Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi
dan mulut. Bila diabaikan akan banyak timbul permasalahan-permasalahan
mengenai kerusakan gigi terutama pada jaringan kerasnya. Salah satu bentuk
kerusakan pada jaringan keras gigi adalah karies. Karies merupakan proses
demineralisasi email akibat penurunan pH secara terus menerus dalam waktu yang
lama sehingga terbentuk kavitas, hal ini perlu diperhatikan dan ditangani agar
tidak terjadi peningkatan prevalensi dimana prevalensi karies di Indonesia sudah
mencapai sekitar 90 persen. Telah banyak upaya yang dilakukan oleh para tenaga
kesehatan khususnya dokter gigi untuk mengevaluasi dan mencegah terjadinya
karies. Upaya-upaya yang dapat dilakukan seperti penyuluhan, pemeriksaan gratis
hingga perawatan khusus demi pengembalian fungsi normal gigi yang mengalami
kerusakan. Beberapa upaya lain, seperti cara pengukuran resiko karies dengan
indeks karies yaitu DMF-T. Dengan adanya indikator ini dapat mempermudah
para tenaga kesehatan khususnya dokter gigi dalam mengukur prevalensi karies
dan berupaya dalam pencegahannya. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami
akan membahas tentang DMF-T untuk mengetahui bagaimana cara pemeriksaan
dan pengukuran indeks status karies baik pada gigi permanen maupun gigi sulung.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan DMF-T ?
2. Apa perbedaan pemeriksaan DMF-T ?
3. Apa tujuan dilakukannya pemeriksaan DMF-T ?
4. Bagaimana cara pengukuran indeks DMF-T ?
3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian DMF-T
2. Mengetahui perbedaan DMF-T
3. Mengetahui tujuan pemeriksaan DMF-T
4. Mengetahui cara pemeriksaan indeks DMF-T
BAB II
PEMBAHASAN

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang dapat


menyerang semua golongan umur. Apabila tidak dirawat/diobati dapat menjadi
semakin parah karena adanya sifat progresif. Status kesehatan gigi meliputi
pemeriksaan karies dan kebersihan gigi dan mulut oleh karena kedua keadaan ini
diderita oleh masyarakat Indonesia (Depkes RI, 2004).
Menurut Depkes RI (2008), status kesehatan gigi dan mulut dapat diukur
dengan derajat keparahan penyakit gigi dan mulut masyarakat, untuk itu
diperlukan indikator-indikator dan standar penilaian yang sesuai dengan WHO,
seperti indikator kesehatan gigi dan status periodontal. Indikator status kesehatan
gigi untuk menilai karies digunakan indeks DMF-T. Indikator untuk menilai
kebersihan gigi dan mulut yang sering digunakan adalah OHI-S.
Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi karies dan indeks karies.
Indeks karies gigi yaitu angka yang menunjukkan jumlah gigi karies seseorang
orang. Pengukuran karies dikenal sebagai indeks DMF dan merupakan indeks
aritmetika penyebaran karies yang kumulatif. Beberapa metode pengukuran karies
gigi yaitu indeks DMF-T digunakan untuk menyatakan gigi yang karies, hilang
dan ditambal. DMF-S digunakan untuk menyatakan gigi karies, hilang dan
permukaan gigi yang ditambal pada gigi permanen, sehingga jumlah permukaan
gigi yang terkena harus diperhitungkan. Indeks yang sama untuk gigi sulung
adalah def-t dan def-s dimana t menunjukkan jumlah gigi yang dicabut (bukan
tanggal secara alamiah) dan s menunjukkan gigi atau permukaan gigi yang
ditambal (Kidd & Bechal, 1992).

A. Indeks DMF-T

Menurut Priyono (2000) DMF-T merupakan keadaan gigi geligi seseorang


yang pernah mengalami kerusakan, hilang, perbaikan, yang disebabkan oleh
karies gigi, indikator ini digunakan untuk gigi geligi tetap. Gigi sulung digunakan
indeks decayed ectraction filled teeth (def-t).
Tujuan pemeriksaan DMF-T adalah untuk melihat status karies gigi,
perencanaan upaya promotif dan preventif, merencanakan kebutuhan perawatan,
membandingkan status pengalaman karies gigi masyarakat dari satu daerah
dengan daerah lain atau membandingkan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan
program, serta untuk memantau perkembangan status pengalaman karies individu.
Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada
tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi.
Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi
(DMFS). Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga
biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak
menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang
karies), M (gigi yang hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian
dijumlahkan sesuai kode. Untuk gigi permanen dan gigi susu hanya dibedakan
dengan pemberian kode DMFT (decayed missing filled tooth) atau DMFS
(decayed missing filled surface) sedangkan deft (decayed extracted filled tooth)
dan defs (decayed extracted filled surface) digunakan untuk gigi susu. Rerata
DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa.
Indeks DMF-T di perkenalkan oleh Klein dkk (1938 cit. Slack, 1981)
waktu mempelajari distribusi karies pada anak-anak di Hagerstone, Maryland.
Indeks ini didasarkan pada kenyataan bahwa kalau jaringan keras gigi mengalami
kerusakan maka gigi tersebut tidak dapat pulih sendiri dan akan meninggalkan
bekas kerusakan yang menetap.
Gigi yang rusak tersebut akan tetap tinggal rusak (D - Decay), dan kalau
dirawat dengan dicabut maka akan disebut gigi hilang (M - Missing due to caries)
atau ditambal (F - Filling due to caries). Maka dari itu indeks karies DMF adalah
indeks yang irreversible, yang berarti indeks tersebut mengukur total life time
caries experience.
Pengertian masing-masing komponen dari DMF-T adalah :
 D artinya Decay yaitu kerusakan gigi permanen karena karies yang masih
dapat ditambal
 M artinya Missing yaitu gigi permanen yang hilang karena karies atau gigi
karies yang mempunyai indikasi untuk dicabut.
 F artinya Filling yaitu gigi permanen yang telah ditambal karena karies.

Indeks karies dmf dipakai pertama kali oleh Grubbel (1944 cit. Slack 1981)
yang garis besarnya sama dengan indeks DMF.
Banyak dijumpai pada anak-anak di Negara berkembang termasuk
Indonesia, dan cenderung meningkat pada setiap dasawarsa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 90% anak mengalami karies. Angka ini diduga lebih parah di
daerah daripada di kota dan pada anak-anak golongan ekonomi menengah ke
bawah. Kondisi ini tentu saja berpengaruh pada derajat kesehatan anak, proses
tumbuh kembang bahkan masa depan mereka (Depkes RI., 2000). Data SKRT
(2004) menyatakan bahwa, prevalensi karies mencapai 90,06%. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007 melaporkan bahwa prevalensi karies gigi aktif pada usia
12 tahun sebesar 29,8% dengan indeks DMF-T 0,91 dan mencapai 4,46 pada usia
35-44 tahun (Depkes RI., 2008).
Indeks DMF-T terdiri atas:
a. Decay (karies gigi)
Indeks karies untuk gigi dewasa sampai saat ini masih menggunakan
DMF-T Indeks. Decay (D) adalah jumlah gigi karies dalam mulut subyek atau
sampel, dan karies tersebut masih bisa ditambal (Priyono, 2000).
b. Missing
Missing atau kehilangan gigi yang dimaksud dalam pemeriksaan DMF-
T adalah kehilangan gigi oleh karena karies. Komponen missing (M) adalah
gigi hilang oleh karena karies, dan hilangnya gigi oleh sebab lain atau bukan
karena karies.
c. Filling (tumpatan)
Filling (F), dalam hal ini yang dimaksud adalah tumpatan, termasuk di
dalamnya tumpatan tanpa karies, seperti fissure sealant. Yang termasuk dalam
kriteria filling (F) adalah gigi yang sudah ditumpat, dan tumpatan masih dalam
keadaan baik.
Pada indeks DMFT Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena
biasanya gigi tersebut sudah dicabut dan kadang-kadang tidak berfungsi. Indeks
ini dibedakan atas indeks DMFT (decayed missing filled teeth) yang digunakan
untuk gigi permanen pada orang dewasa dan deft (decayed extracted filled tooth)
untuk gigi susu pada anak-anak. Pemeriksaan harus dilakukan dengan
menggunakan kaca mulut datar. Indeks ini tidak memerlukan gambaran radiografi
untuk mendeteksi karies aproksimal. Kriteria pemeriksaan seperti terlihat pada
Tabel 1.5. Cara perhitungannya adalah dengan menjumlahkan semua DMF atau
def. Komponen D meliputi penjumlahan kode 1 dan 2, komponen M untuk kode 4
pada subjek <30 tahun, dan kode 4 dan 5 untuk subjek >30 tahun misalnya hilang
karena karies atau sebab lain. Komponen F hanya untuk kode 3. Untuk kode 6
(fisur silen) dan 7 (jembatan, mahkota khusus atau viner/implan) tidak
dimasukkan dalam penghitungan DMFT.
Tabel 1.5. Kode pemeriksaan karies dengan indeks WHO
Kode
Gigi Susu Gigi permanen, Kondisi/Status
Mahkota Gigi Mahkota gigi Akar gigi
A 0 0 Permukaan gigi sehat/keras
B 1 1 Gigi karies
C 2 2 Gigi dengan tumpatan, ada karies
D 3 3 Gigi dengan tumpatan baik, tidak ada karies
E 4 - Gigi yang hilang karena karies
- 5 - Gigi yang hilang karena sebab lain
F 6 - Gigi dengan tumpatan silen
G 7 7 Jembatan, mahkota gigi atau viner/implan
- 8 8 Gigi yang tidak erups
T T - Trauma/fraktur
- 9 9 Dan lain-lain: gigi yang memakai pesawat
cekat ortodonti atau gigi yang mengalami
hipoplasia enamel yang berat
(Sumber: Oral Health Basic Surveys, 1997)

Kriteria untuk karies gigi permanent (DMF-T)


D = Decay ; Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
M = Missing; Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies
F = Filling ; Jumlah gigi yang telah ditambal

Kriteria untuk karies gigi Sulung (def-t)


d = Decay ; Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
e = extracted; Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies
f = Filling ; Jumlah gigi yang telah ditambal
Kriteria penilaian DMF-T (WHO) adalah
Sangat Rendah : 0,0 – 1,1
Rendah : 1,2 – 2,6
Sedang : 2,7 – 4,4
Tinggi : 4,5 – 6,5
Sangat Tinggi : > 6,6

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:


1. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.
2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen
dimasukkan dalam kategori D.
3. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D
4. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam
kategori M.
5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan
perawatan ortodonti TIDAK dimasukkan dalam kategori M.
6. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F.
7. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam
kategori F.
8. Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi TIDAK
dimasukkan dalam kategori M.

Untuk menganalisis skor DMFT digunakan formula sebagai berikut:


1. DMF-T count = Total DMF-T
---------------------------
Number of people examined
(indicates number of teeth with history of decay)

Total def-t = Total def-t


-------------------------------
Number of children examined
( indicates observable caries experience)
2. FNM = F
------------------
Total DMFT
indicates treatment required for decay
(filling needs met)
3. Percent of decayed teeth = Total DMFT
-----------------
(indicates the treatment required
for unmet filling needs)

4. Percent of missing teeth = M


-------------------
Total DMFT
(indicates the number of teeth lost by decay)

5. Average D, M, or F individual = D or M or F
---------------------------
Number of people examined
Pada rongga mulut, yang berisiko yaitu permukaan akar:

(R-D) + (R-F) x 100 = RCI


--------------------------------
(R-D) + (R-F) + (R-N)
R - D = Root surface with decay
R - F = Root surface that is filled
R - N = Root surface that is sound

Angka DMF-T menunjukkan banyaknya karies yang diderita seseorang


dari dulu sampai sekarang.
Contoh :
DMF = 2 , artinya setiap anak mempunyai dua gigi yang terserang karies
DMF = 0 , artinya gigi anak tersebut sehat.

Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi permanen, adapun


gigi yang tidak dihitung adalah sebagai berikut :
 Gigi molar ketiga.
 Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada bagian gigi yang
menembus gusi baik itu erupsi awal (clinical emergence), erupsi
sebagian (partial eruption) maupun erupsi penuh (full eruption).
 Gigi yang tidak ada karena kelainan congenital dan gigi berlebih
(supernumerary teeth).
 Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi atau perawatan
ortodontik.
 Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik dan jembatan.
 Gigi susu yang belum tanggal.

Kekurangan indeks DMF-T :


1. Tidak dapat menggambarkan banyak karies yang sebenarnya. Karena jika
pada gigi terdapat dua karies atau lebih, karies yang dihitung adalah
tetap satu gigi.
2. Indeks DMF-T tidak dapat membedakan kedalaman dari karies , misalnya
karies superfisal, media dan profunda
3. Tidak valid untuk gigi yang hilang karena penyebab lain selain karies
4. Tidak valid untuk pencabutan perawatan ortodonti
5. Tidak dapat digunakan untuk karies akar
BAB III
KESIMPULAN

Dalam mengukur indeks DMF-T perlu memperhatikan kriteria dan


ketentuan dalam prosedur pemeriksaan sehingga mendapatkan hasil yang benar –
benar sesuai dengan yang diharapkan. Dalam pemeriksaan ini juga tidak semua
gigi termasuk dalam perhitungan saat pemeriksaan DMF-T. Pemeriksaan ini
digunakan sebagai indikator karies untuk melihat status karies gigi, perencanaan
upaya promotif dan preventif, merencanakan kebutuhan perawatan,
membandingkan status pengalaman karies gigi masyarakat dari satu daerah
dengan daerah lain atau membandingkan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan
program, serta untuk memantau perkembangan status pengalaman karies individu,
namun tidak dipungkiri bahwa dalam prosedur pemeriksaan dan ketentuan DMF-
T masih memiliki beberapa kekurangan yang bisa menjadi pertimbangan untuk
diperbaiki dimasa depan sehingga para tenaga medis khususnya dokter gigi dapat
secara akurat mendeteksi status kesehatan gigi seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
http://int.search.myway.com/search/GGmain.jhtml?searchfor
=makalah+penghitungan+dmf&n=783acf67&p2=%5ECNC
%5Exdm126%5ETTAB02%5Eid&ptb=AC9E47BB-25C5-
4BBD-B4B6-
E15D70F819C5&qs=&si=&ss=sub&st=tab&trs=wtt&tpr=sbt
&ts=1512586365402
http://int.search.myway.com/search/GGmain.jhtml?searchfor
=makalah+penghitungan+dmf&n=783acf67&p2=%5ECNC
%5Exdm126%5ETTAB02%5Eid&ptb=AC9E47BB-25C5-
4BBD-B4B6-
E15D70F819C5&qs=&si=&ss=sub&st=tab&trs=wtt&tpr=sbt
&ts=1512586365402

Anda mungkin juga menyukai