Anda di halaman 1dari 3

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan kejahatan luar

biasa dan yang dapat mengancam perkembangan masyarakat, bangsa, dan dunia.
Narkoba menjadi salah satu senjata ampuh dalam proxy war untuk melumpuhkan
sebuah bangsa tanpa serangan fisik. Untuk menghadapinya jelas dibutuhkan
gerakan penyadaran dan pemberantasan secara massif dan komperehensif
dengan mengajak masyarakat ikut berpartisipasi aktif memerangi
penyalahgunaan narkoba. Problema penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba tentu berkaitan dengan kegagalan manusia Indonesia dalam menyerap
nilai Pancasila sebagai sebuah nilai luhur hasil konsensus pendiri bangsa.
Permasalahan narkoba hadir karena anak bangsa hanya memahami Pancasila
dalam konteks penghafalan tanpa ada usaha pengamalan semaksimal mungkin
(Saputra, 2017).

Beberapa tahap pola pemakaian penyalahgunaan narkoba diawali dari pola


coba- coba karena rasa ingin tahu. Kemudian berkembang menjadi pemakaian
narkoba secara sosial dan beberapa diantaranya telah menjadi pemakai
situasional. Selanjutnya, tahapan penyalahgunaan ini berkembang lagi menjadi
habituasi dimana pemakaian narkoba sudah bersifat aktif pada individu maupun
kelompok hingga pada akhirnya bersifat ketergantungan (Abadinsky, 2008).

Sejak kelahirannya, Pancasila sejatinya mengandung pemahaman yang


luhur dengan dijiwai semangat ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kehidupan
yang demokratis dan keadilan sosial. Jika kelima nilai agung tersebut didalami
secara utuh dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari, maka kejahatan
narkoba dapat ditanggulangi sebab kepribadian Pancasilais telah terbentuk
dalam pikiran, hati, dan tindakan masyarakat Indonesia (Saputra, 2017).

Dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba pada di Indonesia, diperlukan


kesadaran mengaktualisasikan nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
Gerakan kembali kepada Pancasila perlu dimunculkan. Kita sebagai bangsa dinilai
sudah terlalu jauh meninggalkan nilai budi pekerti Pancasila yang luhur. Dampak
kehilangan nilai Pancasila, kepribadian manusia Indonesia mengalami kerentanan
menghadapi dampak negatif kejahatan narkotika (Saputra, 2017).
Aktualisasi nilai Pancasila dapat dijabarkan menurut kelima silanya. Pada
sila pertama mengandung nilai segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara harus dijiwai nilai keyakinan terhadap Ketuhanan Yang
Maha Esa sebagai pencipta alam semesta dan isinya sehingga dapat
menumbuhkan kesadaran pada tiap masyarakat Indonesia bahwa narkoba
bertentangan dengan ajaran agama dan dibenci Sang Pencipta (Saputra, 2017).

Sila kedua mengajarkan tentang rasa kemanusiaan, kasih sayang, dan hati
nurani yang bersih sebagai modal dasar dalam membangun hubungan yang
harmonis dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. Pemakaian narkoba jelas
bertentangan dengan nurani dan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) yang dapat
mengakibatkan pertemanan menjadi renggang, hidup menyendiri sehingga
kehilangan kasih sayang bahkan sampai harus kehilangan nyawa. Dibutuhkan
kesadaran kolektif dan massif di lingkungan tempat tinggal kita untuk dapat
menjauhkan diri dari nakroba yang dapat mengancam kelangsungan masa depan
generasi muda dan bangsa Indonesia (Saputra, 2017).

Sila ketiga tentang persatuan Indonesia menekankan proses kerjasama


seluruh elemen bangsa untuk menolak narkoba. Hal ini berangkat dari pemikiran
bahwa pememakaian narkoba menghilangkan cinta kepada tanah air karena
tingginya ego yang mengabaikan dampak kerusakan sosial terhadap masyarakat
di sekitarnya. Penyalahgunaan narkoba pada akhirnya akan menghilangkan
nasionalisme dan kebhinekaan yang ditandai kesiapan hidup di dunia yang
berbeda-beda (heterogen) (Saputra, 2017).

Sila keempat mengandung nilai bahwa setiap manusia memiliki kebebasan


untuk memilih di negara yang demokratis ini. Setiap masalah diupayakan selesai
melalui proses musyawarah, sementara para penjual narkoba mengabaikan nilai
ini karena mengejar keuntungan finansial semata. Sehingga tepat kiranya jika ada
kasus pemaksaan kehendak ini, ada warga yang bertindak responsif menangkap
pelaku narkoba di lingkungan sekitarnya (Saputra, 2017).

Sila kelima yang luntur karena hilangnya kemakmuran dan kesejahteraan


disebabkan oleh kecanduan masyarakat terhadap narkoba yang mengarah kepada
hilangnya nyawa manusia. Tubuh menjadi rusak, kehilangan semangat hidup,
mudah lupa, dan dapat sewaktu-waktu bertindak anarkis di luar kesadaran
dirinya. Selain itu pikiran menjadi tidak fokus sehingga pekerjaan dan aktivitas
kehidupan menjadi kacau dan tidak terencana dengan baik. Oleh karena itu
diperlukan tanggung jawab individu untuk saling berpartisipasi aktif dalam
mengingatkan diri, anggota keluarga dan tetangganya agar menjauhi narkoba
(Saputra, 2017).

Anda mungkin juga menyukai