proksimal
Untuk inklinasi labiopalatal, bagian 1/3 labioservikal lebih prominen
Tampak insisal
Permukaan labial sesuai dengan lengkung bite rim rahang bawah
f. Caninus inferior
Pada oklusi sentrik:
Sumbu gigi miring ke mesial bila tampak dari labial. Bila dilihat dari
proksimal, bagian servikal permukaan labial lebih prominen dan ujung
tonjol berada di antara gigi-gigi caninus superior dan incisivus
lateralis superior.
Pada try in gigi tiruan ini, pasien juga diminta untuk mengucapkan
huruf “f” dan “v” untuk mengetahui apakah posisi gigi incisivus rahang atas
sudah tepat. Normalnya bibir bawah menyentuh gigi incisivus rahang atas
ketika mengucapkan huruf tersebut. Leher gigi-gigi anterior harus di atas laugh
line dan ujung gigi caninus terletak pada canine line.
5. Kunjungan V
Tahap Laboratoris.
Pada oklusi kerja bila dilihat dari bukal, lereng distobukal P1 inferior
berkontak dengan lereng mesiobukal P2 superior, dan lereng mesiobukal P1
inferior berkontak dengan lereng distobukal C superior. Bila dilihat dari
lingual, lereng distolingual P1 inferior berkontak dengan lereng
mesiopalatal P1 superior. Pada oklusi seimbang tidak terlihat adanya kontak
dengan gigi atasnya
2) Kurva Monson
Kurva ini dibentuk oleh tonjol mesiopalatal gigi molar pertama rahang
atas kanan kiri yang melengkung ke atas.
3) Kurva Antimonson
Kurva ini dibentuk oleh tonjol bukal dari gigi premolar pertama rahang
atas kanan dan kiri yang melengkung ke bawah.
Tahap Klinis
6. Kunjungan VI
Setelah gigi tiruan diprocessing, gigi tiruan dipasang di dalam mulut
pasien. Gigi tiruan diperiksa retensi dan stabilisasinya, perluasan peripheral
dan posterior seal, vertikal dimensi, estetik, fonetik, free way space, dan
oklusinya.
a) Retensi
Jika retensi gigi tiruan adekuat maka gigi tiruan bagian rahang atas tidak
lepas dari lingir tanpa perekat selama 15 menit, dan gigi tiruan rahang
bawah tidak lepas dari lingir ketika pasien menjilat bibir atas.
b) Stabilisasi
Evaluasi stabilitas ini dapat dilakukan dengan tekanan jari pada permukaan
oklusal dan lateral gigi tiruan. Resistensi bergantung pada bentuk dan
konsistensi lingir sisa, serta aktivitas dari struktur lainnya.
e) Estetik
Estetik pasien dipengaruhi oleh vertikal dimensi wajah pasien, bila vertikal
dimensi terlalu rendah maka wajah pasien akan turun sedangkan bila
vertikal dimensi terlalu tinggi maka gigi akan berkontak selama fonasi.
f) Fonetik
Fonetik pasien dicek dengan cara pasien mengucapkan huruf-huruf “s, t, d, n
ch, j” yang didapatkan dari kontur palatal. Fonasi pasien ini ditentukan oleh
vertikal dimensi pasien, dan kontur dari gigi tiruan. Pasien juga diminta
untuk mengucapkan huruf “f, dan v” untuk mengecek posisi incisivus
sentralis yang tepat.
h) Oklusi
Pengecekan oklusi dilakukan dengan meletakkan kertas artikulasi di antara
gigi rahang atas dan rahang bawah pada keadaan oklusi sentrik. Penggunaan
kertas artikulasi ini adalah untuk mengetahui adanya prematur kontak yang
dapat menjadi traumatik oklusi. Permukaan oklusal yang terlihat berwarna
biru tebal dikurangi hingga warna giginya merata. Lalu pasien diminta
untuk memposisikan rahang atas dan bawah dalam keadaan eksentrik oklusi
beserta kertas artikulasi. Permukaan oklusal yang memperlihatkan warna
biru tebal dikurangi secara selektif dengan prinsip BULL (Buccal Upper
Lingual Lower) dan MUDL (Mesial Upper Distal Lower) agar diperoleh
oklusi seimbang.
Setelah dilakukan pengecekan mengenai retensi dan stabilisasinya,
perluasan peripheral dan posterior seal, vertikal dimensi, estetik, fonetik, free
way space, dan oklusinya, gigi tiruan ditanam kembali pada artikulator
(remounting). Remounting bertujuan untuk membantu analisis dan untuk
mencapai keseimbangan oklusal. Remounting laboratoris hanya dapat
digunakan untuk mengoreksi kesalahan laboratoris seperti pergeseran gigi
ringan, tidak dapat untuk mengoreksi kesalahan akibat pencetakan, dan relasi
rahang. Pada proses remounting digunakan artikulator yang sama untuk
menyusun gigi-gigi. Gigi tiruan tidak dipisahkan dari model setelah
processing. Gigi tiruan rahang atas dan bawah dipasang pada artikulator,
kemudian dilakukan pergerakan pada artikulator. Hubungan interoklusal dari
gigi tiruan dicatat menggunakan articulating paper.
7. Kunjungan VII
Pada kunjungan ke VII, gigi tiruan dicobakan kepada pasien dan dicek
kembali mengenai retensi, stabilisasi, perluasan peripheral dan posterior seal,
vertikal dimensi, estetik, fonetik, free way space, dan oklusinya seperti pada
kunjungan VI.
Setelah gigi tiruan lengkap dapat dipasang dengan baik maka pasien
perlu diinstruksikan mengenai cara pemakaian dan pembersihan GTL, serta
untuk melatih pemakaian gigi tiruan untuk aktivitas mengunyah dan fonasi
sehingga pasien dapat memakainya dengan baik. Sebaiknya pasien diberikan
instruksi sebagai berikut:
8. Kunjungan VIII
Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien diminta datang
untuk kontrol. Pada saat kontrol sebaiknya dilakukan pemeriksaan subjektif
dan objektif. Pada pemeriksaan subjektif sebaiknya ditanyakan apakah pasien
memiliki keluhan terhadap pemakaian gigi tiruan, apakah adanya gangguan
maupun rasa sakit. Pemeriksaan objektif yang perlu diamati adalah apakah ada
lesi, peradangan pada lokasi jaringan yang dikeluhkan. Selain itu, dapat pula
diperiksa mengenai retensi dan stabilisasi gigi tiruan
PROGNOSIS
Prognosa dari pembuatan gigi tiruan lengkap ini diperkirakan baik dengan
mempertimbangkan:
Menyetujui,
Dr. drg. Titik Ismiyati, M.S. Sp.Pros(K) Swandiva Putri W. Tinarbuka Sih P.
DAFTAR PUSTAKA
Darvell, B.W. dan Clark, R.K.F., 2000, The Physical Mechanisms of Complete
Denture Retention, British Dental Journal, 19 (5): 248-52.
Soelarko, Herman W., 1980, Diktat Prostodonsia Full Denture, FKG Univ.
Padjajaran, Bandung.
Swenson, M.G., 1960, Complete Denture,5th ed., C.V. Mosby Co., Saint Louis.
Tim Pengajar Gigi Tiruan Lengkap, 2012, Gigi Tiruan Lengkap, Materi Ajar
Prostodonsia III FKG UGM, Yogyakarta.
Watt, D.M. dan MacGregor, A.R., 1992, Membuat Desain Gigi Tiruan Lengkap
(terj.), Edisi 2, Hipokrates, Jakarta.
Zarb, G.A., Bolender, C.L., Eckert, S.E. (ed.), 2004, Prosthodontic Treatment for
Edentulous Patients: Complete Dentures and Implant-supported
Prostheses, 12th edition, Mosby, St. Louis.