( FREE END)
I. Definisi :
- Gigi tiruan sebagian adalah gigi tiruan yang
menggantikan satu atau lebih gigi, tetapi tidak
semua gigi, serta jaringan sekitarnya dengan
didukung oleh gigi dan jaringan di bawahnya
serta dapat dikeluarkan dan dimasukkan dari
dan ke dalam mulut oleh pemakainya.
( Suryatenggara et al. (1991)
- Dilihat dari letaknya, gigi tiruan dikatakan
berujung bebas (free end) apabila gigi asli
hanya menjadi batas pada salah satu sisinya
saja, biasanya di bagian posterior (Phoenix et
al., 2003).
II. Klasifikasi
Klasifikasi Kennedy dan Applegate-Kennedy
yang berdasarkan topografi daerah tidak bergigi
memasukkan daerah tidak bergigi berujung
bebas sebagai kelas yang pertama dan kedua
(kelas I dan kelas II).
Kelas I Kennedy/Applegate-Kennedy adalah
daerah tak bergigi terletak di bagian posterior
dari gigi yang masih ada dan berada pada
kedua sisi rahang (bilateral)
Kelas II Kennedy/Applegate-Kennedy adalah
daerah tak bergigi terletak di bagian posterior
dari gigi yang masih ada tetapi berada hanya
pada salah satu sisi rahang saja (unilateral).
Stabilisasi
Stabilisasi adalah kemampuan gigi tiruan sebagian lepasan
untuk melawan gaya perpindahan gigi tiruan dalam arah
horizontal dan dinilai dalam keadaan berfungsi.
Stabilisasi tergantung pada garis retensi klamer. Stabilisasi
ditentukan oleh tiga titik sandaran yang harus meliputi luas
permukaan yang sebesar-besarnya agar beban yang
diterima protesa tiap unit bisa sekecil mungkin
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilisasi gigi tiruan
lepasan sebagian berujung bebas antara lain :
adaptasi basis,
perluasan basis seluas mungkin tanpa mengganggu kenyamanan,
menentukan gigi sandaran dengan garis fulkrum,
membuat tiga titik sandaran,
memenuhi konsep oklusi berimbang pada saat penyusunan gigi,
menyusun gigi dengan mengikuti serta menentukan dimensi vertikal
dan relasi sentrik dengan baik
d. Lytle method
e. Hurst
Metode pengukuran yang dikembangkan oleh Hurst berdasarkan tinggi bibir atas dan bagian
gigi insisivus sentral yang kelihatan ketika bibir terbuka dalam posisi istirahat.Metode ini
membagi tipe bibir dari sangat pendek sampai sangat panjang, dan kemudian membuat tabel
untuk menentukan DVO pada pasien tak bergigi
f. Metode Knebelaman
Terdapat korelasi jarak mata-telinga terhadap dagu-hidung.
Teknik:
1. Pasien didukkan tegak lurus pada dental chair dengan posisi yang nyaman, bibir dalam
keadaan istirahat dan tidak terdapat tarikan wajah
2. Dengan menggunakan sliding caliper ukur jarak mata-teinga (dari meatus external auditory
canal ke kantus terluar mata), kemudian jarak antara spina nasalis ke tepi bawah dagu
Metode tersebut dapat digunakan untuk memprediksi vertikal dimensi oklusi dan merupakan
cara yang mudah tanpa menggunakan alat yang rumit
g. Niswonger
Dibuat 2 tanda, pada ujung hidung dan pada bagian dagu yang paling prominen. Pasien
diinstruksikan untuk relaks dan menelan. Jarak antara kedua tanda diukur. Occlusal rim
disesuaikan sehingga pada saat oklusi jarak antara kedua titik 2-4 mm lebih kecil dari
pengukuran awal.
h. Khatalia
Metode pengukuran dimensi vertikal istirahat ditentukan
dengan mengukur lebar mata yang dikatakan mempunyai
nilai sama dengan jarak dasar hidung ke tepi bawah bibir.
Pengukuran ini hanya berlaku pada kelompok wajah
euryprosop, wajah rata-rata dan leptoprosop.
i. Ivy and Goodfriend
Jarak antara pupil mata ke sudut bibir sama dengan jarak
subnasion ke gnation, Willis yang kemudian mempopulerkan
metode ini
j. Metode Bruno
Pengukuran vertikal dimensi:
Jarak garis rambut (trichion) - glabela, Glabela Subnasion,
Subnasion Gnation sama dengan lebar 4 jari tangan.
k. Anatomical Landmarks
Jarak antara pupil mata dan rima oris dan jarak antara SNA dan tepi bawah
mandibula adalah perhitungan willis, jika jarak dari kedua perhitungan itu
sama, maka perhitungan dianggap benar
l. Boyanov
Menggunakan metode anthropometrik. Panjang lip line sama dengan jarak
antara tubercle of the mouth and tepi bawah dagu saat rahang menutup.
m. Leonardo da Vinci (I, II, III)
n. Swallowing Method
Saat mengunyah , gigi geligi akan bergerak bersama dengan
sedikit kontak pada awal proses mengunyah. Teknik:
Membentuk wax cone dari malam lunak pada bite rim RB
wax cone akan menyentuh bite rim RA shg posisi rahang
terbuka lebar. Pasien diminta melakukan gerakan mengunyah
mengurangi tinggi dari wax cone sampai tercapai relasi
vertikal.
p. Shanahan
Teknik:
1. tentukan panjang gigi atas pada galangan gigitan ,
dan kurangi 2-3 mm pada galangan gigitan rahang
bawah untuk mendapatkan free way space
2. Letakkan malam yang sangat lunak berbentuk bola
diameter 8-10 mm pada area depan galangan gigitan
bawah dan permukaan oklusal gigi premolar pertama.
3. Dengan kondisi pasien yang nyaman, instruksikan
untuk menelan beberapa kali
4. Mandibula mencapai dimensi vertikal, malam lunak
turun dan diimbangi oleh gerakan otot ketika
mandibula diretrusikan sepanjang dengan lidah pada
relasi sentrik
s. Silverman
Pasien duduk dalam posisi tegak dengan dataran oklusal sejajar
lantai. Pasien diminta untuk menutup mulut (oklusi sentris), lalu
digambar sebuah garis pada gigi anterior rahang bawah sejajar
dengan tepi insisal gigi anterior rahang atas. Garis ini disebut garis
oklusi sentris.
Pasien diminta mengatakan yes dan terus membunyikan huruf s
seperti mengucapkan yesssssss. Sementara mengucapkan s,
operator menggambar garis pada gigi anterior bawah sejajar
dengan insisal gigi anterior atas. Garis ini disebut closest speaking
level line. Ruang antara garis oklusi sentris rendah dan garis
terdekat atas berbicara disebut closest speaking space.
Untuk mengetahui closest speaking level line sudah tepat, pasien
diminta untuk menghitung dari 60 ke 66. Lalu diperhatikan
bagaimana hubungan tepi insisal atas dengan closest speaking
level line pada setiap pengucapan s. Jika
masih tidak tepat, garis harus diubah sedikit untuk menyesuaikan
posisi s ketika pasien membaca atau berbicara cukup cepat.
t. Boos Method
Pengukuran dengan cara ini memerlukan suatu alat pengukur (bimeter).
Boos menerangkan bahwa biting force maksimum terjadi pada jarak antar
rahang atau hampir sama dengan DVO. Namun hasil pengukuran dengan
metode ini terkadang meragukan. Boos mengemukakan teorinya, kekuatan
terbesar suatu otot terletak pada saat otot tersebut berkontraksi
maksimal. Dengan alat bimeter ini, Boos mengukur kekuatan gigit pada
berbagai dimensi vertikal dan ukuran terbesarnya dicatat sebagai power
point. Power point ini letaknya bertepatan dengan posisi istirahat
mandibula. Dimensi vertikal oklusi yang ditetapkan dengan mengurangi
jarak 1,5-2 mm.
u. Metode Tactile
Metode taktil digunakan pada pasien sebagai panduan untuk penentuan
dimensi vertikal yang benar. menggunakan plat penahan pusat yang
melekat mandibula: bite rim, dan sekrup penahan pusat melekat pada
maksila: bite rim, VD meningkat terlalu tinggi. maka dalam langkahlangkah progresif sekrup disesuaikan ke bawah sampai pasien
menandakan overclosure. Prosedur ini kemudian diulang sampai pasien
menunjukan posisi yang tepat.
f. Hamm
Hamm mengembangkan metode khatalia dengan teori eye unit yang menjelaskan
adanya keterkaitan topografi fitur wajah. Jarak antara pangkal hidung dan batas bawah bibir
bawah merupakan satu unit mata. Jarak tersebut tetap tidak berubah baik saat istirahat
atau selama tersenyum
g. Hayakawa
Pengukuran DVF secara tidak langsung dengan rumus yang telah dikemukakan oleh
Hayakawa (1999), melalui pengukuran beberapa titik referensi pada wajah dan tangan,
serta disesuaikan dengan jenis kelamin pasien dan profil wajah pasien. Rumus DVO
berdasarkan hasil penelitian Prof Hayakawa
Sn-Gn = 16.0 + 0.65(p-Ch)
Sn: subnasion (tepi inferior pertengahan hidung)
Gn: gnathion : tepi inferior dagu
P : pupil (titik pertengahan pupil mata)
Ch: Chelion (bagian tepi sudut mata
Rumus DVO dibuat berdasarkan hasil Prof Hayakawa (pada masyarakat Jepang)
Sn Gn = 16.0 + 0.65 (P Ch)
Sn : Subnasion (tepi inferior hidung)
Gn : Gnathion (tepi inferior dagu)
P (pupil) : titik pertengahan pupil mata
Ch (Chelion) : bagian tepi sudut mulut
h. Pre-extraction records
1) pengukur Willis
Perangkat ini bisa digunakan untuk mengukur VDO sebelum, mengukur VDO
sebelum ekstraksi gigi dan kemudian dicatat dalam catatan pasien.
2) Profil tracing:
dilakukan dengan menggunakan kawat timah disesuaikan dengan profil
pasien sebelum ekstraksi
i. Ridge Relationship
Kesejajaran dari kedua lengkung merupakan indikasi ketinggian vertikal yang
benar.
j. Morikawa
Morikawa memoodifikasi alat ukur DV konvensional dan diberi nama TOM
Gauge. Desain alat dilengkapi dengan rangka kacamata yang dimaksudkan
agar penempatan alat stabil pada posisi yang sama walaupun diulang
beberapa kali. Vertikal bar untuk pengukuran disambungkan dengan rangka
melalui pin sekrup agar sudut bar dapat diubah. Bar ditempatkan sejajar dahi
dan dagu. Sekrup penyesuaian lengan referensi berkontak dengan hidung dan
ujung bar berkontak dengan dagu.
a. Diabetes Milletus
Pada penderita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah
menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut, seperti mukosa
yang meradang, cepat berkembangnya penyakit periodontal, mudah terjadi abses
periodontal, dan bertambahnya pembentukan kalkulus. Hal pertama yang harus dilakukan
adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan kembali jaringan mulut.
Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan protesa dapat dilakukan
dengan saran-saran tambahan sebagai berikut:
1) Hindari tindakan pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan.
2) Gunakan bahan cetak yang mengalir bebas.
3) Buat desain rangka gigi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan.
4) Distribusikan beban fungsional pada semua bagian yang dapat memberikan dukungan.
5) Bila dibutuhkan, rangsang pengaliran saliva dengan obat hisap yang bebas karbohidrat.
6) Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan
kesehatan mulut.
7) Tentukan jadwal kontrol rutin pasien setiap enam bulan sekali, bahkan
jika perlu lebih sering dari itu, untuk mempertahankan kesehatan mulut.
b. Penyakit Kardivaskular
Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari pemakaian
anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin karena
bahan ini dapat mempengaruhi tekanan darah .
c. Tuberkulosis dan Lues
Terjadinya gangguan metabolisme pada penderita tuberkulosis dan lues
menyebabkan resrobsi yang berlebihan pada tulang alveolar. Dalam merawat
penderita-penderita ini, perlindungan terhadap dokter gigi serta penderita
lain merupakan pertimbangan yang sangat penting, seperti penggunaan
masker, sarung tangan karet, tongue blade saat pemeriksaan, mencuci
tangan dan wajah setelah pemeriksaan. Penderita lues aktif dan tidak dirawat
sebaiknya hanya menerima perawatan darurat saja sedangkan semua
pekerjaan lainnya harus ditunda sampai penyakitnya sembuh
d. Anemia
Penderita anemia biasanya menunjukkan resorpsi tulang alveolar yang cepat.
Untuk kasus ini, sebaiknya digunakan elemen gigi tiruan yang tidak ada
tonjolnya (Gunadi dkk., 1994).
e. Depresi Mental
Penderita depresi mental biasanya diberi
pengobatan yang mempunyai efek samping
mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan
mengakibatkan berkurangnya retensi gigi
tiruan. Maka perawatan dalam bidang
prostodontik sebaiknya ditunda dahulu
sampai perawatan terhadap depresi
mentalnya dapat diatasi (Gunadi dkk., 1994).
4. Pemeriksaan Intraoral
Beberapa hal yang perlu diperiksa dalam pemeriksaan intraoral
adalah kebersihan mulut, mukosa, frekuensi karies, status gigi,
jika diperlukan menggunakan rontgen, oklusi, artikulasi, eugnathi,
vestibulum, frenulum, kelainan gigi, macam gigi, bentuk gigi,
kedudukan prosesus aveolar, bentuk palatum, torus palatinus,
tahanan jaringan, selaput lendir, tuber maksilaris, eksostosis,
lidah, retromylohyoid, dan keterangan lain yang diperlukan
5. Preparasi Mulut
Secara garis besar, sebetulnya terdapat dua tahap preparasi
mulut, yaitu langkah pendahuluan, seperti tindakan bedah,
perawatan periodontal, konservatis, termasuk endodontik, bahkan
tindakan ortodontik perlu dilaksanakan untuk mempersiapkan
mulut pasien menerima gigi tiruan. Tahapan pertama ini dilakukan
untuk menciptakan lingkungan mulut yang sehat.
Pencetakan RA
Pasien duduk dengan posisi tegak, dataran oklusal RA sejajar lantai.
Operator berdiri di belakang samping kanan pasien.
Sendok cetak RA yang telah terisi alginate dimasukkan ke mulut pasien
dengan menempelkan bagian posterior dulu pada palatum, lalu sedikit demi
sedikit ke arah anterior sampai seluruh gigi terbenam alginat.
Bibir dikatupkan dan pasien diminta untuk mengucapkan U.
Selama setting sendok cetak dijaga agar kedudukannya tetap.
Setelah alginate mengeras sendok cetak dilepas dari mulut pasien
sehingga didapatkan hasil cetakan gigi RA.
Hasil cetakan diisi gips stone.
Pencetakan RB
Pasien duduk tegak dengan dataran oklusal sejajar lantai
Operator berdiri di depan samping kanan pasien
Sendok cetak RB yang telah terisi alginate dimasukkan ke mulut
pasien dengan menempelkan bagian posterior dulu, lalu sedikit
demi sedikit ke arah anterior sampai seluruh gigi terbenam alginat.
Fiksasi sendok cetak dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah agar posisi sendok tidak berubah. Pasien diintruksikan untuk
mengangkat lidah kemudian lidah direlaks/dijulurkan untuk
mendapatkan cetakan frenulum lingualis.
Bibir dikatupkan dan pasien diminta untuk mengucapkan U.
Setelah mengeras cetakan mulai dilepas dari bagian posterior
kemudian hasil cetakan diisi dengan gips stone.
Cara mencetak dengan metode di atas disebut dengan metode
mencetak mukostatik atau pencetakan tanpa tekanan, yang
menunjukkan lingir dalam keadaan statis. Setelah selesai
pencetakan, hasil cetakan diisi gips stone lalu diboxing.
6. Try in GTS
Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu
dilakukan pengamatan:
1) Oklusi dan retensinya,
2) Stabilisasinya dengan working side dan balancing side,
3) Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa,
4) Pasien disuruh menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-lain
sampai tidak ada gangguan.
7. Insersi GTSL
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut
pasien, yang perlu diperhatikan antara lain: retensi, stabilisasi,
oklusi, dan kenyamanan pasien.
a. Pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada
saat pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan
dengan cara pengasahan gigi tiruan.
b. Retensi
Kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung
memindahkan gigi tiruan kearah oklusal.
c. Stabilisasi
Perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang menyebabkan
perpindahan tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam
keadaan berfungsi, misal GTS tidak bergoyang saat mastikasi.
d. Oklusi
Pemeriksaan aspek oklusi dilakukan dengan cara menggunakan
gigi tiruan RA dan dilihat apakah sudah nyaman digunakan
pasien kemudian gigi tiruan RA dilepas dan digunakan gigi
tiruan RB dan dilihat apakah sudah pas dan nyaman digunakan,
kemudian gigi tiruan RA da RB digunakan dan cek oklusi dengan
menggunakan articulating paper. Pemeriksaan aspek oklusi
pada saat posisi sentrik. Caranya dengan memakai kertas
artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas dan bawah,
kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah.
Setelah itu kertas artikulasi diangkat dan dilakukan
pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna
yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat
warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka dilakukan
pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode
selective grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak
terjadi traumatik oklusi.
TERIMA KASIH