MODUL 1
1310015102
Jamilah Ibrahim
1310015110
Devi Sarfina
1310015105
Irmawati
1310015091
Dini Sylvana
1310015107
Cyinthia Clarissa
1310015104
Jumiati
1310015097
Shalahuddin Al Amin
1310015113
Betrik Sefyana M
1310015120
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah
laporan hasil diskusi kelompok kecil Dasar-Dasar Material Kedokteran Gigi ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya
makalah ini. Pertama-tama kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Verry Asfirizal, M.Kes selaku tutor kelompok 1 yang telah membimbing kami dalam melaksanakan
diskusi kelompok kecil (DKK) dalam skenario modul 1 blok 8 ini.
2. Teman-teman kelompok 1 yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya sehingga diskusi kelompok
kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik dan dapat menyelesaikan makalah hasil diskusi kelompok kecil
(DKK) kelompok 1.
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman khususnya program studi
kedokteran gigi angkatan 2013, segala fasilitas yang telah kami gunakan untuk menambah pengetahuan tentang
modul kami ini, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami sengaja menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas kuliah dengan sistem PBL. Dan
tentunya kami selaku penyusun juga mengharapkan agar makalah ini dapat berguna baik bagi penyusun sendiri
maupun bagi pembaca di kemudian hari.
Makalah ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran serta kritik yang
membangun sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi makalah hasil diskusi
kelompok kecil (DKK) ini.
Samarinda, 25 Oktober 2014
Hormat kami,
Tim penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................ 1
Daftar Isi ...................................................................................................................... 2
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................
1.2 Tujuan ....................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar Belakang Pada awal abad ke 20, material kedokteran gigi yang digunakan sebagai retensi
dan marginal seal pada protesa-protesa seperti inlays, onlays, mahkota, dan jembatan gigi
hanyalah zinc oksida euglenol dan zinc fosfat semen. Pada abad ke 20,material yang dapat
digunakan dalam menempelkan protesa pada gigi hanya semen,oleh karena itu proses
memperbaiki protesa dengan menempelkan protesa pada gigidisebut sementasi. Namun
menjelang akhir abad ke 20 mulai bermunculan variasi-variasi material kedokteran gigi yang
bersifat adhesif. Pada akhir abad ke 20 bermuncuan variasi-variasi semen kedokteran gigi seperti
zinc polikarboksilat, glassionomer, dan resin modified glass-ionomer semen. Dalam
perkembangannya semen kedokteran gigi tidak hanya digunakan dalam menempelkan protesa
pada gigi, oleh karena itu proses menempelkan pada gigi disebut luting bukan lagi sementasi.
Semen gigi yang disiapkan untuk digunakan dalam pelapisan restorasi tidak langsung pada gigi
disebut luting. Basis, yaitu lapisan pelindung yang tebal yang ditempatkan dibawah tambalan
adalah mendukung pemulihan pulpa yang cidera dan melindunginya terhadap trauma yang
mungkin mengenainya. Banyak semen yang mempunyai kegunaan ganda. Pabrik pembuatnya
memodifikasi formula dasar untuk mengubah karakteristik penanganannya (misalnya waktu
pengerasan) atau sifatnya (misalnya ketebalan lapisan dan kekuatan) agar lebih sesuai dengan
tujuan pengguaan khususnya.
1.2 Tujuan
Dalam mempelajari material penunjang klinik ini kita bisa mengetahui tujuan utama dari
pemakaian dental semen yaitu sebagai bahan restorasi tunggal maupun gabungan dengan bahan
lain, sebagai perekat tambalan ataupun sebagai basis atau lapisan semen pelindung yang
berfungsi sebagai pengganti dentin pelindung yang rusak karena karies dan pengeboran kavitas
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dental semen sebagai basis, restorasi, dan perekat
2. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam dari dental semen
3. Mahasiswa mampu menjelaskan manipulasi dari masing-masing bahan dental semen
4. Mahasiswa mampu menjelaskan syarat-syarat dari dental semen yang baik
5. Mahasiswa mampu menjelaskan kekurangan dan kelebihan dari masing-masing jenis dental
semen
BAB 2
PEMBAHASAN
SKENARIO
Gigi Berlubang
Tuti datang ke dokter gigi untuk memeriksakan gigi gerahamnya yang berlubang. Setelah
melakukan pemeriksaan klinis terlihat karies dentin pada gigi 36. Dokter gigi memutuskan untuk
melakukan penambalan dengan menggunakan dental amalgam pada gigi tersebut. Setelah
penambalan, dokter gigi melakukan proses finishing amalgam.
Tidak toksik
Biokompatibilitas
Tidak mudah larut dalam cairan rongga mulut
Mudah aplikasi
Melindungi dari rangsangan termal, kimia, dan fisik
Tidak kental (reologikal)
Radiopak
6. GIC biasa dengan GIC modifikasi logam kurang lebih sama, hanya saja GIC modifikasi
Dental Semen
Basis
Kalsium hidroksida,
polikarboksilat, ZOE
Restorasi
GIC, ZOE, semen silikat,
GIC modifikasi logam,
GIC resin
Perekat
Seng fosfat,
polikarboksilat, ZOE
- Komposisi
- Sifat
- Manipulasi
- Kelebihan dan
Kekurangan
- Syarat
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan dental semen sebagai base baik dalam
2.
3.
tambalan, untuk mendukung pemulihan dari pulpa yang cidera dan melindunginya terhadap
berbagai trauma yang mungkin mengenainya. Termasuk dalam trauma ini adalah syok panas dan
iritasi kimia, tergantung pada bahan restorasi yang digunakan. Basis ini pada dasarnya berfungsi
sebagai pengganti dentin pelindung yang rusak karena karies, pengeboran kavitas atau keduanya.
A. Zinc Fosfat
Semen seng fosfat merupakan bahan semen tertua yang masih digunakan sampai
sekarang. Semen seng fosfat terdiri dari bubuk dan cairan. Semen ini sering digunakan
sebagai bahan lutting pada penggunaan material restoratif metal maupun metal-keramik,
selain itu juga sering digunakan sebagai basis amalgam untuk melindungi pulpa dari
konduksi thermal amalgam yang cukup besar (Baum, 1997).
a) Komposisi Semen Seng Fosfat:
Komposisi terdiri dari powder seng oksida 90% dan Magnesium 10 % danasam
phorporic, garam logam dan air sebagai liquid. Penggunaan sebagai basis,konsistensi harus
seperti dempul, campuran bubuk dan liquid dengan ratio 6:1 atau sesuai kebutuhan,
membentuk adonan yang tidak cair tidak padat, aduk dengan putaran melawan jarum jam,
tempatkan adonan pada tumpatan yang telah diberi semen eugenol sebagai subbasis. Waktu
pengerasan sekitar 5-9 menit dan kelebihan tumpatan dibuang (Phillips dalam Ricardo, R.
2004).
b) Sifat Semen Seng Fosfat
1. Semen seng fosfat menunjukkan daya larut yang relatif rendah didalam air
2. Pengerasan seng fosfat tidak melibatkan reaksi apapun dengan jaringan
keras disekitarnya atau bahan restorasi lainnya. Oleh karena itu, ikatan
utama adalah berupa kunci mekanis pada pertemuan keuda permukaan
dan bukan oleh interaksi kimia
3. Sifat biologi dari semen ini memiliki keasaman yang cukup tinggi pada saat
protesa ditempatkan pada gigi. Kemudian pH akan naik dengan cepat
tetapi masih sekitar 5,5 pada jam ke-24. Jika digunakan adukan yang encer
pHh akan lebih rendah dan akan tetap rendah pada jangka waktu yang
lama
4. Sifat semen seng fosfat yang lain diantranya : meminimalkan kebocoran
mikro, memberikan perlindungan terhadap pulpa, memiliki daya anti
bakteri, rasio bubuk dan cairan mempengaruhi kecepatan pengerasan
(diputra, 2001)
c) Fungsi Semen Seng Fosfat
e) Waktu pengerasan
Waktu pengerasan seng fosfat sesuai dengan spesifikasi ADA No.9 adalah antara 5-9
menit
f)
Faktor yang mempengaruhi waktu kerja dan pengerasan Semen Seng Fosfat.
1. Rasio bubuk dan cairan
Waktu kerja dan pengerasan dapat ditingkatkan dengan mengurangi rasio
bubuk:cairan. Tetapi prosedur ini bukan cara yang bisa diterima untuk
memperpanjang waktu pengerasan karena tindakan ini mengganggu sifat fisik
dan menghasilkan semen dengan pH awal yang rendah.
2. Kecepatan pencampuran bubuk
Sejumlah bubuk yang secara bertahap ditambahkan pada saat pencampuran
kedalam cairan akan menambah waktu kerja dan pengerasan dengan
mengurangi jumlah panas yang ditimbulkan dan memungkinkan lebih banyak
bubuk yang bisa digabungkan dalam adukan. Karena itu cara seperti ini
merupakan prosedur yang dianjurkan untuk semen seng fosfat.
3. Temperatur alas aduk
Pendinginan alas akan memperlambat reaksi kimia antara bubuk dan cairan
sehingga
pembentukan
matriks
juga
diperlambat.
Ini
memungkinkan
Iritasi Pulpa
Tidak Bersifat Bakteriostatik
Rapuh
Adhesinya Terhadap Struktur Kurang
B. Calsium Hydroxide
Disediakan dalam bentuk powder yang nantinya akan dicampur dengan air destilasi atau
dengan larutan kloroform. Penggunaannya pada kavitas yang dalam atau langsung pada pulpa
yang terbuka dimana fungsinya sebagai perangsang pembentukan dentin sekunder.
a)
dengan panjang tertentu diletakkan diatas paper pad dan diaduk sampai warnanya
sama. Semen light-cured dipolimerisasi dengan sinar tampak selama 20 detik setiap
ketebalan 1 mm.
Kalsium hidroksida memiliki compressive strength 96 MPa dan tensile
strength 38 MPa. Semen ini memiliki konduktifitas termal yang rendah. pH dari
semen ini berkisar antara 11-12. Setting time bervariasi antara 2-7 menit.
C.
Fungsi
c)
Kelebihan
1. Meminimalkan kebocoran mikro
2. Memberikan perlindungan terhadap pulpa
3. Daya antibakteri
d)
Kekurangan :
Mempunyai potensi iritasi terhadap jaringan
e)
Manipulasi :
Semen ini dicampur dengan cara menambahkan sejumlah puder ke dalam cairan hingga
diperoleh konsistensi yang kental. Perbandingan jumlah puder dan liquidnya berkisar 4 :
1 atau 6 : 1 akan menghasilkan semen dengan sifat-sifat yang dikehendaki dan agar
didapat adonan berbentuk dempul. Pencampuran dapat dilakukan pada glass slab tipis
dan menggunakan spatula logam yang tahan karat.
e)
Reaksi setting
1. Reaksi kimia, membentuk senyawa zinc eugenolate
2. Dapat terjadi adsorbsi eugenol oleh zinc oxyde
f)
g) Sifat
-
a)
poliakrilat atau kopolimer dari asam akrilik dengan asam karboksilat lain yang tidak jenuh,
misalnya asam itakonik. Berat molekul dari poliasam berkisar antara 30.000 sampai 50.000.
Konsentrasi asam dapat bervariasi di antara satu semen dengan semen lainnya tetapi biasanya
sekitar 40%
Komposisi dan prosedur pembuatan bubuknya mirip semen seng fosfat. Bubuknya
mengandung oksida seng dengan sejumlah oksida magnesium. Oksida stanium dapat
menggantikan oksida magnesium. Oksida-oksida lain, misalnya bismuth dan aluminium, juga
dapat ditambahkan. Bubuk ini juga dapat mengandung sejumlah kecil stannous fluorida, yang
mengubah waktu pengerasan dan memperbaiki sifat manipulasi. Unsur ini merupakan bahan
penambah yang penting karena juga meningkatkan kekuatan. Namun, fluorida yang dilepaskan
semen silikofosfat dan ionomer kaca.( Anusavice, 2004)
b) Fungsi
-
c) Sifat
-
Daya Larut Rendah Terhadap Asam Namun Mudah Larut dalam Saliva
pendingin.
( Anusavice, 2004)
e) Manipulasi
-Rasio bubuk : cairan yang dibutuhkan untuk mendapat semen dengan kekentalan yang
memadai akan bervariasi dari satu produk dengan produk lainnya. Tetapi pada umumnya,
rasio nya adalah 1,5 bagian bubuk dengan 1 bagian cairan menurut beratnya.
-Semen ini harus dicampur pada permukaan yang tidak menyerap cairan, misalnya alas aduk
dari kaca.. temperature dingin dapat memperpanjang waktu kerja tapi yang didinginkan
hanya bubuk semennya.
-Cairan tidak boleh dikeluarkan dulu sebelum pengadukan siap, karena cairan akan cepat
kehilangan kandungan airnya di udara terbuka. Hilangnya air dari cairan akan sangat
meningkatkan kekentalannya.
-Bubuk dicampurkan dengan cepat ke dalam cairan. Setelah pengadukan selama 30 detik
semen akan mengental. Semen jangan diaduk terlalu lama atau dibiarkan lebih lama diatas
alat aduk karena permukaan semen akan menjadi buram dan adukan menjadi lengket. Agar
terjadi ikatan yang baik antara semen dengan struktur gigi maka semen harus segera
ditempatkan pada gigi sebelum tampilannya yang mengkilat hilang. (Phillips,2003:485)
2.
Compressive Strength
Kekuatan kompresi GIC berkisar antara 90-230 Mpa. Nilai kekuatan tariknya
hampir sama dengan semen seng fosfat yaitu sebesar 4,2-5,3 Mpa. Modulus e
elastisitasnya sebesar 3,5-6,4 GPa sehingga GIC tidak terlalu kaku dan
lebih peka terhadap perubahan bentuk, lebih elastis dibandingkan seng fosfat. Kekuatan
kompresi dari GIC naik secara cepat apabila semen diisolasi dari kelembaban saat awal
pembentukan. Pengisolasian dari lingkungan yang lembab bertujuan untuk memberikan
perlindungan pada permukaan restorasi dari saliva dengan menggunakan larutan varnish
atau light-curing bonding agent.
Bond Strength
Kekuatan GIC untuk berikatan adalah sebesar 1-3 Mpa. GIC dapat berikatan
dengan baik dengan enamel, stainless steel, tin oxide-plated platinum, dan gold alloy.
Bond strength dapat dinaikkan dengan pemberian conditioner berupa asam
dan larutan FeCl 3 pada dentin.
Kekerasan
Semen memiliki sifat kekerasan yang baik, namun jauh inferior dibanding
kerasan bahan resin. Semen ini memiliki sifat anti karies karena kemampuannya
melepaskan fluorida. Dalam proses pengerasan harus dihindarkan dari saliva karena
mudah larut dalam cairan dan menurunkan kemampuan adhesi. Ikatan fisikokimiawi
antara bahan dan permukaan gigi sangat baik sehingga mengurangi kebocoran tepi
tumpatan (Anusavice, 2003: 425).
c) Jenis-jenis Glass Ionomer Cement
Ada tiga jenis semen ionomer kaca berdasarkan aplikasi klinisnya, formulanya dan potensi
penggunaannya. Tipe I untuk bahan perekat, Tipe II untuk bahan restorasi, dan tipe III untuk
basis. Juga ada semen ionomer kaca yang pengerasannya dilakukan oleh sinar. Jenis ini juga
disebut sebagai semen ionomer kaca modifikasi resin sebab melibatkan resin yang
dikeraskan sinar dalam formulanya. (Anusavice, 2003)
-Tipe I : luting cements, berguna untuk merekatkan gigi mahkota atau jembatan, tumpatan
tuang, dan alat-alat ortodonsi cekat. Semen perekat ini mencegah kebocoran tepi restorasi
dan lapisan semen harus dibuat setipis mungkin agar tidak terlarutkan oleh cairan mulut.
-Tipe II : restorative cement, sebagai tumpatan estetik yang sewarna dengan gigi.
-Tipe III : lining dan base cement
d) Kelebihan dan Kekurangan
-Kelebihan GIC
GIC dapat berikatan langsung dengan dentin dan enamel. Ikatan pada dentin adalah ikatan
hidrogen . Kekuatan untuk berikatan dengan enamel selalu lebih tinggi dari dentin karena
semakin besarnya kandungan anorganik dari enamel dan homogenitas yang lebih besar. GIC
mempunyai biokompatibilitas yang tinggi. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa ion
fluorida yang dilepaskan dari GIC dapat menghambat perkembangan karies sekunder
(Anusavice, 2003)
GIC bersifat translucent sehingga cocok digunakan untuk fungsi estetik. Kekuatan kompresif
dari GIC lebih besar daripada zinc phosphate cement. Modulus elastisitas GIC lebih besar
daripada zinc polyacrilate cement, serta GIC memiliki ikatan yang baik dengan enamel,
stainless steel, timah oksida-dilapisi platinum, dan gold alloy. (Craig, 2002)
-Kekurangan GIC
Selain memiliki kelebihan, glass ionomer cement juga memiliki beberapa kekurangan.
Kekurangan tersebut diantaranya adalah ketahanan terhadap fraktur dan jangka pemakaian
rendah apabila dibandingkan dengan komposit atau amalgam. GIC lebih rapuh dan juga
rentan terhadap elastic deformation. GIC dapat menyebabkan iritasi pulpa, untuk itu perlu
diberi varnish terlebih dahulu. Permukaan glass ionomer cement sensitif terhadap
kelembaban dan memiliki kekurangan mudah larut / solubility (Poor abrasion resistance).
Ketahanan terhadap abrasi jelek sehingga hanya dapat digunakan pada kondisi yang low
stress dan tidak dapat digunakan sebagai material restorasi gigi posterior yang permanen.
Metal-Reinforced Glass Ionomer Cements
Metal-reinforced glass ionomer cements pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977.
Penambahan bubuk campuran perak-amalgam pada bahan konvensional meningkatkan
kekuatan fisik semen dan memberikan radiopasitas.
produk
kemudian
muncul
seperti
kaca,
dan
kandungan
kandungan campuran amalgam telah ditetapkan untuk memperbaiki keluhan sampai sampai
tingkat yang dikatakan menghasilkan sifat mekanis optimum untuk metal-reinforced glass
ionomer cements. Digunakan untuk area yang memiliki stress tinggi, ketebalannya lebih dari
45 m.
B. Semen Silikat
Penggunaan semen silikat saat ini telah sangat berkurang dengan munculnya komposit
berbasis resin unutk anterior dan kemudian berkembang semen ionomer kaca. Kegunaan
utama dari semen silikat ini adalah sebagai restorasi anterior.
a)
Komposisi
Bubuk semen silikat adalah kaca yang terdiri dari silika (SiO2), alumina (Al2O3),
senyawa
fluorida (seperti NaF, CaF2 dan Na3AlF6) dan beberapa garam kalsium
(seperti CaO). Bahan-bahan ini akan dipanaskan sampai suhu 1400o C unutk
membentuk kaca. Tujuan pemberian senyawa fluorida adalah unutk menurunkan
temperatur pencampuran dari kaca.
Bubuk kaca silikat adalah suatu kaca yang larut dalam asam. Cairannya adalah larutan
dari asam fosfor dengan garam-garam dapar. Ketika bubuk dan cairan dicampur,
permukaan partikel bubuk terpajan asam, dan melepaskan ion-ion Ca2+ , Al3+ , dan F-.
Ion-ion logam berpresipitasi sebagai fosfat yang membentuk matriks semen dengan
sisipan garam-garam fluorida.
b) Sifat Fisik
Semen silikat relatif kuat menahan tekanan kompresi tetapi lemah didalam menahan
tekanan tarik. Selain itu silikat juga mempunyai daya larut yang cukup besar.
c) Sifat Biologi
pH semen silikat adalah kurang dari 3 pada saat dimasukkan kedalam kavitas, dan tetap
berada di bawah 7 bahkan setelah satu bulan. Hal ini akan menyebabkan respon pulpa
yang besar sehingga semen silikat diklasifikasikan sebagai iritan yang buruk. Sehingga,
pada saat melakukan restorasi semen silikat sangat diperlukan pelindung pulpa.
Gambar 4.
Semen
silikofosfat
a) Definisi
semen siliko fosfat
Semen
silikofosfat merupakan salah satu semen yang sanggup melepas ion (Ion Leachenable
Glass), khususnya fluoride yang mampu mencegah terbentuknya
yang membuat semen silikofosfat masih dipergunakan di
kedoteran
gigi.
semen
Semen
ini
silikat dan
dimana ada dua metode pemanipulasian manual dan metode pemanipulasian mekanis
(OBrien dalam Hermanto , L.FM.2007)
a. Manipulasi manual
1.
2.
tempat pencampuran bubuk dengan cairan menggunakan glass slab yang tebal dan
dingin, juga menggunakan spatula dari bahan plastik atau cobalt chromium
3.
4.
b. Manipulasi mekanis
1.
2.
bahan yang tersedia dalam bentuk kapsul, bubuk dan cairan dalam satu wadah yang
terpisah dengan sekat
3.
4.
waktu pencampuran dapat disesuaikan dengan keinginan dan juga pada seng oksida
eugenol pencampuran terjadi panas yang mengakibatkan waktu kerja berkurang
Sifat Mekanis
Compressive strength antara 140-170 Mpa atau 20000-25000 psi dalam 24 jam
Tensile Strength antara 8-13 Mpa, cocok untuk perekaat restorasi cekat
Ketebalan lapisan sekitar 20-40 um, memiliki sifat tounghness yang tahan
f)
Indikasi :
Basis
Sementasi untuk mulut yang angka karies nya tinggi
Kontraindikasi :
Kasus pulpa gangren atau mati (Harty, 2012).
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil diskusi yang telah kelompok kami lakukan sesuai dengan skenario meterial penunjang
klinik dapat disimpulkan bahwa penggunaan utama dari dental semen ini adalah sebagai bahan
restorasi untuk memperbaiki struktur gigi yang rusak, sebagai basis untuk melindungi pulpa
terhadap trauma seperti syok panas dan iritasi kimia, dan sebagai perekat yang merekatkan gigi
tiruan dan peralatan ortodontik serta merekatkan post dan pasak untuk retensi restorasi. Macam-
macam dari bahan dental semen adalah zinc fosfat, zinc oxyde eugenol, polikarboksilat, silikat,
silikofosfat, glass ionomer cement, glass ionomer cement modifikasi logam, resin dan calsium
hydroxide. Dan beberapa dental semen ini dipasok dalam dua komponen yaitu powder dan
liquid. Masing-masing bahan dental semen ini memiliki kegunaan sebagai basis, restorasi dan
perekat dan ada juga yang memiliki kegunaan sebagai ketiganya. Semua jenis bahan semen
memiliki kelebihan dan kekurangan, maka seorang dokter gigi bisa memilih yang mana yang
paling baik digunakan sebagai bahan restorasi, basis dan perekat.
3.2 Saran
Untuk lebih memahami dari material penunjang klinik ini mahasiswa diharapkan bisa
mempelajari lebih dalam lagi dari macam-macam bahan dental semen sehingga nanti akan sangat
membantu saat pengaplikasiannya pada saat menjadi seorang dokter gigi dan bisa menentukan
bahan dental semen apa yang paling baik digunakan untuk restorasi, basis dan perekat.
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.