Anda di halaman 1dari 31

PENYULUHAN MENGENAI KESEHATAN GIGI DAN MULUT

SERTA PENGGUNAAN DAN PENGAPLIKASIAN


PASTA GIGI PADA MASYARAKAT
DESA TUNJUK TENGAH

Oleh:

Ibramsyah MD 2206129012033
MayraShanti 2206129012045
Ni Putu Mas Mitha Canisca Putri 2206129012048
I Gusti Ayu Nindina Narasty Putri 2206129012049
Nisrina Khansa Salsabila Aritonang 2206129012050

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini
dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan
pada umumnya.

Denpasar, November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5

1.3 Tujuan............................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 6

2.1 Anatomi Gigi................................................................................................ 6

2.2 Jenis - Jenis Gigi...........................................................................................7

2.3 Fungsi Gigi................................................................................................... 9

2.4 Penyakit Gigi & Mulut................................................................................. 10

2.5 Penggunaan dan pengaplikasian Pasta Gigi yang Benar.............................. 18

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN...............................................................28

BAB IV SIMPULAN............................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut adalah indikator utama kesehatan secara
keseluruhan, kesejahteraan, dan kualitas hidup. Kesehatan gigi dan mulut
merupakan keadaan rongga mulut, termasuk gigi geligi dan struktur jaringan
pendukungnya terbebas dari rasa sakit dan penyakit seperti kanker mulut dan
tenggorokan, infeksi luka mulut, penyakit periodontal (gusi), kerusakan gigi,
kehilangan gigi, serta penyakit dan gangguan lain yang membatasi kapasitas
individu dalam menggigit, mengunyah, tersenyum, dan berbicara (WHO 2018).
Kebersihan gigi dan mulut dalam kesehatan sangat penting. Beberapa
masalah gigi dan mulut dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan gigi dan
mulut. Kesadaran menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat perlu, cara mencegah
terjadinya masalah gigi dan mulut yang paling tepat dengan cara menyikat gigi,
teknik menyikat gigi yang tepat, memilih pasta gigi dengan tepat dan menyikat
gigi secara teratur (Rachmat Hidayat 2016).
Kondisi kesehatan gigi dan mulut masyarakat di Indonesia masih sangat
memprihatinkan. Menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun 2018),
hanya 2,8% penduduk Indonesia yang telah berperilaku menyikat gigi dengan
benar minimal 2 kali sehari. 57,6% penduduk di Indonesia mengalami masalah
gigi dan mulut dan hanya 10,2% penduduk yang menerima perawatan oleh tenaga
medis gigi (Kemenkes 2018)
Riset Kesehatan Dasar menyatakan bahwa sebesar 58,45% penduduk Bali
mempunyai masalah gigi dan mulut. Persentase penduduk yang menyikat gigi
setiap hari pada anak usia 5-9 tahun di Provinsi Bali, yaitu sebesar 94,90%.
Sebanyak 97,6% berperilaku tidak benar menyikat gigi sedangkan yang menyikat
gigi dengan benar hanya sebesar 2,40%. Berdasarkan Riset Kesehatan Provinsi
Bali menyatakan bahwa sebesar 44,85% penduduk mempunyai masalah gigi dan
mulut. Persentase penduduk yang menyikat gigi setiap hari di Kabupaten
Klungkung 89,36. Sebanyak 96,74% berperilaku tidak benar menyikat gigi
sedangkan yang menyikat gigi dengan benar hanya 3,26% (Rikesdas 2018).

4
Pengunaan pasta gigi pada saat menggosok gigi merupakan penunjang
yang penting untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut serta untuk terhindar
dari penyakit mulut salah satunya adalah gigi berlubang. Fungsi pasta gigi yang
digunakan pada saat menggosok gigi adalah untuk membantu menghilangkan plak,
memoles permukaan gigi, memperkuat gigi, menghilangkan atau mengurangi bau
mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kesehatan gusi
(Sukanto 2015)
Komponen utama penyusun pasta gigi pada umumnya mengandung
komponen abrasif sebagai antiplak dan stain, flour untuk ketahanan gigi dan
mencegah karies. Salah satu komponen pasta gigi yang disarankan adalah
mengandung flour yang sangat efektif melindungi gigi secara permanen dari
karies, namun penggunaannya yang berlebihan dalam jangka waktu yang panjang
dapat menyebabkan fluorosis pada gigi (Martono dkk 2020).
Oleh karena hal tersebut maka penulis berminat untuk memberikan
penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut serta penggunaan dan
pengaplikasian pasta gigi kepada masyarakat Desa Tunjuk Tengah sebagai bentuk
media pembelajaran dan pencegahan bagi kelompok masyarakat tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja anatomi gigi?
1.2.2 Apa saja jenis - jenis gigi?
1.2.3 Apa saja fungsi gigi?
1.2.4 Apa saja penvakit gigi dan mulut serta cara pencegahanaya?
1.2.5 Bagaimana penggunaan dan pengaplikasian pasta gig yang baik dan
benar?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui anatomi gigi.
1.3.2 Uatuk mengetahui jenis - jenis gigi.
1.3.3 Untuk mengetahui fungsi gigi.
1.3.4 Untuk mengetahui penyakit gigi dan mulut serta cara pencegahanaya.
1.3.5 Untuk mengetahui penggunaan dan pengaplikasian pasta gigi yang baik
dan benar.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Gigi
Anatomi dasar gigi terdiri dari bagian mahkota dan akar. Bagian
mahkota terlihat di dalam mulut, sedangkan bagian akar terbenam di dalam
tulang rahang dan gusi. Dalam buku panduan kesehatan gigi dan mulut
(Kemenkes 2012) bagian-bagian gigi terdiri dari sebagai berikut :

Gambar 2.1 Anatomi Gigi


1. Email
Merupakan bagian terluar dari gigi. Gunanya melindungi bagian
dalam gigi dari rangsangan panas dan dingin. Email merupakan jaringan
terkeras dari seluruh tubuh kita.
2. Dentin
Adalah bagian dalam sesudah email yang berwarna lebih kuning
dari email. Disini terdapat ujung-ujung syaraf yang berasal dari pulpa.
3. Pulpa
Adalah tempat syaraf-syaraf, pembuluh darah dan pembuluh getah
bening dari gigi yang memberi kehidupan pada gigi.
4. Tulang rahang
Adalah tempat tertanamnya akar gigi, disebut tulang alveolar.
5. Sementum
Adalah bagian yang melapisi seluruh permukaan akar gigi.

6
6. Jaringan periodontal
Adalah serabut-serabut yang menyelubungi akar gigi yang melekat
pada sementum dan tulang alveolar. Gunanya untuk menahan tekanan agar
tidak langsung mengenai tulang.
2.2 Jenis - Jenis Gigi
Dalam buku Erwana F.A 2013, gigi dibagi menjadi empat jenis, yaitu
gigi seri, gigi taring, gigi graham kecil, dan gigi graham besar. Masing-
masing jenis gigi memiliki bentuk yang berbeda. Untuk usia dewasa
umumnya memiliki keempat jenis gigi ini, sedangkan untuk anak/gigi susu
hanya memiliki tiga jenis, yaitu gigi seri, gigi taring, dan geraham.
1. Gigi Seri
Istilah ilmiah untuk gigi seri adalah gigi insisif, jumlahnya empat di
atas dan empat di bawah. Dinamakan gigi seri karena gigi ini yang
langsung terlihat sama, sepasang (seri), dan berdampingan. Gigi ini
berfungsi untuk memotong dan menggiling makanan. Gigi seri susu
mulai tumbuh pada bayi berkisar antara usia 4 - 6 bulan, kemudian
diganti dengan gigi seri permanen pada usia 5 - 6 tahun pada rahang
bawah dan pada usia 7 - 8 tahun pada rahang atas. Gigi seri terletak pada
bagian depan rahang dan merupakan gigi yang langsung terlihat saat
pertama kali seseorang tersenyum atau berbicara (Erwana 2013).
2. Gigi Taring
Gigi taring memiliki istilah ilmiah kaninus. Jumlahnya ada empat,
masing-masing satu di sebelah kanan atas, satu di sebelah kiri atas, satu
di sebelah kanan bawah, dan satu di sebelah kiri bawah. Bentuk
mahkotanya meruncing, berfungsi untuk mencabik makanan. Gigi ini
diganti dengan gigi caninus permanen pada usia 11-13 tahun. Gigi ini
adalah gigi yang terakhir tumbuh di rongga mulut, sehingga sering
mengalami kekurangan tempat. Posisinya lebih menonjol dibandingkan
gigi yang lain. Secara awam, keadaan ini dikenal dengan istilah gigi
ginsul atau gingsul, tapi di kedokteran gigi, posisi ini disebut ektopik atau
menonjol (Erwana 2012).

7
3. Gigi Geraham Kecil
Gigi ini diistilahkan dengan premolar. Jumlahnya ada empat di
bagian rahang/mulut atas, yaitu dua di sebelah kanan atas dan dua di
bagian kiri bawah. Lalu ada empat lagi di bagian rahang/mulut bawah,
yaitu dua di bagian kanan bawah dan dua di bagian kiri bawah. Pre
artinya sebelum atau mendahului. Jadi premolar berarti ‘‘mendahului
molar’’. Hal ini karena letaknya di barisan gigi-gigi sebelum gigi molar
(geraham). Bentuknya menyerupai gigi taring, tetapi memiliki bukit yang
tajam di kedua sisi, bukan satu seperti taring. Penghubung dua sisi tajam
membentuk dataran yang disebut dataran kunyah. Ini adalah jenis gigi
yang hanya terdapat dalam periode gigi tetap. Pada periode gigi susu
tidak ditemukan gigi geraham kecil, meskipun gigi geraham kecil tetap
adalah gigi yang menggantikan gigi geraham susu dalam proses tumbuh
kembang gigi. Gigi premolar atas berbeda dengan yang bawah. Gigi
premolar bawah lebih gemuk dibanding gigi premolar atas dan bukit
yang satu lebih menonjol dari bukit yang lain (Erwana 2013).
4. Gigi Geraham Besar
Gigi ini memiliki istilah ilmiah molar. Jumlahnya enam di
rahang/mulut atas, yaitu tiga di seblah kiri atas dan tiga di sebelah kanan
atas; serta enam di rahang/mulut bawah, yaitu tiga di sebelah kiri bawah
dan tiga di sebelah kanan bawah. Gigi ini adalah gigi dengan ukuran
terbesar dari seluruh gigi yang ada. Seperti premolar, ada beberapa
perbedaan antara molar atau gigi geraham, atas dengan bawah. Pada
geraham atas, akar gigi berjumlah rata-rata tiga; tetapi pada geraham
bawah, gigi ini memiliki akar rata-rata dua. Gigi geraham atas memiliki
lima bukit/bagian menonjol, sedangkan gigi geraham bawah hanya
memiliki empat bukit/bagian menonjol. Gigi ini masing-masing ada tiga
di kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah, jadi jumlah
totalnya adalah duabelas, selisih jumlah gigi susu dua puluh dan gigi
tetap tiga puluh dua (Erwana 2013).

8
2.3 Fungsi Gigi
Dalam buku Hidayat, R dan Tandiari, A (2016) Gigi berfungsi dalam
proses mastikasi (pengunyahan). Mengunyah ialah menggigit dan menggiling
makanan di antara gigi atas dan bawah. Gerakan lidah dan pipi membantu
dengan memindahkan makanan lunak ke palatum keras ensit gigi-gigi.
Makanan yang masuk ke dalam mulut dipotong menjadi bagian kecil-kecil
dan bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat
ditelan. Semua bagian tubuh manusia memiliki tugas, peran, dan fungsi
masing-masing, termasuk gigi juga memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
a. Pengunyahan
Gigi berperan penting untuk menghaluskan makanan agar lebih
mudah ditelan serta meringankan kerja proses pencernaan. Sangat tidak
mungkin bila kita menelan utuh makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu,
dan kalaupun mungkin organ pencernaan akan bekerja sangat berat dan
penyerapan makanan tidak akan maksimal (Erwana 2013).
b. Berbicara
Gigi sangat diperlukan untuk mengeluarkan atau melafalkan bunyi
ataupun huruf-huruf tertentu, seperti misal huruf T, V, F, D dan S. Tanpa
gigi, bunyi huruf-huruf ini tidak akan terdengar dengan sempurna. Dalam
hal berbicara pun akan terdengar kurang atau bahkan tidak sempurna. Hal
ini misalnya bisa terjadi pada nenek-nenek atau kakek-kakek yang sudah
tidak memiliki gigi lagi atau ompong (Erwana 2013).
c. Estetik
Sebuah senyum tidak akan lengkap tanpa hadirnya sederetan gigi
yang rapi dan bersih. Hampir semua orang yang profesinya
mengandalkan penampilan di depan orang banyak, misalnya seperti
pemain film atau penyanyi (katakanlah artis), sangat membutuhkan gigi
yang tersusun indah. Orang-orang yang berprofesi semacam ini bahkan
rela mengahbiskan uangnya untuk melakukan berbagai perawatan gigi
agar gigi mereka tampak tersusun rapi, bersih, dan putih berkilau
(Erwana 2013).

9
2.4 Penyakit Gigi & Mulut
2.4.1. Karies Gigi
1. Pengertian Karies Gigi
Karies gigi (kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam gigi
yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email
(permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke
bagian dalam gigi (Hamsafir 2010). Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan
kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang
dapat menyebabkan nyeri (Gambar 1). Penyakit karies bersifat progresif
dan kumulatif, bila dibiarkan tanpa disertai perawatan dalam kurun
waktu tertentu kemungkinan akan bertambah parah. Walaupun
demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi pada stadium
yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan (Kidd E 2013).

Gambar 1 Karies gigi (Sumber : Fian 2010)


2. Etiologi Karies Gigi
Faktor penyebab karies gigi terdiri dari penyebab dalam individu
dan penyebab luar individu (Gambar 2). Faktor dalam penyebab karies
gigi adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan
proses terjadinya karies gigi antara lain host, mikroorganisme, substrat
dan waktu. Sedangkan faktor luar individu adalah status ekonomi,
keluarga, pekerjaan, fasilitas kesehatan gigi dan pendidikan kesehatan
gigi yang pernah diterima (Rahmawati 2011). Selain faktor- faktor yang
ada didalam mulut yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat
faktor- faktor yang tidak langsung yang disebut faktor resiko luar, yang

10
merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies.
Faktor luar antara lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan gigi. Ada dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor
luar yaitu :
a. Faktor Dalam
1) Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan faktor paling penting dalam
proses awal terjadinya karies. Mereka memfermentasi karbohidrat
untuk memproduksi asam.Plak gigi merupakan lengketan yang
berisi bakteri produk- produknya, yang terbentuk pada semua
permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara
kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan.
Asam terbentuk dari hasil fermentasi sakar diet oleh bakteri di
dalam plak gigi. Sumber utamanya adalah glukosa yang masuk
dalam plak gigi, sedangkan kuantitatif, sumber utama glukosa
adalah sukrosa. Penyebab utama terbentuknya asam tadi adalah
S.Mutans serotipe c yang terdapat di dalam plak karena kuman ini
memetabolisme sukrosa menjadi asam lebih cepat dibandingkan
kuman lain (Kidd E 2013).
2) Host
Terbentuknya karies gigi diawali dengan terdapatnya plak
yang mengandung bakteri pada gigi.Oleh karena itu kawasan gigi
yang memudahkan pelekatan plak sangat memungkinkan diserang
karies. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut
adalah :
o Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar; pit
bukal molar dan pit palatal insisif.
o Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik
kontak.
o Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi
gingiva.

11
o Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah
tempat melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva
karena penyakit periodonsium.
o Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengeper.
o Permukaman gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan
jembatan.
3) Substrat
Penelitian menunjukkan bahwa makanan dan minuman
yang bersifat fermentasi karbohidrat lebih signifikan
memproduksi asam, diikuti oleh demineralisasi email. Tidak
semua karbohidrat benar-benar kariogenik. Produksi
polisakarida ekstraseluler dari sukrosa lebih cepat dibandingkan
dengan glukosa, fruktosa, dan laktosa. Sukrosa merupakan gula
yang paling kariogenik, walaupun gula lain juga berpotensi
kariogenik (Taringan 2014).
4) Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali
mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan
bahwa proses karies tersebut terdiri dari saliva ada di dalam
lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam
hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.
Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik
untuk menghentikan penyakit ini (Kidd E, Sally J:2013).

Gambar 3. Faktor Terjadinya Karies (Sumber : Fian 2010)


b. Faktor Luar

12
Beberapa faktor luar individu penyebab terjadinya karies gigi,
yaitu : (Tarigan 2014 )
1. Ras
Amat sulit menentukan pengaruh ras terhadap terjadinya
karies gigi. Namun, keadaan tulang rahang suatu ras bangsa
mungkin berhubungan dengan presentase karies yang semakin
meningkat atau menurun. Misalnya, pada ras tertentu dengan
rahang sempit sehingga gigi - geligi pada rahang sering tumbuh
tak teratur. Dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini akan
mempersulit pembersihan gigi, dan ini akan mempertinggi
persentase karies pada ras tersebut.
2. Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan oleh Milhahn-Turkeheim
yang dikutip dari Tarigan pada gigi M1, didapat hasil bahwa
persentase karies gigi pada wanita lebih tinggi dibanding denga
pria. Dibanding dengan molar kanan, persentase karies molar
kiri lebih tinggi karena faktor penguyahan dan pembersihan dari
masing-masing bagian gigi.
3. Usia
Sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari gigi-geligi:
a. Periode gigi campuran, disini molar 1 paling sering terkena
karies.
b. Periode pubertas (remaja) umur antara 14-20 tahun. Pada
masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat
menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut
menjadi kurang terjaga. Hal inilah yang menyebabkan
persentase karies lebih tinggi.
c. Umur antara 40-50 tahun. Pada umur ini sudah terjadi
retraksi atau menurunnya gusi dan papil sehingga, sisa-sisa
makanan sering lebih sulit dibersihkan.
4. Makanan

13
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut,
pengaruh ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
 Komposisi dari makanan yang menghasilkan energi.
Misalnya: karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serta
mineral-mineral. Unsur-unsur tersebut berpengaruh pada
masa pra-erupsi serta pasca-erupsi dari gigi geligi.
 Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan.
Makanan yang bersifat membersihkan gigi. Makanan
merupakan penggosok gigi alami, tentu saja akan
mengurangi kerusakan gigi. Makanan bersifat
membersihkan gigi ini adalah apel, jambu air, bengkuang,
dan lain sebagainya. Sebaliknya makanan-makanan yang
lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi, seperti
coklat, biskuit, dan lain sebagainya. Karies terjadi ketika
proses remineralisasi menjadi lebih lambat dibandingkan
proses demineralisasi.
Remineralisasi gigi dapat terjadi pada pH lingkungan yang bersifat:
a. Sedikit jumlah bakteri kariogenik
b. Keberadaan fluoride
c. Gagalnya substansi penyebab metabolisme bakteri
d. Peningkatan sekresi saliva
e. Kemampuan buffer yang tinggi
3. Klasifikasi Karies
Klasifikasi karies menurut G.V. Black (1924) dibagi menjadi 5
kelas yang diuraikan dibawah ini :

Gambar 3. Klasifikasi G.V Black

14
4. Faktor Terjadinya Karies
Terjadinya karies dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor
antara lain adalah faktor:
a. Gigi
 Komposisi: susunan zat yang membentuk gigi dapat dipengaruhi
karies. Misalnya, pada gigi yang saat pembentukkannya
kekurangan vitamin, mineral, dan sebagainya.
 Posisi: letak gigi dalam lengkungannya. Misalnya, gigi yang
berdesak – desakan memudahkan tertimbunnya sisa – sisa
makanan dan mempermudah terjadinya karies.
 Morfologi: bentuk gigi, misalnya gigi yang permukaan oklusalnya
mempunyai banyak ceruk dan fissure yang dalam akan
memudahkan tertimbunnya sisa makanan.
b. Saliva
Banyaknya jumlah saliva berfungsi membersihkan. Sifat
bakterisida: didalam saliva terdapat zat enzim yang mempunyai
daya mematikan bakteri. Jumlahnya banyak dan potensinya tidak
sama pada setiap orang.
c. Diet
Macam makanan: makanan yang mengandung gula terutama
refined karbohidrat. Bentuk makanan: makanan yang mengandung
serat membantu membersihkan gigi (self cleansing food), misalnya
bengkuang, apel, jambu dll.
5. Pencegahan Karies Gigi
Menurut Putri (2012) Pencegahan karies gigi bertujuan untuk
mempertinggi taraf hidup dan memperpanjang kegunaan gigi didalam
mulut melalui cara sebagai berikut:
a. Mempertinggi resistensi gigi terdapat deklasifikasi, dengan cara:
 Menambahkan fluor dalam jumlah yang sesuai di dalam air
minum terutama sebelum gigi erupsi.
 Aplikasi fluor topikal, pasta gigi yang mengandung fluor atau
berkumur dengan larutan fluor.

15
 Menghalangi pembentukan dan menghilangkan dengan
segera faktor penyerang di sekitar gigi.
 Memperbanyak makanan yang menyehatkan gigi. Jenis
makanan yang membantu membersihkan gigi, seperti buah
buahan dan sayur-sayuran.
 Melakukan kontrol ke tenaga kesehatan gigi 6 bulan sekali.
2.4.2. Gingivitis
1. Pengertian gingivitis
Menurut Pratiwi dan Mumpuni (2013), gingivitis adalah
peradangan pada gusi. Gingivitis adalah inflamasi gingiva pada
kondisi gingivitis tidak terjadi kehilangan perlekatan. Pada
pemeriksaan klinis terdapat gambaran kemerahan di margin gingiva.
2. Penyebab terjadinya gingivitis
Faktor-faktor etiologi penyakit gingiva dapat diklasifikasikan
dengan berbagai dan berdasarkan keberadaannya menurut Dalimunte
(1996), faktor tersebut dapat diklasifikasikan atas:
 Faktor lokal
Dental plaque adalah deposit lunak yang membektuk
biofilm yang menumpuk kepermukaan gigi atau permukaan
keras lainnya dirongga mulut seperti restorasi lepasan dan
cekat.
Dental calculus adalah massa terkalsifikasi yang melekat
kepermukaan gigi asli maupun gigi tiruan. Biasanya calculus
terdiri dari plaque bakteri yang telah mengalami mineralisasi.
Berdasarkan lokasi perlekatannya di kaitkan dengan tepi
gingiva, calculus dapat dibedakan atas calculus supragingiva
dan subgingiva.
Material alba adalah deposit lunak, bersifat melekat,
berwarna kuning atau putih keabu-abuan, dan daya melekatnya
lebih rendah dibandingkan plaque dental. Dental stain adalah
deposit berfigmen pada permukaan gigi. Debris /sisa makanan.
 Faktor sistemik

16
Faktor-faktor sistemik adalah faktor yang diubungkan
dengan kondisi tubuh, yang dapat mempengaruhi respon
periodontium terhadap penyebab lokal. Faktor-faktor sistemik
tersebut adalah :
 Faktor-faktor endokrin (hormonal) meliputi: pubertas,
kehamilan, dan monopouse.
 Gangguan dan defisiensi nutrisi meliputi: defisiensi
vitamin.
 Defisiensi protein serta obat-obatan meliputi : obat-obatan
yang menyebabkan hiperplasia gingiva non inflamatoris
dan kontrasepsi hormonal.
 Penyakit hematologis: leukimia dan anemia.
3. Proses Terjadinya Gingivitis

Menurut Besford (1996), proses terjadinya gingivitis dibagi


menjadi beberapa tahap yaitu:
Tahap pertama : Plak yang terdapat pada gigi dekat gusi
menyebabkan gusi menjadi merah (lebih tua dari merah jambu),
sedikit membengkak (membulat, dan bercahaya, tidak tipis dan
berbintik seperti kulit jeruk), mudah berdarah ketika disikat (karena
adanya luka kecil pada poket gusi), tidak ada rasa sakit.
Tahap kedua : Setelah beberapa bulan atau beberapa tahun
peradangan ini berlangsung. Plak dapat menyebabkan serabut paling
atas antara tulang rahang dan akar gigi membusuk, dan ini diikuti
dengan hilangnya sebagian tulang rahang pada tempat perlekatan.
Poket gusi juga menjadi lebih dalam dengan penurunan tinggi tulang
rahang, gusi tetap berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah
ketika disikat, tetapi tidak terasa sakit.
Tahap ketiga : Setelah beberapa bulan tanpa pembersihan plaque
yang baik, dapat terjadi tahap ketiga. Saat ini akan lebih banyak lagi
tulang rahang yang rusak dan gusi semakin turun, meskipun tidak
secepat kerusakan tulang.gusi menjadi lebih dalam (lebih dari enam
mm), karena tulang hilang, gigi menjadi sakit, goyang dan kadang-

17
kadang gigi depan mulai bergerak dari posisi semula. Kemerahan,
pembengkakan, dan perdarahan masih tetap seperti sebelumnya, dan
tetap tidak ada rasa sakit.
Tahap keempat : Tahap-tahap ini biasanya terjadi pada usia 40-
an atau 50-an tahun, tetapi terkadang dapat lebih awal. Setelah
beberapa tahun lagi tetap tanpa pembersihan plaque yang baik dan
perawatan gusi, tahap terkhir dapat dicapai, sekarang kebanyakan
tulang di sekitar gigi telah mengalami kerusakan sehingga beberapa
gigi menjadi sangat goyang, dan mulai sakit, pada tahap ini
merupakan suatu tahap gingivitis yang di biarkan, sehingga
gingivitis terus berlanjut ketahap paling paling akut yaitu
periodontitis.
4. Tanda - Tanda Gingivitis
Gingivitis merupakan tahap awal dari penyakit periodontal,
gingivitis biasanya ditandai dengan tanda-tanda sebagai berikut:
o Adanya peradangan pada gingiva.
o Perubahan warna gingiva.
o Perubahan tekstur gingiva.
o Perubahan posisi dari gingiva.
o Perubahan kontur gingiva.
o Adanya rasa nyeri.
2.5 Penggunaan dan pengaplikasian Pasta Gigi yang Benar
Menyikat gigi merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan oleh
sebagian besar manusia untuk menjaga kesehatan dan kebersihan rongga
mulutnya. Kegiatan menggosok gigi biasanya dilakukan dua kali dalam sehari.
Kemampuan menggosok gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang
cukup penting untuk perawatan kesehatan gigi dan mulut. Menggosok gigi
dngan menggunakan pasta gigi dengan cara yang benar dapat mencegah
timbulnya plak dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
mengganggu kesehatan gigi dan mulut (Santi 2019).
Abrasi gigi merupakan hilangnya substansi gigi melalui proses mekanis
yang abnormal. Abrasi pada daerah servikal banyak ditemukan pada orang

18
dewasa yang menyikat gigi dengan cara yang kurang benar. Abrasi yang
terjadi berbentuk irisan atau parit berbentuk 'V' pada akar diantara mahkota
dan gingival. Hal ini mengakibatkan gigi menjadi sensitif ketika menerima
rangsangan termis baik panas maupun dingin. Abrasi dapat terjadi pada setiap
gigi, tapi biasanya lebih banyak terjadi pada daerah servikal bagian bukal gigi
kaninus dan premolar di kedua rahang. Tingginya prevalensi pada lesi abrasi
sangat berkaitan dengan frekuensi pada saat menyikat gigi.
Tindakan menyikat gigi yang baik dan benar serta pemilihan sikat gigi
yang benar dibutuhkan agar terhindar dari masalah kesehatan gigi. Metode
yang tidak tepat dapat menyebabkan beberapa kerusakan seperti resesi
gingival, abrasi gigi, gigi sensitive dan gigi menjadi rapuh.

Gambar 2.5 Kelainan gigi oleh karena kesalahan menyikat gigi


Masalah abrasi gigi sering kali diabaikan oleh masyarakat, padahal
pemeriksaan klinis kasus abrasi gigi ternyata masih banyak ditemui. Keadaan
abrasi gigi banyak terlihat di daerah leher gigi yang dapat terjadi pada setiap
orang, terutama orang - orang yang mempunyai kebiasaan menyikat gigi yang
salah dan penggunaan sikat gigi yang berbulu keras dan sikat gigi yang tidak
layak untuk dipakai tetapi mash digunakan. Abrasi gigi banyak terjadi pada
orang dewasa dan hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai penyebab dan akibat abrasi gigi tersebut. Abrasi lebih lanjut juga
dapat beresiko pada fraktur (patah) pada daerah servikal gigi.
Pada awalnya penggunakan sikat gigi dengan pasta gigi hanya bersifat
sebagai alat kosmetik yang mempunyai efek untuk mengobati penyakit mulut
dan mencegah karies gigi. Hal ini kemudian membuat produsen pasta gigi
mulai menambahkan bahan herbal sebagai bahan anti bakterial tambahan

19
yang dipercaya tidak memiliki efek samping bagi tubuh manusia. Pasta gigi
herbal yang beredar dipasaran mengandung bahan-bahan herbal pilihan
sebagai bahan anti bakterial tambahan dalam pasta gigi, salah satunya adalah
daun sirih dan jeruk nipis. Penggunaan daun sirih sebenarnya sudah dikenal
sejak lama oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan untuk menginang yang
diyakini dapat menguatkan gigi, menghentikan perdarahan gusi dan dapat
juga digunakan sebagai obat kumur. Bahan herbal lain yang sering digunakan
adalah jeruk nipis yang banyak mengandung senyawa kimia yang bermanfaat
seperti asam sitrat, asam amino (triptofan dan lisin), minyak atrisi (limonene,
linalool asetat, grenalin asetat, fellandren, sitral, lemon kamfer, kadinen
(aktihadehid dan analdehid), vitamin A, B, dan C1 yang dapat membuat
menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulut (Famzi 2020).
Pemilihan sikat gigi yang tepat untuk menyikat gigi merupakan salah
satu upaya dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Satu tinjauan
sistematis dari American Dental Association (ADA) menemukan bahwa sikat
gigi dengan bentuk bulu bertingkat atau bulu bersudut memiliki kinerja yang
lebih baik dalam menghilangkan plak daripada sikat gigi dengan bulu datar.
ADA juga memberikan rekomendasi penggunaan sikat gigi dengan bulu sikat
yang lembut untuk meminimalkan risiko abrasi gingiva walaupun sikat gigi
dengan bulu sedang (kelembutannya) juga efektif dalam menghilangkan plak
dan biofilm.

Gambar 2.5 (1) Contoh sikat gigi anak-anak

20
Gambar 2.5 (2) Contoh sikat gigi dewasa
Faktor lain dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah
pemilihan pasta gigi yang tepat juga. Komposisi merupakan hal yang penting
untuk dipertimbangkan dalam memilih pasta gigi. Pada umumnya, komposisi
pasta gigi terdiri dari bahan abrasif, bahan aktif, bahan perasa dan pewarna,
serta bahan-bahan lainnya. Secara garis besar, komposisi pasta gigi terbagi
menjadi dua kategori, yaitu bahan aktif yang memiliki efek teraupetik dan
bahan inaktif yang merupakan media penghantar bahan aktif (Febrida 2023).

Gambar 2.5.3 Penggunaan pasta gigi yang benar


FDI World Dental Federation menganjurkan penggunaan pasta gigi
dengan konsistensi fluoride antara 1000-1500 ppm dengan biavailabilitas ion
fluoride minimal 800 ppm. Di Indonesia, semua produk pasta gigi harus
memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan SNI. Untuk pasta gigi dewasa,
kadar fluor yang diisyaratkan yaitu 800-1500 ppm, dan untuk pasta gigi anak
kadar fluor yang diisyaratkan yaitu 500-1000 ppm (Febrida 2023).
 Kandungan Pada Pasta Gigi
1. Fluoride
Fluoride adalah salah satu bahan terpenting dalam kandungan
pasta gigi, sebab bahan ini dapat mengurangi risiko karies gigi.
Penurunan prevalensi karies gigi yang tercatat di negara-negara maju

21
selama 30 tahun terakhir diketahui erat kaitannya dengan penggunaan
pasta gigi berfluoride.
Bakteri di mulut hidup dari gula dan pati yang menempel pada
gigi setelah makan. Fluoride membantu melindungi gigi dari asam
yang dilepaskan bakteri saat memakan gula dan pati tersebut.
Fluoride bekerja dalam dua cara. Pertama, fluoride membuat
enamel gigi lebih kuat sehingga dapat mencegah kerusakan gigi dari
asam yang dilepaskan oleh bakteri. Kedua, fluoride dapat
memineralisasi kembali daerah gigi yang mulai membusuk sehingga
kerusakan tidak cepat terjadi.
2. Agen Abrasif
Kandungan selanjutnya yang tak kalah penting dalam pasta gigi
adalah agen abrasif ringan. Agen abrasif merupakan bahan kasar yang
telah dimondifikasi untuk membantu menghilangkan kotoran dan noda di
permukaan gigi. Dengan bantuan dari sikat gigi agen abrasif akan
membersihkan gigi dari sisa makanan yang masih menempel. Beberapa
contoh agen abrasif yang sering digunakan untuk membuat pasta gigi
adalah kalsium karbonat, gel silika terdehidrasi, aluminium oksida
terhidrasi, magnesium karbonat, garam fosfat dan silikat.
3. Perasa
Ini termasuk pemanis buatan seperti sakarin yang sering
ditambahkan pada pasta gigi untuk membuat rasanya lebih baik. Rasa
pasta gigi biasanya merupakan campuran dari beberapa komponen. Pasta
gigi tersedia dalam banyak rasa, seperti rasa mint, lemon-lime, dan
bahkan rasa permen karet serta buah-buahan untuk anak-anak. Mayoritas
orang lebih memilih pasta gigi yang memiliki rasa mint yang membuat
mulut terasa segar dan bersih, meskipun hanya beberapa menit. Sensasi
ini biasanya timbul karena kandungan perasa dan detergen dalam pasta
gigi yang menyebabkan iritasi ringan pada mukosa mulut.
4. Humektan
Bahan ini digunakan dalam pasta gigi untuk mencegah hilangnya
air dalam pasta gigi, sehingga produk ini tidak menjadi keras ketika

22
terkena udara saat dibuka. Humektan yang paling sering digunakan
adalah gliserol dan sorbitol. Sayangnya, sorbitol dengan dosis besar dapat
menyebabkan diare karena bertindak sebagai pencahar osmotik. FAO dan
WHO merekomendasikan penggunaan sorbitol dibatasi sebesar 150
mg/kg per hari. Oleh karena itu, penggunaan 60-70% pasta gigi yang
mengandung sorbitol oleh anak kecil harus diawasi oleh orang tua.
5. Zat pengikat
Zat pengikat merupakan koloid hidrofilik yang mengikat air dan
digunakan untuk menstabilkan formulasi pasta gigi dengan mencegah
pemisahan fase padat dan fase cair.
6. Pewarna
Pewarna juga ditambahkan ke pasta gigi, seperti titanium dioksida
untuk pasta putih dan berbagai pewarna makanan untuk pasta atau gel
berwarna.
7. Deterjen
Pasta gigi bisa berbusa karena adanya kandungan deterjennya.
Deterjen dalam pasta gigi bersifat ringan, sehingga tidak mengiritasi
jaringan mulut yang sensitif. Fungsinya kurang lebih serupa dengan
bahan lainnya, yaitu untuk membantu membersihkan penumpukan plak
pada gigi. Deterjen yang paling umum ditemukan dalam pasta gigi adalah
natrium lauril sulfat. Bahan ini berasal dari minyak kelapa atau minyak
inti sawit. Meski ada rumor yang beredar bahwa natrium lauril sulfat
berbahaya, bahan ini telah digunakan dengan aman selama lebih dari 50
tahun.
A. Cara Pemilihan Pasta Gigi yang Benar
 Perhatikan kandungan dalam pasta gigi
Fluoride terbukti efektif dan dinyatakan aman oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) serta para dokter gigi di seluruh dunia dalam
mencegah gigi berlubang serta mampu melindungi dan memperkuat
lapisan enamel gigi melalui proses remineralisasi. Proses remineralisasi
adalah proses pengembalian mineral gigi yang hilang akibat asam yang
berasal dari bakteri dan makanan atau minuman bergula.

23
 Memeriksa kandungan bahan aktif.
Senyawa ini memiliki fungsi untuk membantu melepaskan sisa-sisa
makanan, bakteri dan noda yang menempel pada permukaan gigi. Bahan
aktif yang umum digunakan sebagai agen abrasif dalam pasta gigi adalah
gel silika dehidrasi, aluminium oksida terhidrasi, magnesium, karbonat,
garam fosfat, dan silikat.
Bahan aktif ini berperan untuk menjaga tekstur pasta gigi agar tetap
lembap ketika terkena suhu ruang. Adapun bahan yang terkandung dalam
humektan adalah gliserol, propilen, sorbitol, dan glikol.
Bahan aktif yang termasuk dalam pengental adalah mineral colloids.
Bahan-bahan ini akan dicampurkan dalam pasta gigi dan memberikan
tekstur yang unik. Bahan aktif ini memiliki fungsi untuk menghasilkan
busa ketika menggosok gigi. Busa ini akan berperan dalam merontokkan
plak dan sisa makanan yang menempel. Contoh deterjen yang umum
digunakan adalah natrium lauril silfat dan natrium lauril sarkosinat.
 Jangan menggunakan pasta gigi yang memiliki kandungan zat iritan
Pada kasus tertentu seperti seseorang yang memiliki gigi berlubang
terdapat sejumlah bahan aktif yang termasuk sebagai zat iritan atau
alergen yang sebaiknya tidak digunakan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
- Asam sitrat
- Natrium lauril sulfat
- Propilen, glikol
- PEG-8, PEG-12, PEG-1450
- Cocamidopropyl betaine
- Parabens
- Pirofosfat
- Triclosan

B. Teknik Menyikat Gigi


Menyikat gigi dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain
teknik horisontal, vertikal, roll, Charter, Bass, Stillman-McCall, dan
kombinasi. Teknik kombinasi adalah teknik yang paling sering digunakan

24
pada umumnya. Teknik ini menggabungkan teknik horisontal (maju mundur),
teknik vertikal (atas bawah), dan teknik sirkuler (memutar). Sehingga dengan
teknik ini semua bagian gigi dapat terjangkau oleh sikat gigi (Prasetyowati
dkk 2018).
Cara menggosok gigi yang benar menurut Kementrian Kesehatan RI
adalah :

Gambar 9. Cara menyikat gigi yang benar


1. Menyiapkan sikat gigi dan pasta yang mengandung Fluor. Banyaknya
pasta kurang lebih sebesar sebutir kacang tanah (1/2 cm).
2. Berkumur-kumur dengan air bersih sebelum menyikat gigi.
3. Seluruh permukaan gigi disikat dengan kombinasi selama 2 menit
(setidaknya 8 kali gerakan setiap 3 permukaan gigi).
4. Berikan perhatian khusus pada daerah permukaan antara gigi dan gusi.
5. Lakukan hal yang sama pada semua gigi atas bagian dalam. Ulangi
gerakan yang sama untuk permukaan bagian luar dan dalam semua
gigi atas dan bawah.
6. Untuk permukaan bagian dalam gigi rahang bawah depan, miringkan
sikat gigi. Setelah itu, bersihkan gigi dengan gerakan sikat yang benar.
7. Bersihkan permukaan kunyah dari gigi atas dan bawah dengan
gerakan maju-mundur dan berulang-ulang.
8. Sikat lidah dengan satu gerakan.
9. Janganlah menyikat terlalu keras terutama pada pertemuan gigi
dengan gusi, karena akan menyebabkan email gigi rusak dan gigi
terasa ngilu.

25
10. Setelah menyikat gigi, berkumurlah 1 kali saja agar sisa fluor masih
ada di gigi.
11. Sikat gigi dibersihkan dengan air dan disimpan tegak dengan kepala
sikat diatas.
12. Waktu menyikat gigi sebaiknya setiap setelah makan kita menyikat
gigi, tapi hal ini tentu saja agak merepotkan. Hal yang terpenting
dalam memilih waktu menyikat gigi adalah pagi hari sesudah makan
dan malam hari sebelum tidur.
C. Dental Floss
Dental floss atau benang gigi adalah benang yang terbuat dari nilon
filamen atau plastik monofilament tipis,berlilin maupun tidak berlilin yang
digunakan untuk menghilangkan sisa makanan dan plak bagian
interproksimal. Penggunaan benang gigi umumnya direkomendasikan
untuk mencegah gingivitis dan penumpukan plak. Terdapat 2 jenis dental
floss yang sering digunakan, yaitu dental floss biasa (tanpa holder) dan
dental floss holder (Wijaya dkk 2019).

Gambar 10. Cara menggunakan dental floss


D. Menyikat Lidah
Kebersihan lidah tidak kalah penting dari kebersihan gigi. Lidah
dapat menjadi sarang tumbuhnya bakteri selain di gigi dan gusi. Lidah
yang kotor dapat membuat nafas bau. Menyikat lidah sebaiknya dilakukan
setelah menyikat gigi pagi dan malam hari sebelum tidur, menggunakan
bulu sikat sebanyak 1 kali atau dengan menggunakan sikat lidah.

26
Gambar 11. Cara membersihkan lidah
E. Kontrol Periodik
Kontrol periodik adalah pengawasan dan pengendalian keadaan
kesehatan gigi dan mulut pasien dengan cara melakukan pemeriksaan dan
deteksi dini penyakit yang dilakukan seusai selang waktu yang telah
ditetapkan. Kontrol periodik kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan
setiap 6 bulan sekali.

27
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat akan dilaksanakan
pada tanggal 4 Januari pukul 14.00 wita.
3.2 Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat dilaksanakan
di Bale Banjar Desa Tunjuk Tengah-Tabanan, Kecamatan Tabanan-Bali.
3.3 Sasaran Masyarakat
Sasaran peserta penyuluhan kepada masyarakat yaitu masyrakat Desa
Tunjuk Tengah-Tabanan.
3.4 Tim Pelaksanaan
Tabel 1.1 Tim Pelaksana Penyuluhan Masyarakat
No. Nama NPK/NPM Keterangan
Dr. drg. G A Yohanna Lily,
1. 826903221 Dosen Pengampu
M.Kes
Anggota
2. Ibramsyah MD 2206129012033
Pelaksana
3. Mayra Shanti 2206129012045 Ketua Pelaksana
Ni Putu Ayu Mas Mitha Anggota
4. 2206129012048
Canisca Putri Pelaksana
Gusti Ayu Nindina Narasty Anggota
5. 2206129012049
Putri Pelaksana
Nisrina Khansa Salsabila Anggota
7. 2206129012050
Aritonang Pelaksana

28
BAB IV
SIMPULAN
Kesehatan gigi dan mulut adalah indikator utama kesehatan secara
keseluruhan, kesejahteraan, dan kualitas hidup. Kesehatan gigi dan mulut
merupakan keadaan rongga mulut, termasuk gigi geligi dan struktur jaringan
pendukungnya terbebas dari rasa sakit dan penyakit seperti kanker mulut dan
tenggorokan, infeksi luka mulut, penyakit periodontal (gusi), kerusakan gigi,
kehilangan gigi, serta penyakit dan gangguan lain yang membatasi kapasitas
individu dalam menggigit, mengunyah, tersenyum, dan berbicara.
Menyikat gigi merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan oleh
sebagian besar manusia untuk menjaga kesehatan dan kebersihan rongga
mulutnya. Kegiatan menggosok gigi biasanya dilakukan 2 kali dalam sehari.
Kemampuan menggosok gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup
penting untuk perawatan kesehatan gigi dan mulut. Menggosok gigi dngan
menggunakan pasta gigi dengan cara yang benar dapat mencegah timbulnya plak
dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat mengganggu
kesehatan gigi dan mulut.

29
DAFTAR PUSTAKA

Besford, J., 1996, Mengenal Gigi Anda, Petunjuk Bagi Orang Tua Edisi 2, Jakarta,
EGC, h. 127-30

Carranza FA, Rapley JW, Haake SK. Gingival Inflammation In: Carranza FA,
Newman MG, Takei HH (Eds). Carranza’s Clinical Periodontology 9th ed.
Philladelphia: W. B. Saunders Co. 2003:263-267.

Dalimunte, S.H. 1996. Pengantar Periodontitis, Medan, Universitas. Sumatera


Utara.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Gingivitis. www.unud-235-1187112885-


s2Indirawati tesis.Di akses tanggal 26 Januari 2016

Deynilisa, Saluna. 2016. Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta : EGC

Edwina, Kidd dan Sally Joyston. 2013. Dasar - Dasar Karies. Jakarta : EGC

Erwana, A. F. 2013. Seputar kesehatan gigi dan mulut. Yogyakarta: Rapha


Publishing.

Fedi, P.F., Vernino, A.R., Gray, J.L. Alih bahasa: Amaliya Ed 4. 2004. Silabus.
Periodonti. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran. pp. 6-10, 13.

Fian, M. 2010. Gambar Karies. http://kariesgigidanpencegahan.com diakses pada


15 Januari 2018

G.V. Black. 1924. Klasifikasi Karies. Terjemahan oleh : Deynilisa, Saluna,


Jakarta : EGC

Gintu, A.R., Kristian, E.B.E. and Martono, Y., 2020. Karakterisasi Pasta Gigi
Berbahan Abrasif Hidroksiapatit (HAp). Jurnal Kimia Riset, 5(2), pp.120-
126.

30
Hidayanti, Kuswardani dan Gustria. 2012. Pengaruh Kebersihan Gigi Dan Mulut
Dengan Status Gingivitis Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalah Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2012. Majalah
Kedokteran Andalas No.2. Vol.36I., pp. 215-224

Hidayat, R. 2016. Tandiari A. Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Andi Offset.

Kemenkes, R. I. 2012. Buku panduan pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut di
masyarakat. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Manson, J.D. & Eley, B.M. 1993. Buku Ajar Periodonti Edisi 2. Jakarta,
Hipokrates, h. 1-240

Mumpuni, Y. dan Pratiwi, E. 2013. 45 Masalah dan Solusi Penyakit Gigi dan
Mulut. Yogyakarta : Rapha Publishing

Pratiwi, D. 2009. Gigi Sehat. Jakarta : Kompas Media Nusantara

Putri M.H, Herijulianti E, Nurjannah N. 2010 . Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan.


Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC

Ramadhan, A.D. 2010. Serba-serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Bukune. Jakarta

Srigupta A. 2004. Perawatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher

Sukanto, S., 2015. Takaran Dan Kriteria Pasta Gigi Yang Tepat Untuk Digunakan
Pada Anak Usia Dini (Apropriate Amount And Creteria Of Tooth Paste
Used For Early-Aged Children). STOMATOGNATIC-Jurnal Kedokteran
Gigi, 9(2), pp.104-109.

Tarigan, Rasinta. 2014. Karies Gigi. Jakarta : EGC.

31

Anda mungkin juga menyukai