Anda di halaman 1dari 10

PULPOTOMI VITAL

I.1 PENGERTIAN PULPOTOMI VITAL


Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah tindakan pengambilan jaringan pulpa
bagian koronal yang mengalami inflamasi dengan melakukan anestesi, kemudian
memberikan medikamen di atas pulpa yang diamputasi agar pulpa bagian radikular tetap
vital. Pulpotomi vital umunya dilakukan pada gigi sulung dan gigi permanen muda.
Pulpotomi gigi sulung umunya menggunakan formokresol atau glutaraldehid (Andlaw
dan Rock, 1993; Kennedy, 1992).
I.2 INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
A. Indikasi Pulpotomi Vital
Indikasi pulpotomi vital menurut Tarigan (2004) adalah sebagai berikut:
1. Pulpa vital, bebas dari pernanahan atau tanda nekrosis lainnya.
2. Pulpa terbuka karena faktor mekanis selama preparasi kavitas yang kurang hatihati atau tidak sengaja.
3. Pulpa terbuka karena trauma dan sudah lebih dari dua jam, tetapi belum melebihi
24 jam, tanpa terlihat adanya infeksi pada bagian periapeks.
4. Gigi masih dapat diperbaiki dan minimal didukung lebih dari dua pertiga panjang
akar.
5. Tidak ada kehilangan tulang pada bagian interradikal.
6. Pada gigi posterior yang eksterpasi pulpa sulit dilakukan.
7. Apeks akar belum tertutup sempurna.
8. Usia tidak lebih dari 20 tahun.
B. Kontra Indikasi Pulpotomi Vital
Kontraindikasi pulpotomi menurut Tarigan (2004) adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sakit jika diperkusi atau dipalpasi.


Ada radiolusen pada daerah periapeks atau interadikular.
Mobilitas patologik.
Terdapat nanah pada pulpa yang terbuka
Pada pasien yang kesehatannya kurang baik.
Pada pasien berusia diatas 20 tahun.

I.4 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PULPOTOMI SECARA UMUM

Beberapa keuntungan prosedur perawatan pulpotomi adalah :

Hanya mengambil jaringan pulpa yang terinfeksi saja pada kamar pulpa dan
dapat mempertahankan pulpa vital yang berada di saluran akar.

Bahan yang digunakan untuk pulpotomi adalah kalsium hidroksida. Kalsium


hidroksida mempunyai peranan dalam merangsang odontoblas, sehingga
membentuk dentin reparative untuk membentuk jembatan yang menutup dan
melindungi dentin.

Pulpotomi dengan bahan kalsium hidroksida juga dapat membentuk selapis


tipis jaringan koagulasi nekrosis karena bahan ini mempunyai derajat iritasi
yang rendah pada pulpa dan dapat merangsang formasi pertahanan jaringan
keras.

Bila perawatan pulpotomi gagal dapat dilakukan perawatan pulpektomi.

Memiliki prognosis yang lebih baik daripada pulpa kaping.

Sedangkan kerugian dari perawatan pulpotomi adalah :

Beresiko menyebabkan resorbsi internal pada pulpa setelah perawatan


pulpotomi.

Apabila pengaplikasiannya salah maka dapat menyebabkan micro leakage


atau kebocoran mikro, sehingga dapat mengiritasi jaringan pulpa yang masih
sehat dibawahnya.

Tidak dapat digunakan pada pasien yang mengalami pulpitis irreversible.

I.5 ALAT DAN BAHAN


Alat dan Bahan yang digunakan untuk Pulpotomi yaitu :
I.

Alat
a) Exploring Instrument

Kaca Mulut, dapat digunakan untuk pengelihatan tidak langsung.

Explorer, digunakan untuk membantu mendiagnostik pada bagian yang


susah, misalnya pada pit dan fissure.

Ekscavator, untuk mebuang dan membersihkan jaringan karies.

Pinset, digunakan untuk mengambil cotton rol atau benda kecil lainnya.

b) Restoration Instrument

Spatula, digunakan untuk sementasi. Spatula terdapat 2 macam yaitu


spatula besar yang digunakan untuk mencampurkan semen, sedangkan
spatula kecil untuk mencampur liner.

Plat gelas, untuk mencampur bermacam-macam semen.

Ball aplicatore, untuk menempatkan semen.

Semprotan udara, untuk menghembus sisa-sisa kotoran yang tertinggal


dalam kavitas.

c) Rotary Cutting instrument


Instrumen ini merupakan instrumen yang berotasi pada axis yang berfungsi untuk
memotong permukaan gigi. Instrumen ini terdiri dari :

Handpiece, terdapat 2 macam handpiece yaitu :


1. Contra angle handpiece, digunakan untuk preparasi gigi
posterior dan gigi poserior sebelah palatinal/lingual.

2. Straight handpiece, digunakan untuk preparasi kavitas gigi


anterior sebelah labial dan permukaan bukal gigi premolar
satu dan dua.

Bur dental, bur yang digunakan untuk kapping pulpa direct yaitu :
1. Round Bur (bur bulat), digunakan untuk menghilangkan
jaringan karies dan memperluas preparasi kavitas.
2. Fissure

Bur,

digunakan

untuk

meratakan

dan

menghilangkan dinding kavitas setelah dibuka dengan bur


bulat.

. Rubber dam
Digunakan untuk:
1) Melindungi pasien dari tertelan atau terhirupnya alat, obat-obatan, gigi dan
kotoran serta bakteri dan jaringan pulpa yang nekrosis
2) Untuk mendapat daerah operasi yang bersih, kering dan bebas dari
kontaminasi ludah
3) Untuk mencegah lidah dan pipi menutupi daerah operasi
4) Untuk menghalangi agar pasien tidak bicara, kumur-kumur dan
mengganggu kerja operator (Friedman and Stabholz, 1986).

II.
1.

Bahan yang digunakan untuk Pulpotomi :


Pasta Formocresol

Indikasi
Pulpotomi formokresol diindikasikan untuk perawatan gigi sulung yang pulpanya
terlibat,dengan manifestasi klinis perubahan inflamatori yang terbatas pada pulpa
mahkota atau pembukaan mekanis pada waktu prosedur operatif. Dikontraindikasikan

pada gigi sulung yang luar biasa sensitif terhadap panas dan dingin (sakit spontan
terutama pada malam hari); sensitif terhadap perkusi atau palpasi karena suatu penyakit
pulpa; secara klinis atauradiografi menunjukkan tanda-tanda infeksi apikal atau resorpsi
akar; serta perdarahan yang berlebihan dari radicular stumps setelah amputasi.
Isi bahan Formocresol:
Formaldehyde soln (37%)
In 60/20 glycerine and water 60%
Cresol 40%
-

Keuntungan dari formocresol:

Terjadi devitalisasi dari jaringan yang rusak dan mikroorganisme yang menyerang, tidak
toksik dan kurang iritasi dibandingkan obat-obatan yang digunakan dalam teknik
sebelumnya.
-

Kekurangan:

Kekurangan teknik formocresol yaitu terjadi suatu peradangan kronis di bagian yang
lebih dalam dari saluran akar.

2.

Kalsium Hidroksida Ca(OH)2

Kalsium hidroksida digunakan karena kemampuannya membentuk jembatan dan


memelihara vitalitas sisa pulpa. Kalsium hidroksida, yang diperkenalkan oleh Herman
pada tahun 1930, tersedia dalam powder kering, suatu pasta yang dicampur dengan air,
atau suatu pasta yang dikemas secara komersial. Serbuk kalsium hidroksida dapat
digunakan sendiri atau dengan suatu bahan radiopak, seperti barium sulfat, agar
campuran lebih dapat dilihat pada radiograf.
Indikasi
Diindikasikan pada gigi permanen anak-anak yang melibatkan pulpa dengan apeks
akarnya belum terbentuk sempurna. Foramen yang terbuka merupakan kontraindikasi
untuk terapi

saluran

akar

dan

harus

ditangguhkan

sampai

foramen

menjadi

matang/dewasa. Prosedur pulpotomi memungkinkan apeksogenesis, maturasi fisiologik


akar.
Pulpotomi teknik kalsium hidroksida lebih dianjurkan pada gigi permanen daripada gigi
desidui.

Isi bahan
Kalsium hidroksida dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida (CaO) dengan air. Senyawa
ini juga dapat dihasilkan dalam bentuk endapan melalui pencampuran larutan kalsium
klorida(CaCl2) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH).
3.

Semen Seng oxide Eugenol


Semen seng oxide eugenol merupakan semen tipe sedatif yang lembut. Biasanya

disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan, berfungsi sebagai basis insulatif
(penghambat). Semen ini sering dipakai karena bersifat paling sedikit mengiritasi dan
memiliki pH mendekati 7. Eugenol ini memiliki efek paliatif terhadap pulpa dan
menimimalkan kebocoran mikro serta memberikan perlindungan terhadap pulpa.
Keuntungan
Pada calcium hydroxide diperlukan teknik yang steril dari pertama kali pengerjaan untuk
itutingkat keberhasilan akan meningkat drastis apabila teknik yang steril dilakukan
dengan baik.
1.6 PROSEDUR PERAWATAN PULPOTOMI VITAL
1) Pulpotomi Satu Kali Kunjungan
Teknik perawatan pulpotomi vital satu kali kunjungan adalah sebagai berikut:
a) Rontgen foto, pemberian anestesi lokal, kemudian gigi yang hendak di pulpotomi
diberi isolasi rubber dam;
b) Pengambilan seluruh jaringan karies sebelum membuka kamar pulpa, tujuannya
agar tidak menyulitkan pandangan dalam membedakan jaringan yang sudah
mengalami karies bila terjadi perdarahan ada pulpa dan juga mengurangi
kontaminasi bekteri;
c) Membuka atap pulpa bagian mahkota dan menghapus semua jaringan pulpa
koronal yang terkontaminasi dengan ekskavator atau bur bulat dengan kecepatan
rendah;
d) Pulpa dipotong sampai muara saluran akar;
e) Ruang pulpa diirigasi dengan aquades untuk menghindari terdorongnya potongan
dentin ke bagian pulpa radikuler;
f) Mengaplikasikan formokresol selama tiga sampai lima menit pada muara saluran

akar;
g) Di atas potongan pulpa diletakkan pasta campuran zinc fosfat dan zinc oksida
eugenol yang cepat mengeras, lalu ditumpat dengan tumpatan permanen atau
dibuatkan mahkota logam tahan karat, dan;
h) Gigi yang telah dilakukan perawatan pulpotomi harus diperiksa berulang, baik
secara klinis dan radiografis pada kunjungan berikutnya, yaitu setiap enam bulan
sekali;

Gambar. Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali kunjungan.


(1). Ekskavasi karies, (2). Buang atap kamar pulpa, (3). Buang pulpa di kamar pulpa
dengan ekskavator, (4). Pemotongan pulpa di orifis dengan bur bulat kecepatan rendah,
(5). Pemberian formokresol selama 5 menit, (6). Pengisian kamar pulpa dengan campuran
zinc oksida dengan formokresol dan eugenol, (7). Gigi yang telah di restorasi.
2) Pulpotomi Dua Kali Kunjungan:
Apabila perdarahan tidak dapat dihentikan sesudah amputasi pulpa, berarti peradangan
sudah berlanjut ke pulpa bagian radikular. Oleh karena itu diperlukan 2 kali kunjungan.
Teknik perawatan pulpotomi vital dua kali kunjungan adalah sebagai berikut:
a) Sebagai lanjutan perdarahan yang terus menerus, pulpa ditekan dengan kapas
steril yang dibasahi formokresol ke atas pulp stump dan ditutup dengan tambalan
sementara.
b) Hindari pemakaian obat obatan untuk menghentikan perdarahan, seperti
adrenalin atau sejenisnya, karena problema perdarahan ini dapat membantu
dugaan keparahan keradangan pulpa.
c) Pada kunjungan kedua (setelah 7 hari), tambalan sementara dibongkar lalu kapas
yang mengandung formokresol diambil dari kamar pulpa;

d) Letakkan pasta campuran zinc fosfat dan zinc oksida eugenol, kemudian di
atasnya, diletakkan semen fosfat dan ditutup dengan tambalan permanen.

I.7 KONTROL KEBERHASILAN PERAWATAN


Kriteria bagi keberhasilan pulpotomi:
1. Gigi berfungsi baik dan tidak bergejala
2. Tidak ada bukti periodontitis periradikuler secara radiografis
3. Tidak ada indikasi resorbsi akar
4. Gigi memberikan respon terhadap pengetesan pulpa ( jika mungkin dilakukan)
5. Berlanjutnya perkembangan akar dan pembentukan akar jelas secara radiografi,
jika akar masih belum terbentuk sempurna ketika perawatan dilakukan. Jika pulpa
menjadi nekrosis dan pembentukan terhenti, maka apeksifikasi merupakan
tindakan yang diperlukan.

Kontrol kebersihan dari pulpotomi dilakukan dengan cara menggunakan rubber


dam, menghilangkan seluruh jaringan yang karies sebelum memotong jaringan pulpa, dan
melakukan pembersihan serpihan dentin hingga bersih sebelum melakukan dressing.
Serta irigasi menggunakan saline atau air, lalu dikeringkan dengan perlahan
menggunakan cotton pellet yang steril.
Keberhasilan perawatan pulpotomi dengan kalsium hidroksid tergantung dari
pemilihan kasus yang tepat dan prosedur perawatan yang benar. Berdasarkan hasil
penelitian, diketahui bahwa hasil reaksi jaringan dentin terhadap kalsium hidroksid
terjadi pada hari pertama hingga minggu kesembilan. Ellis dan Davey mennganjurkan
untuk mengamati pembentukan dentin sekunder setelah waktu 6-8 minggu perawatan.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Lucia Blanco dan Stephen Cohen ,
formasi awal pembentukan dari dentin sekunder terbentuk 7 hari setelah perawatan
pulpotomi dengan kalsium hidroksid.

Tarigan, R. 2004. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Ed. 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai