Anda di halaman 1dari 84

Kata Pengantar

Gigi dan mulut merupakan pintu gerbang masuknya makanan dan minuman yang
diperlukan bagi tubuh manusia agar sehat

Perlu diingat bahwa selama manusia masih hidup berapa pun gigi dan seluruh rongga
mulut untuk mengunyah makanan.Karena itu sangat penting menjaga kesehatan gigi dan
mulut .Bila masyarakat mau membiasakan diri dengan cara menyikat gigi sesudah makan dan
sering memeriksa gigi dengan cermin untuk melihat bila ada gigi yang berlubang dan karang
gigi kemudian periksa ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali maka masyarakat tidak akan
merasakan sakit gigi dan pada anak –anak yang mengalami pergantian gigi dari gigi sulung
ke gigi permanen,pencabutan gigi sulun g bisa tepat pada waktunya sehingga susunan giginya
akan lebih baik.Suatu perkecualian yaitu apbila penderita mengalami trauma,cedera pada gigi
dan rongga mulut karena kecelakaan maka gigi dan seluruh rongga mulut akan terasa sakit.

Harapan kami,agar masyarakt peduli dengan kesehatan gigi dan rongga mulutnya
sehingga tercipta masyarakat yang sehat tubuhnya.Hal ini akan membantu generasi yang akan
datang mempunyai gigi yang lebih sehat dan tubuh yang sehat sehingga bisa bekerja dan
beraktivitas dengan lebih baik.

Semoga dengan memiliki dan membaca makalah ini dengan teliti,bisa bermanfaat bagi
kesehatan tubuh pada umumnya dan kesehatan gigi pada khususnya.Karena banyak penyakit
dan kelainan gigi didalam rongga mulut bisa dicegah bila masyarakt mengerti dan mau
berusaha agar kesehatan gigi dan mulutnya menjadi lebih baik dengan cara menerapkan pola
hidup sehat,mendisiplinkan diri agar membersihkan gigi sesudah makan,serta mau
memeriksakan diri ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

Dengan adanya bantuan pemerintah berupa Kartu Sehat serta keikutsertaan masyarakat
pada Asuransi kesehatan atau sistem jaminan sosial kesehatan ,peluang ini agar
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan derajad kesehatannya termasuk kesehatan
giginya.

Ucapan syukur dan rasa terima kasih saya kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga
makalah ini dapat saya selesaikan.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada keluarga (suami dan anak –anak )yang telah
memberi semangat dan sebagai pemberi saran dalam pembuatan dan penyelesaian makalah
ini.

Juga ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dengan
memberikan sebagian referensi dan saran-saran kepada saya,menulis sepatah atau dua kata
dalam membantu proses pembuatan makalah.
Bab I
Pendahuluan

I.1 Latar belakang

Masih banyak masyarakat yang tidak menyadari bagaimana pentingnya gigi-giginya


yang sehat dan terawat.Sebagian masyarakat baru merasakan pentingnya gigi yang sehat
apabila sudah merasakan sakit gigi.

Gigi dan gusi yang tidak sehat dapat menjadi sumber infeksi yang menyebabkan
penyakit di bagian tubuh yang lain.

Penyakit infeksi,penyakit gigi dan gusi masih merupakan penyakit yang banyak dijumpai
pada masyarakat indonesia.

Gigi busuk disebabkan gigi yang berlubang,tempat bersarangnya bakteri streptococcus


dan dibiarkan tidak terawat sehingga pulpa gigi yang berisi pembuluh darah dan syaraf
menjadi mati dan mengalami peradangan kronis,berbau busuk dan merupakan sumber infeksi
yang menyebabkan berbagai penyakit di bagian tubuh yang lain.

Kesehatan gigi dan rongga mulut mempunyai pengaruh pada kesehatan tubuh pada
umumnya dan sebaliknya kesehatan tubuh akan berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut.

Hal ini disebabkan bakteri atau toxin(racun)bakteri dari rongga pulpa maupun dari
pocket(saku)periodontal,menyebar melalui pembuluh darah dan pembuluh getah
bening(limpe),masuk kedalam bagian tubuh seperti jantung,persendian,kepala,ginjal,dan lain-
lain sehingga menimbulkan penyakit pada bagian tubuh yang bersangkutan.

Pocket periodontal terjadi karena saku gusi bertambah dalam sebagai akibat
bertumpuknya karang gigi yang terbentuk dari plak.Plak yaitu kumpulan bakteri dari sisa
makanan yang melekat pada gigi kemudian plak mengendap,berakumulasi,lama-kelamaan
mengeras dan menjadi karang gigi.

Penyakit-penyakit pada gigi dan rongga mulut yang bisa menyebabkan penyakit pada
tubuh seperti peradangan pada sendi,demam rheumatik,penyakit pada katup jantung,penyakit
pada ginjal,peradangan pada pharynx(hulu kerongkongan),tekanan darah tinggi,sakit
kepala,sakit telinga,pembengkakan di bawah mata,gangguan sendi rahang,batuk alergi,asma
bronchiale,nyeri lambung ,penyakit kulit.

Kebiasaan yang baik dan disiplin memelihara dan membersihkan badan termasuk
membersihkan gigi dan rongga mulut harus sudah dimulai sejak dini sehingga generasi
penerus terbiasa dengan pola hidup sehat.

Tata cara perilaku hidup dan pengetahuan serta penerapan hygiene perorangan akan
berpengaruh pada kesehatan gigi dan rongga mulut yang selanjutnya mempunyai dampak
pada kesehatan masyarakat,maka perlu diadakan penyuluhan kesehatan dan pendidikan
tentang disiplin membersihkan gigi dan rongga mulut setelah makan serta pola hidup sehat
kepada masyarakat.

Tujuan kami menulis dan mengarang makalah dengan judul tersebut adalah masih
banyak masyarakat yang belum mengerti mengenai Hubungan Gigi Berlubang dengan Sakit
Kepala dan kadang –kadang walaupun sudah mengerti,masyarakat masih takut berobat serta
enggan periksa ke pelayanan kesehatan.

Kesehatan merupakan investasi untuk menunjang kualitas kehidupan yang lebih


baik,termasuk didalamnya peningkatan didalamnya peningkatan pemeliharaan di bidang
kesehatan gigi dan mulut,mulai dari ibu hamil,bayi saat lahir ,balita,remaja hingga dewasa
sampai usia lanjut karena setiap orang pasti membutuhkan gigi dan mulutnya untuk makan
seumur hidupnya.

I.2 Rumusan masalah

Berdasar latar belakang diatas dapat dirumuskan masaalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah bagian –bagian dari gigi?


2. Bagaimanakah yang terjadi bila gigi mengalami kerusakan?
3. Adakah hubungannya kerusakan yang terjadi pada gigi terhadap pusing kepala?

I.3 Tujuan masalah

a) Tujuan umum

Memberikan pengetahuan terhadap masyarakat agar mengerti betapa pentingnya


kesehatan gigi dan rongga mulut dan mempunyai keinginan untuk menjaganya supaya
tidak terjadi kerusakan pada gigi geligi diperoleh sehingga diperoleh kualitas
kehidupan yang lebih baik.

b) Tujuan khusus
1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang apa sajakah bagian-bagian dari
gigi.
2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar mengantisipasi apabila gigi
mengalami kerusakan.
3. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat supaya mengetahuai hubungan pusing
kepala dengan rusaknya gigi.

I.4 Manfaat penelitian


a) Secara teoritis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta memberi pengalaman kepada
masyarakat dalam melakukan pengawasan langsung terhadap gigi dan rongga mulut agar
terhindar dari kerusakan yang serius.

b) Secara praktis
Untuk membantu masyarakat menyikapi bila timbul keluhan mengenai gigi sehingga
mempunyai keinginan segera periksa gigi ke pelayanan kesehatan gigi
Bab II
Tinjauan Pustaka

II.1 Anatomi Gigi dan Jaringan Pendukungnya


II.1.Berdasarkan bentuk dan fungsinya,gigi dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1. Gigi Seri(incisivus)
 Bentuknya tegak,dengan ujung mahkota giginya yang berbentuk garis
horizontal seperti sekop tanah atau seperti pahat.
 Terletak pada bagian depan lidah dan hanya memiliki satu buah akar.
 Pada manusia dewasa memiliki 8 buah gigi seri yaitu pada rahang bawah 4
dan pada rahang atas 4.
 Fungsinya untuk memotong dan mengiris atau mengerat makanan .

2. Gigi Taring (caninus)


 Bentuknya tegak dengan ujung yang tajam ,runcing.
 Terletak berdampingan dengan gigi seri.
 Pada manusia dewasa berjumlah 4 buah yaitu pada rahang bawah 2 dan
rahang atas 2.
 Fungsinya untuk merobek dan mengoyak makanan.

3. Gigi geraham kecil (premolar)


 Bentuknya tegak agak lebar dan rendah dibandingkan dua jenis gigi
diatas,agak bulat dengan dataran pengunyah ada tonjolan dan berlekuk-
lekuk.
 Terletak berdekatan dengan gigi taring dan memiliki dua buah akar.
 Pada manusia dewasa berjumlah 8 buah yaitu pada rahang bawah 4 dan
pada rahang atas 4
 Fungsinya untuk menggiling,menggilas dan mengunyah makanan.

4. Gigi geraham besar (molar)


 Bentuknya hampir sama dengan gigi premolar hanya saja agak lebih besar
dengan beberapa tonjolan pada mahkotanya.
 Terletak berdampingan dengan gigi premolar dan memiliki akar tiga,ada
juga yang akar tunggal dan akar dua.
 Pada manusia dewasa memiliki 12 buah yaitu pada rahang bawah 6 dan
pada rahang atas 6
 Fungsinya untuk menggilas,melumat,menghancurkan dan menghaluskan
makanan dalam proses pengunyahan.

II.2 Berdasarkan usia giginya,gigi manusia dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

1. Gigi susu (gigi sulung)


 Merupakan gigi yang tumbuh pada manusia pada saat kita berusia sekitar 6
bulan.
 Gigi yang umumnya tumbuh pertama kalinya adalah gigi seri yang terletak
pada bagian tengah gigi.
 Seiring bertambahnya usia manusia,gigi susu akan tanggal satu persatu dan
kemudian digantikan dengan gigi permanent.
 Umumnya gigi mulai tanggal saat anak berusia 4-6 tahun.
 Secara keseluruhan gigi susu berjuml;ah 20 buah yaitu 8 buah gigi seri,4 buah
gigi taring dan 8 buah gigi molar.
2. Gigi dewasa (Permanent)
 Merupakan gigi yang menggantikan gigi sulung yang tanggal dan akan
menjadi gigi untuk seumur hidupnya.
 Gigi permanent tidak akan tanggal dengan sendirinya,kecuali terjadi
keabnormalan.
 Jumlah gigi permanet secara keseluruhan adalah 32 buah yaitu 8 buah
gigi seri,4 buah gigi taring,8 buah gigi premolar,12 buah gigi molar.
II.3 Berdasarkan bagian-bagian giginya,tersusun atas 3 bagian utama yaitu:

1. Mahkota gigi (puncak)


 Merupakan bagian yang tampak dari luar dan tampak diatas permukaan gusi.
 Lapisan ini terlihat berwarna putih karena dilapisi oleh stuktur email gigi.
 Masing-masing jenis gigi memiliki bentuk mahkota yang bervariasi.

2. Leher Gigi (cervical gigi )


 Merupakan bagian yang sudah tertanam kedalam gusi.
 merupakan pembatas antara mahkota dengan akar gigi.

3. Akar gigi (radix)


 Merupakan bagian yang tertanam didalam rahang dan tertutup oleh gusi sehingga
tidak tampak dari luar.
 Pada beberapa jenis gigi,setiap jenis gigi dapat memiliki jumlah akar yang
berbeda ada yang memiliki 2 akar dan adapula yang memiliki 3 akar.

Mahkot

Leher

Akar
II.4 Berdasarkan struktur giginya,terbagi atas beberapa lapisan-lapisan yang membentuk gigi
yaitu:
1. Enamel atau email
 adalah lapisan luar gigi yang bisa dilihat.
 Lapisan ini mengandung 5% air dan 95% zat inorganik hidroksi apalit (senyawa
kalsium fospat) dan zt organik (protein dan mukopolisakarida).
 Enamel merupakan bagian paling terkuat dalam tubuh manusia. Bagian ini bahkan
lebih kuat daripada tulang. Akan tetapi, enamel rentan dengan asam dan
penumpukan bakteri. Enamel bisa menjadi larut atau rusak jika terkena zat
tersebut.
 Mencegah kerusakan enamel
Sebagian besar dokter gigi menyarankan agar tidak minum banyak soda.Hal ini
karena adanya kandungan gula dan asam di dalam minuman tersebut yang bisa
melarutkan enamel. Hal ini juga berlaku untuk minuman diet karena mengandung
asam korosif bahkan jika minuman tersebut tidak mengandung banyak gula.Selain
itu soda rasa jeruk memiliki kadar asam tinggi daripada soda lainnya dan karena
itu lebih berisiko untuk diminum.Minuman olahraga dan minuman energi juga
mengandung kadar asam yang tinggi asam sehingga harus dihindari.
 Fungsi enamel
Enamel berfungsi untuk melindungi gigi dari kerusakan.Ketika mengunyah gigi
berisiko untuk rusak karena adanya aktivitas mengunyah makanan.
Saraf-saraf di gigi sensitif terhadap suhu, makanan panas atau dingin dapat
menyebabkan gigi sakit.Akan tetapi, enamel akan membuat gigi tidak akan sakit
ketika seseorang makan atau minum sesuatu yang panas atau dingin.

enamel
2. Dentin
 Dentin adalah zat antara email (zat di mahkota) atau semen (zat di akar) dari gigi
dan ruang pulpa.
 Dentin disekresikan oleh odontoblast pulpa gigi.
 Pembentukan dentin dikenal sebagai dentinogenesis.
 Yang menyerap, bahan warna kuning tersusun atas 70% bahan anorganik, 20%
bahan organik, dan 10% air.
 Karena lebih lembut daripada email, dentin membusuk lebih cepat dan menjadi
sasaran lubang hebat jika tak dirawat sebagaimana mestinya.
 Namun tetap berlaku sebagai lapisan protektif dan menyokong mahkota gigi.
 Dentin merupakan jaringan konektif termineralisasi dengan matrik organik protein
berkolagen. Komponen anorganik dentin terdiri atas dahllite.
 Dentin mengandung struktur mikroskopis yang disebut pipa dentin yang
merupakan kanal berukuran kecil yang menyebar ke luar melalui dentin dari
lubang pulpa pada batas semen luar. Kanal-kanal itu memiliki konfigurasi berbeda
antara lain dalam jarak diameter antara 0,8 dan 2,2 mikrometer. Panjangnya
tergantung radius gigi. 3 konfigurasi dimensional pipa dentin di bawah kontrol
genetis dan kemudian ciri khas urutan.

Dentin
3. Pulpa (gigi)
 Pulpa adalah bagian tengah gigi yang terdiri dari jaringan ikat serta sel-sel yang
disebut odontoblas. Pulpa terletak di bawah dentin.
 Pulpa terdiri dari beberapa bagian, yaitu tanduk pulpa, ruang pulpa (di bagian
tengah mahkota gigi), saluran gigi (di bagian akarnya), foramen apikal (tempat
masuknya jaringan pulpa ke rongga pulpa dalam bentuk lubang di ujung akar
gigi), supplementary canal (percabangan saluran pulpa di dekat ujung akar yang
berjumlah dua atau lebih), dan orifice (pintu masuk yang menghubungkan ruang
pulpa dengan salurannya).
 Fungsi utama pulpa gigi adalah untuk membentuk dentin (dengan menggunakan
odontoblas).
 Peradangan pulpa dikenal dengan sebutan pulpitis. Pulpitis bisa sangat
menyakitkan dan mungkin memerlukan penanganan berupa root canal therapy
atau terapi endodontik.

Pulpa

II.5 Berdasarkan jaringan penyangga/pendukung gigi terbagi atas:

1. Sementum adalah zat kalsifikasi khusus yang menutupi akar gigi .Sementum adalah
bagian dari periodonsium yang menempel gigi ke tulang alveolar dengan anchoring
ligamen periodontal .
a) Struktur
 Cementum terletak di sekitar molar manusia
 Sel-sel sementum adalah cementoblast yang terperangkap, semenocytes.
 Setiap cementocyte terletak di lacuna , mirip dengan pola yang tercatat di
tulang.
 Lacunae ini juga memiliki canaliculi atau kanal.
 Tidak seperti pada tulang, bagaimanapun, kanal-kanal ini dalam sementum
tidak mengandung saraf, juga tidak memancar keluar.
 Sebaliknya, kanal-kanal berorientasi pada ligamen periodontal
 dan mengandung proses-proses sementositik yang ada untuk menyebarkan
nutrisi dari ligamentum karena ia mengalami vaskularisasi.
 Setelah aposisi sementum dalam lapisan, cementoblast yang tidak menjadi
terperangkap dalam sementum berbaris di sepanjang permukaan sementum
sepanjang penutup luar ligamen periodontal. Cementoblast ini dapat
membentuk lapisan sementum selanjutnya jika gigi terluka.
 Serabut Sharpey adalah bagian dari serat kolagen utama ligamen periodontal
yang tertanam di sementum dan tulang alveolar untuk melekatkan gigi ke
alveolus.

b) Fungsi
 Menahan gigi pada socket tulang dengan perantaraan serabut prinsipal
ligament periodonsium.
 Mengompresi keausan struktur gigi karena pemakalan,dengan pembentukan
sementum terus menerus.
 Memudahkan terjadinya pergeseran gigi.
 Memungkinkan penyusunan kembali serabut ligamen periodonsium secara
terus menerus.

c) Sambungan Cementoenamel
 persimpangan Cementoenamel
 Sementum bergabung dengan enamel untuk membentuk sambungan
cementoenamel (CEJ), yang disebut sebagai garis serviks .
 Tiga jenis antarmuka transisi mungkin ada di CEJ.
 Pandangan tradisional adalah bahwa antarmuka tertentu mendominasi rongga
mulut tertentu.
 CEJ dapat menunjukkan semua antarmuka ini dalam rongga mulut individu,
dan bahkan ada variasi yang cukup ketika satu gigi ditelusuri secara
melingkar.

d) Persimpangan Dentinocemental
 Ketika cementoid mencapai ketebalan penuh yang dibutuhkan, cementoid
yang mengelilingi cementocytes menjadi termineralisasi, atau matang, dan
kemudian dianggap sementum.
 Karena aposisi sementum di atas dentin, sambungan dentinocemental (DCJ)
terbentuk. Antarmuka ini tidak seperti yang didefinisikan,baik secara klinis
atau histologis, seperti yang dari sambungan dentinoenamel (DEJ),
 mengingat bahwa sementum dan dentin adalah latar belakang embriologi yang
umum, tidak seperti enamel dan dentin.
 The dentinocemental junction (DCJ) adalah area yang relatif halus pada gigi
permanen,
 dan perlekatan sementum ke dentin kuat tetapi tidak dipahami sepenuhnya.

e) Jenis
 Dua macam sementum terbentuk: aselular dan seluler.
 dan serat dapat bersifat intrinsik atau ekstrinsik.menghasilkan empat
kemungkinan permutasi:
 sementum pertama yang terbentuk selama perkembangan gigi adalah
sementum ekstrinsik ekstraseluler.
 Lapisan sementum adalah jaringan hidup yang tidak menggabungkan sel
kedalam strukturnya dan biasanya mendominasi pada setengah akar koronal.
 sementum seluler terjadi lebih sering pada setengah apikal.

f) Komposisi
 Cementum sedikit lebih lunak daripada dentin dan terdiri dari sekitar 45%
hingga 50% bahan anorganik ( hydroxylapatite )
 berdasarkan berat dan 50% hingga 55% bahan organik dan air berdasarkan
berat.
 Bagian organik terutama terdiri dari kolagen dan proteoglikan .
g)
Karakteristik
 Cementum adalah avaskular, menerima nutrisi melalui sel-sel yang tertanam
sendiri dari ligamen periodontal vaskular sekitarnya.
 sementum berwarna kuning muda dan sedikit lebih ringan daripada dentin . Ini
memiliki kandungan fluoride tertinggi dari semua jaringan termineralisasi.
 Cementum juga dapat digunakan untuk berbagai material. Ini terbentuk terus
menerus sepanjang hidup karena lapisan sementum baru disimpan untuk
menjaga keterikatan utuh sebagai lapisan superfisial sementum usia.
 Cementum pada ujung akar mengelilingi foramen apikal dan dapat meluas
sedikit ke dinding bagian dalam kanalis pulpa.

h) Pengembangan
 Cementogenesis
 Cementum disekresikan oleh sel-sel yang disebut cementoblast di dalam akar
gigi dan paling tebal di puncak akar.
 Cementoblasts ini berkembang dari sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi
dalam jaringan ikat dari folikel gigi atau kantung.
 Tidak seperti ameloblas dan odontoblas , yang tidak meninggalkan badan
seluler dalam produk yang disekresikan mereka, selama langkah-langkah
selanjutnya dalam tahap aposisi.
 banyak dari cementoblas menjadi terperangkap oleh sementum yang mereka
hasilkan, menjadi sementosit.
 Jadi sekali lagi, sementum lebih mirip dengan tulang alveolar, dengan
osteoblasnya menjadi osteosit yang terjerat .
 Cementum mampu memperbaiki dirinya sendiri hingga tingkat terbatas, tetapi
tidak beregenerasi. dan tidak diserap dalam kondisi normal.

i) Signifikansi klinis
 beberapa resorpsi akar dari bagian apikal dari akar dapat terjadi,
 jika tekanan ortodontik berlebihan dan gerakannya terlalu cepat.
 Beberapa ahli juga menyetujui jenis ketiga sementum, afibrillar sementum
, yang kadang-kadang meluas ke enamel gigi.
 Penumpukan berlebihan sementum pada akar gigi adalah kondisi patologis
yang dikenal sebagai hypercementosis . Ketebalan semen dapat meningkat
pada ujung akar untuk mengkompensasi keausan atrisis permukaan oklusal
/ insisal dan erupsi gigi pasif.

 Ketika sementum terkena melalui resesi gingiva,


 Sementum dengan cepat mengalami abrasi oleh gesekan mekanis karena
kandungan mineralnya yang rendah dan ketipisannya.
 karena penurunan gingiva terjadi baik dari trauma atau penyakit
periodontal.
 Ini adalah kondisi kronis yang membentuk lesi, dangkal yang besar dan
perlahan-lahan menyerang pertama sementum akar

 Insiden karies semen meningkat pada orang dewasa yang lebih tua
 Paparan dentin yang lebih dalam dapat menyebabkan masalah seperti
pewarnaan ekstrinsik dan hipersensitivitas dentin
 dan kemudian dentin menyebabkan infeksi kronis pada pulpa.
 Karena sakit gigi adalah temuan yang terlambat, banyak lesi yang tidak
terdeteksi sejak dini, yang mengakibatkan hambatan restoratif dan
kehilangan gigi yang meningkat.

 Cementicles adalah massa kalsifikasi kecil, berbentuk bulat atau ovoid yang
tertanam di dalam atau melekat pada lapisan sementum pada permukaan akar
gigi, atau terbaring bebas di dalam ligamen periodontal .
 Taji spemental dapat ditemukan di atau dekat CEJ. Ini adalah bola simetris
sementum yang melekat pada permukaan akar sementum, mirip dengan
mutiara email. Taji spemental dihasilkan dari deposisi sementum yang tidak
teratur pada akar.
 Mereka dapat menyajikan beberapa masalah klinis dalam diferensiasi dari
kalkulus dan dapat dicatat pada radiografi. Namun, karena mereka adalah
jaringan gigi yang keras, mereka tidak mudah diangkat, dan dengan demikian
juga dapat mengganggu perawatan periodontal.
j) Studi DNA
 Sebuah penelitian arkeologi 2010 menemukan bahwa sementum memiliki
lima kali jumlah DNA mitokondria dibandingkan dengan dentin yang
biasanya diambil sampelnya.
 Gigi semakin digunakan sebagai sumber DNA nuklir untuk membantu
identifikasi sisa-sisa manusia. Ekstraksi DNA dan hasil analisis genetik dari
jaringan sangat bervariasi dan sampai batas tertentu tidak dapat diprediksi.
 Namun, kuantitas DNA yang tersedia di dentin dipengaruhi oleh usia dan
penyakit gigi, sedangkan pada sementum tidak.

Cementum

2. Serat periodontal atau Ligamen periodontal


biasanya disingkat sebagaiperiodontal,adalah sekelompok serat jaringan ikat khusus
yang pada dasarnya menempelkan gigi ke tulang alveolar di mana ia duduk. Ini
menyisipkan ke sementum akar satu sisi dan ke tulang alveolar di sisi lain.

a) Struktur
Ligamen periodontal terdiri dari:
 serat utama, Kelompok serat utama adalah ligamen alveolodental, yang terdiri
dari lima subkelompok serat:
 puncak alveolar( Serat puncak alveolar )
Serat alveolar crest ( I ) berjalan dari bagian servikal akar ke puncak tulang
alveolar.
 Horizontal( Serat horisontal )
Serat horisontal ( J ) menempel pada sementum apikal ke serat puncak
alveolar dan berjalan tegak lurus dari akar gigi ke tulang alveolar.
 Oblique( Serat miring )
Serat miring ( K ) adalah serat yang paling banyak dalam ligamen
periodontal, berjalan dari sementum dalam arah miring untuk dimasukkan
ke tulang secara koronal. Serat-serat ini menahan gaya vertikal & intrusif.
 Apikal( Serabut apikal)
Serabut apikal ditemukan memancar dari sementum di sekitar puncak akar
ke tulang, membentuk dasar soket atau alveolus.
 interradicular pada gigi multirooted( Serat interradicular)
Serat interradicular hanya ditemukan di antara akar-akar gigi multirooted,
seperti premolar dan molar. Mereka memperpanjang dari sementum
radikular ke tulang alveolar interradicular.

 serat transseptal
 Serat transseptal ( H ) meluas secara interproksimal di atas puncak tulang
alveolar
 dan tertanam dalam sementum gigi yang berdekatan
 mereka membentuk ligamentum interdental
 Serat-serat ini menjaga semua gigi sejajar
 Serat ini dapat dianggap sebagai milik jaringan gingiva karena tidak
memiliki perlekatan tulang.

 Jaringan ikat longgar( Sambungan jaringan ikat longgar)


 Jaringan koonektif longgar mengandung serat, matriks ekstraseluler, sel,
saraf dan pembuluh darah.
 Kompartemen ekstraseluler terdiri dari tipe 1, 3, dan 5 ikatan serabut
kolagen yang tertanam
 dalam substans interseluler.
 Serat kolagen periodontal dikategorikan menurut orientasi dan lokasi
sepanjang gigi.
 Sel-sel termasuk fibroblast, sel-sel pertahanan dan sel-sel mesenkimal
yang tidak berdiferensiasi.
 sel blast dan clast,

 Serat Oxytalan
 Serat Oxytalan unik untuk periodontal dan elastis di alam.
 Ini menyisipkan ke sementum dan berjalan di 2 arah, sejajar dengan
permukaan akar dan miring ke permukaan akar.
 Fungsi ini dianggap mempertahankan potensi pembuluh darah selama
pemuatan oklusal. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan
fungsi serat oksitalan.

 Cell Rest of Malassez (Sel Istirahat dari Malassez)


 Kelompok-kelompok sel epitel ini menjadi terletak di periodontal yang
matang setelah disintegritas
 dari selubung akar epitel Hertwig selama pembentukan akar.
 Mereka membentuk pleksus yang mengelilingi gigi.
 Sel Istirahat Malassez mungkin menyebabkan pembentukan kista di
kemudian hari
serat ini membantu gigi menahan kekuatan tekan besar secara alami yang
terjadi selama mengunyah dan semua tetap tertanam di tulang. Ujung dari
serat utama yang berada dalam sementum semu atau tulang alveolar dianggap
serat Sharpey.

b) Komposisi
 Substansi periodontal diperkirakan memiliki 70% air,
yang diduga memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan gigi untuk
menahan beban stres. Kelengkapan dan vitalitas PDL sangat penting untuk
fungsi gigi.
 Rentang periodontal lebarnya dari 0,15 hingga 0,38 mm dengan bagian
tertipisnya terletak di sepertiga tengah akar. Lebar semakin menurun seiring
bertambahnya usia.
 periodontal adalah bagian dari periodonsium yang menyediakan perlekatan
gigi ke tulang alveolar di sekitarnya melalui sementum.
 Periodontal muncul sebagai ruang periodontal 0,4 hingga 1,5 mm pada
radiografi, area radiolusen antara radiopak lamina dura dari tulang alveolar
yang tepat dan sementum radiopak.

c) Pengembangan
 Sel periodontal adalah salah satu dari banyak sel yang berasal dari folikel gigi
dan ini terjadi setelah pembentukan mahkota selesai dan ketika akar mulai
berkembang.
 Sel-sel ini akan merombak folikel gigi untuk membentuk periodontal.
 Pembentukan periodontal akan dimulai pada persimpangan cementoenamel
dan berlanjut ke arah apikal. .
d) Fungsi
Fungsi periodontal bersifat
 Suportif (Dukungan)
 Periodontal adalah bagian dari periodonsium yang menyediakan
perlekatan gigi ke tulang alveolar di sekitarnya melalui sementum.
 Serat periodontal juga memberikan peran dalam transfer beban antara gigi
dan tulang alveolar.
 Serabut periodontal menyerap dan mengirimkan kekuatan antara gigi dan
tulang alveolar, berfungsi sebagai pendukung yang efektif selama fungsi
pengunyahan.

 Sensoris(Sidik sensorik)
 Periodontal sangat disarafi itu melibatkan mekanoreception, nociception
dan refleks. Mekanoreceptor periodontal hadir diperiodontal.
 Mereka akan mengirimkan informasi tentang gigi,arah dan kekuatan yang
distimulasi.

 Nutrisi(Nutrisi)
 Ini mempertahankan vitalitas sel sekitarnya (periodontal sangat
anastomosed).
 Ada 3 sumber utama pembuluh darah yaitu:
 pembuluh apikal, Pembuluh apikal berasal dari pembuluh yang
memasok pulpa.
 pembuluh perforantes Pembuluh perforata berasal dari lamina dura dan
pembuluh melubangi dinding soket (cribriform plate).
 dan pembuluh gingiva, Pembuluh gingival berasal dari jaringan
gingiva.
 Lapisan luar suplai darah di periodontal dapat membantu dalam suspensi
mekanik dan dukungan gigi.
 sementara lapisan dalam pembuluh darah memasok jaringan periodontal
sekitarnya.

 Remodeling (Renovasi )
 Ada sel-sel progenitor dalam ligamen periodontal yang dapat
berdiferensiasi
 menjadi osteoblas untuk pemeliharaan fisiologis tulang alveolar

dan kemungkinan besar untuk perbaikannya juga.

e) Signifikansi klinis
 Injury
 Ketika kekuatan traumatik dari oklusi ditempatkan pada gigi,periodontal
melebar untuk mengambil kekuatan ekstra. Dengan demikian, trauma oklusal
awal dapat dilihat pada radiografi sebagai pelebaran ruang ligamen
periodontal. Penebalan lamina dura sebagai respons juga dimungkinkan.
Secara klinis, trauma oklusal dicatat oleh manifestasi akhir dari peningkatan
mobilitas gigi dan kemungkinan adanya migrasi gigi patologis.
 Kerusakan pada periodontal dapat menyebabkan ankilosis gigi pada tulang
rahang , membuat gigi kehilangan kemampuan erupsi berkelanjutannya.
 Trauma gigi , seperti subluksasi , dapat menyebabkan robekannya periodontal
dan nyeri saat fungsi (makan).
 Sel periodontal dari gigi avulsi berisiko mengering dan desikasi jika dibiarkan
dalam penyimpanan kering. Penyimpanan basah dalam cairan isotonik,
meskipun metode superior untuk penyimpanan kering, dapat mempertahankan
vitalitas periodontal tergantung pada medium tetapi tidak untuk waktu yang
tidak terbatas. Semua ini dapat menyebabkan hilangnya vitalitas periodontal
dan tergantung pada lamanya penyimpanan, ini dapat mempengaruhi
keberhasilan replantasi berikutnya.

 Penyakit
 Bagian epitelial Malassez dapat menjadi kistik, biasanya membentuk lesi
apikal nondiagnostik, radiolusen yang dapat dilihat pada radiografi. Ini terjadi
sebagai akibat peradangan periapikal kronis setelah pulpitis terjadi dan harus
diangkat secara operasi.
 Periodontal juga mengalami perubahan drastis dengan penyakit periodontal
kronis yang melibatkan struktur periodontium yang lebih dalam dengan
periodontitis. Serat periodontal menjadi tidak teratur, dan keterikatannya
dengan tulang alveolar yang tepat atau sementum melalui serat Sharpey hilang
karena resorpsi dari dua jaringan gigi keras ini.
 Pathological rusak atau berpenyakit periodontal dapat mengakibatkan
penyembuhan yang tertunda dari soket alveolar dalam kasus di mana gigi yang
sakit akhirnya diekstraksi.

Ligamen
Periodont

3. Gusi
Gusi atau gingiva (jamak: gingiva ), terdiri dari jaringan mukosa yang terletak di atas
rahang bawah dan rahang atas di dalam mulut . Kesehatan gusi dan penyakit dapat
berdampak pada kesehatan umum.
a) Struktur
 Gusi adalah bagian dari lapisan jaringan lunak mulut. Mereka mengelilingi
gigi dan memberikan segel di sekitar mereka.
 Tidak seperti lapisan jaringan lunak pada bibir dan pipi, sebagian besar gusi
terikat erat pada tulang di bawahnya yang membantu menahan gesekan
makanan yang melewatinya.
 Jadi ketika sehat, ini menghadirkan penghalang yang efektif terhadap rentetan
penghinaan periodontal ke jaringan yang lebih dalam.
 Gusi yang sehat biasanya berwarna merah muda kadang pada orang berkulit
terang, tetapi mungkin secara alami lebih gelap dengan pigmentasi melanin.
 Perubahan warna, terutama peningkatan kemerahan, bersama dengan
pembengkakan dan peningkatan kecenderungan untuk mengeluarkan darah,
menunjukkan peradangan yang mungkin disebabkan oleh akumulasi plak
bakteri .
 Secara keseluruhan, tampilan klinis jaringan mencerminkan histologi yang
mendasari, baik dalam kesehatan dan penyakit.
 Ketika jaringan gusi tidak sehat, itu bisa menjadi pintu gerbang bagi penyakit
periodontal untuk maju ke jaringan yang lebih dalam dari periodonsium , yang
mengarah ke prognosis yang lebih buruk untuk retensi jangka panjang gigi.
 Kedua jenis terapi periodontal dan instruksi homecare yang diberikan kepada
pasien oleh dokter gigi dan perawatan restoratif didasarkan pada kondisi klinis
jaringan.

b) Gusi dibagi secara anatomi menjadi area:


 Marginal gums
 Gusi marginal adalah ujung gusi yang mengelilingi gigi dengan cara
seperti kerah.
 Pada sekitar setengah dari individu, itu dibatasi dari gusi yang berdekatan,
melekat oleh depresi linier dangkal, alur gingiva bebas.
 Depresi ringan pada permukaan luar gusi ini tidak berhubungan dengan
kedalaman sulkus gingiva tetapi sebaliknya ke perbatasan apikal dari epitel
junctional.
 Alur luar ini bervariasi secara mendalam sesuai dengan luas rongga mulut;
alur sangat menonjol pada anterior dan premolar mandibula.
 Gula marginal bervariasi lebar dari 0,5 hingga 2,0 mm dari puncak gingiva
bebas ke gingiva yang menempel.
 Gingiva marginal mengikuti pola scalloped yang dibentuk oleh kontur
sambungan cementoenamel (CEJ) gigi.
 Gingiva marginal memiliki penampilan yang lebih transparan daripada
gingiva yang melekat, namun memiliki penampilan klinis yang sama,
termasuk keliringan, kusam, dan kekencangan.
 Sebaliknya, gingiva marginal tidak memiliki keberadaan stippling, dan
jaringannya bergerak atau bebas dari permukaan gigi yang mendasarinya,
seperti yang dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan periodontal.
 Gingiva marginal distabilkan oleh serat gingiva yang tidak memiliki
dukungan tulang. Margin gingiva, atau lambang gingival bebas, pada
bagian paling dangkal dari gingiva marginal, juga mudah dilihat secara
klinis, dan lokasinya harus dicatat pada bagan pasien.

 Attached gum
 Gusinya melekat terus menerus dengan gusi marginal.
 Ini tegas, ulet, dan terikat erat dengan periosteum tulang alveolar yang
mendasarinya.
 Aspek wajah dari gusi yang melekat meluas ke mukosa alveolar yang relatif
longgar dan bergerak, dari mana itu dibatasi oleh persimpangan mucogingival.
 Getah yang terpasang dapat muncul dengan pemadatan permukaan .
 Jaringan saat dikeringkan kusam, keras, dan tidak bergerak, dengan jumlah
pembulatan yang bervariasi.
 Lebar dari permen yang melekat bervariasi sesuai dengan lokasinya.
 Lebar gusi yang melekat pada aspek wajah berbeda di berbagai area mulut.
 Hal ini umumnya terbesar di wilayah gigi seri (3,5-4,5 mm di rahang atas dan
3,3 hingga 3,9 mm di rahang bawah) dan kurang di segmen posterior, dengan
lebar paling sedikit di daerah premolar pertama (1,9 mm di rahang atas dan 1,8
mm di rahang bawah).
 Namun, tingkat tertentu gusi yang melekat mungkin diperlukan untuk
stabilitas akar gigi yang mendasarinya.
 Gusi interdental
 Gusi interdental terletak di antara gigi. Mereka menempati gingiva embrasure ,
yang merupakan ruang interproksimal di bawah area kontak gigi.
 Papilla interdental bisa berbentuk piramidal atau memiliki bentuk " col ".
 Gusi melekat resisten terhadap kekuatan mengunyah dan tertutup keratin .
 Col bervariasi dalam kedalaman dan lebar, tergantung pada bentangan
permukaan gigi yang bersentuhan.
 Epitel yang menutupi kol terdiri dari gusi marginal gigi yang berdekatan,
kecuali bahwa ia tidak berkeratin.
 Hal ini terutama hadir di gingiva interdental luas gigi posterior, dan umumnya
tidak hadir dengan jaringan interproksimal yang terkait dengan gigi anterior
karena jaringan yang terakhir lebih sempit.
 Dengan tidak adanya kontak antara gigi-geligi yang berdekatan, getah yang
menempel tidak terganggu dari wajah ke aspek lingual.
 Kol mungkin penting dalam pembentukan penyakit periodontal tetapi terlihat
secara klinis hanya ketika gigi diekstraksi.

 Area Interdental
 Ini adalah bagian dari gusi yang memanjang di antara dua gigi sampai titik
kontak.Ada papilla interdental sisi wajah dan papilla interdental sisi lingual.
 Papilla interdental memiliki puncak dan margin yang cekung.Ujung dan
margin tidak terikat dan bagian tengah terlampir.
 Dalam peradangan papilla interdental kehilangan konkavitasnya.

c) Karakteristik gusi yang sehat


 Warna
 Gusi yang sehat biasanya memiliki warna yang telah digambarkan sebagai
"karang merah muda."
 Warna lain seperti merah, putih, dan biru dapat menandakan peradangan (
gingivitis ) atau patologi. Meskipun digambarkan sebagai warna karang
merah muda, variasi warna dimungkinkan.
 Ini bisa menjadi hasil dari faktor-faktor seperti: ketebalan dan tingkat
keratinisasi epitelium , aliran darah ke gusi, pigmentasi alami, penyakit dan
obat-obatan.
 Karena warna gusi dapat bervariasi, keseragaman warna lebih penting
daripada warna yang mendasari itu sendiri.
 Kelebihan deposit melanin dapat menyebabkan bintik-bintik gelap atau
tambalan pada gusi (melanin gingival hyperpigmentation ), terutama di dasar
papila interdental.
 Gum depigmentasi (alias pemutihan karet) adalah prosedur yang digunakan
dalam kedokteran gigi kosmetik untuk menghilangkan perubahan warna ini.

 Contour
 Gusi sehat memiliki penampilan melengkung atau bergigi halus di sekitar
masing-masing gigi.
 Gusi yang sehat mengisi dan menyesuaikan setiap ruang di antara gigi, tidak
seperti papilla gusi bengkak yang terlihat pada gingivitis atau lesi interdental
kosong yang terlihat pada penyakit periodontal.
 Gusi sehat melekat erat pada setiap gigi karena permukaan gusi menyempit ke
"tepi pisau" tipis pada margin gingiva bebas .
 Di sisi lain, gusi yang meradang memiliki margin "bengkak" atau "berguling".

 Texture
 Gusi yang sehat memiliki tekstur yang kuat yang tahan terhadap gerakan, dan
tekstur permukaan sering menunjukkan permulaan permukaan .
 Gusi yang tidak sehat, di sisi lain, sering bengkak dan kurang kuat.
 Gusi yang sehat memiliki tekstur seperti kulit jeruk karena stippling.

a) Reaksi terhadap gangguan


 Gusi yang sehat biasanya tidak memiliki reaksi terhadap gangguan normal
seperti menyikat atau probing periodontal .
 Gusi yang tidak sehat, sebaliknya, akan menunjukkan perdarahan saat probing
(BOP) dan / atau eksudat purulen .
b) Signifikansi klinis
 Mikroekosistem rongga gingiva, yang dipicu oleh residu makanan dan air liur,
dapat mendukung pertumbuhan banyak mikroorganisme, yang sebagian dapat
membahayakan kesehatan.
 Kebersihan mulut yang tidak benar atau tidak cukup dapat menyebabkan
banyak gusi dan gangguan periodontal, termasuk gingivitis atau periodontitis,
yang merupakan penyebab utama kegagalan gigi.
 Studi terbaru juga menunjukkan bahwa steroid anabolik juga terkait erat
dengan pembesaran gingiva yang memerlukan gingivektomi untuk banyak
kasus.
 Resesi gingival adalah ketika ada gerakan apikal dari margin gusi jauh dari
permukaan gigitan (oklusal).
 Ini mungkin menunjukkan peradangan yang mendasari seperti periodontitis
atau pyorrhea ,formasi saku, mulut kering atau perpindahan dari gusi marginal
jauh dari gigi oleh mekanik (seperti menyikat), kimia, atau sarana bedah.
Retraksi gingival, pada gilirannya, dapat mengekspos leher gigi dan
membuatnya rentan terhadap aksi rangsangan eksternal, dan dapat
menyebabkan sensitivitas akar .

Gingiva

4. Proses alveolar
Proses alveolar juga disebut ( tulang alveolar ) adalah tonjolan tulang yang menebal
yang berisi soket gigi ( alveoli gigi ) pada tulang rahang yang menahan gigi . Pada
manusia, tulang yang membawa gigi adalah rahang atas dan rahang bawah ,Bagian
lengkung dari setiap proses alveolar pada rahang disebut lengkungan alveolar .
a) Struktur
 Pada rahang atas dan pada rahang bawah, proses alveolar adalah punggung bukit
membentuk bagian paling tebal dari maxillae.
 Proses alveolar berisi wilayah tulang kompak yang berdekatan dengan ligament
periodontal (periodontal), yang disebut lamina dura ketika dilihat pada radiografi.
 Proses alveolar memiliki tulang pendukung, yang keduanya memiliki komponen
yang sama: serat, sel, zat interseluler, saraf, pembuluh darah, dan limfatik.
 Proses alveolar adalah lapisan dari soket gigi atau alveolus (jamak, alveoli).
 proses alveolar terdiri dari tulang kompak disebut piring kribiform karena
mengandung banyak lubang di mana kanal Volkman lulus dari tulang alveolar ke
periodontal.
 Tulang alveolar yang tepat juga disebut bundle bone [ rujukan? ] Karena serat
Sharpey , bagian dari serat periodontal termineralisasi hanya sebagian di
pinggirannya.
 Puncak alveolar adalah tepi paling servikal dari tulang alveolar yang tepat. Dalam
situasi yang sehat, puncak alveolar sedikit apikal ke cementoenamel junction
(CEJ) sekitar 1,5 hingga 2 mm.
 Tulang alveolar pendukung terdiri dari tulang kortikal dan tulang trabecular.
 Tulang kortikal, atau lempeng kortikal,pelat kortikal ini biasanya sekitar 1,5
hingga 3 mm tebal di atas gigi posterior, tetapi ketebalannya sangat bervariasi
di sekitar gigi anterior.
 Tulang trabecular terdiri dari tulang cancellous yang terletak di antara tulang
alveolar yang tepat dan lempeng tulang kortikal. Tulang alveolar antara dua
gigi yang berdekatan adalah septum interdental (atau tulang interdental).

b) Fitur
 Kandungan mineral tulang alveolar sebagian besar adalah kalsium hidroksiapatit
 tulang alveolar matang dengan berat 60% bahan mineral atau anorganik, 25%
bahan organik, dan 15% air.
 Mineral-mineral kalium, mangan, magnesium, silika, besi, seng, selenium, boron,
fosfor, sulfur, kromium, dan lainnya juga hadir tetapi dalam jumlah yang lebih
kecil.
 Tulang alveolar lebih mudah dirombak daripada sementum, sehingga
memungkinkan pergerakan gigi ortodontik.
c) Signifikansi klinis
 Gangguan perkembangan anodontia (atau hipodonsia, jika hanya satu gigi),
 di mana kuman gigi tidak ada secara kongenital, dapat mempengaruhi
perkembangan proses alveolar. Kejadian ini dapat mencegah proses alveolar dari
maksila atau mandibula dari berkembang.
 Perkembangan yang tepat tidak mungkin karena unit alveolar setiap lengkung gigi
harus terbentuk sebagai respons terhadap kuman gigi di area tersebut.

d) Patologi
 Setelah ekstraksi gigi, gumpalan di alveolus mengisi dengan tulang yang belum
matang, yang kemudian dirombak menjadi tulang sekunder matang.
 kehilangan sebagian atau total gigi, proses alveolar mengalami resorpsi. Tulang
basal yang mendasari tubuh rahang atas atau rahang bawah tetap kurang
terpengaruh, namun, karena tidak perlu kehadiran gigi untuk tetap layak.
 Hilangnya tulang alveolar, ditambah dengan gesekan gigi, menyebabkan
hilangnya tinggi sepertiga bawah dimensi vertikal wajah ketika gigi berada dalam
persilangan maksimum. Tingkat kehilangan ini ditentukan berdasarkan penilaian
klinis menggunakan Proporsi Emas.
 Kepadatan tulang alveolar di daerah tertentu juga menentukan rute yang infeksi
gigi mengambil dengan pembentukan abses, serta kemanjuran infiltrasi lokal
selama penggunaan anestesi lokal.
 Selain itu, perbedaan dalam densitas proses alveolar menentukan area yang paling
mudah dan nyaman dari fraktur tulang yang akan digunakan, jika diperlukan
selama pencabutan gigi yang terkena impaksi.
 Selama penyakit periodontal kronis yang telah mempengaruhi periodontium
(periodontitis), jaringan tulang lokal juga hilang.

Tulang
Alveol

Bab III
Penyakit yang ada dalam gigi dan rongga mulut
III.1 Karies Gigi
A. Definisi karies
1. Karies gigi merupakan penyakit yang telah menyebar luas dan dapat dicegah
tetapisebagian besar penduduk dunia pernah terserang penyakit ini. Karies berasal
dari bahasa Latin yaitu Caries yang berarti lubang gigi (f-buzz.com, 2009)

2. Karies gigi adalah proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi antara
produk-produk mikroorganisme, ludah, bagian-bagian dari makanan dan email
( Houwink, 1993 ).

3. Kehilangan ion-ion mineral secara kronis dan berkelanjutan dari email mahkota atau
permukaan akar yang dirangsang terutama oleh kehadiran flora bakteri tertentu
dengan produknya (Fatmasari, 2004).

4. Proses pembusukan pada gigi yang menimbulkan lubang pada gigi (Depkes RI,
1983).

5. Penyakit jaringan gigi dengan tanda-tanda kerusakan jaringan dimulai daripermukaan


gigi ( pit fisur dan daerah interproximal meluas kearah pulpa (Braver ).

6. Penyakit jaringan keras gigi ( email, dentin, dan sementum ) disebabkan oleh aktivitas
jasad renik dalam karbohidrat yang akan diragikan, ditandai adanya proses
demineralisasi jaringan keras gigi diikuti kerusakan unsur-unsur organik (Sally
Joyston Bechal ).

7. Suatu proses kronis, regresif dimulai dengan larutnya mineral email akibat gangguan
keseimbangan antara email dan sekelilingnya disebabkanoleh pembentukan asam
mikrobial kemudian terjadi destruksi komponen-komponen organik, dan akhirnya
terjadi kavitas (Schuurs).

B. Teori Karies Gigi


1. Miller ( 1989 )
Karies gigi merupakan chemico Parasitic yang di awali dengan perlunakan email dan
dentin sehingga terjadi pelarutan sisa-sisa jaringan yang telah dilunakkan, terkenal
dengan teori Kemoparasiter atau Asidogenik.

2. Gottlieb ( 1944 )
Karies gigi pada pokoknya adalah suatu proses proteolisis oleh produk bakteri bahan
organik di dalam jaringan keras gigi.

3. Kerr ( 1960 )
Karies gigi adalah yang menyerang bagian keras gigi yang menghadap ke rongga
mulut dan ditandai dengan adanya desintegrasi.

4. Agnew ( 1965 )
Karies gigi merupakan penyakit jaringan gigi yang mengalami kalsifikasi dan
disebabkan oleh hasil kerja mikroorganisme pada karbohidrat dan diikuti oleh
dekalsifikasi dari bagian anorganik serta pemecahan komponen organik gigi.

5. Keyes dan Fitzgerald (1960- 1962)


Karies gigi adalah proses infeksi gigi, sebagai hasil akhir proses ini adalah larutnya
komponen anorganik yang disusul oleh komponen organik jaringan gigi yang
mengalami kalsifikasi.

6. Prof. G. V. Black
Menyatakan bahwa urutan frekuensi dari karies gigi dimulai dari daerah gigi pada
permukaan paling tinggi sampai yang paling rendah adalah sebagai berikut :
 Karies yang terjadi pada daerah pit dan fissure.
 Pada daerah permukaan interproksimal karies kelas II dan kelas III ( daerah sela
gigi yang berbatasan dengan gigi sebelahnya).
 Karies pada gingival third bagian fasial dan lingual ( karies terjadi pada daerah
sepertiga gigi dari tepi gusi pada bagian permukaan depan dan belakang
 Karies terjadi pada permukaan rata / halus.
 Daerah yang sukar tejadinya karies disebut daerah imun karies.
C. Klasifikasi karies Gigi (Prof. G. V. Black, )
1. Klasifikasi I
 Karies Primer :
Karies yang terjadi saat serangan pertama pada gigi.
 Karies Sekunder / Recurrent Caries :
Karies yang terjadi pada tepi restorasi gigi yang dikarenakan permukaan yang
kasar, tepi menggantung (overhanging margin), pecahnya bagian-bagian gigi
posterior yang mempunyai kecenderungan karies karena sulit di bersihkan.
2. Klasifikasi II
 Karies Acute / Rampant karies :
Karies yang prosesnya berjalan cepat dan meliputi sejumlah besar gigi geligi.
 Karies Khronis :
Karies yang prosesnya berjalan lambat, mengenai beberapa gigi saja dan
lesinya juga kecil / sempit. Badan masih bisa membuat pertahanan tubuh (
sekunder dentin dan daerah berwarna kehitaman ).
3. Klasifikasi III
 Pit dan Fissure karies :
Karies yang mengenai permukaan kasar gigi yaitu pada bagian pit dan fissure.
 Smooth Surface Cavity :
Karies yang mengenai bagian halus gigi yaitu bagian lingual (dekat lidah),
palatal (dekat langit-langit), bukal (dekat pipi), dan labial (dekat bibir).
4. Klasifikasi IV
 Senile Caries : Karies yang terletak di atas gingival (supra gingival) dan sering
terjadi pada orang yang sudah lanjut usia.
5. Klasifikasi V.
 Recidual Caries : Jaringan karies yang tersisa sesudah dilakukan preparasi
kavitas (penambalan gigi).
6. Klasifikasi VI
 Simple Caries : Karies yang mengenai satu permukaan gigi, misal karies
mengenai bagian lingual saja (bagian gigi dekat lidah).
 Compound Caries : Karies yang mengenai / melibatkan dua permukaan gigi,
misalnya karies mesio oklusal, karies disto oklusal.
 Complex Caries : Karies yang mengenai / melibatkan tiga permukaan atau
lebih, misalnya karies mesio oklusal distal atau karies distal oklusal bukal.
7. Klasifikasi VII.
Klasifikasi karies menurut Prof GV. Black,dibagi dalam lima kelas.
 Karies Kelas I
o Semua karies pada Pit dan fissure yang terjadi pada :
o Permukaan oklusal posterior (permukaan pengunyahan gigi geraham)
o 2/3 bagian oklusal, permukaan bukal dan lingual/palatal gigi posterior (
bagian pengunyahan, permukaan dekat pipi dan dekat lidah/langit-langit
gigi geraham)
o Permukaan palatal incisal insisivus rahang atas.
o Karies pada permukaan halus yang terjadi pada 2/3 oklusal atau incisal
semua gigi.
 Karies kelas II.
o Karies pada permukaan proksimal gigi posterior (sela antar gigi
geraham).
 Karies kelas III.
o Karies pada permukaan proksimal incicivus dan caninus (sela antar
gigi depan), belum melibatkan sudut atau tepi incisal.
 Karies Kelas IV.
o Karies pada permukanan proksiamal incicivus dan caninus (sela antar
gigi depan), sudah melibatkan sudut incisal.
 Karies kelas V
o Karies pada 1/3 gusi (gingival third) permukaan labial (dekat bibir),
lingual (dekat lidah) atau permukaan bukal (dekat pipi) semua gigi.

D. Jenis-jenis
1. Karies Gigi Menurut Kedalamannya (Djuita, 1983).
 Karies Superfisialis yaitu kedalaman karies baru mengenai email saja (sampai
dentino enamel junction), sedangkan dentin belum terkena.
 Karies Media yaitu karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi
setengah dentin.
 Karies Profunda yaitu karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin
dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

2. Bentuk Penampilan Khusus Karies (Houwink, 1993)


 Karies Sika ( Sicca )
o Suatu bentuk yang mendapat sebutan karies sika, dijumpai sebenarnya dalam
keadaan khusus.Pada gigi geligi depan sulung sering dilihat bahwa bagian
bukal pada gigi molar setelah jatuhnya dinding-dinding kavitas mempunyai
sedikit retensi plak.
o Hal ini dapat terjadi pada gigi tetap/permanen terutama dijumpai pada orang
tua. Karena biasanya timbul setelah rusaknya atau larutnya email, karies sika
sebetulnya menyangkut dentin.
o Pada umumnya merupakan suatu keadaan hitam, kenyal seperti kulit, stabil
dan sedikit progresif. Meskipun menyangkut kerusakan besar, pasien tidak
merasakan sakit, tapi hanya masalah estetik.

 Karies Botol
o Suatu bentuk khusus lain karies adalah karies botol. Karies yang berkembang
sangat cepat pada anak-anak balita
o yang selalu minum susu atau minuman manis lainya (di tempat tidur) dari
botol.
o Biasanya banyak gigi yang terkena.

 Karies Tukang Roti


o Merupakan salah satu kelainan dalam mulut yang timbul akibat pekerjaannya
dan sedikit dijumpai.
o Bahan tepung dan gula pada tukang roti, pada pekerja produksi dalam industri
barang dagangan manis-masis yang banyak makan makanan kecil (manis)
menyebabkan orang – orang ini mempunyai banyak karies.
o Terutama pada tukang roti karies terdapat pada permukaan bukal semua gigi.

 Karies Sementum atau karies leher gigi.


o Terjadi bila gingiva terletak pada batas email- sementum terjadi biasanya pada
usia 40 sampai dengan 50 tahun terutama pada permukaan bukal dan
aproksimal.
o Karies ini juga dapat terjadi karena faktor letak dan anatomis gigi yang sukar
untuk dilakukan perawatan penambalan / restoratif.

E. Faktor Penyebab Karies Gigi


1. Faktor Dari Dalam
Menurut (Miller, 1989): Tiga komponen pencetus / penyebab karies yaitu :
a. Host yaitu : gigi
 Komposisi gigi (struktur gigi)
 Struktur gigi pada permukaan email yang cacat akan memudahkan plak
melekat dan terbentuk (Djuita, 1983).
 Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Struktur email sangat
menentukan proses terjadinya karies.
 Struktur email gigi terdiri dari susunan kimia kompleks dengan gugus kristal
yang terpenting, yaitu hidroksil apatit; rumus kimianya: Ca10(PO4)6 (OH)2
(Volker dan Russel, 1973; Newbrun, 1978; Konig dan Hoogendoorn, 1982).
 Elemen kimia lain yang lebih terdapat di permukaan email adalah F, Cl, zn, Pb
da Fe : kandungan karbonat dan magnesium lebih sedikit dibandingkan email
dibawahnya (Newbrun, 1978).
 Volker dan Russel, 1973 mengemukakan, mineralisasi email tidak hanya
melalui pulpa dan dentin saja, tetapi ion-ion dari saliva secara tetap
meletakkan komposisi mineral langsung ke permukaan gigi atau email
(maturasi pasca erupsi).
 Ion kimia paling penting yang diharapkan banyak diikat oleh hidroksil apatit
adalah ion fluor. Dengan penambahan fluor, hidroksil apatit akan berubah
menjadi fluor apatit, yang lebih tahan terhadap asam, lihat persamaan sebagai
berikut :
Ca10 (PO4)6 (OH)2 + F Ca10 (PO4)6 (OHF)
 Morfologi gigi / Anatomi gigi
 Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies.
 Morfologi gigi dapat ditinjau dari dua permukaan yaitu permukaan oklusal dan
permukaan halus.
 Pada permukaan gigi yang cembung, daerah yang terlindung di bawahnya
akan terjadi pengumpulan sisa makanan dan plak sehingga jika tidak
dibersihkan akan mempermudah terjadinya karies (Djuita, 1983).

 Susunan gigi / Posisi gigi


 Posisi gigi yang terletak tidak dalam lengkung rahang yang baik, gigi geligi
akan tumbuh berjejal (crowding) dan saling tumpang tindih (overlapping)
 hal ini akan memungkinkan sisa makanan dan plak lebih mudah tertinggal
diantara gigi tersebut sehingga akan mendukung timbulnya karies, karena
daerah tersebut sulit dibersihkan (Djuita, 1983).

b. Bakteri / Mikroorganisme : Agent


 Mikroorganisme menempel pada gigi bersama dengan plak atau debris.
 Plak gigi adalah endapan lunak yang menempel pada permukaan gigi
berwarna transparan seperti agar-agar mengandung banyak kuman.
 Plak akan tumbuh dan melekat pada permukaan gigi bila kita mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut (Houwink,1993). Plak merupakan media lunak non
mineral yang menempel erat di gigi.
 Plak terdiri dari mikroorganisme 70 % dan bahan antar sel 30 % (Newbrun,
1978).
 Proses pembentukan plak yaitu, beberapa menit setelah permukaan gigi bersih
akan terbentuk pelikel (selaput tipis) yang menempel erat di permukaan gigi.
 Pelikel tersebut adalah glukoprotein, yang berasal dari saliva dan mempunyai
kecenderungan untuk mengikat mikrooraganisme tertentu.
 Setelah 24 jam terbentuk koloni mikroorganisme di pelikel serta akan terikat
bahan lain misalnya karbohidrat dan unsur-unsur yang ada dalam saliva; lalu
terbentuklah plak, Newbrun (1982) menjelaskan bagaimana proses karies
terjadi dalam hubungannya dengan substrat dan mikroorganisme di dalam
plak.
 Fase pertama adalah proses penempelan Streptokokus di pelikel, yaitu antara
Iunidentified protein (glikoprotein) di pelikel dengan permukaan
Streptokokus.
 kedua ialah proses menjadi banyaknya Streptokokus yang menempel dan
terjadi sintesis ekstraseluler glukan dengan mediator sel-sel lain. Streptokokus
bertambah banyak dan sukrosa menjadi padat.
 Metabolisme glukan oleh streptokokus melalui enzim glikociltransferase
menghasilkan energi dan asam laktat dan akan terus terbentuk selama ada
sukrosa. Energi ini diperlukan mikroorganisme.

c. Diet Karbohidrat / substrat : Environment


1. Diet Karbohidrat
 Subrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari
yang menempel di permukaan gigi.
 Jenis makanan keras lebih menghambat terbentuknya plak pada permukaan gigi
dibandingkan dengan jenis makanan yang yang lunak.
 Jenis makanan yang asin juga menghambat terbentuknya plak dibandingkan
dengan makanan yang manis, karena makanan manis merupakan energi bagi
kuman.
 Begitu juga dengan makanan yang cair dapat menghambat terbentuknya plak,
sedangkan makanan yang melekat dapat mempercepat pertumbuhan plak yang
beresiko pada karies (Nio, 1992).
 karbohidrat yang berhubungan dengan proses karies adalah polisakarida,
disakarida dan monosakarida; dan sukrosa terutama mempunyai kemampuan yang
lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibandingkan
karbohirat lainya.
 Pada percobaan in vitro membuktikan plak akan tumbuh bila ada karbohidrat,
 sedangkan karies akan terjadi bila ada plak dan karbohidrat. Bila plak tebal dan
terlihat jelas yang disebut debris.
 Debris lebih banyak mengandung sisa makanan dan plak lebih banyak
mengandung mikroorganisme / bakteri asidogenik dan proteolitik ( Yuwono,
1993).
2. Saliva
 Saliva memegang peranan penting lain yaitu dalam proses terbentuknya plak gigi
 saliva juga merupakan media yang baik untuk kehidupan mikroorganisme tertentu
yang berhubungan dengan karies gigi.
 Flow Rate atau saliva istirahat mempunyai ritme tertentu dalam sehari.
 Viskositas dari saliva yang kental dan tidak jernih akan menghambat pembersihan
sel (agglutination).
 Sedangkan Jika kemampuan buffer saliva turun/berkurang, mulut akan asam
sehingga remineralisasi hilang dan demineralisasi meningkat akhirnya terjadi
perlunakan email gigi (Hand Out, analisa saliva), ( Amirongen, V. N, 1991).

d.Waktu : frekuensi makan


 Waktu disini dimaksudkan kecepatan terbentuknya karies
 serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi (Newbrun, 1978;
Konig dan Hoogendoorn, 1982).
 Faktor waktu menonjol setelah Vipeholm (1954) melakukan penelitian untuk
mengetahui hubungan antara karies dengan frekuensi diet makanan dan minuman
kariogenik. Ternyata ada hubungannya di antara ke duanya (Suwelo, 1992).

2. Faktor Luar
Faktor luar merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat yang berhubungan tidak
langsung dengan proses terjadinya karies.
1. Usia
 Sejalan dengan bertambah usia seseorang, jumlah karies pun akan bertambah.
 Anak yang pengaruh terjadinya karies kuat akan menunjukkan jumlah karies lebih
besar dibandingkan yang kurang kuat pengaruhnya (Finn, 1977; Powell, 1980;
Wycott, 1980).
2. Jenis kelamin
 Volker dan Russel (1973), finn (1977), Powel, 1980 dan Wycoff (1980) cit
Suwelo (1992) mengatakan bahwa prevalensi karies gigi tetap, pada wanita lebih
tinggi dibandingkan pria.
3. Gizi
 Jika kekurangan gizi, maka gigi geligi mudah terserang karies. Jadi gizi
merupakan salah satu faktor yang penting dalam etiologi karies gigi (Kesel cit
Yuwono, 1993).
4. Keturunan
 Kebersihan gigi dan mulut yang buruk akan mengakibatkan prosentase karies
lebih tinggi. Faktor keturunan/genetik merupakan faktor yang mempunyai
pengaruh terkecil dari faktor penyebab karies gigi.
 Walaupun demikian, dari suatu penelitian melibatkan 12 pasang orang tua dengan
keadaan gigi baik, ternyata anak-anak dari pasangan orang tua tersebut sebagian
besar memiliki gigi baik.
 Sedangkan penelitian yang melibatkan 46 pasang orang tua dengan persentase
karies yang tinggi, didapat hanya 1 pasang yang memiliki anak dengan gigi baik,
5 pasang dengan persentase karies sedang dan 40 (empat puluh) pasang dengan
persentase karies tinggi (Suwelo, 1992).
5. Hormonal
 Faktor dapat menjadi pemicu karies karena wanita saat hamil terjadi ketidak
seimbangan hormon yang mengakibatkan terjadinya peradangan gusi,
 sehingga memudahkan perlekatan dari plak, dan memperbesar kemungkinan
terjadinya karies (Kesel cit Yuwono, 1993).
6. Suku bangsa
 Beberapa peneliti menunjukkan ada perbedaan pendapat tentang hubungan suku
bangsa dengan prevalensi karies
 semua tidak membantah bahwa perbedaan ini karena keadaan sosial ekonomi,
pendidikan, makanan, cara pencegahan karies dan jangkauan pelayanan kesehatan
gigi yang berbeda di setiap wilayah tersebut (Finn, 1977; Powel, 1980; Wycoff,
1980 cit Yuwono, 1993).
7. Letak geografis / Lingkungan
 Faktor-faktor yang ditimbulkan akibat letak geografis adalah kemungkinan karena
perbedaan lamanya matahari bersinar, suhu, air, cuaca, keadaan tanah dan jarak
dari laut (Yuwono,1993).
8. Kultur sosial penduduk :
 Faktor yang mempengaruhi perbedaan kultur sosial penduduk adalah pendidikan
dan penghasilan yang berhubungan dengan diet kebiasaan merawat gigi dan lain-
lain.
 Perilaku sosial dan kebiasaan akan menyebabkan perbedaan jumlah karies (Davies
1963 cit Suwelo, 1992).

F. Patogenesis / Patofisiologi Karies Gigi


1. Proses terjadinya karies Menurut Teori Kimia parasit (WD. Miller)
 Enzim dalam air ludah seperti amilase, maltose akan mengubah polisakarida
menjadi glukose dan maltose.
 Glukosa akan menguraikan enzim–enzim yang dikeluarlan oleh mikroorganisme
terutama laktobasilus dan streptokokus akan menghasilkan asam susu dan asam
laktat,
 maka pH rendah dari asam susu ( pH 5,5 ) akan merusak bahan–bahan anorganik
dari email ( 93 % ) sehingga terbentuk lubang kecil (Yuwono, 1993)

Predisposisi untuk terjadinya karies gigi yaitu :


 Keadaan gigi yang porus, lunak ( Hipoplasia )
 Adanya fisur-fisur yang dalam seperti foramen saekum
 Posisi gigi yang tidak teratur
 Pada wanita hamil
 Penderita penyakit Diabetus militus, rematik dan lain lain.

2. Teori endogen-pulpogene phospatase ( CSERNYEI 1932 )


 Proses karies gigi terjadi :
o Kerusakan dentin Cairan limpe terganggu keseimbangannya, terbentuk asam
phosphor lebih banyak dentin dan lamela email rusak terjadi lubang pada
email bakteri dan enzim phosphatase dari air ludah masuk menyebabkan
pembusukan karies membesar.
 Keterangan :
o Karena ada kerusakan pada pulpa maka keseimbangan fluor dan magnesium pada
dentin terganggu ( normal perbandingan fluor dan magnesium adalah 1 : 6,
keadaan karies 1 : 28 ).
o Gangguan penyerapan dentin akan mengakibatkan gangguan aliran limpe dari
pulpa kearah batas email dentin.
o Kerusakan diawali dari tubulus dentin kemudian lamela email. Karena kerusakan
unsur organis dari dentin dan email, maka akan terbentuk ulkus ( lubang ),
o kemudian bakteri akan masuk pada ulkus dan proses perusakan lebih lanjut akan
terjadi. Kerusakan dimulai terutama oleh endogen pulpogen yang mengakibatkan
disregulasi dari sistem limpa gigi ( karena asam phosphor) yang memecah email
dan dentin (Yuwono, 1990).

III.2 Gingivitis
a) Definisi Gingivitis
Gingivitis merupakan perubahan patologis yang disertai adanya tanda-tanda inflamasi.
Gingivitis dapat kita kenal dengan istilah gusi bengkak atau gusi yang meradang.
Miroorganisme mampu menghasilkan produk berbahaya yang dapat menyebabkan
kerusakan pada epitel dan sel – sel jaringan penghubung (conective tissue ) seperti halnya
unsur – unsur pokok interseluler yaitu : colagen, faktor pertumbuhan dan glikolis.
Hasil pelebaran dari sel-sel junctional epitelium pada awal terjadinya gingivitis adalah
merupakan tempat masuknya agen yang berbahaya yang berasal dari bakteri atau bakteri
itu sendiri akan menyebar ke jaringan penghubung.
b) Tahapan Gingivitis
1. Gingivitis tahap I
 Terjadi pelebaran pembuluh darah hal ini merupakan awal terjadinya gingivitis,
akan tetapi secara klinis belum terlalu jelas (sub klinis).
 Gambaran histologi : leukosit dan netrofil PMN meninggalkan kapiler dengan
cara bermigrasi melewati dinding kapiler sehingga jumlahnya meningkat pada
jaringan penghubung Junctional epitelium dan sulcus gingiva.
2. Gingivitis tahap II
 Tanda klinis: Adanya kemerahan ( hiperemi sudah terlihat ) terjadinya pendarahan
pada saat probing .
 Histologi : infiltrasi leucosit dalam jaringan konektive dibawah junctional
epitelium leukasit +_ 75% dan netrofil yang bermigrasi sebagai mana juga sel-sel
plasma.
3. Gingivitis tahap III
 Bertambah beratnya lesi inflamasi, aliran darah bertambah lambat, warna gingiva
menjadi merah kebiruan.
 meningkatnya jumlah sel plasma yang berubah menjadi sel inflamasi,sel plasma
akan menginvasi ke konective tissue tidak hanya dibawah junctional epitelium ,
 akan tetapi ke jaringan yang lebih dalam sekitar pembuluh darah terjadinya
pelebaran pada junctional epitelium dan pada ruangan interseluler diisi dengan
granuler seluler yaitu lisosom yang berasal dari netrofil yang hancur, limfosit dan
monosit,
 lisosom ini mengandung asam hidrolase yang dapat merusak komponen jaringan.
 Aktivitas genolitic meningkat pada inflamasi jaringan gingiva oleh enzim
kologenase.
 Enzim kologenase ini secara normal terdapat pada jaringan gingiva yang dapat di
produksi oleh beberapa bakteri yang berada di dalam mulut dan oleh PMN

c) Pembagian Gingivitis
1. Menurut durasinya
 Gingivitis akut
Adalah suatu kondisi yang sangat nyeri datang tiba-tiba dan durasi waktu yang
singkat.
 Gingivitis sub akut
Merupakan fase lebih ringan dari gingivitis akut.
 Gingivitis rekuren
Adalah gingivitis yang muncul kembali setelah dirawat / hilang dengan sendirinya
kemudian muncul kembali
 Gingivitis kronis
Yaitu : gingivitis yang munculnya perlahan-perlahan, durasi lama, tidak begitu nyeri
kecuali bila disertai eksaserbasi akut. Gingivitis kronis merupakan tipe yang paling sering
dijumpai.

2. Menurut penyebarannya :
 Gingivitis lokalis : mengenai 1 gigi / sekelompok gigi
 Gingivitis general : dapat mengenai seluruh gigi
 Gingivitis marginalis : mengenai marginal gingiva dan juga sebagian attach gingiva.
 Gingivitis papillari : melibatkan papilla interdental sering meluas ke marginal gingiva.
Papilla interdental yang paling sering diserang terutama peradangan bila
dibandingkan marginal gingiva.
 Gingivitis difuse : yang terserang marginal, attache, papilla interdental.

d) Tanda klinis Gingivitis :


 Adanya pendarahan pada gingiva
 Perubahan warna gingiva
 Perubahan tekstur pemukaan gingiva
 Perubahan posisi dari gingiva : resesi dan attofi gingiva
 Perubahan kontur dari gingiva
 Adanya rasa nyeri

e) Perdarahan pada gingiva dapat disebabkan oleh :


1. Faktor lokal
 Adanya inflamasi kronis
 Perdarahan yang bersifat kronis dan rekuren dapat diperparah oleh adanya trauma
mekanik ,
 misalnya : menyikat gigi, food impaksi, mengigit makanan yang keras, bruxism.
 Perdarahan yang bersifat akut
 Terjadinya oleh karena adanya perlukaan dapat pula terjadi secara spontan pada
penyakit gingiva yang akut
 perdarahan oleh perlukaan terjadi adamya laserasi gingiva oleh bulu sikat gigi
pada saat penyikatan yang agresif.
 Bagian tajam dari makanan yang keras dapat menyebabkan perdarahan tanpa
adanya penyakit gingivalis.
 Terbakarnya gingiva oleh makanan yang panas , bahan kimia.
 Perdarahan spontan atau perdaranan pada ransangan ringan terjadinya pada
ANUG.

2. Faktor Sistemik
 adanya factor mekanik akan tetapi terjadi secara spontan yang sulit dikontrol
 kelainan vaskuler ( defisiensi vitamin c ),
 adanya alergi. gangguan platelet (idiopatik trombasitopenia purpura), trombasitopenia
purpura perlukaan pada sumsum ), hipoprotrombinemia ( defisiensi vitamin k ),
 akibat penyakit lever kelainan pembekuan (hemafilia , leukemia ) . Kekurangan
platelet tromboplastik faktor ( PF III ) akibat oleh uremia, ,
 post rubella purpura pemberian obat secara berlebihan misalnya : salisilat, heparin,
antikoagulan.

f) Perubahan warna pada gingiva


1. Warna merah apabila :
 Adanya peningkatan vaskularisasi.
 Derajat keratinisasi epitel berkurang / hilang
2. Warna lebih pucat apabila :
 Vaskularisasi tereduksi akibat adanya jaringan.
 Peningkatan keratinisasi epitel.
III.3 Penyakit periodontal
A. Definisi Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal , juga dikenal sebagai penyakit gusi , adalah satu set kondisi
peradangan yang mempengaruhi jaringan di sekitar gigi .Pada tahap awal,yang disebut
gingivitis ,gusi menjadi bengkak, merah, dan mungkin berdarah. Dalam bentuk yang
lebih serius, yang disebut periodontitis , gusi dapat menjauh dari gigi ,tulang dapat hilang,
dan gigi dapat mengendur atau rontok ,Bau mulut juga bisa terjadi.

B. Tanda dan gejala

Gejala mungkin termasuk:


 Kemerahan atau pendarahan gusi saat menyikat gigi , menggunakan benang gigi atau
menggigit makanan keras (misalnya, apel) (meskipun ini dapat terjadi bahkan di
gingivitis, di mana tidak ada kehilangan lampiran)
 Pembengkakan gusi yang berulang
 Memuntahkan darah setelah menyikat gigi
 Bau mulut , atau bau mulut, dan rasa logam yang menetap di mulut
 Gingival resesi,menghasilkan pemanjangan gigi yang nyata,(Ini mungkin juga
disebabkan oleh menyikat tangan dengan tangan atau dengan sikat gigi yang kaku.)
 Kantung yang dalam di antara gigi dan gusi ( kantong adalah tempat di mana
keterikatan telah secara bertahap dihancurkan oleh enzim kolagen- perusak, yang
dikenal sebagai kolagenase )
 Gigi lepas,pada tahap selanjutnya (meskipun ini dapat terjadi karena alasan lain, juga)
 Pasien harus menyadari peradangan gingiva dan kerusakan tulang sebagian besar
tidak menimbulkan rasa sakit.

C. Kondisi terkait
 Periodontitis telah dikaitkan dengan peningkatan peradangan dalam tubuh, seperti
yang ditunjukkan oleh peningkatan kadar protein C-reaktif dan interleukin-6 .
 Hal ini terkait melalui ini untuk peningkatan risiko stroke , infark miokard , dan
aterosklerosis .
 Hal ini juga terkait pada mereka yang berusia di atas 60 tahun ke gangguan dalam
memori yang tertunda dan kemampuan perhitungan.
 Individu dengan gangguan glukosa puasa dan diabetes mellitus memiliki tingkat
peradangan periodontal yang lebih tinggi, dan sering mengalami kesulitan dengan
menyeimbangkan kadar glukosa darah mereka karena keadaan peradangan sistemik
konstan, yang disebabkan oleh peradangan periodontal.
 Meskipun tidak ada hubungan kausal yang terbukti, penelitian terbaru menunjukkan
korelasi antara periodontitis kronis dan disfungsi ereksi .

D. Penyebab
 Penyebab utama adalah plak,
adalah suatu endapan lunak yang tidak berwarna,melekat erat pada permukaan gigi
dan terbentuk dari air liur,sisa makanan dan bakteri,
 jika plak dibiarkan setelah 72 jam akan menjadi karang gigi.
Karang gigi adalah plak yang mengalami perkapuran permukaannya kasar sehingga
merupakan tempat yang baik untuk penimbunan bakteri.
 Bila karang gigi tidak dibersihkan maka terjadi kerusakan jaringan penyangga
gigi,tanpa merasakan sakit.
 Selanjutnya akan mengakibatkan gusi beradang.Bila tidak diobati proses akan
berlanjut ke sepanjang akar gigi dan merusak jaringan penyangga gigi.
 Proses akan berjalan bertahun-tahun tanpa disadari akhirnya gigi menjadi goyang
sehingga mengganggu waktu dipergunakan untuk mengunyah makanan

E. Klasifikasi
tujuh kategori utama penyakit periodontal, disebut penyakit periodontal destruktif , karena
kerusakan pada dasarnya tidak dapat diubah. Tujuh kategori adalah sebagai berikut:
1. Radang gusi
2. Periodontitis kronis
3. Periodontitis agresif
4. Periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik
5. Necrotizing ulseratif gingivitis / periodontitis
6. Abses periodonsium
7. Gabungan lesi periodontik-endodontik

F. Pencegahan
Tindakan kebersihan mulut harian untuk mencegah penyakit periodontal termasuk:
 Menyikat dengan benar secara teratur (setidaknya dua kali sehari), dengan pasien
yang mencoba untuk mengarahkan sikat gigi di bawah garis gusi, membantu
mengganggu pertumbuhan bakteri-mikotik dan pembentukan plak subgingival.
 Flossing setiap hari dan menggunakan sikat interdental (jika ruang antara gigi cukup
besar), serta pembersihan di belakang gigi terakhir, molar ketiga, di setiap kuartal [
 Menggunakan obat kumur antiseptik: Chlorhexidine gluconate berbasis obat kumur
dalam kombinasi dengan kebersihan mulut yang hati-hati dapat menyembuhkan
gingivitis, meskipun mereka tidak dapat membalikkan kehilangan lampiran karena
periodontitis.
 Menggunakan baki periodontal untuk mempertahankan obat yang diresepkan dokter
gigi di sumber penyakit: Penggunaan baki memungkinkan obat untuk tetap berada di
tempat yang cukup lama untuk menembus biofilm tempat mikroorganisme ditemukan.
 Pemeriksaan gigi secara teratur dan pembersihan gigi profesional sesuai kebutuhan:
Pemeriksaan gigi berfungsi untuk memantau metode kebersihan mulut seseorang dan
tingkat keterikatan di sekitar gigi, mengidentifikasi tanda-tanda awal periodontitis,
dan memantau respons terhadap pengobatan.
 Evaluasi mikroskopis biofilm dapat berfungsi sebagai panduan untuk mendapatkan
kembali flora kesehatan komensal.

III.4 Stomatitis
A. Pengertian
Stomatitis adalah radang mulut dan bibir. Ini mengacu pada proses peradangan yang
mempengaruhi selaput lendir mulut dan bibir, dengan atau tanpa ulserasi oral .
B. Penyebab
Defisiensi gizi
 Malnutrisi (asupan diet yang tidak tepat) atau malabsorpsi (penyerapan nutrisi yang
buruk ke dalam tubuh) dapat menyebabkan keadaan kekurangan nutrisi ,
 Banyak gangguan yang menyebabkan malabsorpsi dapat menyebabkan defisiensi,
yang pada gilirannya menyebabkan stomatitis. Contohnya termasuk sariawan tropis .
 kekurangan zat besi , vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niacin), vitamin B6
(piridoksin), vitamin B9 (asam folat) atau vitamin B12 (cobalamine) dapat
bermanifestasi sebagai stomatitis.
 Besi diperlukan untuk peningkatan unsur transkripsional untuk replikasi dan
perbaikan sel.
 Kekurangan zat besi dapat menyebabkan downregulasi genetik unsur-unsur ini, yang
menyebabkan perbaikan dan regenerasi sel epitel yang tidak efektif, terutama di mulut
dan bibir.

C. Jenis-jenis stomatitis
1. Stomatitis Aphthous =Stomatitis aftosa
 Stomatitis aphthous (sariawan) adalah munculnya ulkus mulut yang berulang pada
individu yang sehat.
 Penyebabnya tidak sepenuhnya dipahami, tetapi diperkirakan bahwa kondisi
tersebut mewakili respons imun yang diperantarai sel T yang dipicu oleh berbagai
faktor.
 Ulkus individu (aphthae) kambuh secara periodik dan sembuh sepenuhnya,
meskipun dalam bentuk yang lebih parah, borok baru dapat muncul di bagian lain
dari mulut sebelum yang lama selesai penyembuhan.
 Gejala bervariasi mulai dari gangguan ringan hingga melumpuhkan dampaknya
pada makan, menelan dan berbicara, dan bentuk yang parah dapat menyebabkan
orang kehilangan berat badan.
 Tidak ada obat untuk stomatitis aphthous, dan terapi ditujukan untuk
mengurangi rasa sakit, mengurangi peradangan dan mempromosikan
penyembuhan ulkus, tetapi ada sedikit bukti kemanjuran untuk setiap
perawatan yang telah digunakan.

2. Stomatitis angular =Angular cheilitis


 Peradangan sudut (sudut) bibir disebut stomatitis sudut atau angular cheilitis.
 Pada anak-anak, penyebab yang sering terjadi adalah lip-licking berulang,
 dan pada orang dewasa mungkin merupakan tanda anemia defisiensi besi yang
mendasarinya, atau defisiensi vitamin B ( misalnya , B 2 - riboflavin , B 9 - folat , atau B
12 - cobalamin , yang pada giliran dapat menjadi bukti diet yang buruk atau malnutrisi
seperti penyakit celiac ).
 Juga, angular cheilitis dapat disebabkan oleh rahang pasien saat istirahat
sedang'overclosed' karena edentulousness atau keausan gigi ,
 Menyebabkan rahang datang untuk beristirahat lebih dekat bersama daripada jika gigi
lengkap / tidak terpengaruh hadir.
 Hal ini menyebabkan lipatan kulit di sekitar sudut mulut yang dijaga lembab oleh air liur,
yang pada gilirannya mendukung infeksi; kebanyakan oleh Candida albicans atau spesies
serupa.
 Perawatan biasanya melibatkan pemberian nistatin topikal atau agen antijamur serupa.
 Perawatan lain dapat untuk memperbaiki hubungan rahang dengan perawatan gigi
( misalnya , gigi palsu atau penyesuaian oklusal ).

3. Stomatitis terkait gigi tiruan


 Stomatitis yang berhubungan dengan gigi tiruan
 Ini adalah kondisi umum yang ada pada pengguna gigi palsu .
 Muncul sebagai mukosa yang memerah tetapi tidak nyeri di bawah gigi tiruan. 90%
kasus dikaitkan dengan spesies Candida ,
 merupakan bentuk kandidiasis oral yang paling umum.
 Perawatan adalah dengan obat antijamur dan meningkatkan kebersihan gigi, seperti tidak
memakai gigi tiruan selama tidur.

4. Stomatitis kontak alergi


 Stomatitis kontak alergi (juga disebut "gingivostomatitis alergi" atau "kontak alergi
gingivostomatitis") adalah reaksi hipersensitivitas tipe IV (tertunda) yang terjadi pada
individu atopik yang rentan ketika alergen menembus kulit atau mukosa .
 Stomatitis kontak alergik kurang umum daripada dermatitis kontak alergi karena
mulut dilapisi saliva, yang mencuci antigen dan bertindak sebagai penghalang.
 Mukosa mulut juga lebih vaskular (memiliki suplai darah yang lebih baik)
daripada kulit, yang berarti bahwa setiap antigen lebih cepat dikeluarkan dari
daerah oleh sirkulasi. Akhirnya, secara substansial lebih sedikit keratin di mukosa
mulut , yang berarti bahwa ada kemungkinan kurang bahwa haptens akan
terbentuk.
 Stomatitis kontak alergi muncul sebagai peradangan non-spesifik, sehingga dapat
disalah artikan sebagai iritasi fisik kronis.
 Mungkin ada rasa terbakar atau nyeri pada mulut dan ulserasi.
 Paparan kronis terhadap alergen dapat menyebabkan lesi lichenoid .
 Gingivitis sel plasma juga dapat terjadi, yang mungkin disertai dengan glositis dan
cheilitis .

5. Migrasi stomatitis
 Migratory stomatitis (atau stomatitis geografis) adalah presentasi atipikal dari
suatu kondisi yang biasanya muncul di lidah, yang disebut geographic tongue.
 Lidah geografis dinamakan demikian karena ada atrofi , daerah eritematosa
depapillation yang bermigrasi dari waktu ke waktu, memberikan tampilan seperti
peta.
 Dalam stomatitis migrasi, situs mukosa lain di mulut, seperti permukaan ventral
(permukaan bawah) lidah, mukosa bukal, labial mukosa, langit-langit lunak, atau
lantai mulut dapat
 dirundung dengan lesi identik, biasanya di samping lidah.
 Selain tidak terbatas pada lidah, migratory stomatitis adalah kondisi yang identik
dalam segala hal pada lidah geografis. Sinonim lain untuk lidah geografis yang
menggunakan istilah stomatitis adalah "stomatitis areata migrans".

6. Herpes gingivostomatitis
 Herpetic stomatitis (herpes gingivostomatitis)
 adalah radang mulut yang disebabkan oleh virus herpes simplex .

7.Iradiasi dan kemoterapi


 Stomatitis juga dapat disebabkan oleh kemoterapi, atau terapi radiasi dari area
orofaringeal. Istilah mucositis kadang-kadang digunakan secara sinonim dengan
stomatitis, namun yang pertama biasanya merujuk pada reaksi mukosa terhadap
radioterapi atau kemoterapi ,
 Dapat terjadi di mana saja di saluran pencernaan dan bukan hanya di mulut.

8.Nekrosis ulseratif gingivostomatitis


 penyakit periodontal Necrotizing
 Istilah nekrosis ulseratif gingivostomatitis
 kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari penyakit periodontal necrotizing
yang lebih umum disebut necrotizing ulcerative gingivitis ,
 atau bentuk yang lebih parah (juga disebut necrotizing stomatitis). Istilah
necrotizing gingivostomatitis juga terkadang digunakan.

9.Stomatitis nicotina= Stomatitis nicotina


 Juga disebut keratosis palatum perokok,
 kondisi ini dapat terjadi pada perokok, terutama perokok pipa.
 Langit-langit tampak kering dan pecah-pecah, dan putih karena keratosis .
 Kelenjar liur minor muncul sebagai tonjolan kecil, merah dan bengkak.
 Ini bukan kondisi premalignan , dan penampilannya berbalik jika berhenti
merokok.

10.stomatitis ulseratif kronis


 Stomatitis ulseratif kronis adalah kondisi yang baru ditemukan dengan fitur
imunopatologi spesifik.
 Hal ini ditandai dengan erosi dan ulserasi yang kambuh dan hilang.
 Lesi terletak di mukosa bukal (di dalam pipi) atau di gingiva (gusi).
 Kondisi ini menyerupai lichen planus Oral ketika dibiopsi.
 Diagnosis ditegakkan dengan teknik Immunofluorescence , yang menunjukkan
autoantibodi bersirkulasi dan terikat jaringan (partikulat antibodi-antinuklear yang
berstrata khusus bertingkat-tingkat khusus) ke protein DeltaNp63alpha, komponen
normal epitel .
 Pengobatan dengan hydroxychloroquine .

11.Gingivostomatitis sel plasma


 gingivitis sel plasma
 Istilah seperti gingivostomatitis sel plasma ,
 gingivostomatitis atipikal dan gingivostomatitis idiopatik
 kadang-kadang merupakan sinonim untuk gingivitis sel plasma, atau secara
khusus untuk merujuk pada bentuk gingivitis sel plasma yang berat.

D. Bentuk lain dari stomatitis


1. Demam periodik, sindrom aphthous stomatitis, faringitis dan adenitis (PFAPA) -
terjadi pada anak-anak.
2. Stomatitis uremik — bentuk stomatitis langka yang terjadi dengan gagal ginjal . [25]

3. Vegetasi Pyostomatitis
4. Bovine papular stomatitis

III.5 Gigi yang terkena dampak /Gigi impacteeth


A. Pengertian
Gigi bungsu biasanya mulai datang di antara usia 17 dan 21. Dokter gigi menyebut gigi
ini gigi molar ketiga. Mereka mungkin menjadi terpengaruh karena tidak ada cukup
ruang di mulut Anda untuk mereka.Gigi geraham juga mungkin mencoba untuk datang
ke samping.Atau, mungkin miring di rahangmu.

B. Akibat
 Gigi yang terkena dampak bisa tanpa rasa sakit.
 dapat menjadi terinfeksi dan bengkak bisa menyakitkan
 Merasakan sakit di gigi terdekat, atau di telinga di sisi wajah Anda.
 Gigi yang terkena dampak dapat menyebabkan infeksi yang disebut perikoronitis.
 Jika tidak diobati, infeksi ini bisa menyebar ke tenggorokan atau ke leher.
 Infeksi berat membutuhkan perawatan di rumah sakit dan operasi.
 Gigi yang terkena dampak juga bisa mendapatkan gigi berlubang.
 Gigi yang terkena dampak dapat mendorong gigi molar tetangga.
 Ini dapat menyebabkan gerakan gigi, pembusukan atau penyakit gusi.
 gigi yang terkena dampak dapat menyebabkan kista atau pertumbuhan lain di rahang.

C. Gejala
 Pembengkakan gusi di belakang mulut Anda
 Kesulitan membuka rahang Anda
 Bau mulut
 Rasa tidak enak di mulut
 Sakit saat Anda membuka mulut
 Nyeri saat mengunyah atau menggigit
 Nyeri bisa terjadi selama beberapa hari dan kemudian menghilang. Itu bisa datang
kembali beberapa minggu atau bulan kemudian.

D. Pencegahan
 Tidak ada cara untuk mencegah gigi yang terkena dampak.
 Anda dapat mencegah gigi berlubang dengan menyikat dan flossing.

E. Pengobatan
 Anda kadang-kadang dapat meredakan iritasi ringan dengan berkumur dengan air
garam hangat (1/2 sendok teh garam dalam 8 ons air). Pereda nyeri yang dijual bebas
juga dapat membantu
 Jika gigi terus menyebabkan rasa sakit, terinfeksi atau mengganggu gigi di dekatnya,
perawatan yang biasa dilakukan adalah mengeluarkannya. Mengekstrak satu gigi bisa
memakan waktu 5 hingga 30 menit, tergantung di mana letaknya. Dalam beberapa
kasus, infeksi membutuhkan antibiotik.
 Pasien sering dirujuk ke ahli bedah mulut dan maksilofasial untuk mencabut gigi yang
dicabik. Sebelum mencabut gigi, dokter gigi atau dokter bedah Anda akan membahas
prosedur dan jenis anestesi dan obat penenang yang akan digunakannya. Anda tidak
akan bisa makan selama enam jam sebelum operasi. Jika Anda meminum obat-
obatan, ikuti jadwal dengan mereka. Seseorang harus mengantarmu ke pertemuan dan
mengantarmu pulang.
 Setelah operasi, Anda mungkin mengalami pembengkakan pada pipi dan rahang.
Mungkin sulit untuk memakan makanan tertentu. Ikuti instruksi dokter gigi atau ahli
bedah Anda dengan hati-hati untuk pemulihan terbaik. Komplikasi operasi jarang
terjadi, tetapi memang terjadi.
 Gigi yang terkena dampak mungkin tidak mengganggu Anda atau mempengaruhi gigi
di dekatnya. Dalam hal ini, Anda tidak perlu perawatan segera. Namun, dokter gigi
Anda mungkin akan merekomendasikan agar gigi diambil untuk menghindari
masalah di masa depan.
 Banyak orang memiliki keempat gigi bungsu mereka yang diambil sekaligus.
Terkadang operasi ini dilakukan sebelum gigi mulai masuk. Ini mencegah masalah di
masa depan. Ini biasanya dilakukan di dokter bedah mulut rahang dan maksilofasial
dengan sedasi dan anestesi lokal. Seringkali, lebih baik membiarkan gigi bungamu
diambil sebelum usia 21 tahun. Pembedahan biasanya lebih rumit.Gusi dan tulang
juga sembuh lebih baik.

III.6 Abses gigi

A. Pengertian
 Abses gigi (juga disebut abses dentoalveolar , abses gigi atau abses akar ), adalah
kumpulan pus yang terlokalisir yang terkait dengan gigi.
 Abses gigi adalah jenis infeksi odontogenik , meskipun umumnya istilah terakhir
digunakan pada infeksi yang menyebar di luar daerah sekitar gigi kausatif.

B. Jenis utama abses gigi adalah:


 Abses Periapikal: Hasil infeksi kronis lokal yang terletak di ujung atau apex , dari
akar gigi. Pada abses periapikal, biasanya asalnya adalah infeksi bakteri yang
terakumulasi pada pulpa gigi yang lunak dan sering mati. Ini dapat disebabkan oleh
kerusakan gigi , gigi patah atau penyakit periodontal yang luas (atau kombinasi dari
faktor-faktor ini). Perawatan saluran akar yang gagal juga dapat menyebabkan abses
yang sama.
 Abses periodontal: dimulai pada poket periodontal (lihat: abses periodontal )
 Abses gingiva: hanya melibatkan jaringan gusi, tanpa mempengaruhi gigi atau
ligament periodontal (lihat: abses periodontal )
 Abses perikoronal: melibatkan jaringan lunak di sekitar mahkota gigi (lihat:
Perikoronitis )
 Gabungan abses periodontik-endodontik: sebuah situasi di mana abses periapikal dan
abses periodontal telah bergabung (lihat: Gabungan lesi periodontik-endodontik ).

C. Tanda dan gejala


 Abses yang berasal dari gigi, yang telah menyebar ke ruang bukal . Atas : deformasi
pipi pada hari kedua. Bawah : deformasi pada hari ketiga.
 Gigi # 4, gigi premolar kedua kanan atas (kanan atas 2 bicuspid), setelah ekstraksi.
Kedua panah berkepala tunggal menunjuk ke CEJ , yang merupakan garis yang
memisahkan mahkota (dalam hal ini, sangat busuk) dan akar. Panah berkepala ganda
(kanan bawah) menunjukkan luas abses yang mengelilingi puncak akar palatal .
 Rasa sakit ini terus menerus dan dapat digambarkan sebagai ekstrim, tumbuh, tajam,
menembak, atau berdenyut. Menempatkan tekanan atau kehangatan pada gigi dapat
menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Area tersebut mungkin sensitif terhadap
sentuhan dan kemungkinan bengkak juga. Pembengkakan ini mungkin ada di pangkal
gigi, gusi, dan / atau pipi, dan kadang-kadang dapat dikurangi dengan menerapkan
kompres es .
 Abses akut mungkin tidak menyakitkan tetapi masih memiliki pembengkakan pada
gusi. Penting untuk mendapatkan apa pun yang disajikan seperti ini diperiksa oleh
dokter gigi karena dapat menjadi kronis nantinya.
 Dalam beberapa kasus, abses gigi dapat melubangi tulang dan mulai mengalir ke
jaringan sekitarnya yang membuat pembengkakan wajah lokal. Dalam beberapa
kasus, kelenjar getah bening di leher akan menjadi bengkak dan lunak sebagai respons
terhadap infeksi. Bahkan mungkin terasa seperti migrain karena rasa sakit dapat
berpindah dari area yang terinfeksi. Rasa sakit biasanya tidak berpindah di seluruh
wajah, hanya ke atas atau ke bawah karena saraf yang melayani setiap sisi wajah
terpisah.
 Rasa sakit dan ketidaknyamanan yang parah di sisi wajah tempat gigi terinfeksi juga
cukup umum, dengan gigi itu sendiri menjadi tak tertahankan untuk disentuh karena
rasa sakit yang luar biasa.
D. Pendekatan diagnostik
 Abses periodontal mungkin sulit dibedakan dari abses periapikal. Memang, terkadang
mereka bisa terjadi bersama.Karena manajemen abses periodontal berbeda dari abses
periapikal, diferensiasi ini penting untuk dilakukan.
 Jika pembengkakan melebihi area puncak akar, itu lebih mungkin menjadi abses
periapikal; jika lebih dekat ke margin gingiva, itu lebih mungkin menjadi abses
periodontal.
 Demikian pula, pada abses periodontal nanah kemungkinan besar pengeluaran melalui
poket periodontal, sedangkan abses periapikal umumnya mengalir melalui parulis
lebih dekat ke puncak gigi yang terlibat.
 Jika gigi memiliki penyakit periodontal yang sudah ada sebelumnya, dengan kantong
dan kehilangan tinggi tulang alveolar, itu lebih mungkin menjadi abses periodontal;
sedangkan jika gigi memiliki kondisi periodontal yang relatif sehat, maka
kemungkinannya adalah abses periapikal.
 Pada abses periodontal, pembengkakan biasanya mendahului nyeri, dan pada abses
periapikal, nyeri biasanya mendahului pembengkakan.
 Riwayat sakit gigi dengan kepekaan terhadap panas dan dingin menunjukkan pulpitis
sebelumnya, dan menunjukkan bahwa abses periapikal lebih mungkin terjadi.
 Jika gigi yang memberikan hasil normal pada uji sensibilitas pulpa , bebas dari karies
gigi dan tidak memiliki restorasi besar; itu lebih mungkin menjadi abses periodontal.
 Radiografi gigi sedikit membantu pada tahap awal abses gigi, tetapi kemudian
biasanya posisi abses, dan karenanya indikasi endodontal / periodontal etiologi dapat
ditentukan. Jika ada sinus, titik getah perca kadang-kadang dimasukkan sebelum x-ray
dengan harapan akan mengarah ke asal infeksi.
 Secara umum, abses periodontal akan lebih lunak untuk perkusi lateral daripada
vertikal, dan abses periapikal akan lebih lembut untuk perkusi apikal.

E. Pengobatan
 pengobatan dengan antibiotik dan drainase dalam upaya untuk mengatasi
perkembangan strain bakteri resisten antibiotik dalam populasi. Tinjauan Cochrane
2014 telah menemukan bukti yang tidak cukup untuk mengesampingkan jika pasien
dengan abses gigi akut dapat memperoleh manfaat dari resep antibiotik.
 Jika gigi dapat direstorasi, terapi saluran akar dapat dilakukan. Gigi yang tidak dapat
diremajakan harus diekstraksi , diikuti oleh kuretase dari semua jaringan lunak apikal.
 Kecuali mereka bergejala, gigi yang diobati dengan terapi saluran akar harus
dievaluasi pada interval 1 dan 2 tahun setelah terapi saluran akar untuk
menyingkirkan kemungkinan pembesaran lesional dan untuk memastikan
penyembuhan yang tepat.
 Abses mungkin gagal sembuh karena beberapa alasan:
 Pembentukan kista
 Terapi saluran akar yang tidak memadai
 Fraktur akar vertikal
 Materi asing di lesi
 Penyakit periodontal terkait
 Penetrasi sinus maksilaris
 Setelah terapi saluran akar konvensional yang adekuat, abses yang tidak sembuh atau
membesar sering diobati dengan pembedahan dan mengisi ujung akar; dan akan
membutuhkan biopsi untuk mengevaluasi diagnosis.

F. Komplikasi
 Jika dibiarkan tanpa perawatan, abses gigi yang parah dapat menjadi cukup besar
untuk melubangi tulang dan meluas ke jaringan lunak yang akhirnya menjadi
osteomielitis dan selulitis . Dari sana ia mengikuti jalan paling tidak resistan dan dapat
menyebar baik secara internal maupun eksternal. Jalur infeksi dipengaruhi oleh hal-
hal seperti lokasi gigi yang terinfeksi dan ketebalan tulang, otot dan lampiran fasia.
 Drainase eksternal dapat dimulai sebagai bisul yang semburan memungkinkan
drainase nanah dari abses, intraoral (biasanya melalui gusi) atau secara ekstra.
Drainase kronis akan memungkinkan lapisan epitel terbentuk dalam komunikasi ini
untuk membentuk saluran draining nanah ( fistula ). Terkadang jenis drainase ini akan
segera meredakan beberapa gejala menyakitkan yang terkait dengan tekanan.
 Drainase internal lebih memprihatinkan karena meningkatnya infeksi membuat ruang
di dalam jaringan di sekitar infeksi. Komplikasi berat yang membutuhkan rawat inap
segera termasuk angina Ludwig , yang merupakan kombinasi dari meningkatnya
infeksi dan selulitis yang menutup ruang saluran napas menyebabkan sesak napas
pada kasus-kasus ekstrim.
 Infeksi juga dapat menyebar ke ruang jaringan ke mediastinum yang memiliki
konsekuensi signifikan pada organ vital seperti jantung. Komplikasi lain, biasanya
dari gigi atas, adalah risiko septikemia (infeksi darah) dari menghubungkan ke
pembuluh darah, abses otak (sangat jarang), atau meningitis (juga jarang).
 Tergantung pada tingkat keparahan infeksi, penderitanya mungkin merasa sakit
ringan, atau mungkin dalam kasus yang ekstrim memerlukan perawatan di rumah
sakit.
Bab IV
Hubungan sakit gigi dengan nyeri kepala

IV.1 Sakit gigi


A. Pengertian
Sakit gigi yaitu rasa nyeri pada gigi. Sakit gigi disebabkan oleh berbagai masalah pada
gigi dan rahang, seperti karies gigi, gingivitis atau penyakit rahang, dan masih banyak
lagi.
 Sakit gigi juga merupakan gejala penyakit jantung, seperti angina. Sakit gigi dapat
mengakibatkan penyakit jantung dan stroke. Setidaknya, sakit gigi dapat
menyebabkan kepala pusing dan tidak nyenyak tidur.
 Sakit gigi biasanya merujuk kepada rasa sakit di sekitar gigi atau rahang terutama
sebagai akibat dari kondisi gigi.
 banyak kasus, sakit gigi disebabkan oleh masalah gigi, seperti rongga gigi, gigi retak,
suatu akar gigi terekspos, atau penyakit gusi. Namun, gangguan dari (bersama
temporo-mandibula) sendi rahang juga dapat menyebabkan sakit yang disebut sebagai
"sakit gigi".
 Tingkat keparahan sakit gigi dapat berkisar dari ringan hingga kronis, tajam dan
menyiksa. Rasa sakit dapat diperburuk oleh mengunyah atau dingin atau panas.
 Sebuah ujian lisan menyeluruh, yang mencakup gigi x-ray, dapat membantu
menentukan apakah sakit gigi datang dari masalah gigi atau rahang dan penyebabnya.

B. Penyebab
1. Penyebab sakit gigi umum meliputi rongga gigi, abses gigi, penyakit gusi, iritasi akar
gigi, sindrom gigi retak, temporomandibula bersama (tmj) gangguan, impaksi, dan
erosi gigi.
2. Penentu sebenarnya dari penyakit gigi ini adalah adanya jasad renik yang tumbuh di
daerah gigi yang retak, berlubang yang mudah ditumbuhi jasad renik tadi.
3. Jasad renik tadi biasa tumbuh karena adanya sisa makanan yang menempel pada gigi
yang bermasalah tadi. Oleh karenanya terkadang bisa sembuh dengan sekadar
berkumur dengan air hangat.
 Gigi berlubang & abses gigi
1. Penyebab paling umum dari sakit gigi adalah rongga gigi. Gigi berlubang (karies)
adalah lubang dalam dua lapisan luar gigi yang disebut enamel dan dentin. Enamel
adalah putih terluar permukaan yang keras dan dentin adalah lapisan kuning tepat di
bawah enamel. Kedua lapisan berfungsi melindungi jaringan hidup dalam gigi disebut
pulp, di mana pembuluh darah dan saraf berada.
2. Bakteri tertentu dalam mulut mengubah gula sederhana menjadi asam. Asam
melunakkan dan (bersama dengan air liur) melarutkan enamel dan dentin, membuat
gigi berlubang.
3. Kecil, rongga dangkal mungkin tidak menimbulkan rasa sakit dan mungkin tanpa
disadari oleh pasien. Rongga yang lebih besar bisa menyakitkan dan mengumpulkan
sisa-sisa makanan.
4. Pulpa hidup dalam dari gigi yang terkena bisa menjadi terganggu oleh racun bakteri
atau dengan makanan dan cairan yang dingin, panas, asam, atau manis, sehingga
menyebabkan sakit gigi.
5. Cedera parah untuk pulpa dapat mengakibatkan kematian jaringan pulpa,
menyebabkan infeksi gigi (abses gigi). Sebuah "melepuh gusi" kecil bengkak atau
mungkin ada di dekat gigi yang terkena juga.
6. Sakit gigi dari gigi berlubang lebih besar adalah alasan yang paling umum untuk
kunjungan ke dokter gigi.
7. Perawatan rongga kecil dan dangkal biasanya melibatkan gigi mengisi. Perawatan
rongga yang lebih besar melibatkan hiasan atau mahkota.
8. Pengobatan untuk sebuah rongga yang telah menembus dan melukai pulp atau untuk
gigi yang terinfeksi adalah salah satu saluran akar prosedur atau ekstraksi gigi yang
terkena.
9. Prosedur saluran akar melibatkan menghapus jaringan pulpa mati (sehingga
menghindari atau menghapus infeksi gigi) dan menggantikannya dengan bahan inert
mengisi.
10. Prosedur ini digunakan dalam upaya untuk menyelamatkan gigi mati dari ekstraksi.
Setelah prosedur dilakukan saluran akar, gigi lebih rentan terhadap fraktur dan akan
seringkali membutuhkan mahkota untuk melindunginya.
 Penyakit gusi
1. Penyebab paling umum kedua sakit gigi adalah penyakit gusi (penyakit periodontal).
Penyakit gusi mengacu pada peradangan pada jaringan lunak (gusi) dan hilangnya
secara abnormal tulang yang mengelilingi dan memegang gigi di tempatnya.
2. Penyakit gusi disebabkan oleh racun yang dikeluarkan oleh bakteri tertentu dalam
"plak" yang menumpuk dari waktu ke waktu sepanjang dan di bawah garis gusi. Plak
ini adalah campuran dari makanan, air liur, dan bakteri.
3. Gejala awal penyakit gusi ini adalah berdarahnya gusi tanpa rasa sakit. Jika timbul
rasa nyeri maka ini menandakan gejala penyakit gusi sudah lebih parah sebagai akibat
dari hilangnya tulang di sekitar gigi dan mengarah pada pembentukan kantong gusi
dalam.
4. Bakteri dalam kantong menyebabkan infeksi gusi, bengkak, nyeri, dan kerusakan
tulang lebih lanjut. Penyakit gusi tingkat lanjut dapat menyebabkan tanggalnya gigi
yang sehat.
5. Penyakit gusi ini banyak terkomplikasi oleh faktor-faktor seperti kebersihan mulut
yang buruk, riwayat keluarga penyakit gusi, merokok, dan sejarah keluarga diabetes.
6. Pengobatan penyakit gusi selalu melibatkan kebersihan mulut dan menghilangkan
plak bakteri dan karang gigi (plak mengeras).
7. Sedang untuk penyakit gusi lanjut biasanya memerlukan pembersihan menyeluruh
pada gigi dan akar gigi yang disebut "scaling dan root planing" dan "kuretase
subgingival." scaling dan root planing adalah pengangkatan plak dan tartar dari akar
gigi terekspos sementara kuretase subgingival mengacu pada pengangkatan jaringan
gusi yang meradang dari permukaan lapisan.
8. Kedua prosedur ini biasanya dilakukan dengan bius lokal dan bisa disertai dengan
penggunaan antibiotik oral untuk mengatasi infeksi gusi atau abses.
9. Tindak lanjut pengobatan, jika perlu, dapat mencakup berbagai jenis operasi gusi.
Dalam penyakit gusi lanjut dengan kerusakan tulang yang signifikan dan
melonggarkan gigi, mungkin diperlukan belat atau ekstraksi gigi.

 Akar gigi sensitif


1. Sakit gigi juga bisa disebabkan oleh akar gigi terbuka. Biasanya, akar lebih rendah adalah
dua pertiga dari gigi yang biasanya dikubur di tulang.
2. Racun bakteri melarutkan tulang sekitar akar dan menyebabkan gusi dan tulang surut,
memperlihatkan akar. Kondisi akar terkena disebut "resesi." akar terbuka dapat menjadi
sangat sensitif terhadap makanan dingin, panas, dan asam karena mereka tidak lagi
dilindungi oleh gusi sehat dan tulang.
3. Tahap awal paparan akar dapat diobati dengan gel fluorida topikal diterapkan oleh dokter
gigi atau dengan pasta gigi khusus (seperti sensodyne atau denquel) yang mengandung
fluor dan mineral lainnya.
4. Jika paparan akar menyebabkan luka dan kematian dari hidup dalam jaringan pulpa gigi,
maka prosedur saluran akar atau pencabutan gigi mungkin diperlukan.

 Sindrom gigi retak


1. Sindrom gigi retak (cracked tooth syndrome) mengacu pada sakit gigi yang disebabkan
oleh gigi patah (gigi fraktur) tanpa rongga berhubungan atau penyakit gusi lanjut.
2. Menggigit pada area gigi fraktur dapat menyebabkan nyeri tajam parah. Patah tulang ini
biasanya karena mengunyah atau menggigit benda keras seperti permen keras, pensil,
kacang,
3. Pengobatan biasanya melibatkan melindungi gigi dengan mahkota penuh cakupan yang
terbuat dari emas dan / atau porselen.
4. Namun, jika menempatkan sebuah mahkota tidak meringankan gejala nyeri, prosedur
saluran akar mungkin diperlukan.

 Gangguan temporomandibular joint (tmj)


1. Gangguan dari sendi temporomandibular dapat menyebabkan rasa sakit yang biasanya
terjadi dalam atau di sekitar telinga atau rahang bawah.
2. Engsel tmj rahang bawah (mandibula) untuk tengkorak dan bertanggung jawab atas
kemampuan untuk mengunyah atau berbicara.
3. Gangguan tmj dapat disebabkan oleh berbagai jenis masalah seperti cedera arthritis
(seperti pukulan untuk wajah),, atau kelelahan otot rahang dari biasa mengepalkan atau
penggiling gigi. Kebiasaan mengepalkan atau penggiling gigi, kondisi yang disebut
"bruxism," dapat menyebabkan rasa sakit pada sendi, otot rahang, dan gigi yang terlibat.
4. Bruxism sering karena hidup "stres," sejarah keluarga bruxism, dan keselarasan
menggigit miskin. Kadang-kadang, otot-otot sekitar sendi rahang yang digunakan untuk
mengunyah dapat pergi ke kejang, menyebabkan rasa sakit kepala dan leher dan kesulitan
membuka mulut normal.
5. Kejang otot ini diperburuk oleh mengunyah atau oleh stres, yang menyebabkan pasien
untuk mengepalkan gigi dan lebih mengencangkan otot-otot ini.
6. Sementara nyeri tmj juga dapat hasil dari perawatan gigi yang baru atau oleh trauma
ekstraksi gigi bungsu dampak.
7. Pengobatan nyeri sendi temporo-mandibula biasanya melibatkan oral anti-inflamasi over-
the counter (otc) obat-obatan seperti ibuprofen (motrin, atau advil) atau naproxen (aleve).
8. Langkah-langkah lainnya termasuk lembap hangat kompres untuk bersantai daerah
bersama, pengurangan stres, dan / atau makan makanan lunak yang tidak memerlukan
banyak mengunyah.
9. Untuk kasus yang lebih serius dari nyeri sendi, rujukan ke spesialis tmj mungkin
diperlukan untuk menentukan perawatan lebih lanjut.

 Impaksi & erosi gigi


1. Sakit gigi bisa berasal dari gigi yang telah gagal tumbuh ke dalam posisi yang tepat dan
tetap di bawah gusi dan / atau tulang.
2. Ketika molar ketiga(gigi geraham terakhir di bagian belakang)hendak tumbuh, gusi di
sekitarnya dapat menjadi meradang dan bengkak.
3. Gigi tetangganya terkena dampak dan menyebabkan rasa sakit ketika mereka memberikan
tekanan ke gigi atau tulang dan meradang dan / atau terinfeksi.
4. Pengobatan untuk gigi yang terkena dampak biasanya nyeri obat, antibiotik (untuk
infeksi), dan operasi pengangkatan molar ketiga (odontektomi).

 Ketidakseimbangan hormon
1. Ketidakseimbangan hormon biasanya terjadi pada kaum perempuan. Perempuan dapat
mengalami hingga 4 kali ketidakseimbangan hormon selama siklus hidupnya yakni pada
masa pubertas, menstruasi, menopause dan kehamilan.
2. Ketidakseimabngan hormon tersebut menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Hal yang
paling mempengaruhi kesehatan wanita adalah pada saat menjelang menstruasi
dibandingkan dengan tiga masa lainnya.
3. Berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut, gangguannya antara lain peradangan gusi dan
jaringan periodontal.
4. Jaringan gingival memiliki banyak reseptor estrogen yang akan merespons fluktuasi
hormon. Inilah yang menyebabkan wanita cenderung lebih sering mengalami sakit gigi
dibandingkan dengan pria.
IV.2 Sakit kepala
A. Pengertian
Sakit kepala yang secara medis dikenal sebagai cephalalgia atau dilafalkan cephalgia
adalah suatu kondisi terdapatnya rasa sakit di dalam kepala: kadang sakit di belakang
leher atau punggung bagian atas, disebut juga sebagai sakit kepala. Jenis penyakit ini
termasuk dalam keluhan-keluhan penyakit yang sering diutarakan.

B. Klasifikasi
1. Sakit kepala merupakan alasan paling umum untuk rujukan neurologis. Sakit kepala
mungkin menjadi pertanda adanya penyakit yang mengancam jiwa.(mayo)Rasa sakit
pada kepala disebabkan oleh traksi/penarikan, perpindahan, peradangan, spasme dari
pembuluh darah, atau distensi dari struktur di kepala atau leher yang sensitif terhadap
rasa nyeri.
2. sakit kepala sebelah atau migrain. Serangan sakit kepala migrain terasa lebih
menyiksa dan terkadang datang tiba-tiba. Penderita migrain akan merasakan nyeri dan
berdenyut seperti dipukuli dan ditarik-tarik dan biasanya disertai dengan gangguan
saluran cerna seperti mual dan muntah. Penderitanya pun cenderung menjadi lebih
sensitif terhadap cahaya, suara dan bau-bauan.
3. Kata migrain berasal dari bahasa Yunani yaitu hemicrania (hemi = setengah, cranium
= tengkorak kepala). Serangan sakit kepala migrain dapat terjadi beberapa kali
setahun sampai beberapa kali seminggu, dengan lama serangan biasanya 1-2 jam.
4. Penyebabnya diperkirakan karena adanya hiperaktifitas impuls listrik otak yang
meningkatkan aliran darah di otak sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah otak
serta proses inflamasi (luka radang).
5. Ada juga Sakit kepala tipe ketegangan (tension type headache, atau TTH) cirinya
adalah kedua sisi kepala seperti diremas dengan kencang, tetapi tidak disertai gejala
lain (tidak mual, muntah, sensitif cahaya, dan lain-lain).

C. Jenisnya
1. Sakit kepala sebagian besar bersifat primer yaiatu tanpa ada penyakit yang
mendasarinya seperti migrain, cluster, dan tension type headache.
2. sakit kepala yang disebabkan oleh sebuah proses yang mendasari penyakit atau
kondisi atau biasa disebut sakit kepala sekunder, Manifestasi dari penyakit sistemik
yang mendasari dapat membantu dalam diagnosis etiologi sakit kepala dan harus
selalu dicari. Karena jika sampai terlambat bisa berakibat fatal.

D. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari sakit kepala yang menjadi pertanda sakit
kepala sekunder.
1. Profil temporal/waktu sakit kepala yang akut/mendadak menunjukkan penyebab
vaskular. Dalam hal ini, yang paling dipertimbangkan sebagai diagnostik serius
adalah perdarahan ''subarachnoid'', perdarahan dari malformasi arteriovenosa,
hipofisis pitam, dan perdarahan ke dalam lesi massa. Jika ditemukan keluhan ini
pemeriksaan CT-scan merupakan pemeriksaan tambahan yang disarankan.
2. Profil lain yang mengkhawatirkan adalah percepatan pola sakit kepala. Paling umum,
pola ini terjadi pada pasien yang telah menggunakan obat analgesik secara berlebihan,
tetapi juga ada kemungkinan penyebabnya akibat lesi massa yang membesar seperti
tumor atau hematoma subdural.
3. Sebuah sakit kepala yang baru saja dialamai oleh pasien dengan keganasan atau orang
yang yang immunocompromised harus selalu diselidiki. Karena pertimbangan
diagnostik metastasis, carcinomatous atau infeksi meningitis, dan abses otak,
4. Pasien dengan sakit kepala yang juga disertai demam, leher kaku, ruam, atau tanda-
tanda lain dari penyakit sistemik juga perlu dicurigai terkena penyakit infeksi seperti:
Meningitis, Ensefalitis,penyakit Lyme, dan infeksi sistemik yang berhubungan
dengan sakit kepala.Penurunan berat badan terakhir mungkin menyertai keganasan,
arteritis sel raksasa, atau depresi.
5. Dispnea atau gejala lain dari penyakit jantung meningkatkan kemungkinan
endokarditis infektif subakut dan abses otak yang dihasilkan.
6. Gangguan visual menunjukkan kelainan mata (misalnya, glaukoma), migrain, atau
proses intrakranial yang melibatkan saraf optik atau saluran atau jalur penglihatan
sentral.
7. Mual dan muntah yang umum di migrain dan sakit kepala biasanya merupakan tanda
sindrom pasca trauma atau dapat dilihat sebagai perkembangan dari lesi massa.
Beberapa pasien dengan migrain.

IV.3 Hubungan sakit gigi dengan nyeri kepala

proses physiologis dengan penilaian secara subyektif sebagai hasil rangsangan pada akhiran
serabut saraf sensoris atau lewat serabut saraf yang bermyelin.
 Secara singkat dapat dikatakan bahwa fenomena nyeri adalah subyektif.
 serabut saraf bermyelin penyebab nyeri ditusuk-tusuk sedangkan
 serabut saraf tak bermyelin penyebab nyeri bakar ,keduanya ke pusat menuju
collumna lateralis setelah mengadakan sinapsis pada substansia gelatinosa(teori
Melzack wall sebagai gate control system).
serabut saraf perifer mempunyai variasi dalam ukuran,daya hantar,fungsi dan respons
terhadap jenis-jenis dari kekuatan rangsang yang bervariasi:
 Serabut yang besar atau bermyelin,mereka ini penghantar rangsang yang cepat dan
mudah terkena perangsangan ringan.
 Serabut yang kecil atau tak bermyelin,mereka ini penghantar rangsang yang lambat
dan mudah terkena perangsangan besar.
Saraf-saraf tersebut yang sering menimbulkan rasa nyeri didaerah wajah dan kepala:
 Nervus Trigeminus
 Nervus Facialis
 Nervus Glossopharyngeus
 Nervus Vagus
 Nervus Cervicalis
 Nervus Symphatikus Cervicalis

IV.4 Berbagai rasa nyeri dibagian kepala dapat diakibatkan:


 Adanya gigi geraham bungsu yang tumbuh miring atau vertical atau impaksi(tidak
tumbuh)menekan saraf setempat melalui daya erupsinya menimbulkan gejala neurosa
berupa rasa nyeri yang intermitten,sedangkan trauma yang ditimbulkannya akan
merangsang sel-sel didaerah yang tertekan untuk memproduksi prostaglandin tertentu
yang selanjutnya juga merangsang saraf untuk meneruskan ke otak.
 Adanya gigi rahang atas yang berlubang dan mengalami keradangan acut pada bagian
pulpa akan mengakibatkan nyeri kepala terasa berdenyut.
 Adanya gigi-gigi geraham yang gangraen( membusuk)bisa menyebabkan sinusitis
maxillaris (peradangan pada sinus maksila)yang mengakibatkan nyeri pada kepala
 Adanya trauma atau infeksi pada gigi,gusi,rahang,sinus maxillaris,tonsil,dan tumor
pada daerah kepala dan infeksi herpes.
 Adanya kelainan pada sendi temporo mandibula(temporo mandibular disorder)karena
tidak ada gigi-gigi dirahang bawah dalam jumlah banyak sehingga letak diskus
artikularis tidak pada tempat yang benar.
 Adanya tumor dirongga mulut
 Terjadinya trismus yaitu keadaan mulut tak bisa terbuka dengan normal karena terjadi
peradangan pada gigi atau gusi bagian belakang didalam rongga mulut.
 Trigeminal neuralgia.merupakan gejala sakit akibat saraf otak ke V(nervus
Trigeminus) yang memiliki 3 cabang yaitu cabang oftalmicus,cabang maksila,cabang
mandibula yang merupakan saraf kepala terbesar tertekan pembuluh darah.
IV.5 Gejala yang muncul
Gejala yang khas pada trigeminal neuralgia yaitu nyeri paroksismal(nyeri yang hebat),
o Serangan rasa nyeri mendadak seperti sengatan listrik,kadang-kadang terasa
menusuk-nusuk atau rasa panas /terbakar.
o Munculnya serangan berkali-kali,serangan pertama dapat berlangsung sampai 30
menit dan serangan berikutnya antara beberapa detik.
o Serangan dapat sangat hebat sehingga pasien seringkali tidak dapat menahan sakit.
o rasa nyeri dapat timbul apabila ada rangsangan pencetus antara lain menggosok
gigi,mengunyah makanan,mengusap wajah.
o Serangan biasanya timbul pada siang hari dan jarang pada malam hari.

IV.6 Pengobatan
Untuk mengatasi rasa nyeri biasanya digunakan obat :
 Obat carbamazepine 100 mg,dosis 1-3 kali sehari,carbamazepine dapat menekan
modulasi saraf dan menurunkan frekuensi nyeri.
 Obat analgetika untuk mengurangiu rasa nyerinya.
 Pembedahan mikro invasif minimal .risiko bedah ini kecil karena tidak perlu
membuka tengkorak kepala.
 Pasaca operasi dapat muncul rasa baal di lidah atau dagu,telinga berdengung dan rasa
menggeloyor saat berjalan.
Bab V
Kerangka konsep
V.1 Kerangka konsep

Pasien yang
berkunjung

RSUD Poli gigi RSUD

Pengumpulan dan
pengambilan data

Pengolahan dan
analisis data

Penyajian data

Kesimpulan dan saran


V.2 Hipotesis
Bab VI
Penelitian

VI.1 Jenis penelitian


Penelitian dengan menggunakan tanya jawab dan observasi
terhadap pasien yang berkunjung

VI.2 Populasi
Pasien yang berkunjung dengan keluhan sakit gigi disertai
kepala pusing

VI.3 Besar sample


Mengambil responden berjumlah 10 orang dengan keluhan
kompleks

VI.4 Teknik sampling

VI.6 Lokasi penelitian


RSUD bagian poli gigi

VI.7 Waktu penelitian


Tiap kali kunjungan pasien selama tahun 2018

VI. 8 Metode pengumpulan data


Metode observasi ,tanya jawab
VI.9 Instrument pengumpulan data
Sonde,pincet,kaca mulut,excavator,bengkok

VI.10 Teknik pengumpulan data

VI.11 Teknik analisa data

VI.12 Definisi operasional


Bab VII
Hasil pengumpulan data dan analisa data

VII.1 Gambaran umum


Kartu pencatatan asuhan keperawatan gigi dan mulut
I.a.Pengkajian
no. identitas pasien 1 2 3 4 5
1 nama lengkap A B c D E
2 jenis kelamin perempuan perempuan laki-laki perempuan laki-laki
tempat dan tanggal
3 lahir jombang, 87 jombang,94 jombang , 63 jombang, 98 jombang, 73
4 agama islam islam islam kristen islam
5 pekerjaan pns - tani mahasiswa pegawai swata
6 bangsa indonesia indonesia indonesia indonesia indonesia
7 alamat gudo kesamben sumobito kepanjen diwek
8 golongan darah ab b ab ab b
9 no.telp 08223391xxxx 08223391xxxx 0813xxx 08122xxxxxx 0822xxxx

b.keluhan pasien
px datang px datang px datang px datang pxdatang
mengeluh gigi mengeluh mengeluh gigi mengeluh gigi mengeluh gusinya
keluhan utama geraham sakit gigi goyang geraham pertama sering berdarah
kiri atas sakit
besar pertama pada bagian pada bagian hingga cekot- bila kumur dan
kanan atas sakit belakang geraham atas cekot untuk gosok gigi ,pada
dan kanan bawah kanan minum dan semua gigi
dan sakit apabila RA kanan
rasa sakit ketika dipakai kemasukan gusinyamengalami
gusi bengkak kadang timbul mengunyah makanan pembengkakan
px merasa kadang - px seharian
kepalanya px merasa kadang merasakan pusing px merasa kurang
keluhan tambahan pusing pusing kepala berdarah ketika kepala nyaman
sukar buka bila tidur selalu
mulut lebar gosok gigi kemeng di kepala

c.riwayat kesehatan umum


px dlm keadaan
sehat
ya

tidak V v v v v
px pernah
dinyatakan
mempunyai
riwayat sakit yang
serius
ya
tidak V v v v v

alasan
px mempunyai
kelainan
pembekuan darah
ya

tidak V v v v v
px mempunyai
reaksi alergi
terhadap:
makanan
ya

tidak V v v v
obat-obatan
ya

tidak v v v v
anasthaesi
ya

tidak V v v v
cuaca
ya
tidak V v v v

d.riwayat kesehatan
gigi
px pernah dirawat
gigi sebelumnya
ya

tidak V v v v
perawatannya
menjadikan
kesakitan atau
menimbulkan
kecemasan
ya v

tidak V v v
px sudah tahu
memelihara
kesehatan
gigi yang
sebenarnya
ya

tidak V v v v
px melakukan
sikat gigi setiap
2kali sehari
setelah sarapan
dan sebelum tidur
malam
ya

tidak V v v v
px menyikat gigi
dengan
baik,benar,cermat
ya

tidak V v v v
px mengurangi
makanan manis
dan lengket
ya

tidak V v v v
px mengkonsumsi
buah-buahan dan
sayur-sayuran
ya

tidak V v v v
px mempunyai
kebiasaan :
minum teh/kopi
ya V (teh) v v (kopi) v (kopi white)

tidak
minuman
bersoda/beralkohol
ya

tidak V v v v

merokok
ya

tidak V v v v
mengunyah satu
sisi
ya V

tidak v v v
mengunyah sirih
ya

tidak V v v v
px mempunyai
kebiasaan gigit
benda keras
bruxism/mengerat
ya
tidak V v v v

e.pemeriksaan extra oral


mata
simetris V v v v

tidak simetris
kelenjar limphe
letak kanan V - - -

letak kiri - -
teraba V - - -

tidak teraba - - -

konsistensi keras - - -
konsistensi lunak V - - -

f.pemeriksaan intra oral

indeks pengalaman karies


d
e
f
def-t

D
M
F

DMF-T

indeks kebersihan mulut


debris indeks
skor debris

kriteria

calculus indeks
skor calculus
kriteria

g.
Pemeriksaan
jaringan keras
gigi

gigi 16 48 16,17,18 26

terlihat
terlihat mahkota banyak
inspeksi gigi berlubang gigi sebagian karang gigi gigi berlubang mengenai bagian occlusal
terlihat
retractie
gingiva distal

thermis - - - -

sondasi - - -

perkusi - - - -

druk v - v v
goyang 2
mobility goyang 1 derajad - derajad -
data/masalah abses impacteeth periodontitis karies mencapai pulpa

h.Pemeriksaan
mukosa mulut
lidah - - - -
pipi - - - -
bibir - - - -
palatum - - - -

gusi bengkak - - -
lokasi
bukal v - - -
palatal - - - -
labial - - - -

lingual - - - -
konsistensi
kenyal v - - -

lunak v - - -
bentuk papil
runcing - - -

bulat v - v -

bentuk margin
normal v v -

abnormal v - -
merah
warna merah acut merah pucat meradang merah pucat

data/masalah abses impacteeth periodontitis karies mencapai pulpa

i.kelaianan
anomali gigi

bentuk - - - -
jumlah - - - -
ukuran - - - -
posisi - - - -

warna - - - -

II.Diagnosa kepeerawatan gigi

Data 16 18 16,17,18 26 11
gigi tumbuh kerusakan
posisi jaringan g
karies mencapai akar miring penyangga gigi karies mencapai pulpa
trismus 2
gusi sudah bengkak derajad calculus

Masalah abses impacteeth periodontitis karies mencapai pulpa

banyak gigi kebersihan


Kemungkinan kebersihan rongga yang rongga mulut
penyebab mulut kurang berdesakan kurang kebersihan rongga mulut kurang
rahang px
kecil tapi cara menyikat
cara dan waktu yang bentuk gigi gigi yang se
kurang tepat besar kurang tepat makan makanan yg manis dan lengket
banyaknya
karang gigi m
saat menyikat gigi yang tumbuh gosok gigi kurang tepat
karies mencapai
pulpa yang tidak
dirawat

III Perencanaan intervensi keperawatan


pro
A.rencana intervensi pro pencabutan gigi odontectomy pro scaling pro endodontik
tindakan klinis pro splinting
penyuluhan konseling
/konseling konseling tentang: tentang: konseling: konseling:
akibat yang
proses terjadinya timbul dari akibat dari
karies gigi gigi miring karang gigi karies gigi yang tidak dirawat
akibat lanjut karies
gigi cara menyikat gigi t

cara sikat
intruksi perawatan cara menyikat gigi gigi yang cara menyikat ca
gigi dirumah yang benar benar gigi makan buah dan sayur
kumur -
kumur
makan sayur dan dengan makan buah
buah antiseptik dan sayur gosok gigi yangbenar m
mengunyah
mengurangi makanan makanan m
yang lengket dengan dua sisi mengurangi makanan yg lengket

dan manis dan manis m

B .Tujuan perawatan dan waktu


perawatan
mencegah terjadinya mengurangi mengurangi m
Tujuan infeksi rasa sakit rasa sakit mngurangi rasa sakit
mencegah mencegah
infeksi lebih infeksi lebih m
gigi lebih lanjut lanjut lanjut mencegah infeksi lebih lanjut
mengurangi rasa m
sakit merubah perilaku pasien agar
merubah perilaku
pasien agar lebih lebih menjaga kesehatan gigi
menjaga kesehatan
gigi

cara evaluasi

waktu perawatan kunjungan I kunjungan I kunjungan I kunjungan I 5-9-2018


10-Apr-18 06-Jun-18 18-Jul-18 kunjungan II 12-9-2018
kunjungan III 19-9-2018
kunjungan II kunjungan II kunjungan II kunjungan IV 26-9-2018
17-Apr-18 13-Jun-18 25-Jul-18 kunjungan V 3-10-2018
IV.Implementasi
/pelaksanaan
perawatan dan
evaluasi
kunjungan ke kunjungan I kunjungan I kunjungan I kunjungan I
kunjungan II
kunjungan III
kunjungan II kunjungan II kunjungan II kunjungan IV
kunjungan V

I. irigasi
I. open bur larutan nacl
perawatan klinis ruang pulpa dan h2o2 I.scalling I. Eugenol,dentorit

pengobatan
antibiotik
dan
irigasi nacl analgesik irigasi nacl II.pulp x,dentorit
pengobatan
antibiotik III.cresophen ,dentorit
ro. Panoramik IV.calplus ,dentorit
II. Ekstraktie II.
gigi 16 odontectomy II.splinting V.glassionomer

I. Tutup kapas ruang gigit tampon I.


penyuluhan/konseling pulpa yang telah selama1 jam I. oles yod I dan II pemberian analgesik
jangan
kumur kumur -kumur k
dibersihkan terlalu keras antiseptik
gosok gigi
perlahan
II.gigit tampon daerah yg
selama 1 jam luka III,IV dan V pemberian antibiotik
jangan kumur terlalu
keras dan analgesik

gigi
penyebab
gigi penyebab sudah sudah bebas dari
hasil evaluasi dicabut diambil karang gigi gigi penyebab sudah dirawat g
px sudah gigi goyang
px sudah merasa merasa mulai
tidak sakit lagi nyaman berkurang px sudah merasa nyaman
px mengunyah
makanan
nyaman
VII.2 Hasil pengumpulan data dan analisa data
Bab VIII
Pembahasan
Bab IX
Kesimpulan dan saran
XI.1 Kesimpulan
XI.2 Saran
Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai