Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

DENTISTRY UPDATE

“Dental Implant dan Perkembangannya di Bidang Kedokteran Gigi”

KELOMPOK D

Salsabila Qotrunnada 161610101031

Rafif Naufi W. 161610101032

Kristin Rizki M. 161610101033

Safira Zahra M. 161610101034

Karelina Amarta 161610101035

Diska Fitri A. 161610101037

Nurhalimah 161610101038

Farina Nur A. 161610101039

Anya Tania L. 161610101040

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2019

1|Page
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan syukur kepada
Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok mata
kuliah Dentistry Update dengan tema “Dental Implant dan Perkembangannya di Bidang
Kedokteran Gigi”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah kami
buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

PENYUSUN

Jember, 8 Maret 2019

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… 3

BAB I …………………………………………………………………………………… 4

BAB II …………………………………………………………………………………... 6

BAB III …………………………………………………………………………………. 16

BAB IV ………………………………………………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 18

LAMPIRAN ……………………………………………………………………………... 19

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran gigi terus- menerus dikembangkan
seiring dengan perkembangan zaman ke arah modern. Perawatan di kedokteran gigi bertujuan
untuk mengembalikan fungsi normal pasien, seperti kemampuan berbicara, mastikasi, estetik,
dan menghilangkan rasa sakit, sehingga rasa percaya diri pasien dapat pulih kembali. Oleh
karena itu, perawatan gigi yang sesuai sangat di perlukan untuk memenuhi fungsi tersebut.

Kehilangan gigi adalah masalah yang paling umum terjadi di masyarakat. Kehilangan
gigi dapat disebabkan berbagai macam hal, antara lain karies, penyakit periodontal, dan trauma.
Ketidakpedulian seseorang terhadap kesehatan gigi geliginya dapat mempercepat proses
kehilangan gigi. Bahkan untuk kehilangan sebuah gigi dapat saja menimbulkan permasalahan.
Berbagai macam permasalahan itu, antara lain kesulitan pengunyahan, pergeseran gigi geligi,
dan permasalahan di bidang estetik.

Data statistik kesehatan gigi menyebutkan bahwa 70% orang dewasa yang berusia 35-44
tahun telah mengalami kehilangan gigi, setidaknya satu gigi permanen. Satu dari empat orang
dewasa yang berusia diatas 74 tahun, telah kehilangan semua gigi mereka.

Opsi perawatan yang seringkali dipilih untuk masalah kehilangan gigi adalah penggunaan
gigi tiruan, baik lepasan maupun cekat. Setiap jenis gigi tiruan memiliki keuntungan dan
kerugian masing-masing. Seiring perkembangan zaman, salah satu alternatif perawatan yang
sering dipilih untuk dilakukan saat ini adalah dengan implan gigi. Implan memiliki beberapa
kelebihan, yaitu memberikan penggantian pada gigi yang hilang dengan estetis baik, dapat
menggantikan kehilangan gigi dengan jumlah banyak, tidak repot melepas dan membersihkan
implan, serta tidak mengorbankan gigi tetangga untuk dijadikan penyangga.

Gigi tiruan implan akan terlihat menyerupai gigi alami akibat adanya sulkus gingiva yang
terlebih dahulu dibentuk. Disamping beberapa keterbatasan dan prosedur klinis yang dianggap
oleh sebagian besar dokter gigi sebagai suatu hal yang sukar, gigi tiruan implan mewakili terapi
utama dari sudut pandang kesehatan dan berbagai macam nilai. Bila gigi yang bersebelahan
adalah gigi sehat atau saat pasien menolak untuk dilakukan preparasi gigi untuk pembuatan gigi
tiruan cekat konvensional, gigi tiruan implan merupakan solusi yang terbaik.

1.2 Tujuan

Beberapa tujuan dalam pembuatan makalah ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui definisi dental implant.


4|Page
2. Untuk mengetahui beberapa macam dental implant.
3. Untuk mengetahui karakteristik beserta penjelasan lainnya dari beberapa macam
dental implant yang sering digunakan.
4. Untuk mengetahui keuntungan dan kekurangan dental implant.
5. Untuk mengetahui prosedur pemasangan atau teknik pemasangan dental implant.

1.3 Manfaat

Beberapa manfaat dalam pembuatan makalah ini, antara lain:

1. Supaya dapat mengetahui definisi dental implant.


2. Supaya dapat mengetahui beberapa macam dental implant.
3. Supaya dapat mengetahui karakteristik beserta penjelasan lainnya dari beberapa
macam dental implant yang sering digunakan.
4. Supaya dapat mengetahui keuntungan dan kekurangan dental implant.
5. Supaya dapat mengetahui prosedur pemasangan atau teknik pemasangan dental
implant.

5|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dental Implant

Implan merupakan suatu alat medis yang terbuat dari satu atau lebih banyak biomaterial
yang sengaja ditempatkan ke dalam tubuh yang dilindungi oleh jaringan tubuh. Implan
kedokteran gigi merupakan suatu komponen untuk menggantikan gigi yang hilang yang
ditanamkan dalam tulang rahang atau untuk mendukung prostesa gigi seperti mahkota, jembatan,
gigi tiruan atau bertindak sebagai penjangkaran ortodontik (Dede, 2018).

Implan gigi adalah suatu biomaterial bedah biologis atau alloplastik yang dimasukan ke
dalam jaringan lunak dan/atau jaringan keras pada rongga mulut dengan tujuan fungsional atau
kosmetik. Implan dapat dikatakan menjadi solusi bagi berbagai masalah kedokteran gigi yang
dulunya sangat sulit diselesaikan, seperti pasien tak bergigi sama sekali, kehilangan abutment
posterior, korban trauma dengan kehilangan gigi dan tulang, atau bahkan untuk kasus kehilangan
1 gigi (Nissia, 2017).

Dental implant yang tersedia saat ini adalah two-pieces (implant dan abutmen terpisah)
dan one-piece (bagian abutmen menyatu dengan implan). Desain one-piece dental implant lebih
sederhana dibanding two-pieces dental implant. Prosedur pemasangan two-pieces dental implant
lebih rumit dibanding pemasangan one-piece dental implant sebab membutuhkan dua kali
prosedur pembedahan. Implan dimasukkan dalam tulang dan ditutup gingival (submerged),
kemudian dilakukan proses pembedahan lagi untuk memasang abutment. Namun pada one-piece
dental implant, implan dimasukkan kedalam tulang dengan bagian abutment berada di atas
gingival (non submerged) dan tidak dilakukan proses pembedahan kembali. Oleh karena itu, saat
ini one-piece dental implant menjadi popular dan banyak dipilih sebagai pilihan utama dalam
rehabilitasi gigi yang hilang (Fredy, 2017).

Pemilihan bentuk dan ukuran implan menjadi bagian penting dari prosedur rencana
perawatan agar didapat implan yang stabil secara fungsi pengunyahan dan fungsi estetik. Bentuk
dan ukuran dari berbagai desain implan kedokteran gigi saat ini memiliki inovasi atau modifikasi
desain morfologi yang berbeda jika dibandingkan dengan desain implan klasik (Askary, 2008).

Desain–desain implan tersebut umumnya menjadi kunci keberhasilan pada pemasangan


implant. Desain implan merupakan suatu desain yang meliputi bentuk struktur komposisi
material, seluruh bagian yang membentuknya dan karakteristik permukaan implan tersebut.
Bentuk, konfigurasi, permukaan struktur makro dan mikro, dan ketidakteraturan permukaan akan
menggambarkan struktur 3 dimensi dari implant (Bashir, 2016).

6|Page
Di kedokteran gigi, implan didesain untuk dapat menerima berbagai macam gaya yang
bekerja selama fungsi pengunyahan serta untuk memenuhi sifat estetik. Fungsi implant harus
dapat menyalurkan daya kunyah ke jaringan sekitarnya, maka implan harus didesain untuk dapat
menahan beban kunyah secara biomekanik agar dapat mendukung fungsi protesa. Bagian dari
desain implan meliputi komposisi material implant, geometri fisik implan (karakteristik makro),
dan topografi permukaan implan (karakteristik mikro) (Sykaras, 2000).

Material yang digunakan dalam pembuatan implan gigi dapat dikategorikan dalam dua
jenis, yaitu yang dilihat dari struktur kimianya dan yang kedua pada jenis respon biologis. Dilihat
dari struktur kimia, komposisi implan dapat terbuat dari logam, keramik, dan polimer. Komposisi
kimia ini dapat juga dibagi berdasarkan aktivitas biodinamik implan ketika material implan
ditanamkan dan berinteraksi dengan jaringan tubuh dalam jangka panjang. Komposisi kimia
material implan sesuai aktivitas biodinamik terdiri dari Implan Biotolerant, Implan Bioinert, dan
Implan Bioaktif (Sykaras, 2000).

Penggunaan implan sebagai pengganti gigi yang ditanamkan secara invasif ke dalam
tulang alveolar rahang tentunya akan memicu terjadinya reaksi antigen antibodi karena implan
tersebut dianggap sebagai benda asing yang menginvasi tubuh. Respon imun terhadap
pemasangan implan umum terjadi dan dapat termasuk dalam reaksi hipersensitivitas, 13% orang
mengalami reaksi hipersensitif terhadap nikel, kobalt, atau kromium yang merupakan bahan
implan. Reaksi hipersensitivitas tipe IV seringkali dikaitkan dengan pemasangan implan, dimana
reaksi ini merupakan respon delayed mediated cell. Reaksi alergi terhadap logam terjadi akibat
dari adanya ion hasil korosi implant yang masuk ke dalam tubuh melalui sistem pencernaan,
kulit atau mukosa. Ion ini membentuk kompleks dengan protein dan kemudian bertindak sebagai
alergen sehingga menyebabkan reaksi hipersensitivitas (Nissia, 2017).

Respons imun terhadap material terjadi dalam beberapa aspek yaitu:

(1) Mengaktifkan jalur komplemen melalui jalur klasik, sensitivitas terhadap implan
metal, karena ion metal berperan sebagai hapten yang dapat mengikat pada molekul
protein. Komplek ikatan hapten-molekul protein dilaporkan sebagai pemicu
perantara terjadinya repons imun.
(2) Permukaan polimer dapat menjadi agen stimulan untuk menstimulasi pelepasan IL-l
dari monosit. IL-l penting untuk aktivasi sel T dan diferensiasi sel B.
(3) Respon imun pada tempat inflamasi implan tulang.
(4) Imune imaging profiles pada jaringan tergantung dari kuantitas implan polimer yang
memperlihatkan bahwa makrofag dan neutrofil memiliki perbedaan respons terhadap
implant (Basri, 2015).

Beberapa hal perlu di perhatikan agar implan dapat beradaptasi dengan baik. Salah
satunya adalah kondisi tulang alveolar yang akan menerima implant, yaitu jarak antara puncak
tulang alveolar dan gigi antagonisnya, jarak mesio-distal tulang (walaupun tergantung ukuran

7|Page
diameter implan, rata-rata 6-8 mm), dan lebar fasio-lingual tulang (umumnya minimal 6 mm)
(Nissia, 2017).

8|Page
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Definisi Dental Implan


Dental Implan (Implan Gigi) merupakan suatu akar gigi tiruan yang tertanam
didalam tulang rahang. Implan Gigi berfungsi untuk menyangga protesa (gigi tiruan).
Implan gigi merupakan pilihan yang tepat untuk permasalahan kehilangan gigi (avulsi)
baik kehilangan gigi karena penyakit jaringan periodontal maupun karena cedera.
Implan gigi tersusun atas mahkota, abutmen, dan screw (sekrup). Implan gigi ada 3
macam, titanium implan dengan abutmen titanium, titanium implan dengan abutmen
zirkonia dan zirkonia implan (Bramanti,dkk, 2018).

Implan Gigi merupakan suatu alat yang ditanam melalui prosedur bedah ke dalam
jaringan lunak atau ke dalam tulang rahang dengan tujuan menyangga gigi yang akan
dipasang diatasnya. Dalam prosedur pemasangan implan, terdapat 3 komponen dasar
diantaranya (Oh, et al, 2017) :

a. Dental Implan Body


Biasanya disebut dengan implan atau fixture. Bagian ini adalah bagian yang
tertanam didalam tulang dan memiliki fungsi sebagai gigi alami.
b. Abutmen
Abutmen yaitu bagian yang terletak diatas tulang dan menjadi penghubung
antara implant body dengan suprastruktur.
c. Suprastruktur (gigi tiruan)

Dalam implan gigi, terdapat beberapa indikator seperti zona estetik. Zona estetik
itu sendiri merupakan area yang terlihat saat tersenyum lebar yang terdiri dari gigi,
gusi, dan bibir. Dalam bidang kedokteran gigi, estetik sangat penting. Estetik bertujuan
untuk menciptakan suatu keindahan dan keharmonisan senyuman sesuai bentuk wajah
masing masing individu (Bramanti,dkk, 2018).

3.2 Shocked Shield Technique


Shocked Shield Technique merupakan alternatif pemasangan bedah implan
terutama pada tempat tempat yang membutuhkan nilai estetika tinggi. Tempat tersebt
misalnta, gigi anterior rahang atas maupun gigi anterior rahang bawah. Teknik ini
memungkinkan pasien mendapatkan hasil yang memuaskan dalam jangka panjang dan
juga stabil, dapat mengembalikan fungsi maupun estetik gigi yang ingin diganti. Dalam
perawatan menggunkan teknik ini memiliki kelebihan tidak dibutuhkan biaya tambahan
bahan, memiliki satu prosedur bedah, dan komordibitas berkurang. Sedangkan
kekurangannya adalah membutuhkan jaringan augmentasi dalam beberapa langkah bedah

9|Page
sehingga akan memperpanjang waktu perawatan dan mungkin akan mengganggu
psikologis pasien. Selain itu, teknik ini membutuhkan keahlian yang tinggi untuk
mempertahankan bentuk jaringan yang tersisa (Bramanti,dkk, 2018).

3.3 Teknik-Teknik Pemasangan Implan Gigi

3.3.1 Permukaan Implan


Permukaan implan merupakan sebuah modifikasi yang digunakan sebagai
peningkatan sifat biologis dari osseointegration. Untuk meningkatkan kekasaran
permukaan implan dapat dilakukan menggunakan beberapa teknik, diantaranya :
machining, plasma spray coating, grit blasting, acid etching, sandblasted and acid
etching (SLA), anodizing, dan biomimetid coating. Kunci osseintegrasi implan
terletak pada kekasaran pada permukaan yang menunjukkan peningkatan aktivitas
osteoblas dibandingkan dengan permukaan halus. Permukaan kasar inilah yang
akan menyebabkan osseintegrasi menjadi lebih baik (Oh, et al, 2017).

3.3.2 Immediate Versus Conventional (delayed) Loading


a. Conventional Loading Implant

Dalam Conventional Loading Implant diperlukan pemasangan implan


sebelum pemasangan protesa selama 3 sampai 6 bulan. Hal ini bertujuan untuk
menghindari gerakan mikro pada body implant yang terpendam didalam tulang,
sehingga proses osseointegrasi tidak akan terganggu (Oh, et al, 2017).

b. Immediate Loading Implant

Pemasangan implan dilakukan kurang dari 1 minggu tanpa menunggu


proses osteointegrasi. Jadi akan membutuhkan waktu lebih sedikit daripada
conventional loading implant. Namun, immediate loading implant memiliki risiko
dan tingkat kegagalan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang konvensional.
Dalam prosedur ini, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti
stabilitas jaringan pendukung yang adekuat, tingkat kooperatif pasien, dan jumlah
implan yang ada di rahang(Oh, et al, 2017).

3.3.3 Short Implant


Short implan dipilih ketika pasien memiliki ketinggian tulang alveolar
yang tidak mencukupi. Contohnya pada alveolar ridge yang mengalami atrofi, atau
keadaan anatomi yang menyebabkan penempatan implan menjadi lebih sulit.
Prosedur tambahan seperti pencagkokan tulang kompleks, reposisi saraf, dan
regenerasi tulang mungkin aka dibutuhkan untuk mengatasi keterbatasan dan defisit
tulang vertikal. Short implan dianggap cukup efektif dan panjang dari short implan

10 | P a g e
biasanya < 10 mm, namun sumber yang berbeda menyebutkan bahwa short implan
memiliki ukuran <8mm (Oh, et al, 2017).

3.3.4 Sinus Lifting


Operasi sinus lifting bertujuan untuk menambah tinggi tulang alveolar
sehingga dapat menjadi penyangga (pendukung) penemempatan implan dengan
baik. Sinus lifting dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan
internal dan pendekatan eksternal. Volume tulang dibawah sinus maksilaris dapat
menyusut oleh karena beberapa faktor, yaitu (Oh, et al, 2017) :

a. Kehilangan gigi : menyebabkan tulang rahang penyusun gigi mejadi menyusut


dan berkurang.
b. Umur : Semakin bertambahnya umur maka sinus maksilaris akan bertambah
sehingga pasien memiliki sedikit tulang pendukung gigi.
c. Sakit : Sakit dapat menyebabkan penyusutan tulang.
Sinus Lifting memiliki dua teknik, yaitu tejnik tradisional augmentasi dan
teknik osteotome. Komplikasi dari sinus lifting yaitu bocornya atau terkoyaknya
membran sinus, dan infeksi pada bone graft. Jika terjadi infeksi pada bone graft
maka apapun implan yang dipasang akan gagal. Ada 3 macam grafting material,
yaitu :
a. Autogenous graft : bahan graft yang paling diandalkan untuk mengganti
kekurangan tulang. Bahan graft ini memiliki sifat osteokonduktif, osteoinduktif
serta osteogenic.
b. Alograft : material yang berasal dari jaringan spesies yang sama, misalnya
cadaver.
c. Xenograft : material yang berasal dari jaringan spesies yang tidak sama.
Komponen organik dapat berganti menjadi penyedia matriks ekstraseluler yang
terdiri dari sisa sisa kolagen.
d. Alloplast : material yang berasal dari bahan sintetis.

3.3.5 Teknik Alternatif


Teknik alternatif bertujuan untuk mmberikan pilihan lain implantansi pada
maksila posterior tanpa perlu melakukan augmentasi sinus, sehingga
mempersingkat waktu perawatan dan juga dapat mengurangu risiko pkompleksitas
prosedur perawatan. Contoh dari teknik alternatif ini ialah, implan bersudut, implan
trans-sinus, implan zygomatik, dan implan pendek (Oh, et al, 2017).

3.3.6 Custom Implant menggunakan Three-dimensional printing (3DB)


3DB bertujuan untuk menggambarkan teknik digitak pemasangan implan
yang didukung protesa pada pasien edentulus. Pembuatan restorasi ini
menggunakan teknologi canggih digital, yang dapat memprediksikan jenis, panjang,
ukuran, posisi implan, abutmen, dan cylinders yang nantinya akan digunakan oleh

11 | P a g e
pasien. Berikut adalah tabel keuntungan dan kerugian dari penggunakan 3DB (Oh,
et al, 2017) :

Keuntungan Kerugian
1. Mempunyai denture flange part Selama operasi, jika prosedur tidak
yang mudah dilepas sesuai dengan panduan bedah maka
2. Memungkinkan prosedur prostetik akan menyebabkan ketidaksejajaran
pada saat penempatan implan implan sehingga flange gigi tiruan
dilakukan secara tepat tidak dapat dipasangkan melalui
3. Lebih Efisien, dikarenakan lubang akses silinder, sehingga dapat
memanfaatkan surgical template menghambat pemasangan.
virtual yang berasal dari computer
tomographic data.

Teknik pembuatan protesa dengan implan dapat dilakukan menggunakan


Intraoral scan dan Cone Beam Tomography (CBCT). Pertama, pembuatan data
digital. Pembuatan data ini dapat dilakuakn dengan cara menandai edontulus ridge
menggunakan resin komposit dengan diameter 1-2 mm di lebih dari tiga titik yang
berbeda pada gingiva. Kemusian, dilakukan polimerisasi dengan sinar dan
diaplikasikan suatu bahan adhesif yang berfungsi untuk mempertahankan posisinya
pad gingiva. Tanda ini merupakan marker sebelum akhirnya kering dan setelah
kering gunaka CBCT pada maksila dan mandibula. Lalu, dilakukan pengambilan
digital data edontulus ridge dan gigi melalui intraoral scanner. Dilanjutkan dengan
melakukan perbandingan antara hasil foto intraoral scanner dan CBTC dengan
mencocokkan marker resin kompositnya pada kedua gambar menggunakan virtual
implant planning software. Setelah itu, dilanjutkan dengan mendesain surgical
template pada data dan software yang sama lalu dicetak menggunakan printer 3D.
Setelah desain protesa selesai, maka dapat dicetak menggunakan commercial
printable resin dalam printer 3D. Setelah itu, implan dapat ditempatkan pada surgical
template pada rongga mulut pasien, kemudian dihubungkan abutmen dengan implan.
Lalu menghubungkan protesa interm ke silinder dengan abutmen (menambahkan
resin akrilik di sekitar silinder menggunakan syringe). Saat resin sudah
terpolimerisasi, protesa interm dapat dilepaskan dari rongga mulut pasien kemudian
denture flange juga dilepaskan. Kemudian protesa dipasangkan pada abutment
implan dengan silinder dan diikat dengan skrup. Bila perlu, dilakukan evaluasi
penyesuaian oklusal adjusment (Oh, et al, 2019).

3.3.7 Perbedaan Jaringan Periodontal Sehat dan Jaringan Periodontal yang dipasangi
implan
Perawatan implant merupakan pilihan yang tepay untuk menangani kasus
kehilangan gigi oleh karena beberapa sebab. Hardt et al. melaporkan tingkat

12 | P a g e
keberhasilan implant dalam kurun waktu 5 tahun sebanyak 97% pada pasien
dengan jaringan periodontal sehat dan 92% pada pasien dengan penyakit
periodontal. Beliau juga melaporkan sebanyak 64% pasien dengan riwayat
penyakit periodontal memiliki rentang resorpsi tulang peri-implat lebih besar dari
2 mm. Pada kasus dengan pembentukan tulang yang irregular maka perlu
menggunakan bone graft. Lebar ridge dapat dipertahankan dengan baik,
menunjukkan lebar postoperative ridge antara 5 dan 6 mm pada rata-rata bagian
puncak tulang alveolar (Lanza, 2015).
Jaringan periodontal dikatakan sehat jika secara klinis tidak terlihat
adanya kehilangan perlekatan serta Pada gambaran radiograf jarak antara tepi
puncak tulang dengan cemento enamel junction (CEJ) adalah 2-3mm. Pada
referensi lain disebutkan bahwa jarak puncak alveolar kira-kira 1-1,5mm di
bawah CEJ gigi yang berdekatan. Pada gigi posterior, tinggi puncak alveolar
sejajar dengan garis yang menghubungkan CEJ yang berdekatan. Komponen
utama ligamen periodontal adalah kolagen, sehingga ruang ligamen periodontal
pada gambaran radiograf terlihat sebagai ruang radiolusen antara akar gigi dan
lamina dura (Saputri, 2018).
Pada pasien dengan penggunaan implan, pada jaringan periodontal terlihat
bahwa bundel fiber kolagen berjalan parallel dan mengelilingi implan secara
sirkuler (Utama, 2016).

PERTANYAAN :

1. Pada socket shield technique bgaimana proses pemotongannya dan alat apa saja
yang digunakan?
Mahkota gigi di potong secara horizontal dengan hati-hati menggunakan
diamond bur. 1-2mm fragmen gigi di daerah bukal dari soket dipisahkan dari sisa
gigi menggunakan instrumen tungsten carbide dengan irigasi air steril. Harus
berhati-hati dan hindari kerusakan pada dinding tulang dari soket. Setelah
persiapan dasar implan di bagian lingual akar, semua fragmen gigi residual
dihilangkan sepenuhnya. Kuretase soket ekstraksi yang hati-hati dilakukan untuk
menghilangkan jaringan granulasi. Fragmen bukal akar bagian koronal

13 | P a g e
dipertahankan 1mm. Implan diletakan di bagian lingual dari soket. Alat yang
digunakan : diamond bur, rotating tungsten carbide (Hinse, M, 2016).
2. Socket shield technique cenderung cepat tapi pada kesimpulan disebutkan
memperpanjang waktu perawatan. Bagaimana maksudnya?
Socket shield technique ini meminimalkan kebutuhan untuk prosedur
pencangkokan jaringan lunak dan karenanya mempersingkat durasi perawatan
keseluruhan. Tetapi prosedur ini membutuhkan lebih banyak waktu dan
kesabaran untuk menghindari mobilitas dalam perisai. Jika perisai menjadi
bergerak selama operasi, ia akan dilepas, dan pemasangan implan konvensional
segera atau prosedur pencangkokan harus dilakukan. Jadi socket shield technique
ini mempersingkat waktu perawatan keseluruhan tetapi butuh waktu lebih banyak
dalam penanganannya (Kumar, P dan Kher, U , 2018).
3. Bagaimana teknik implan konvensional?
Teknik implan dental konvensional membutuhkan bentukan tulang yang
ideal. Ketebalan tulang minimal yang dibutuhkan adalah sekitar 12mm dengan
diameter implan 4mm. Pada kasus tertentu bahkan dibutuhkan prosedur “sinus
graft” untuk menambah volume tulang. Apabila volume tulang sudah ideal, maka
dilakukan penempatan implan (Misch,dkk, 2008).

4. Apa fungsi resin pada pemasangan protesa? Dan apakah protesa dibuat cekat
setelah pemasangan resin atau tetap lepasan?
Fungsi resin pada pemasangan protesa yaitu untuk retensi bagi protesa
tersebut. ikatan dari resin tersebut akan mekat dengan baik pada gigi penyangga
jika tidak terdapat celah pada bagian sementasi. Tujuannya agar protesan
cenderung stabil, karena perlekatan resin menambah kekuatan terhadap
terjadinya gerakan ataupun gaya yang terjadi secara Horizontal. Namun, untuk
pemasangan resin sendiri protesa tetap menjadi protesan lepasan, sebab hanya
untuk stabilitas saja bukan mengubah menjadi protesa cekat (Pintadi,H 2007).
5. Apakah perbedaan dari teknologi cbct, intraoral scanner, CAD CAM, 3D Printer?
Apakah bisa diapakai 1 teknologi saja atau harus kombinasi? Jika ada manakah
yang paling baik?
Perbedaannya terletak pada perkembangan teknologinya yang
memungkinkan proses penyembuhan tulang yang diharapkan dapat
mempersingkat waktu antara pemasangan implan dengan protesa. Salah satu
faktor penting yang berperan dalam keberhasilan perawatan implan gigi adalah
keakuratan evaluasi kualitas dan kuantitas tulang rahang. Penggunaan cone beam
computed tomography (CBCT) dikombinasikan dengan CAD / CAM disarankan

14 | P a g e
untuk menghasilkan panduan bedah untuk penempatan implant. Jadi kombinasi
dibutuhkan untuk keakuratan pembuatan dan penempatan implant. Pada dasarnya
semua teknologi ini memiliki kelemahan dan keuntungan masing-masing,
sehingga penggunaannya disesuaikan dengan indikasi dan kontraindikasi,,
keakuratan dan biaya (Indias, 2017).
6. Kenapa Denture Flange dilepas ?
Denture flange ini didesign sebagai gigi tiruan lengkap untuk
memposisikan kembali gigi tiruan cekat didalam rongga mulut sambil
mempertahankan dimensi vertikal dan relasi oklusal. Kemudian denture flange
ini akan dipotong dari gigi tiruan cekat. Melepas denture flange dan palatal
denture base berguna untuk meningkatkan estetika dan aksesibilitas untuk
meningkatkan oral hygine (oh et. al., 2019).

15 | P a g e
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah penjabaran sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa dental implant membuka
banyak kesempatan bagi para pasien yang kehilangan satu gigi atau beberapa gigi. Dental
implant merupakan pilihan yang ideal bagi mereka dengan keadaan rongga mulut yang sehat
namun kehilangan satu gigi atau lebih yang disebabkan oleh penyakit periodontal, terluka atau
kecelakaan, atau alasan-alasan lainnya. Secara umum, hanya ada dua hal penting yang harus
diperhatikan dalam dental implan, yaitu fungsi dan estetik dari gigi geligi pasien. seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan tentang implan, maka tujuan atau fungsi implan pun
berkembang, bukan hanya sekedar menggantikan gigi yang hilang melainkan sebagai jangkar
yang ditanamkan ke dalam tulang rahang sebagai tempat berdirinya gigi tiruan yang akan
dipasangkan dan agar gigi tiruan tersebut tetap berada pada tempatnya serta memberi dukungan
bagi gigi tiruan agar terasa lebih nyaman seperti gigi asli.

16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Nissia. 2017. Pertimbangan Penggunaan Implan Gigi pada Lansia. Jakarta: Insisiva
Dental Journal, Vol. 6 No.1

Arsista, Dede. 2018. Desain dan Fungsi Implan Kedokteran Gigi yang Beredar di Pasaran.
BandungL J Ked Gi Unpad. Desember 2018; 30(3): 168-174.

Bashir. 2016. Implant Systems. Int J Appl Dent Sci. 2016; 2(2): 35-41.

El Askary. 2008. Fundamental of Esthetic Implant Dentistry. 2nd ed. Hoboken: John Wiley &
Sons, Inc; 2008. h. 109-25.

Gani, Basri A. 2015. Immuno- Biokompatibilitas pada Material Implan: Review Article. Bandar
Lampung: Cakradonya Dent J 2015; 7(2):807-868

Hinse, Marc. 2016. Socket Shield Technique. The alternative VAO voice:volume 4 issue 2

Hong, Do Gia dan Oh, Ji-Hyeon. 2017. Recent Advances in Dental Implants. Maxillofacial
Plastic and Reconstructive Surgery. 39:33

Indias, Ratihana Nurul. 2017. Perbandingan hasil pengukuran pada citra Cone Beam Computed
Tomography (CBCT) dengan objek sesungguhnya. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia Vol 3 No 3 – Desember 2017 ISSN 2460-0164.

Lanza A., Scognamiglio F., Femiano F., and Lanza M. 2015. Immediate, Early, and Conventional
Implant Placement in a Patient with History of Periodontitis. Hindawi Publishing
Corporation, vol.2015, pp 1, 4.

Mardiyantoro, Fredy. 2017. One-Piece Dental Implant untuk Rehabilitasi Ruang Kaninus yang

Sempit. Malang: ODONTO Dental Journal. Volume 4. Nomer 1

Misch, Carl E & Abbas, Hamzah A. 2008. Contemporary Implant Dentistry 3rd Edition. St/
Louis Missouri : ELSEVIER. Hal 930-931.

Oh, Ji-Hyeon., An, Xueyin.,Jeong, Seung-Mi.,Choi, Byung-Ho.A . 2019. Digital Technique for
Fabricating an Interim Implant Supported Fixed Prothesis Immediately After
Implant Placement in Patients with Complate Edentulism.The Journal of Prosthetic
Dentistry Vol. 121. Issue 1

Kumar,P dan Kher U. 2018. Shield the Socket : Procedure, Case report and Classification. J
Indian Soc Periodontol. 22(3)

17 | P a g e
Pintadi, hastoro. 2007. Penggunaan Fiber Reinforced Composite sebagai Resin Bonded
Prosthesispada Gigi Anterior. Mutiara Medika, Vol. 7 No. 1: 27-32.

Saputri, D. 2018. GAMBARAN RADIOGRAF PADA PENYAKIT PERIODONTAL. JOURNAL


OF SYIAH KUALA DENTISTRY SOCIETY. 3 (1): 16-21.
Sykaras. 2000. Implant Materials, Designs, and Surface Topographies: Their Effect on
Osseointegration. A Literature Review. Int J Oral Maxillofac Implant. 2000; 15(5):
675-90.

Utama, MD. 2016. GIGI TIRUAN IMPLAN DAN OVERDENTURE. Makassar. CV. Menara
Intan. p13-14.

18 | P a g e
LAMPIRAN

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai